Barongsai yang berkolaboarsi dengan atraksi nusantara pada Imlek 2016 |
"Gong Xi Fa Chai, ya pak.
"Terima kasih. Semoga (tahun) Ayam Api ini, kita semua makmur."
"Xin Nian Kuai Le."
"Sama-sama. Siang ke sini lagi ada encim datang"
"Siap pak. Jangan lupa, Hong Bao Na Lai."
"Iya, tapi pagi ya. Sekalian kue keranjang titipan nyak elo.
"Asyik, terima kasih pak."
Demikian percakapan yang saya dengar pada Sabtu (28/1) dini hari WIB. Tepatnya, sesaat setelah pergantian hari yang ditandai dengan rentetan petasan dan kembang api yang mewarnai pedalaman padat di barat ibu kota. Kebetulan, pos ronda yang saya tempati saat itu sedang ramai.
Ada yang bertugas malam itu, termasuk saya dan dua rekan, dan mayoritas warga ingin menyaksikan kembang api menyambut detik-detik pergantian Tahun Baru Imlek. Ya, kediaman saya di kawasan Jakarta Barat ini memang heterogen.
Jika imlek tiba, setelah malamnya menyaksikan kembang api, pada pagi hari sebagian warga saling berkunjung ke rumah masing-masing. Momen ini juga terjadi setiap Idul Fitri dan Natal. Ya, perbedaan justru membuat warga semakin erat dalam menjalin silaturahmi. Terlebih, di tempat saya yang tidak jauh dari kawasan Pecinan, terdapat musala, gereja, dan kelenteng yang kerap menyelenggarakan wayang potehi yang letaknya berdekatan.
Begitu juga dalam keluarga, ketika almarhum nenek masih hidup, kami kerap berkumpul pada tiga hari raya tersebut. Tujuannya, demi silaturahmi antarkeluarga dan kerabat. Atau, jika saya serta keluarga lainnya berhalangan kumpul terkait pekerjaan, biasanya kami saling mengirim ucapan Idul Fitri, Natal, dan Imlek via pesan pendek (sms) dan telepon.
Apalagi, dengan canggihnya teknologi saat ini, membuat kami bisa saling mengucapkan dengan sekejap lewat aplikasi chat di grup dan video call. Termasuk, kini dengan Imlek 2568 yang memasuki periode ayam api. Berseliweran stiker atau meme ayam di grup keluarga untuk saudara yang bershio ayam.
Ya, saat ini imlek tidak hanya identik dengan barongsai saja. Melainkan, turut mencakup aspek lainnya. Selain beragamnya aksesoris pada aplikasi chat, beberapa mesin pencarian seperti Google Doodle dengan gambar ayam jago mengitari lampion berwarna merah.
Sementara, jika kita masuk ke pusat perbelanjaan atau mal, pernak-pernik Imlek sangat kental. Tidak hanya barongsai, tapi juga berbagai pernak-pernik lainnya. Mulai dari lampion, pohon dengan digantung angpao, boneka koko-cici, atau gambar terkait dengan shio pada tahun itu, seperti ayam pada 2017 ini.
Bagi saya pribadi, memang tidak asing dengan Imlek. Meski tidak merayakannya, tapi sejak kecil selalu bersinggungan dengan perayaan menyambut pergantian tahun tersebut. Terutama karena ada sebagian keluarga yang merayakannya. Jadi, ketika Imlek tiba, meja di rumah kami dipenuhi kue keranjang, mangkok, dan kuaci. Serupa jika Idul Fitri tiba, dengan hidangan opor ayam dan saat Natal dengan klappertaart.
Setelah puas bersantap, biasanya kami yang masih kecil bersalaman dengan anggota keluarga lainnya sambil diberi angpao. Memang, setelah mengucapkan Gong Xi Fa Chai yang berarti "Selamat sejahtera" atau Xin Nian Kuai Le (Selamat tahun baru Imlek), juga disertai dengan kalimat tambahan khas anak-anak, "Hong Bao Na Lai (jangan lupa angpaonya).
Ya, angpao, alias amplop berwarna merah dengan di dalamnya berisi uang. Tidak banyak memang, karena tradisinya bukan sekadar memberi uang saja. Melainkan simbol harmonisasi antarkeluarga seperti paman-bibi dengan keponakan, kakek-nenek dengan cucu, dan sebagainya.
Oh ya, setiap imlek juga ada tradisi unik. Yaitu, angpao hanya diberikan bagi yang belum menikah. Itu mengapa, di keluarga besar, saya masih mendapat angpao walaupun menolak namun tetap diberi. Tentu, disertai doa dan harapan mereka agar saya bisa menyusul (berumah tangga).
Meski saya terima, tentu saja tidak saya ambil angpaonya mengingat saya sudah bekerja. Melainkan, dibagi lagi ke anak sepupu dan kerabat. Hanya, diberikan kepada mereka bukan saat itu juga, namun di luar rumah dengan membagikan uangnya langsung tanpa disertai amplopnya. Sebab, dalam keluarga ada pantangan bagi yang belum menikah untuk disarankan saat imlek tidak memberi uang dalam bentuk angpao.
* * *
* * *
* * *
* * *
* * *
* * *
* * *
* * *
* * *
* * *
* * *
Artikel Sebelumnya:Beribadah pada pagi hari saat Imlek |
* * *
Pembagian sedekah yang rutin dilakukan Wihara Dharma Bakti setiap Imlek |
* * *
Wayang Potehi di Museum Wayang |
* * *
Ucapan Selamat Hari Raya Imlek di pusat perbelanjaan di Pasar Pagi |
* * *
Boneka kelinci yang melambangkan shio pada Imlek 2011 lalu |
* * *
Hiburan musik di salah satu mal di Jakarat Pusat untuk menyambut Imlek |
* * *
Saya dengan properti menyambut Imlek |
* * *
* * *
- Tradisi Imlek, Berbagi Rezeki Kepada Sesama yang Kurang Mampu
- Semarak Kawasan Pecinan Menyambut Tahun Baru Imlek
- Sosok di Balik Barongsai yang Lincah, Ternyata Anak Kecil...
- Menelusuri Warisan Budaya Nusantara di Museum Wayang 2
- Yang Liu
- Natal Kini Tanpa Nenek...
- Menikmati Eksotisnya Candra Naya yang Tersembunyi
* * *
- Jakarta, 30 Januari 2017