TyyiccClcSK3IvRCDh0sKBc4_Sg roelly87.com: 2024

Serial Catatan Harian Ojol

Serial Catatan Harian Ojol
Serial Catatan Harian Ojol

Senin, 08 Juli 2024

John Cena Pensiun, Akhir WWE Ruthless Aggression Era?

John Cena Pensiun, Akhir WWE Ruthless Agression Era?


Rivalitas seru John Cena dan Randy Orton akankah jadi puncak di WrestleMania 41?
(Foto: www.com)


MONEY In The Bank (MITB) 2024 berlangsung meriah. Diselenggarakan di Scotiobank Arena, Toronto, Kanada, Sabtu (6/7) atau Minggu dini hari WIB. 

MITB ini merupakan Premium Live Event (PLE) -dalam tinju dan event olahraga lain disebut Pay-per-View/PPV- yang diselenggarakan Promotor Gulat Hiburan Dunia, WWE (World Wrestling Entertainment) untuk pemanasan jelang SummerSlam.

Suka dan duka, tawa, haru, dan penuh drama mewarnai MITB 2024. Menurut saya sebagai penggemar gulat hiburan sejak 1990-an silam, event yang menyuguhkan lima pertandingan ini cukup menarik.

Untuk hasilnya, sudah beredar di laman resmi WWE atau berseliweran di media sosial. Termasuk, trending topic-nya CM Punk usai menggagalkan kans Drew McIntyre untuk meraih sabuk World Heavyweight Championship meski sudah menang MITB 2024.

Gokil sih, CM Punk ini. Storylines dengan Drew menuju SummerSlam kian panas. Ditambah dengan kembalinya Seth Rollins usai cedera sejak WrestleMania lalu.

Btw, Summerslam 2024 berlangsung 3 Agustus mendatang. Sepertinya menarik untuk menulis di blog terkait event terbesar kedua WWE -setelah WrestleMania- ini dalam beberapa artikel ke depan.

Terakhir saya nulis gulat hiburan pada Oktober lalu saat Edge pindah ke All Elite Wrestling (AEW) yang merupakan promotor rival WWE!


*       *       *


MITB 2024 dibuka Trish Stratus yang kembali sebagai host. Ada yang tahu siapa dia?

Yupz!

Jika Anda sering nonton WWE sejak awal milenium dan main game di PS 2 -entrance wow!-, pasti sangat familiar. Ya, Trish merupakan pegulat wanita enerjik.

Seksi banget. Body-nya aduhai. Gitar Spanyol...

Serius.

Ini bukan body shaming atau menjurus pornografi.

Namun, saat itu WWE memang cenderung vulgar. 

Bahkan, ada pertandingan Bra and Panties. Pemenangnya yang berhasil memelorotkan pakaian lawannya.

Jika Anda besar pada 1990-an hingga awal dekade 2000, tentu tidak asing dengan beberapa Divas WWE ini selain Trish yang sangat menggoda untuk ditonton:

- Lita

- Torrie Wilson

- Tori

- Debra

- Sable

- Chyna

- Ivory

dan banyak lagi :)

Sebagaimana di film mandarin saya mengagumi Brigitte Lin Ching-hsia (https://www.roelly87.com/2023/12/brigitte-lin-ching-hsia-yang-memesona.html), dari Negeri Jiran dengan Siti Nurhaliza (https://www.kompasiana.com/roelly87/5519b83a8133118b7a9de0c7/lima-musisi-legendaris-malaysia), maka di WWE dengan trio Divas: Trish, Lita, dan Chyna.

Kalo sekarang, ada Liv Morgan sang Women's World Championship dan Tiffany Stratton yang memenangkan Women's MITB 2024. Keduanya ga cuma cantik dan seksi aja, tapi juga jago gulat. 

Meski, untuk karisma masih di bawah Trish, Lita, dan Chyna.

Eh, kok jadi bahas Trish dan Divas WWE terus... Bukan itu, woooi!

Trish Stratus idola bocil 1990-an
(Foto: wwe.com)



*       *       *

SETIAP masa ada orangnya, setiap orang ada masanya. Demikian, adagium yang tepat menggambarkan situasi perpolitikan di Tanah Air, khususnya pada masa akhir kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang kian suram.

Eh, bentar.

Waduh, bukan itu lagi. Jangan bahas politik dong...

Stop, please!

Maksudnya, John Cena. Ya, pegulat 47 tahun ini menyatakan bakal pensiun pada 2025.

Alias, tahun depan. Itu diungkapkan Cena disela-sela MITB 2024 usai dipanggil tante Trish.

Cena menyebut WrestleMania 41 yang berlangsung 19-20 April 2025 jadi momen terakhirnya di ajang paling prestisius WWE itu.

Alias, bukan pensiun di WrestleMania 41. Melainkan, masih bertarung sepanjang kalender 2025.

Setelah itu? Ya, pensiun.

Sedih sih. Sebagai penggemar gulat hiburan, bagi saya Cena sangat spesial. 

Meski, saya bukan penggemarnya. Bahkan, tidak termasuk dalam Top 10 seperti yang saya tulis sebelumnya, https://www.roelly87.com/2023/10/edge-gabung-aew-reuni-lagi-dengan.html.

Idola saya dari dulu ga berubah:

1. Kane

2. Jeff Hardy

3. Chris Jericho

Sementara, dalam sisa urutan 10 besar, tetap tidak ada nama Cena dan Edge. Itu meliputi The Undertaker, Stone Cold Steve Austin, The Rock, Mick Foley, Eddie Guerrero, Rob Van Dam, dan Shane McMahon.

Ya, mereka terkenal sejak Attitude Era. Sementara, Cena muncul saat peralihan ke Ruthless Agression.

Biar ga bingung, dalam laman resmi WWE, mengklasifikasikan tujuh periode sejak 1980-an silam. (Sumber: https://www.wwe.com/polls/what-is-your-favorite-wwe-era)

1. Golden Age (awal 1980-an hingga 1990-an)

2. New Generation Era (awal hingga pertengahan 1990-an)

3. Attitude Era (pertengahan 1990-an hingga awal 2000-an)

4. Ruthless Agression Era (2002-2008)

5. PG Era (2008-2013)

6. Reality Era (2014-2016)

7. The New Era (2016-sekarang)

Nah, Cena masuk era Ruthless Agression. Dia bisa dibilang yang menggendong WWE pada periode itu. Tentu, bersama beberapa pegulat seangkatan seperti Randy Orton, Brock Lesnar, Batista, Bobby Lashley, dan beberapa nama lainnya.

Itu berarti, sudah lebih dari 22 tahun Cena jadi teman setia pencinta gulat. Dari sejak anak kecil, remaja, dewasa, hingga kini banyak yang sudah punya anak lagi!

Wajar, jika saya agak gimana gitu pas tahu Cena bakal pensiun. Kendati bukan pegulat favorit, tapi Cena kerap menemani saya lewat aksi-aksinya yang... Cukup okelah.

Namun, dalam industri gulat hiburan, ada istilah "Never say never". Alias, pensiun bukan berarti tidak bertanding lagi 

Contoh nyata, Undertaker yang menyatakan pensiun pada 2020, tapi tampil heroik di Wrestlemania lalu. Bahkan, dalam empat tahun ini sosok yang identik dengan American Badass itu rutin tampil sebagai brand ambassador WWE.

Begitu juga dengan Edge yang mengalami cedera leher hingga resmi pensiun pada 2011. Sembilan tahun berselang kembali tampil di Royal Rumble!

Yang paling lama, Austin. Menyatakan pensiun pada 2003 silam akibat tubuhnya kerap cedera.

Berselang 19 tahun, Si Ular Derik ini kembali di WrestleMania 2022 untuk meladeni Kevin Owens. Meski usia tidak bisa dibohongi, tapi Austin bisa menang yang membuat penonton saat itu histeris.

Yupz.


*       *       *


PERTANYAAN yang muncul dari segenap penggemar WWE usai pernyataan Cena pensiun pun ramai. Itu terkait siapa pegulat yang akan jadi lawannya di WrestleMania 41?

Sebab, itu bakal jadi panggung akbarnya. Tentu, WWE juga bakal mempersembahkan yang terbaik untuk Cena. 

Menurut saya ada beberapa nama. Baik yang masih di WWE, aktif bergulat di promotor sebelah, atau pensiun.

1. Orton (rival utama Cena pada Ruthless Agression Era. Veteran yang masih aktif hingga kini setelah pegulat seangkatannya sudah pensiun atau part time)

2. CM Punk (kang gendong PG Era, punya storylines keren dengan Cena meski jarang)

3. The Rock (jarang aktif, tapi punya posisi penting di struktural WWE. Bisa jadi kasih tribute untuk Cena. Secara, keduanya pernah duel legendaris di WrestleMania 2012 dan 2013.

4. Brock Lesnar (udah ga aktif akibat terindikasi skandal Vince McMahon. Namun, ada peluang meski kecil untuk duel terakhir dengan Cena karena keduanya satu angkatan dan kerap berseteru secara skrip)

5. Edge (sejak Oktober pindah ke AEW. Punya rivalitas panas dengan Cena saat Ruthless Agression)

6. Kurt Angle (sudah pensiun sejak 2019, tapi ada kemungkinan balik demi Cena. Kurt turut mengawali pergantian Ruthless Agression saat ditantang Cena yang debut WWE 27 Juni 2002)

7. Bradshaw (Punya rivalitas cukup menarik dengan Cena meski hanya sebentar pada 2005. JBL pensiun sudah lama, tapi ada kemungkinan terpilih jadi lawan terakhir Cena di WrestleMania 2025)

Kemungkinan lainnya: Roman Reigns, Batista, Jeff Hardy, Rey Mysterio, dan sebagainya.


*       *       *


- Teluk Naga, 8 Juli 2024


*       *       *


Artikel terkait:

- https://www.roelly87.com/2023/10/edge-gabung-aew-reuni-lagi-dengan.html


Jumat, 28 Juni 2024

Polri Ultah ke-78, Maaf Mahkota Kalian Masih Transit di DC Cirebon

Polri Ultah ke-78, Maaf Mahkota Kalian Masih Transit di DC Cirebon

Polri Ultah ke-78, Maaf Mahkota Kalian Masih Transit di DC Cirebon


Ilustrasi foto saya dan personel Polri saat
Police Expo 2016


DI kolong langit ini, ada lima hal yang sulit diubah. Bukan ga bisa, melainkan maha sukar.

Ini berkaitan dengan watak. Sudah saya tulis sebelumnya pada Desember lalu (https://www.roelly87.com/2023/12/prabowo-kembali-ke-setelan-pabrik.html).

Misalnya, pada novel Pedang Langit dan Golok Pembunuh Naga karya Chin Yung (Jin Yong). Dalam satu adegan, diceritakan perwakilan aliran kepercayaan dari Persia mengatakan kepada Ketua Partai Gobi (Emei).

Bahwa, ilmu silat memang dapat ditingkatkan dengan pelajaran dan latihan. Sungai dan gunung mudah ditaklukkan, tapi watak manusia susah diubah:

5. Kpopers

4. Pasangan yang bucin

3. Ego fan klub sepak bola

2. Megalomania pendukung capres

1. Pemalas (Contoh Pak Ogah, Kang Parkir Liar, Ormas, Menteri Korupsi, Anggota DPR tidur, dll)

Berdasarkan interaksi dan pengalaman sehari-hari, kelima jenis manusia tersebut sangat complicated. Bahkan, meski dimandikan dengan air kembang tujuh rupa dari lima benua pun, sulit.

Pada saat yang sama, di jalan raya ada tiga instansi yang menurut saya keberadaannya tidak berguna. Minimal, ada atau ga, tidak mengubah keadaan.

Bahkan, kehadirannya malah memperkeruh suasana. Itu meliputi:

3. Dishub

2. Satpol PP

1. Polisi

Nomor buncit, kerjaannya cuma mengangkut motor dan mobil rakyat jelata saja. Sementara, kendaraan pejabat atau yang terlihat mewah, ga berani. Pecundang!

Yang kedua, cuma mampu mengejar pedagang kaki lima saja. Pada saat yang sama, resto atau mal yang bangunannya melanggar jalan umum didiamkan. Termasuk, cuek dengan keberadaan pak ogah dan parkir liar. Sumpah, ga rela saya bayar pajak ke negara buat gaji Satpol PP seperti ini.

Polisi? Panjang banget. Akan saya uraikan di bawah ini.

Btw, apa korelasi antara tiga instansi ini dengan yang saya ulas pada paragraf awal. 

Yupz, soal watak. Mereka ini sangat susah diminta untuk berubah lebih baik!

Baru gercep untuk bertindak jika sudah viral. Negara macam apa ini?


*       *       *


KEPOLISIAN Negara Republik Indonesia (Polri) genap berusia 78 tahun pada 1 Juli nanti. Segenap masyarakat, pengusaha, politisi, akademisi, tokoh agama, penguasa tambang, 9 naga, 5 gajah, 3 seblak, hingga pentolan ormas pun pada sibuk bersiap mengucapkan selamat untuk instansi yang bermarkas di Jalan Trunojoyo, Jakarta Selatan ini.

Minimal, pada pasang spanduk: Selamat HUT Bhayangkara ke-78 disertai foto mereka berjabat tangan dengan pejabat tinggi Polri.

Meski, saya yakin mayoritas dari mereka memberi ucapan selamat dengan rasa terpaksa. Ha... Ha... Ha...!

Btw, sebagai bagian dari rakyat jelata yang hobi ngeblog, tentu saya ingin mengucapkan selamat untuk ultah ke-78 Polri lewat artikel ini. Serius?

Yongkru.

Saya teringat komentar Prof. Mahfud MD dua tahun lalu saat rapat di DPR, "Lebih baik 60 tahun dengan polisi jelek, dari pada semalam tanpa polisi. Semalam saja tidak ada polisi, besoknya negara hilang."

Ha... Ha... Ha... Miris, euy.

Tapi, ini fakta. Mau gimana lagi. 

Saya bisa berharap suatu saat nanti, Dishub dan Satpol PP ditiadakan akibat keberadaannya nirguna. Namun, ga dengan Polri. Sebab, gimana pun, keberadaan polisi sangat dibutuhkan. 

Meski, sejelek apa pun kinerja mereka. Sebab, saya pribadi sangat membutuhkan mereka.

Mulai dari permohonan SKCK untuk lamaran kerja atau buat SIM (https://www.roelly87.com/2021/04/bikin-sim-c-hanya-rp-155-ribu-ini.html).

Kita semua sayang, eh salah. Kita semua butuh polisi!

Lanjut, ya. 

Eh... Bentar! Ada tukang bakso lewat. Padahal kan dini hari WIB ini saya ga lapar. 

Waduh, tiba-tiba di seberang ada tukang somay. Lalu, tukang batagor, nasi goreng, seblak, cangcimen, dan banyak lagi yang datang pakai gerobak.

Ada apa ini?

Btw, kok di belakang dan samping celana mereka ada benda yang tak asing. Mirip handphone tapi beda.

HT...

Mereka ini pedagang beneran atau anggota kepol...

(Tulisan terputus)


*       *       *


SEBAGAI bloger, saya sudah banyak menulis artikel tentang polisi. Bahkan mencapai puluhan baik di blog pribadi, www.roelly87.com atau via Kompasiana (www.kompasiana.com/roelly87) dan di media sosial (facebook, twitter, instagram dengan username identik: @roelly87).

Artikelnya bervariasi. Ada yang baik dan buruk. 

Memberi apresiasi atau kritik. Wajar.

Misalnya ini https://www.roelly87.com/2016/04/jakarta-metropolitan-police-expo-2016.html dan https://www.kompasiana.com/roelly87/552bbed46ea834027a8b45e1/pengalaman-sehari-di-mabes-polri.

Sebagai bloger, tentu saya berusaha untuk fair. Baik ya saya bilang baik. Kalo buruk ya saya katakan buruk. Sesederhana itu.

Bahkan, kritik saya pada 2013 lalu masih terpasang di fanpage facebook Divisi Humas Polri, berjudul Polisi Siap Dikritik (https://www.facebook.com/share/p/rAH6ZPbKH1Tuv1vo/?mibextid=oFDknk).

Bintang lima untuk admin FP epbi itu. Hingga kini, artikel tersebut masih utuh. 

Langka banget sih momen ini. Jarang-jarang ada instansi yang mau dikritik dan bahkan tetap mencantumkan masukan masyarakat itu di laman resmi FB-nya.

Hanya, itu 11 tahun silam. Sekarang?

Bahkan, polisi justru mencari orang yang memviralkan anggotanya yang membunuh bocah di Sumatera Barat. Duh, gusti...

Btw, pak polisi yang terhormat, saya ingin tanya nih. Jika orang yang memviralkan itu sudah ketemu, mau kalian apakan ya?

Semoga orang tersebut baik-baik saja. 

Seharusnya, justru polisi yang berterima kasih atas viralnya berita itu. Sebab, jadi tahu bahwa di level bawah, banyak anggota kalian yang brutal.

(Level elite aja, JENDERAL BINTANG DUA Ferdy Sambo membunuh di Komplek Polisi)

Insiden di Sumbar itu bukan yang pertama atau terakhir. Banyak lagi sebelumnya, saat ini, dan yang akan datang.

Jangan-jangan, setelah menulis artikel ini, saya juga bakal dicari pak polisi yang terhormat?

Ih... Takut!

Padahal, saya mau kasih kado untuk mereka yang merayakan HUT ke-78. Namun, bingkisan berupa mahkota itu masih tertahan di DC Cakung. 

Eh, Cirebon deh. Secara, kasus pembunuhan Vina yang terjadi sejak 2016 silam belum terungkap!

Apalagi, jika mengantarkan kadonya ke Markas Besar Kepolisian Daerah (Mabes Polda) Metro Jaya, sesuai domisili saya di Jakarta, pun saya enggan. Sebab, parkirnya mahal banget.

Oktober lalu saya ke sana, harus mengeluarkan Rp 4.000. Padahal ga sampe lima menit. (Sumber: https://www.instagram.com/p/CySufvYSaeD/?igsh=OGdkdndhcnFudGJs). 

Slogan 3M (melindungi, mengayomi, dan melayani masyarakat) cuma sebatas template. Gimana warganya mau lapor, baru mau masuk gedungnya aja udah mikir akibat tarif parkirnya mahal.


*       *       *


KRITIK tanpa solusi itu hanya omong kosong. 

Pemerintah yang merupakan perwakilan negara, termasuk Polri harus mau menerima kritik. Secara, mereka digaji dari pajak yang dibayarkan seluruh rakyat Indonesia.

Di sisi lain, sebagai bagian dari masyarakat, saya wajib untuk memberi kritik. Tentu, masukan dan pendapat yang membangun. Alias, konstruktif. 

Bukan malah destruktif. Alias, sekadar ujaran kebencian saja.

Sebagai bloger, tentu saya kerap menyuarakan kritik lewat tulisan atau unggahan di media sosial. Diterima atau tidak oleh pihak yang bersangkutan, itu cerita lain.

Toh, saya sadar diri, cuma sekadar remahan rangginang di kaleng biskuit lebaran. Sementara, instansi yang saya kritik berada di Menara Gading.

Misalnya, terkait proyek abadi Pantura (https://www.kompasiana.com/roelly87/54f76c86a33311a8368b47fc/nangkring-bareng-kemenpu-dan-sorotan-proyek-abadi-pantura?page=all#section2).

Juga terkait TNI sebagai Paswalyur alias Pasukan Pengawal Sayur (https://www.kompasiana.com/roelly87/550def16813311842cbc6125/di-usia-tni-ke-66-ini-semoga-tidak-ada-lagi-paswalyur-pasukan-pengawal-sayur).

Mendengar keluh dan kesah dari pegawai Bea Cukai (https://www.roelly87.com/2015/11/membongkar-rahasia-bea-cukai.html).

Terkait Kang Parkir Liar (https://www.roelly87.com/2024/03/terima-kasih-orang-baik-3.html).

Soal Pak Ogah (https://www.roelly87.com/2024/04/wabah-pak-ogah-merajalela-polisi-bisa.html).

Dishub yang pengecut (https://www.instagram.com/p/CnjGD8yS5oQ/?igsh=MWZ6b2dmZWg5OHlweQ==).

Ormas bangsat dan akamsi sok jagoan (https://www.kompasiana.com/roelly87/55091051a33311f6432e3af3/ramadhan-ketika-sang-bos-konveksi-kepusingan-ditagih-thr-pemuda-kampung).

Pengawalan yang dikutuk masyarakat akibat tet tot tet tot nguing nguing (https://www.roelly87.com/2023/04/lawan-arogansi-di-jalanan-jangan-pernah.html)

Dan, banyak lagi. 

Sebenarnya masih banyak yang mau saya tuangkan di artikel ini. Apa daya, saya sadar. Bahwa, sampai mulut berbusa pun kita mengkritik, tetap saja polisi tidak akan berubah.

Eh, ga deh. Saya punya pengalaman positif dengan mereka.

Salah satunya sudah saya tulis 12 tahun silam, https://www.kompasiana.com/roelly87/550b8fb4a333119c1e2e3db8/tidak-semua-polisi-berperilaku-kurang-baik?fbclid=IwZXh0bgNhZW0CMTEAAR1GNJ-WQhdbM2nOha-8455gfrgSa35hJjLZOYfIHShyznbbQEWSQfUcG40_aem_LTZKflEWQ3KNaLsrutQSXA (buset ini link-nya panjang banget :).

Bahkan, ini paling dalam. Sumpah, saya merinding saat dulu menulisnya. 

Secara, judulnya aja keren banget: Polisi Menggugat (https://www.kompasiana.com/roelly87/550bb640a33311d81a2e39ce/polisi-menggugat?fbclid=IwZXh0bgNhZW0CMTEAAR0Siq3aBY1NZozR4tOXyBhOonU0gbFNyoghkP42dq75odXQnKA8Hns1zyI_aem_gJ-tfScrBHvgw__2eCbZEQ).


*       *       *


TIADA perjamuan yang tak berakhir. Alias, artikel ini harus disudahi.

Di sisi lain, terkait citra polisi yang kian negatif, saya ingat pepatah. Selama gunung masih menghijau, jangan takut kehabisan kayu bakar.

Itu berarti, selama saya, Anda, kalian, dan kita semua rakyat Indonesia, yang saat ini masih bernafas, tentu memiliki asa bahwa kelak, polisi akan berubah jadi lebih baik.

Kapankah waktunya tiba?

Entahlah. Saya bukan cenayang.

Yang saya pahami, perubahan itu pasti. Cepat atau lambat, hanya soal waktu.

Termasuk, polisi. Mereka akan segera jadi lebih baik, JIKA:

- Menghentikan suap atau faktor orang dalam saat menerima calon siswa di Akpol

- Menghilangkan stigma ABS (Asal Bapak Senang) yang membuat penyelidikan kasus jadi berbelit-belit

- GRATISKAN PARKIR DI SETIAP KANTOR POLISI. Ini gimana rakyat kecil mau lapor, baru masuk gedung polisi aja udah dikenakan tarif parkir

- BERANTAS KANG PARKIR LIAR, PAK OGAH, ORMAS BANGSAT, DLL (Maaf, capslock jebol!)

- Edukasi anggota yang muda agar tidak larut dalam euforia medsos. Dikit-dikit bilang, "Gimana negara ini jika ditinggal kami libur 3 hari." Hello... Kalian polisi, bukan seleb!

- Gercep dalam menangani kasus tanpa pandang bulu. Bukan sekadar baru gerak kalo udah viral

- Blablabla

- Blablabla

- Blablabla (ngantuk nulisnya udah subuh, jadi kehapus sebagian)

- Terakhir... Ini yang paling gampang ditulis tapi mahasukar untuk dilaksanakan. Kalo kata game era dingdong 90-an ini Raja Tamat. Kapolri harus berani PUTUS DUA GENERASI. Alias, para jenderal yang memegang jabatan krusial harus kompeten. Jangan paksa Boomers untuk menangani kasus penting. Contoh nyata, di Kemenkominfo. Ya Tuhan, kementerian itu sungguh tak berguna. Menteri sebelumnya ditangkap akibat korupsi BTS. Eh, yang baru malah ga lebih baik hingga data negara bisa dijebol pihak luar.

Oke, cukup sekian kado berupa kritik dari saya untuk menyambut HUT Bhayangkara ke-78.

Saya berharap, saat tahun depan merayakan ultah ke-79, stigma negatif terkait polisi di masyarakat sudah berubah jadi positif.

Ga instan tentunya. Tapi, kalo ga dimulai sekarang, mau sampai kapan?***


*       *       *


- Jakarta, 28 Juni 2024


*       *       *


Referensi


- https://www.kompas.tv/nasional/321248/mahfud-md-kutip-ibnu-taimiyah-lebih-baik-60-tahun-dengan-polisi-jelek-daripada-semalam-tanpa-polisi


- https://metro.tempo.co/read/1884734/kapolda-sumbar-mau-cari-orang-yang-viralkan-kasus-afif-maulana-kompolnas-jangan-disampaikan-ke-publik


- https://m.antaranews.com/berita/2973105/kapolri-jadikan-kritik-sebagai-obat-pahit-tapi-menyehatkan


- https://www.detik.com/sumut/hukum-dan-kriminal/d-7402420/temui-nenek-yang-dipungli-anggota-kasatpol-pp-pekanbaru-minta-maaf-ganti-uang


- https://megapolitan.kompas.com/read/2024/06/25/14332721/warga-kami-sudah-lapor-ke-dishub-terkait-pungli-di-jalan-samping-rptra



*       *       *


Artikel Terkait TNI-Polri dan Pemerintah

- Polri (Banyak banget, ada puluhan di www.roelly87.com dan www.kompasiana.com/roelly87)

- TNI (11/12 banyak)

- Pemerintah (13)



...

Rabu, 19 Juni 2024

Daftar Mal Elite di Jakarta dan yang Gratiskan Parkir untuk Ojol


Daftar Mal Elite di Jakarta 

dan yang Gratiskan Parkir untuk Ojol

Parkir gratis untuk ojol dan kurir paket
di Lotte Shopping Avenue
(Foto: Dokumentasi pribadi/@roelly87)


SEMERBAK harum tanah setelah hujan memang memiliki ciri khas. Wanginya itu loh, bikin perasaan jadi adem.

Usai hujan yang mengguyur ibu kota sejak pagi, saya pun hendak istirahat untuk makan. Setelah keliling nyari tempat yang nyaman untuk bersantap, akhirnya ketemu di pinggir Jalan Gunawarman, Jakarta Selatan.

Saya langsung membuka bungkusan nasi dan lauk yang dibuatkan ibu di rumah. Saat asyik menyantap, datang rekan ojek online (ojol) yang juga ingin istirahat.

Tak lama, dia bangkit. Namun, duduk lagi.

Kini, pandangannya fokus pada layar hp yang terus berbunyi. Tangannya asyik menari di depan layar.

"Wah, gacor bro," ujar saya membuka percakapan.

"(Orderan) Food terus bro. Ente ga dinyalain aplikasinya?"

"Off dulu. Istirahat makan."

"Males nih, ngambilnya di mal terus."

"Dimana, Pacific Place?"

"Bukan, Ashta. Malnya ribet."

"Kakap?"

"Boro-boro. Belanja makanannya 400 ribu lebih tapi ongkosnya cuma delapan ribuan. Belom dipotong parkir."

"Iya juga, bro. Mending cari orderan yang ongkosnya lumayan."

"Iya nih, udah empat orderan dilewatin. Ane geser bro."

"Kemana?"

"Blok M atau Santa."

"Lanjut bro."

Demikian obrolan singkat tersebut. Saya memahami enggannya rekan ojol itu untuk mengambil orderan di Astha, mal yang terletak di kawasan SCBD.

Sebab, ojol dilarang memakai atribut. Alias, jaket harus ditaruh di motor, tidak boleh dipakai terbalik atau ditenteng. 

Itu yang saya rasakan saat mengambil orderan food, tahun lalu. Sekaligus, kemungkinan yang terakhir kali saya ambil.

Kecuali, jika ongkosnya lumayan. Itu lain cerita.

Namun, kalo cuma ongkirnya delapan ribuan seperti yang didapat rekan ojol tadi, ya ogah. Sebab, udah aturannya ribet  harus kena parkir pula.

Padahal, di kawasan yang sama, ada mal yang menurut saya cukup ramah terhadap ojol. Yaitu, Pacific Place (PP) yang menyediakan parkir gratis untuk ojol dan kurir paket.

Mereka juga memperbolehkan ojol untuk memakai atribut dengan syarat jaketnya dibalik. Atau ditenteng, yang tidak dipermasalahkan.

Menurut saya aturan di PP cukup fair. Kendati, larangan memakai jaket ojol di beberapa mal, apartemen, atau gedung perkantoran, memang kerap mengundang pro dan kontra.

Namun, sebagai tamu, saya selalu menghormati aturan yang dibuat tuan rumah. Sesimpel itu.

Jika ada aturan lepas jaket, ya saya lepas. Kalo boleh dipakai, ya saya pakai. 

Sebab, saya memahami, jaket ojol apa pun itu aplikasinya, jika dipakai di mal bisa diidentikkan sebagai iklan berjalan. Itu mengapa, hampir seluruh mal, plaza, atau pusat perbelanjaan di Jakarta, khususnya yang elite, memberikan larangan.

Hanya, aturan paling ekstrem yang saya ketahui ada dua. Yaitu, Ashta dan Plaza Indonesia (PI). 

Keduanya mewajibkan ojol untuk menyimpan jaketnya di motor. Tidak boleh dipakai terbalik atau ditenteng.

Ya, saya sih ikutin aja. Namanya tamu, harus paham ketentuan tuan rumah.

Sementara, tiga dari lima mal terelite di Jakarta versi saya (Bintang Lima), memperbolehkan jaket ojol dibalik atau ditenteng. Yaitu, PP, Grand Indonesia (GI), dan Plaza Senayan (PS). 

Untuk Pondok Indah Mal (PIM), saya belum pernah ambil orderan food atau kirim barang di sana. 

Yang menarik, terkait PP. Meski berstatus mal elite dengan dihuni brand ternama dan lokasinya strategis di SCBD, tapi cukup ramah terhadap ojol.

Apresiasi untuk manajemen Pacific Place yang berhasil memanusiakan manusia. Sebelumnya, empat tahun lalu saat pandemi saya pernah tulis kritik akibat tiada tempat parkir hingga harus nyeberang ke Bursa Efek Indonesia (https://www.roelly87.com/2020/02/pi-pp-dan-ta-ini-daftar-mal-yang-kurang.html).

Untuk mal yang menurut saya levelnya di bawah mereka, ada Lotte Shopping Avenue (Lotte Mal Ciputra), yang tidak kalah ramahnya. Itu karena mal yang terletak di Jalan Prof. Dr. Satrio, ini menyediakan shelter gratis untuk ojol dengan durasi 30 menit.

Menurut saya, ini sangat bermanfaat bagi ojol. Sebab, saya bisa nyaman parkir motor dalam mal tanpa takut hilang atau diangkut Dishub jika naruhnya di pinggir jalan.

Apalagi, Lotte Mal ini juga membolehkan ojol untuk memakai jaketnya. Sumpah, ini aturan yang keren. 

Itu seperti saudara tuanya, Mal Ciputra (Citraland) di Daan Mogot, Jakarta Barat. Respek dengan Ciputra Group yang sangat mengakomodasi keberadaan ojol.

Sebab, tidak banyak mal atau pusat perbelanjaan yang seperti itu. Padahal, saat pandemi, kehadiran ojol banyak diapresiasi.

Pasalnya, ketika itu restoran dilarang untuk membuka layanan makan di tempat. Alhasil, banyak yang akhirnya tutup.

Sementara, yang bertahan sukses mengandalkan aplikasi pengantaran makanan seperti Gofood, Grabfood, Shopeefood, Traveloka Eats, dan sebagainya. Berkat keberadaan aplikasi itu, restoran tetap bisa menjual makanannya kepada pelanggan yang diantar melalui ojol.

Sekaligus, memberikan pemasukan bagi restoran untuk bisa bayar sewa tempat ke pengelola mal. Di sisi lain, mal pun bisa tetap beroperasi meski terbatas.

Hanya, setelah pandemi itu, situasi kembali ke setelan pabrik. Keberadaan ojol kerap dipandang sebelah mata oleh pengelola mal.

Ga semua, sih seperti itu. Namun ya, mayoritas.

Selain Ciputra Group, ada beberapa grup properti yang ramah terhadap ojol. Termasuk, Lippo yang menyediakan shelter parkir gratis di tiga mal yang saya tahu, yaitu Lippo Mal Puri di Jakarta Barat, Kemang Village (Jakarta Selatan), dan Pluit Village (Jakarta Utara).

Saya pribadi, sebagai ojol angkat topi buat manajemen yang memanusiakan manusia. 

Himbauan manajemen PI untuk ojol
(Foto: dokumentasi pribadi/@roelly87)


Berikut, daftar mal elite di Jakarta versi saya dengan kategori parkir gratis untuk ojol dan terkait atribut:


***** (Bintang 5)

Grand Indonesia (Jakarta Pusat) BP/ADL

Plaza Indonesia (Jakarta Pusat) BP/AWT

Plaza Senayan (Jakarta Pusat) BP/ADL

Pacific Place (Jakarta Selatan) PG/ADL

Pondok Indah (Jakarta Selatan) ?


**** (Bintang 4)

Senayan City (Jakarta Pusat) BP/ADL

Gandaria City (Jakarta Selatan) BP/ADL

Lotte Shopping Avenue (Jakarta Selatan) PGds/AOP

Central Park (Jakarta Barat) PG/ADL

Lippo Mal Puri (Jakarta Barat) PG/AOP

Taman Anggrek (Jakarta Barat) BP/ADL

PIK Avenue (Jakarta Utara) PGds/ADL

Emporium (Jakarta Utara) BP/ADL


*** (Bintang 3)

Sarinah (Jakarta Pusat) BP/ADL

Gajah Mada (Jakarta Pusat) BP/AOP

ITC Roxy Mas (Jakarta Pusat) BP/AOP

Citywalk Sudirman (Jakarta Pusat) PG/ADL

Kuningan City (Jakarta Selatan) PG/ADL

Kemang Village (Jakarta Selatan) PG/ADL

Astha (Jakarta Selatan) BP/AWT

Kota Kasablanca (Jakarta Selatan) BP/ADL

Citraland (Jakarta Barat) PG/AOP

Mal Puri Indah (Jakarta Barat) PG/AOP

Green Sedayu (Jakarta Barat) PG/ADL

Pluit Village (Jakarta Utara) PG/AOP

Mal Kelapa Gading (Jakarta Utara) PG/ADL


Lanjut ->

Mangga Dua Square (Jakarta Pusat) PG/ADL

HXC (Jakarta Pusat) PG/AOP

Atrium Senen (Jakarta Pusat) ?

Golden Truly (Jakarta Pusat) ?

Bellagio Mal (Jakarta Selatan) BP/ADL

Season City (Jakarta Barat) BP/AOP


Keterangan

PG: Parkir Gratis

PGds: Parkir Gratis dengan Syarat <30 menit

BP: Bayar parkir seperti pengendara umum lainnya

AOP: Atribut ojol diperbolehkan pakai

ADL: Atribut ojol/jaket dilepas atau boleh dipalai tapi dibalik

AWT: Atribut ojol wajib disimpan di motor/tidak boleh dibawa masuk gedung


Disclaimer: Artikel ini berdasarkan pengalaman pribadi. Bisa jadi ada beberapa yang terlewat, keliru, atau tidak update hingga 19 Juni 2024 ini.

- Jakarta, 19 Juni 2024

*       *       *


Artikel sebelumnya:

- https://www.roelly87.com/2020/02/pi-pp-dan-ta-ini-daftar-mal-yang-kurang.html

- https://www.roelly87.com/2023/11/menara-kadin-yang-memanusiakan-manusia.html


*       *       *


Artikel Selanjutnya:

- Ironi Ratu Plaza yang Terisolasi di Lokasi Strategis

- Apartemen dan Gedung Perkantoran Paling Dihindari Ojol

- Sarinah Sudah Bersolek tapi Serba Kentang

- Mega Mall Pluit (Pluit Village) Punya Cerita




Senin, 17 Juni 2024

Di Balik Kesuksesan JNE dalam Melayani Masyarakat


Di Balik Kesuksesan JNE dalam Melayani Masyarakat

Maskot JNE
(Foto: Dokumentasi pribadi)


TIGA puluh tiga (33) tahun bukanlah waktu yang sebentar. Dalam periode itu, Indonesia sudah dipimpin enam presiden berbeda.

Manis, pahit, asam, asin, dan berbagai rasa sudah dialami pada lebih dari empat windu tersebut. Pasang dan surut juga jadi santapan sehari-hari.

Mulai dari krisis moneter, inflasi, hingga pandemi Covid 19. Namun, semua itu bisa dilewati dengan sukses.

Tidak banyak perusahaan yang mampu bertahan lebih dari tiga dekade. Apalagi, di bidang pengiriman barang atau dokumen.

Salah satunya, PT Tiki Jalur Nugraha Ekakurir atau JNE. Perusahaan ekspedisi yang bermarkas di Tomang Raya, Jakarta Barat ini berdiri pada 26 November 1990.

Sejak saat itu, JNE sukses mewarnai pasar ekspedisi di Tanah Air. Itu meliputi kirim barang atau dokumen dengan jangkauan area distribusi sangat lengkap.

83.000 kota, termasuk kabupaten, desa, hingga pulau terluar. Pun dengan gerai penjualan lebih dari 8.000 titik.

Jumlah karyawannya saja lebih dari 50.000!

Tak heran jika JNE jadi pilihan utama masyarakat saat melakukan pengiriman barang atau dokumen. Termasuk saya yang tidak asing dengan perusahaan yang memiliki maskot Joni, kurir pria identik dengan topi merah-putih.

Ya, saya memang kerap menggunakan jasa JNE dalam pengiriman barang atau dokumen. Maklum, gerainya tersebar luas di penjuru Tanah Air.

Dekat rumah saya pun ada beberapa. Jadi, kalo mau kirim barang atau dokumen sangat mudah.

Termasuk, jika membeli sesuatu dari olshop (online shop) atau E-commerce. JNE jadi pilihan utama dalam menentukan ekspedisinya.

Itu sudah saya lakukan sejak awal dekade 2010-an. Tepatnya, saat E-commerce mulai jadi pilihan utama masyarakat dalam berbelanja.

Kebetulan saya pernah menulisnya 10 tahun silam saat belanja di salah satu E-Commerce (https://www.roelly87.com/2014/11/pengalaman-belanja-di-lazadacoid.html).


*       *       *


PERUBAHAN itu pasti. Adagium mencatat, kita harus mengikuti arus ketimbang bertaruh keadaan untuk meladeni derasnya air bah.

Demikian dalam hidup ini. Adaptasi adalah kunci.

Itu yang dilakukan JNE dalam menghadapi perkembangan zaman. Mereka berusaha untuk adaptif dan solutif untuk menjangkau masyarakat luas.

Khususnya, di tengan kemajuan teknologi dan kehadiran perusahaan sejenis. Saya sangat mengapresiasi peran manajemen dalam membesarkan JNE yang kini menjelma sebagai merek generik di masyarakat.

Sebab, jika ingin mengirim barang, yang terpatri di hati publik kerap menyebut, "Kirim via JNE saja". Baik itu secara personal, perusahaan, hingga transaksi lewat belanja online di E-Commerce.

Sederhana tapi perusahaan ekspedisi lain tidak bisa.

Ya, JNE rutin melakukan inovasi dalam pendekatan kepada masyarakat. Dimulai sejak 1995 dengan memperkenalkan sistem drop point atau agen pengiriman.

Ketika itu, JNE sukses memanfaatkan keberadaan warung telekomunikasi (wartel) untuk menerima atau melakukan pengiriman. Ini jadi cikal bakal Agen JNE yang seperti saya ulas pada paragraf di aras mencapai lebih dari 8.000 titik di penjuru Tanah Air.

Lima tahun berselang, seiring dengan tumbuhnya tren pemanfaatan internet, Agen JNE mampu membuka jam operasional hingga 24 jam untuk kota-kota besar.

10 tahun silam, JNE meluncurkan MY JNE. Yaitu, aplikasi serba guna berbasis android yang menyuguhkan beragam fitur untuk memudahkan masyarakat. 

Di aplikasi ini, kita bisa mengecek tarif kiriman, menelusuri posisi paket, lokasi konter terdekat, hingga tempat transaksi jual-beli antara penjual dan pembeli individual. Untuk aplikasi ini pernah saya ulas delapan tahun lalu (https://www.roelly87.com/2016/03/inovasi-jne-untuk-manjakan-pelanggan.html).

Teranyar, menyambut perayaan HUT ke 31, JNE meluncurkan Roket Indonesia pada 23 November 2021. Yaitu, layanan kurir instan berbasis aplikasi yang menggaransi estimasi pengantaran dalan waktu 1 jam. Saat ini, Roket Indonesia tersedia di 54 kota atau cabang JNE.

Yang menarik, dengan aplikasi ini, kita sebagai pelanggan tidak perlu mendatangi konter/gerai JNE untuk mengirim barang. Apalagi, pilihannya banyak meliputi instan alias langsung sampe, multi address (ke banyak alamat tujuan) dan sameday (garansi sampai di hari yang sama).

Tarifnya pun bukan lagi berdasarkan berat atau kilogram. Melainkan secara radius atau jarak kilometer seperti layanan ojek online (ojol).

Ini jadi inovasi yang menarik. JNE mampu jemput bola kepada pelanggan di mana pun dan kapan saja.

Apalagi, pembayarannya bervariasi. Bisa tunai, wallet, kartu kredit, hingga Qris.

Dengan nama besar JNE sejak puluhan tahun, Roket Indonesia sukses jadu andalan masyarakat dalam mengirimkan barang atau dokumen secara instan. 


*       *       *


MEMPERTAHANKAN lebih sulit dibanding saat meraihnya. Konsistensi merupakan faktor utama setiap perusahaan dalam menguasai pasar.

Itu yang saya lihat dalam kehidupan sehari-hari. Contoh gampang, di sepak bola. 

Yang sedang ramai saat ini, Piala Eropa 2024. Sepanjang sejarahnya, baru sekali ada tim yang sukses juara beruntun. Itu dilakukan Spanyol pada Piala Eropa 2008 dan 2012.

Untuk Piala Dunia, ada dua tim. Italia pada 1934 dan 1938 serta Brasil (1998 dan 2002). 

Dua tahun lalu, Prancis nyaris menyusul usai juara Piala Dunia 2018. Namun, langkah Kylian Mbappe dan kawan-kawa di final digagalkan Argentina.

Apa korelasinya dengan artikel ini?

Sebagai perusahaan ekspedisi terbesar di Tanah Air, tentu JNE tidak boleh berpuas diri dengan status pemimpin pasar. Manajemen wajib terus berinovasi untuk memberikan layanan terbaik kepada pelanggan.

Terlebih mengingat sebentar lagi mereka akan menyambut ultah yang ke-34. Saya berharap seluruh penggawa JNE dari level manajemen, kurir, hingga agen di berbagai penjuru Tanah Air untuk Gasss Terus Semangat Kreativitasnya!

Dengan penuh energi, semangat, maju, dan inovasi, JNE akan tetap jadi pilihan utama masyarakat.

Yuk, gas terus semangat kreativitasnya!


*       *       *

- Jakarta, 17 Juni 2024


*       *       *


Artikel terkait: 


- https://www.roelly87.com/2018/01/jne-loyalty-card-award-2018.html

- https://www.roelly87.com/2017/10/belanja-di-tokopedia-bayar-di-jne.html

- https://www.roelly87.com/2016/03/inovasi-jne-untuk-manjakan-pelanggan.html

- https://www.roelly87.com/2015/10/memetik-manfaat-dari-tokopedia-roadshow.html

- https://www.roelly87.com/2014/11/pengalaman-belanja-di-lazadacoid.html


Selasa, 11 Juni 2024

Pati Identik dengan Penggelapan, Ngapain Aja Pemerintahnya Selama Ini?


Pati Identik dengan Penggelapan, Ngapain Aja Pemerintahnya Selama Ini?


MENYANTAP gorengan yang berisi tempe, tahu isi, dan bala-bala merupakan kenikmatan sebagai cemilan ringan. Ditambah cengek yang hijaunya menggoda membuat suasana siang itu sangat syahdu.

Kriuk gorengan yang diselipkan beberapa cengek merupakan surga dunia. Ya, cukup dengan Rp 10.000 per bungkus dengan isinya macam-macam, kita bisa menikmati cemilan ringan yang sukses membuat mata melek.

Maklum, perpaduan tempe goreng, tahu isi, bala-bala, dan cabe rawit kecil nan menggoda, cukup membuat saya terjaga dari lelah serta kantuk usai seharian membelah jalanan ibu kota sebagai ojek online (ojol). 

Tak lupa, plastik berisi es tebu untuk menangkal pedas yang membuat suasana bersandar di emperan ruko kosong Taman Palem, Jakarta Barat, jadi lebih berwarna.

Tak lama, dari arah jam tiga, datang rekan ojol yang kemungkinan juga ikut ngadem. Kami pun bersalaman seperti biasa.

Usai saling menawarkan makanan masing-masing, dia sibuk menuang gelas plastik berisi kopi hitam sambil membuka hp. Saya juga tenggelam bersama cengek dan sepotong bala-bala.

"Makin rame aja ya soal Pati, ngab," ujar rekan ojol itu membuka percakapan.

Btw, 'ngab' merupakan anagram dari bang yang merupakan panggilan akrab sesama pria. Setara dengan bro, mas, brader, aa, kang, om, dan pak.

"Iya, bro," jawab saya singkat disela-sela gigitan terakhir tahu isi.

"Sadis juga ya, warga sono. Katanya, satu kampung isinya penadah gituan."

"Kasihan korban yang ga bersalah. Yang pasti, main hakim sendiri ga bisa dibenarkan."

"Iya, ngab. Padahal banyak ojol juga asal sono. Tapi biasanya baik. Kayak di BC ane ada yang pake motor *** kan asli Sukolilo. Orangnya ramah banget. Ga neko-neko. Ini di kampung aslinya, warganya malah serem semua."

"Bener bro. Ane juga kenal beberapa rekan ojol dari daerah A, B, C, dan lain-lain. Biasa aja. Stigma daerahnya rawan ini-itu ya wajar. Namun, ga semua warganya, termasuk yang merantau di Jakarta, berprilaku minus."

Obrolan kami terputus karena hp dia bunyi aplikasi pertanda dapat orderan. Rekan ojol itu pun langsung menyeruput kopi terakhirnya.

"Ngab, ane cabut dulu ya."

"Kakap bro?

"Paus... Ha ha ha."

"Ke mana?" Saya penasaran. Biasanya rute ojol jauh dibilang kakap di atas 20 km. Kalo paus, ya bisa lebih.

"Cikarang. Lumayan ngebolang ngab."

"Ebuset Itu mah, bukan paus lagi, tapi megalodon. Bisa 50 km ya."

"Ha ha ha. 60 km lebih, sampe pantat panas. Ane duluan ngab, mumpung Daan Mogot jam segini belom macet."

"Lanjut bro."


*       *       *


DALAM beberapa hari terakhir, Kabupaten Pati, khususnya Kecamatan Sukolilo jadi sorotan masyarakat. Itu terkait pengeroyokan warga kepada pengusaha rental yang mengakibatkan meninggal.

Kronologis yang saya baca di berbagai media, pengusaha rental dan beberapa kawannya hendak mengambil mobil yang digelapkan penyewa di Desa Sumbersuko, Sukolilo, Jumat (7/6). Apa daya, mereka justru disangka maling oleh warga hingga berujung penganiayaan.

Saya sudah melihat video yang beredar di media sosial (medsos). Itu biadab sih. Orang yang sudah terkapar masih dihujani pukulan dan batu. 

Mungkin, iblis pun sungkem kepada para warga yang melakukan penganiyaan tersebut. 

Sumpah, saya merinding lihat videonya.

Tak heran jika Sukolilo dan Pati pun dicap sebagai daerah penadah kendaraan curian. Stigma negatif ini bukan hanya dari satu atau dua orang saja.

Melainkan berdasarkan banyak pengakuan warga yang mengungkapkan kekesalannya di medsos. Bahkan, Pati (dan Sukolilo) di-blacklist sebagai kawasan rawan bersanding dengan Lampung, Palembang, Madura, dan Medan.

Di sisi lain, saya juga simpati kepada warga yang tinggal di kawasan yang dapat label negatif itu. Sebab, tidak semua penduduk di sana terlibat.

Sekali lagi, tidak semuanya terlibat.

Misal, (Pulau) Madura yang kerap dijuluki North Mexico akibat maraknya pencurian kendaraan atau menyerobot tanah orang. Jujur, ini bikin risih. Secara banyak orang dari Madura yang saya kenal, baik-baik saja. Malah, sangat ramah dan suka membantu sesama.

Hal serupa Medan dengan Gotham City terkait maraknya kriminalitas. Begitu juga dengan Lampung, Palembang, dan lainnya.

Saya pikir, kita ga bisa menggeneralisasi. Secara, dari sekian warga yang barbar, tentu tidak sedikit yang waras.

Bahkan, ada yang mengaitkan asal daerah dengan perilaku minus. Konon, ini jadi catatan hitam saat melamar kerja.

Untuk ini, saya tidak setuju. Maklum, saya besar di kawasan yang dijuluki Bronx-nya Jakarta. Namun, ya sejauh ini normal saja. Sejak kecil saya ga terpengaruh yang aneh-aneh. Begitu juga dengan warga lainnya. 

Kalo pun ada yang barbar, suka tawuran, maling, pengedar narkoba, ya itu segelintir saja. Jangan salahkan daerahnya.

Melainkan, justru yang harus disalahkan itu pejabat pemerintahnya bersama kepolisian. Sebab, mereka yang harusnya bertanggung jawab dengan situasi dan keadaan itu.

Contohnya, di Sukilolo dan Pati. Yang harus disalahkan ya camat, bupati, dan aparat yang berwenang.

Kemana mereka selama ini hingga Pati dan Sukolilo puluhan tahun dikenal sebagai kawasan penadah?

Ini yang seharusnya turut diusut. Apalagi, Kapolda Jawa Tengah Irjen Ahmad Luthfi kabarnya mau nyalon sebagai gubernur. Selama ini ngapain aja hingga membiarkan anak buahnya seperti ga peduli dengan Pati.

Begitu juga dengan Medan yang kini dipimpin Bobby Nasution sebagai walikota dan bersiap nyagub Sumatera Utara. Status sebagai menantu Presiden Joko Widodo ternyata ga berguna untuk menghilangkan stigma "Gotham City". Eh ini mau melompat lebih jauh sebagai orang nomor satu di Sumut...

Aduh!


*       *       *


KEADILAN harus ditegakkan di Tanah Air. Warga yang terbukti melakukan penganiayaan terhadap pengusaha travel harus dihukum berat. Khususnya, provokator atau dalangnya dan para penadah yang terlibat.

Pada saat bersamaan, pemerintah daerahnya dan aparat kepolisian jangan lepas tangan begitu aja. Mereka wajib kerja keras untuk mengedukasi warga Sukolilo dan Pati. 

Tidak hanya sekadar formalitas saja yang biasa dilakukan saat viral dan dilupakan ketika isunya sudah reda. Melainkan harus terjun langsung ke lapangan. 

Ini juga harus menggandeng pemerintah pusat. Sebab, maraknya penggelapan berkolerasi dengan himpitan ekonomi yang sulit di Pati. Konon banyak pengangguran di sana yang membuat mereka gelap mata.

Ini jadi PR bersama para pemangku kepentingan, baik pemerintah pusat, pemprov Jawa Tengah, pemda Pati, Sukolilo, dan aparat penegak hukum. Toh, gaji mereka kan berasal dari keringat masyarakat, termasuk warga Pati.

Jangan sampai insiden ini terulang lagi. Serius.

Sumpah, ga lucu jika dalam beberapa waktu ke depan kembali heboh diberitakan ada pengusaha rental yang takut mengambil kendaraannya yang digelapkan di Pati. 

Kalau seperti ini lagi, lebih baik para pejabat yang makan gaji buta itu segera mengundurkan diri.***


*       *       *


- Jakarta, 11 Juni 2024



*       *       *


Referensi:


- https://m.antaranews.com/berita/4145706/tiga-tersangka-pengeroyokan-kasus-mobil-rental-diancam-12-tahun-bui


- https://www.kompas.com/tren/read/2024/06/10/183000965/rangkuman-minggu-kriminal-di-pati-ada-pengeroyokan-pembunuhan-perampokan?page=all#page2


- https://metro.tempo.co/read/1878035/kronologi-bos-rental-mobil-dianiaya-warga-hingga-tewas-di-pati



...


Minggu, 09 Juni 2024

Indonesia Open 2024 Sepi, Kok Bisa?

Indonesia Open 2024 Sepi, Kok Bisa?

Kevin/Marcus wakil Merah-Putih terakhir
yang juara Indonesia Open pada 2021
(Foto: dokumentasi pribadi/@roelly87)


INDONESIA Open 2024 memasuki fase puncak, hari ini, Minggu (9/6). Tepatnya, dengan berlangsungnya final di Istana Olahraga (Istora) Gelora Bung Karno (GBK), sejak siang hingga selesai.

Namun, sepertinya gaung turnamen ini kurang nyaring. Tidak hanya di dunia maya, khususnya twitter dengan lesunya antusiasme warganet.

Melainkan juga di dunia nyata, yaitu kehidupan sehari-hari. Itu akibat merosotnya performa wakil Merah-Putih di Indonesia Open 2024.

Sebab, tidak ada satu pun yang mampu melangkah ke final. Pencapaian terbaik dicapai Sabar Karyaman Gutama/Moh Reza Pahlevi Isfahan yang melaju ke semifinal. 

Sayangnya, langkah mereka dihentikan ganda putra Malaysia, Man Wei Chong/Kai Wun Tee, dua set langsung, 27-29, 13-21. Alhasil, habis sudah wakil Merah-Putih yang membuat Istora terancam sepi pada final hari ini.


*       *       *


"SUASANA Indonesia Open 2024 ini beda dengan sebelumnya ya bang."

"Beda? Maksudnya?"

"Iya, agak sepi. Padahal semifinal. Namun, yang datang ga kayak tahun-tahun sebelumnya. Apalagi di dalam, banyak kursi kosong."

"Mungkin efek cuma ada satu wakil Indonesia di semifinal, kali ya."

"Iya, ya. Berasa banget, Istora lenggang."

Demikian percakapan saya dengan penumpang salah satu aplikasi ojek online (ojol), kemarin. Menurutnya, sebagai BL (Badminton Lovers) sejak awal 2000-an, Indonesia Open edisi ini yang paling sepi.

Saya hanya mengangguk. Ga mengiyakan, secara saya tidak ikut nonton langsung di Istora.

Datang ke kawasan GBK sekadar cari penumpang aja. Baik itu setiap ada event musik atau olahraga.

Namun, saya perhatikan sejak hari pertama Indonesia Open 2024, Selasa (4/6) memang tidak terlalu ramai.

Apalagi, jika dibandingkan sebelum pandemi. Indonesia Open selalu diserbu BL tidak hanya dari kawasan Jabodetabek dan daerah saja, melainkan negara tetangga.

Maklum, statusnya sebagai "The Holy Trinity" BWF World Tour Level 1000 bersanding dengan All England dan China Open.


The Old King: All England kali pertama diselenggarakan pada 1899

The King: Indonesia Open (1982) 

The Prince: China Open (1986)


Btw, Level 1000 sejak 2023 jadi empat turnamen dengan masuknya Malaysia Open.

Kali terakhir saya nonton Indonesia Open pada 2019 silam. Saat itu, Grup Djarum masih jadi sponsor utama Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) dengan menjadikan produknya sebagai nama turnamen.

Misalnya, Djarum Indonesia Open pada 2004-2013, BCA (2014-2017), dan Blibli (2018-2019).

Namun, kerja sama itu buyar sejak akhir 2020. Itu seiring dengan pergantian pengurus baru PBSI.

Entah ada korelasinya atau tidak, sejak saat itu hingga kini, hanya sekali wakil Merah-Putih juara. Tepatnya, saat Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon mengalahkan ganda putra Jepang, Takuro Hoki/Yugo Kobayashi pada Indonesia Open 2021.


*       *       *


SEPINYA Indonesia Open 2024 bukan hanya akibat jebloknya wakil Merah-Putih yang cuma mengirimkan ganda putra ke semifinal. Melainkan juga banyak faktor.

Itu diungkapkan beberapa penumpang ojol yang saya temui. Misalnya, tiket yang mahal, harga makanan dan minuman tidak bersahabat, ketidakjelasan venue dari rencana sebelumnya di Indonesia Arena yang baru dibangun dengan kapasitas 16 ribu kursi ke Istora (7 ribu).

"Pengurus PBSI ga becus, akibatnya cuma mampu kirim satu wakil di semifinal. Ini akibat orang yang ga ngerti bulu tangkis malah jadi pejabat di Cipayung," tutur penumpang yang saya jemput di depan Pintu 5 GBK.

"PBSI mau dongkrak kehadiran penonton dengan ngadain farewell, tapi ga konfirmasi ke Kevin/Marcus. Aneh kan, perpisahan tapi atletnya ga dikasih tahu?" penumpang lainnya, menambahkan.

"Gw beli tiket termurah semifinal hampir cetiaw (Rp 1 juta), yaitu lakpego (Rp 600 ribu). Bayangin mas, itu posisinya di ujung, Kategori 2. Temen gw anak *** malah beli yang cetiawgo (Rp 1,5 juta) presale VIP. Namun, apa yang kita dapat? Ga ada. Cuma nontonin atlet luar aja, wakil sendiri cuma ada Sabar/Reza doang," kata BL asal utara ibu kota.

Sebagai sesama penggemar bulu tangkis, situasi ini memang miris. Sebab, biasanya atlet kita bak raja di rumah sendiri pada Indonesia Open.

Terbukti dari berbagai gelar yang diraih lewat lima sektor. Bahkan, sukses sapu bersih pada 1983, 1996, 1997, dan 2001.

Kali terakhir wakil Merah-Putih meraih lebih dari satu gelar pada Indonesia Open 2018. Itu berkat Kevin/Marcus di ganda putra dan Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir (ganda campuran).

Meski kurang memuaskan di Indonesia Open, sejatinya wakil Merah-Putih cukup bagus sepanjang turnamen tahun ini. Itu dibuktikan dengan dua gelar All England 2024 melalui Jonatan Christie pada tunggal putra dan Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto (ganda putra).

Begitu juga pada nomor beregu. Tim Indonesia jadi runner-up Thomas Cup 2024 dan Uber Cup 2024. 

Untuk beregu putra, final tahun ini merupakan yang ketiga beruntun setelah 2022 dan 2020 (juara). Sementara, tim wanita kembali ke final Uber Cup sejak 2008 silam.

Terlepas dari hasil minor di Indonesia Open 2024, saya berharap PBSI segera melakukan evaluasi. Maklum, Olimpiade 2024 berlangsung sebulan lagi, tepatnya untuk cabang bulu tangkis pada 27 Juli hingga 5 Agustus mendatang.

Jangan sampai tradisi emas Indonesia terputus di Paris. Cukup luka di London pada 2012 silam saja kita gagal sejak kali perdana bulu tangkis dipertandingkan di Olimpiade pada 1992.

Ayo Indonesia, bangkit!


*       *       *


- Jakarta, 9 Juni 2024


*       *       *


Artikel Terkait:


- https://www.roelly87.com/2023/03/blackpink-di-mata-ojol.html

- https://www.roelly87.com/2023/11/sisi-lain-konser-coldplay-mistik-sedih.html

- https://www.roelly87.com/2024/03/anak-perwira-dijambret-di-samping-polda.html

- https://www.roelly87.com/2016/06/kemeriahan-bca-indonesia-open-2016.html

- https://www.roelly87.com/2016/05/bca-indonesia-open-2016.html 



 

Kamis, 06 Juni 2024

Niat Mulia Ajak Boikot tapi Caranya Salah

Niat Mulia Ajak Boikot tapi Caranya Salah


Ilustrasi perjuangan dalam mencari nafkah
(Foto: dokumentasi pribadi/@roelly87)




MEMASUKI pertengahan 2024, situasi politik dan keamanan di muka bumi ini kian memanas. Perang, invasi, aneksasi, hingga genosida kian menggila.

Khususnya, di Timur Tengah yang sangat panas akibat ulah Israel terhadap rakyat Palestina. Sejak 7 Oktober 2023, masyarakat di Kota Gaza dan sekitarnya tak henti mendapat gempuran dari kaum zionis.

Btw, bedakan ya antara Israel sebagai negara, Yahudi agama yang dianut, dan paham zionis. Ketiganya berlainan.

Banyak juga warga Israel yang beragama Yahudi sangat mengecam tindakan pemerintahnya. Untuk zionis ya, kalian pembaca blog ini tentu sudah tahu.

Oke, lanjut.

Imbas tindakan sewenang terhadap Palestina membuat masyarakat dunia pun mengecam Israel. Dari berbagai penjuru, melakukan demo dan boikot produk yang berafiliasi dengan negara yang seupil tapi tingkahnya tengil itu.

Termasuk, di Indonesja yang memang tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel. Baik dari sikap resmi pemerintah, pejabat, hingga rakyat jelata sangat mengecam invasi Israel.

Demo pun dilakukan segenap elemen masyarakat. Juga boikot terhadap produk, baik di dunia nyata maupun secara online.

Sebagai pribadi yang berusaha untuk memanusiakan manusia, sudah pasti saya sangat mendukung boikot tersebut. Tentu, asal tidak merugikan segenap rakyat Indonesia lainnya.


*       *       *


SIANG itu, cuaca sangat terik. Saya pun istirahat sejenak di emperan rumah toko (ruko) yang kosong di kawasan barat ibu kota sambil menunggu orderan selanjutnya. 

Lumayan, buat nyender sekaligus melempengkan kaki sebelum kembali melanjutkan tugas sebagai ojek online (ojol). Termos mini berisi kopi hitam yang tak lagi panas pun jadi teman setia.

Ga ketinggalan asap kehidupan yang menambah suasana kian syahdu. Meski sejak pandemi mereknya jadi aneh.

Termasuk, yang saya hisap sekarang. Bukan merek terkenal dan bahkan brand-nya ga jelas saking murahnya.

Maklum, sebagai ahli hisap, yang penting bisa ngelepus. Beda saat masih kerja atau sebelum pandemi, ga pernah jauh dari produk premium keluaran Surabaya dan Kudus.

Ga lama, ada pria dengan perkiraan usia sedikit lebih muda menghampiri. Pakaiannya formal dan rapi.

Sepatunya tandas nan mengkilap. Saya pun mengangguk sebagai tanda menyambut.

"Sendirian, mas? Kayaknya cape banget nih."

"Iya, bro."

"Istirahat?"

"Yongkru, sambil nunggu orderan."

Saya kembali menyeruput kopi. Scroll hp pun lanjut untuk melihat berbagai info di portal berita.

Pada saat yang sama, pria tadi sudah di depan saya. Bahkan, melongok hp yang saya buka.

"Asyik nih mas. Liat apa?"

"Biasa bro. Berita aja."

"Israel laknat masih rame diberitain?"

"Iya, bro."

"Anjing itu ya, ga mau diazab itu negara. Saya berharap secepatnya Israel dihilangkan dari muka bumi."

"..."

"Iya kan mas?"

"Yoi bro."

"Menurut kamu gimana mas?"

"Kenape bro?"

"Soal Israel laknat?"

"Ya, ga gimana-gimana."

"Lho, kamu kan lagi baca berita?"

"Maksudnya?"

Berbagai pertanyaan pria tadi bikin mood saya berubah. Saya yang sedang istirahat dan baca berita hasil pertandingan olahraga semalam, jadi merasa keganggu.

"Kamu dukung boikot Israel dan produk yang terafiliasi seperti ***, ****, *****?"

"Iya bro."

"Udah dilakuin?"

"Maksud lo apa nih?"

"Iya, boikot ga pake produknya, makan, dan minum produk yang nyumbang dana untuk Israel? Sudah dilakuin belom? Atau tidak pernah?"

"Hubungannya sama gw ini apa ya?"

Tensi saya langsung naik ketika ada yang menyinggung privasi. Saya memang mendukung adanya boikot terhadap produk atau brand yang terafiliasi dengan Israel.

Namun, itu untuk konsumsi pribadi. Yang berhak tahu hanya saya dan Tuhan.

Lah, ini ada orang ga kenal udah sok asyik menyelidiki ranah pribadi. Bahkan, lancang nanya-nanya yang menyerempet privasi.

Ga heran jika saya sedikit terpancing. Tadinya sopan memanggil 'bro' jadi lo dan gw.

Pertanda saya udah ga nyaman dengan seseorang. Ditambah, situasi lagi terik dan saya sedang ingin istirahat setelah keliling mengurai macetnya jalanan.

"Mas, kamu kan ojol ya. Sering anter makanan dari resto ***, ****, dan *****?"

"Woi, lo apaan sih. Nanya-nanya ga jelas."

"Ga mas, kita kan simpati sama Palestina."

"Iya, sebagai manusia, gw juga simpati. Tapi, hubungannya pertanyaan lo itu apa?"

"Gini... Mas, sesama manusia, saya hanya mengingatkan. Jika dapat orderan ojol antarmakanan dari resto itu mending dicancel aja. Ga ada faedahnya. Kebanyakan mudarat."

"..."

"Kalo mas tetep anter, sama aja secara ga langsung mas nyumbang ke Israel untuk membantai warga Palestina. Tolakin aja orderan dari resto ***, ****, *****, dan lainnya ya mas. Demi kebaikan mas juga. Biar berkah."

Mendengar uraian pria itu membuat saya tersenyum. Saya pikir, ini orang ga waras.

Seharusnya, menghadapi manusia ga punya otak kayak gini, lebih baik ditinggal. Ga usah diladenin biar dia capek sendiri.

Di sisi lain, saya pikir kalo ini orang dibiarkan, bakal berabe. Seolah udah berasa maha benar.

Jadi, saya pun harus kasih pelajaran biar dia kapok. Supaya ini pria ga terlalu ikut campur urusan orang lain.

"Berarti lo ngelarang kalo gw ambil orderan dari resto yang diduga terafiliasi atau menyumbang pendanaan Israel itu?"

"Benar mas. Biar berkah."

"Bro... Ini gw kasih nasihat terbaik buat lo sekarang dan ke depannya ya. Jangan pernah sekali-kali dalam hidup lo untuk ganggu orang yang lagi ibadah, kerja, dan makan. Urusannya fatal."

"Kok gitu, mas? Ini kan cuma..."

"Ngebacot lagi, ini termos melayang ke kepala lo. Gw hitung sampe tiga, kalo lo ga enyah, siap-siap..."

"..."

Dengan terburu-buru, pria itu pun sipat kuping. Gw langsung menginjak puntung rokok yang tersisa setengah batang akibat belum sempat dihisap manusia ga jelas itu.

"Huff..."


 *       *       *


SEPEMBAKARAN hio pun berlalu. Situasi dan tensi saya mereda usai kepergian pria tersebut.

Benar-benar manusia aneh. Niatnya sih mulia, tapi caranya sungguh salah.

Ngajak boikot sambil maksa orang kerja untuk menolak orderan itu sungguh terlalu. Apalagi, urusan dapur itu sensitif.

Hanya, ya sudah lah. Malas dibahas lagi.

Intinya, saya mendukung boikot atau kampanye anti Israel. Namun, jangan sampe merugikan bangsa sendiri.

Contoh, di media sosial ada video sekelompok orang yang teriak-teriak anti Israel di resto cepat saji. Bahkan, ada yang merusak properti dan membuat keresahan warga sekitarnya.

Padahal, yang berada di lokasi itu kan karyawan yang justru tidak tahu apa-apa. Mereka sedang bekerja demi sesuap nasi untuk keluarganya.

Memangnya, kalo sampe para karyawan dipecat, para pemboikot dan pendemo mau tanggung jawab? Hello!

Inget ya, zaman sekarang cari kerja sulitnya minta ampun. Jadi, ga usah terlalu goblok dengan menyusahkan orang lain.

Ditambah dengan berbagai kebijakan aneh pemerintah yang kian menyulitkan rakyatnya. Duh...

Pada saat yang sama, ada menteri korupsi yang tertangkap basah. Duitnya, ternyata dipake untuk sunatan cucu, minum wine, beli aksesoris mobil anak, hingga bayar biduan.

Ya... Tuhan!

Udah pemerintahnya ga peka dengan bikin kebijakan yang aneh-aneh, menterinya korup, pejabatnya kalo lewat jalan macet pake pengawalan yang minta diutamain sambil bunyi ngiung-ngiung tet-tot-tet-tot. 

Eh, ditambah sekelompok orang yang kampanyekan anti Israel tapi merugikan sesama saudaranya se-Indonesia. Hipokrit.


*       *       *


- Jakarta, 6 Juni 2024


*       *       *


Artikel terkait:

- https://www.roelly87.com/2023/04/lawan-arogansi-di-jalanan-jangan-pernah.html

- https://www.roelly87.com/2024/04/wabah-pak-ogah-merajalela-polisi-bisa.html

- https://www.roelly87.com/2024/03/anak-perwira-dijambret-di-samping-polda.html

- https://www.roelly87.com/2023/07/manusia-lebih-anjing-daripada-anjing.html

- https://www.kompasiana.com/roelly87/5508de76a3331124452e3960/ketika-garuda-sudah-tidak-lagi-di-dadaku

 - https://www.kompasiana.com/roelly87/5500b657a33311531850fa19/standar-ganda-sang-aktivis?page=all#section1


- https://www.kompasiana.com/roelly87/5508dddda33311b9422e3945/surat-untuk-penghuni-istana?page=all#section2



....

Minggu, 26 Mei 2024

Tidak Ada Toleransi untuk Perokok

 Tidak Ada Toleransi untuk Perokok

Tidak Ada Toleransi untuk Perokok



Burung atau walet terbang di antara
gedung pencakar langit
di Jalan Sudirman, Jakarta Selatan
(Foto: dokumentasi pribadi/@roelly87)


"YAELAH, sok suci banget."

"B aja kali, di jalan juga banyak. Emang gw ga waras, sengaja mau buang abunya ke orang lain? Dih."

"Ojol sombong!"

"Gw laporin loh ke aplikator. Biar dipecat. Mam**s."

Demikian berbagai komentar customer saat saya menjalankan tugas sebagai ojek online (ojol). Khususnya, ketika mengantar penumpang yang ternyata sedang merokok.

Baik saat di lokasi jemput alias sebelum naik. Atau, ketika customer sudah duduk di motor yang sedang jalan.

Bagi saya, tidak ada toleransi untuk itu. Setidaknya, saat di motor saya.

Jika sudah sampai tujuan dan turun dari motor sih, bodo amat. Mau ngerokok atau jungkir balik, headbanger, moshing, dan sebagainya, saya tidak ambil pusing.

Ora urus!


*       *       *


JULI mendatang, saya genap lima tahun sebagai ojol. Bukan waktu yang sebentar sejak kali pertama daftar pada 2019 silam.

Seperti artikel sebelumnya (https://www.roelly87.com/2024/01/dapat-orderan-raja-terakhir-mie-gacoan.html), saya punya lima aplikasi ojol dan kurir. Tepatnya, sebagai mitra aplikator, berdasarkan saya daftar yaitu:

1. Gojek: antar penumpang, makanan, barang

2. ShopeeFood: antar makanan, barang

3. Lalamove: antar barang

4. Indriver: antar penumpang, barang

5. Maxim: antar penumpang, makanan, barang

Oh ya, ada satu lagi, Traveloka Eats. Namun, sudah tutup November 2022 yang artinya beroperasi hanya setahun (sejak 2021).

Sedih sih kehilangan Traveloka Eats. Meski singkat, namun cukup berdampak positif pada pemasukan saya sehari-hari.

Semoga Traveloka bisa bangkit lagi ke depannya dengan menyediakan lini pengantaran makanan atau barang. Aamiin!

Untuk antar makanan, jelas seperti artikel sebelumnya,  (https://www.roelly87.com/2023/10/setelah-15-tahun.html) saya anti ambil orderan kue ulang tahun. 

Kalo antar barang ga masalah. Termasuk, yang dimensinya besar.

Mulai dari ban mobil, guci, akuarium, hingga kulkas dua pintu. Kulkas? 

Yoi. No problemo, secara sudah diikat dengan rapi oleh karyawan tokonya. Jadi, saya tinggal antar saja. 

Paling-paling keringet dingin kalo lupa isi bensin akibat harus bongkar muatan saat buka jok motor. Ha ha ha.

Bagaimana dengan antar penumpang? Biasa aja.

Sejauh ini, ga ada masalah. Termasuk, jika yang ganjil sekalipun.

Kebetulan, motor saya matic standar yang bisa ditaruh helm di bawah jok. CC-nya aja 125.

Bahkan, saya sering mengantar dua penumpang sekaligus. Terutama jika hujan, banjir, atau situasi force majeur yang menyebabkan sulit bagi customer untuk pesan ojol.

Sekali lagi, ga masalah.

Niat saya, keluar dari rumah untuk mencari uang yang halal. Perkara prosesnya berliku atau rumit, itu cerita lain.

Yang penting, udah usaha. Yongkru!


*       *       *


DAPAT apresiasi berupa pujian dan tip dari customer itu bagi saya udah lumrah. Sebagai ojol, tentu saya harus lakukan yang terbaik karena jualan jasa.

Pun demikian jika dapat komentar negatif, bahkan prilaku menjurus XXX (Sumber: https://www.instagram.com/p/CHV-PwNLo_2/?igsh=bGxoYTM5dmI1MTl1). Ya, terima aja.

Itu udah resiko jadi ojol. Ga perlu drama.

Namun, sebagai pemilik kendaraan, tentu saya punya aturan tersendiri. Setidaknya, ada tiga, dengan dua di antaranya tergantung situasi dan satu lagi mutlak.

1. Harus pakai helm

2. Tidak main hp/tablet/laptop

3. Tidak merokok

Yang pertama, situasional. Dulu, sebelum Pandemi Koronavirus melanda Tanah Air, saya sangat mewajibkan penumpang untuk pakai helm.

Jauh atau dekat, wajib pakai. Jika customer nolak pake helm, langsung cancel.

Selesai.

Saya ga mau drama. Juga bukan tipe pribadi yang ingin ribet.

Rules-nya jelas. Selama di motor saya, setiap penumpang wajib ikutin aturan saya.

Siapa pun itu. Baik orang tua, anak muda, anak kecil, pria, wanita, ACDC, pejabat, dan sebagainya.

Hanya, itu dulu. Sejak Covid 19 melanda, saya harus kompromi dengan keadaan (Referensi: https://www.instagram.com/p/CMC9RpsLXPI/?igsh=MTN4MHd5cmVmZnZ6Mg== dan s.id/GBHNojol).

Bagaimanapun, dapur harus ngebul. Idealis hanya teori ketika di hadapkan pada kebutuhan perut.

Alhasil, saya pun mencoba untuk toleransi jika ada penumpang yang ga mau pake helm. Setidaknya, ga terlalu jauh dari GBHN. Alias, Garis Besar Haluan Ngojek.

Tentu, syarat dan ketentuan berlaku, dong. 

1. Jarak deket

2. Malam

3. Ga ada polisi

4. Selain di kawasan Harmoni-Medan Merdeka-Thamrin-Sudirman yang memang zona merah


*       *       *


UNTUK yang kedua, terkait penumpang main gawai. Yaitu, imbauan menyimpan hp, tablet, dan laptop demi menghindari jambret atau kriminalitas lainnya.

Saya sering bawa penumpang yang asyik dengan ketiga gawai tersebut. Khususnya, hp yang selalu ditemui setiap hari.

Sebelum jalan, saya biasa mengingatkan dengan sopan agar penumpang menyimpan gawainya. Mayoritas sih menurut dengan langsung menaruhnya di saku atau tas.

Namun, adakalanya bandel. Diingetin iya-iya aja. Sebelum berangkat dimasukin saku atau tas. Namun, saat di jalan lanjut dikeluarkan.

Yowes lah.

Bahkan, ada yang malah ngomel. Ga terima dikasih tahu.

"Udah ga usah ribet. Ini hp saya. Abang sebagai ojol fokus aja bawa motornya."

Juga pernah, di-kick balik customer, "Abang aja naroh hp di stang. Ngapain nyuruh saya buat masukin hp saya di tas!"

He... He... He...

Saya naroh hp di stang yang dikaitkan dengan holder itu untuk melihat maps di aplikasi ojol. Secara, saya ga terlalu hapal jalan-jalan di ibu kota. 

Apalagi, jika masuk gang sempit. Gunanya holder hp ya untuk memudahkan ojol menyimak rute yang dituju. 

Terutama jika macet. Apakah lewat jalan utama atau gang kecil. 

Nah, kalo penumpang tetep bandel, ya sudah.

Saudara bukan. 

Tetangga bukan. 

Kenal juga nggak. 

Bodo amat!

Yang penting, saya udah kasih tahu. Tanggung jawab saya sebagai ojol yang jualan jasa sudah gugur.

Kalo customer lanjut main hp setelah beberapa kali diberi tahu ya sudah. Risiko ditanggung penumpang.


*       *       *


TERAKHIR, alias yang ketiga. Yaitu, tentang penumpang yang merokok.

Yes.

Saya juga perokok. Aktif. Namun, berusaha untuk tidak menyulut asap kehidupan itu saat sedang di motor.

Kenapa?

Alasannya, jelas. Membahayakan orang sekitar.

Sebab, abu rokok yang tertiup angin saja bisa membuat baju, celana bahan, dan jaket bolong. Apalagi, kalo kena muka. 

Perih banget.

Bahkan, di media pernah ada orang yang kena matanya nyaris buta akibat abu rokok pengendara lain. Sangat membahayakan sekitar.

Itu mengapa, saya sangat keras jika ada penumpang yang merokok. 

Saya tutup mata ketika customer ga pake helm. Masa bodoh jika penumpang main hp di motor.

Namun, khusus untuk rokok, jawaban saya jelas: Meminta dengan sopan agar rokoknya dibuang.

Kalo penumpang itu bandel dan posisi belum naik motor, maka saya cancel. Ga peduli ongkosnya besar sekalipun.

Sebab, saya ga mau terlibat hukum jika penumpang yang merokok itu abunya kena orang lain. 

Lalu, jika customer itu nakal dengan matikan rokok saat mau naik tapi ketika sudah di jalan lanjut dinyalakan, saya akan bertindak tegas. Minta penumpang itu turun.

Secara, hari apes ga ada dalam kalender.

Nah, bagaimana jika ada penumpang yang menghisap vape? Sejauh ini, saya hanya sebatas mengimbau. 

Tidak melarang. 

Lho, standar ganda dong? 

Bukan begitu. Sebab, vape dan sejenisnya tidak ada abu yang berterbangan.

Hanya asap. Tidak membahayakan orang lain.

Setidaknya, hingga saat ini. Ketika, artikel ini dimuat di blog. 

Mungkin, nanti akan saya larang jika ternyata asap dari vape dan sejenisnya ternyata membahayakan orang lain. Saat ini, saya masih menyimak.


*       *       *


KONKLUSI dari artikel ini, setiap ojol pasti ingin memberikan yang terbaik kepada para penumpang. Yaitu, dengan mengutamakan keselamatan, keamanan, dan kenyamanan bagi mereka.

Itu merupakan tugas utama ojol yang bergerak di bidang jasa. Apalagi, orderan dari customer, apa pun itu pada layanan antarpenumpang, makanan, dan barang, merupakan sumber penghasilan kami.

Yuk, kita kerja sama yang baik untuk disiplin di jalanan. 


*       *       *


Artikel Terkait Ojol:


- https://www.roelly87.com/2024/03/penumpang-kecebur-got-dan-motor-hampir.html

- https://www.roelly87.com/2024/03/terima-kasih-orang-baik-3.html

- https://www.roelly87.com/2024/03/anak-perwira-dijambret-di-samping-polda.html

- https://www.roelly87.com/2023/05/ditolak-ojol-bertepuk-sebelah-tangan.html

- https://www.roelly87.com/2023/04/lawan-arogansi-di-jalanan-jangan-pernah.html

- https://www.roelly87.com/2023/02/risiko-ojol-antar-makanan-pada-dini-hari.html

- https://www.roelly87.com/2022/09/terima-kasih-orang-baik.html

- https://www.roelly87.com/2021/03/kompromi-dengan-keadaan.html

- https://www.roelly87.com/2020/11/kamus-besar-bahasa-ojol.html

- https://www.roelly87.com/2020/03/tidak-ada-polisi-40-ini-alasan.html


*       *       *


- Jakarta, 26 Mei 2024



....

Minggu, 19 Mei 2024

Laut China Selatan dan Tetangga yang Berisik

Laut China Selatan dan Tetangga yang Berisik


LAUT Natuna Utara yang termasuk dalam kawasan Laut China Selatan merupakan halaman depan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Jadi, kita harus selalu menjaga beranda ini dengan baik.

Maklum, di Laut China Selatan ini juga berbagi kepemilikan dengan berbagai negara. Selain Indonesia, di kawasan Asia Tenggara ada Malaysia, Filipina, Brunei, dan Vietnam.

Sementara, Asia Timur diwakili Republik Rakyat Tiongkok dan Taiwan. 

Laut China Selatan ini sejak dulu dikenal sebagai jalur utama perdagangan dunia. Jadi akses dari Asia Timur dan Amerika bagian barat menuju Asia Selatan, Timur Tengah, Afrika, dan Eropa.

Wajar, jika kita harus mengawasi halaman depan ini dengan baik. Apalagi, Laut China Selatan juga kaya akan hasil alam, seperti minyak dan gas, hingga ikan yang melimpah.

Kita sudah tidak asing lagi mendengar nelayan dari negara tetangga yang tertangkap akibat mencari ikan di perairan Indonesia. Bahkan, ada juga tetangga berisik yang suka seenaknya di pekarangan negara lain.

Misalnya, parade militer dengan kapal perang yang mondar-mandir di Laut Natuna Utara. Hingga, membuat khawatir para nelayan kita yang sedang mencari ikan di perairan NKRI.

Hadeuh. Runyam emang kalo punya tetangga model gini.

Saya jadi inget dengan rivalitas duo klub asal Manchester pada dekade lalu. Saat itu, pelatih Manchester United (MU), Sir Alex Ferguson, kerap menyindir Manchester City sebagai tetangga yang berisik.

Itu akibat manajemen, pemain, dan fan Man. City kerap menyenggol "The Red Devils". Kalo kata anak zaman now, ga ngomongin MU, ga makan!

Ha... Ha... Ha...

Kalo Anda penggemar sepak bola, khususnya sejak 1990-an, pasti maklum dengan MU yang merajai kompetisi Liga Inggris. Namun, situasi berubah usai Man. City yang jadi juara 2011/12 secara dramatis pada akhir kompetisi.

Sejak itu, kondisi berbalik 180 derajat. MU hanya sekali kampiun pada 2012/13. Di sisi lain, Man. City, justru merajai, termasuk musim 2022/23 lalu dengan Treble Winners.

Eh bentar, ini kita lagi membahas Laut China Selatam, kok malah nyasar ke sepak bola? Btw, sejak jadi bloger pada 2009 silam, saya emang suka nulis random. Apa aja yang terlintas di ide dan depan mata, ya saya tulis.

Baik itu yang serius hingga remeh. Mulai dari pengalaman horor bin aneh sebagai ojek online (ojol), jadi petugas KPPS pada Pemilu 2024, bola, gulat pro, musik, kupu-kupu malam, kucing, dan sebagainya.

Intinya, ngeblog merupakan hobi disela-sela mencari orderan ojol. Baik itu dituangkan di blog ini, www.roelly87.com yang sudah ada sejak 2009 (2014 beralih dari blogspot) dan Kompasiana.com/roelly87 (2010).


*       *       *


"PAGI pak/bu, alamat udah sesuai aplikasi ya? Di Perumahan XXX Blok Z nomor ABC."

"Ya, pak. Rumah saya di tikungan. Nanti tunggu depan pos aja ya."

"Siap. Saya otw."

Demikian percakapan saya dengan penumpang di salah satu aplikasi ojol, pada Phalguna lalu. Btw, saya punya lima aplikasi ojol yang seluruhnya on dan empat di antaranya akan off jika salah satu bunyi. 

Kok banyak? Itu karena status saya sebagai mitra aplikasi, alias bukan karyawan yang dapat gaji dari perusahaan.

Justru, saya yang menggaji perusahaan aplikasi tersebut. Yaitu, lewat potongan harga yang dibayarkan penumpang dengan 20% di antaranya untuk aplikasi. (Ojol dapat bersih 80%).

Jadi, saya harus punya plan A, B, C, dan seterusnya jika ada salah satu aplikasi yang error. Yupz, jangan menaruh seluruh telur dalam keranjang yang sama.

Lanjut.

Ketika sampai di pos perumahan tersebut, saya pun menunggu customer. Hanya, tunggu tinggal tunggu, hingga 10 menit tidak ada kabar.

Saya chat via aplikasi. Lumayan lama baru  dibalas.

"Bentar ya pak. Ini depan rumah. Maaf pak,  bisa ke sini aja?"

"Ok."

Sesampainya di lokasi, ternyata customer lagi bersitegang dengan beberapa orang. Ga sampe baku hantam, mengingat penumpang saya itu wanita. Melainkan adu mulut.

Yang menarik saat penumpang itu menunjuk ke depan rumahnya. Tangan kanan pegang sapu dan tangan kiri menggenggam pengki.

"Ini terakhir kali saya kasih tahu. Jika terulang, saya lapor security."

Salah satu dari beberapa orang yang berkerumun di depannya menjawab, "Ga takut. Lapor aja. Ini jalanan umum. Toh, kami kasih makanan ke kucing hasil beli sendiri. Ga ngemis ke Anda."

"Tapi, kotorannya berserakan di mana-mana. Pot saya sampe pada rusak. Udah, sekarang saya mau kerja. Cape ngeladenin orang ga waras seperti kalian."

"Huuuu... Dasar perempuan nirempati. Cocoknya Anda hidup di hutan!"

Penumpang saya yang mukanya merah siap melabrak orang tersebut. Namun, urung ketika menoleh ada saya yang sudah menunggu di depannya.

"Pak, maaf ya. Yuk berangkat," ujarnya sambil menaruh sapu dan pengki serta mengunci pagar rumahnya.

"Ke gedung EFG ya, ka. Siap."

"Maaf ya, udah bikin nunggu lama. Cape juga ngadepin tetangga yang berisik ini. Sekali lagi, maaf ya pak."

"Aman ka. Oke, kita otw."


*       *       *


TERNYATA, usut punya usut, keributan itu akibat ulah tetangga depan rumahnya yang dinilai sangat keterlaluan. Itu diungkapkan sang penumpang dalam perjalanan yang beberapa kali menahan geregetan.

Menurutnya, si tetangga yang baru pindah bulan lalu ke cluster kelas menengah itu sangat resek. Sebab, sering menyetel tv dengan volume yang kencang pada malam hari. 

Bahkan, seenaknya menaruh beberapa motor dan mobil di depan rumahnya. Hingga, menghalangi akses keluar dan masuk sang penumpang.

"Saya sudah bilang baik-baik, tapi masuk kuping kiri keluar kuping kanan. Kalo malam banyak tamunya yang datang untuk setel lagu berisik. Nah, kendaraan mereka seenaknya parkir depan gerbang rumah saya, hingga saya ga bisa buka karena kehalangan. Tadi puncaknya..." penumpang itu menjelaskan.

Mendengar penuturan tersebut, saya jadi merasa aneh. Sebab, perumahan itu bisa digolongkan kawasan kelas menengah. 

Rumahnya besar-besar. Sistem cluster dengan satu pintu untuk keluar dan masuk. 

Bahkan, ojol atau tamu harus menyerahkan KTP kepada security di pos depan. 

Namun, ternyata perumahan elite tersebut ga menjamin penghuninya untuk rukun. Ada saja tetangga yang berisik bin julid dengan berlaku seenaknya.

Meski, info ini hanya saya dapat dari penumpang. Alias satu arah. 

Belum tentu sepenuhnya benar mengingat harus memverifikasinya dengan tanya langsung kepada tetangga sang penumpang. 

"Selain kelakuan minus, tetangga saya itu kayak orang bener. Tiap hari kasih makan kucing liar. Bahkan, ada yang dibawa dari luar. Mending kalo dipelihara dengan diberi kandang. 

Lha, ini dilepas begitu aja. Akibatnya, banyak kucing yang berak sembarangan di kawasan kami. Termasuk, di halaman saya, itu bau banget. Kotoran kucing berserakan di mana-mana. Gimana ga kesel?" tutur penumpang itu sambil berapi-api.

"Kalo dikasih tahu, dibilangngnya saya ga punya perasaan. Kata mereka, saya ga punya rasa sayang kepada sesama makhuk hidup...

Hello! Mereka itu benar-benar ga waras. Kalo betulan penyayang binatang, harusnya tuh kucing dipelihara dengan baik. Dikasih kandang dan pasir untuk kucing buang kotoran. Bukan malah dilepas begitu saja hingga mengganggu penghuni perumahan lainnya yang setiap pagi harus menyapu kotoran dan kencing kucing."

Obrolan terhenti mengingat kami sudah sampai lokasi kerjaannya. Penumpang itu kembali meminta maaf atas insiden sebelum berangkat yang saya tanggapi dengan santai.

Usai menyelesaikan orderan di aplikasi, saya pun lanjut. Hanya, di jalan saya jadi teringat keributan sang penumpang dengan tetangganya yang berisik itu.

Mengenai tetangganya yang menyetel tv atau musik hingga kencang dan parkir kendaraan sembarangan, saya enggan komentar. Namun, untuk kasih makan kucing liar ini, saya merasa ini jadi pro dan kontra.

Btw, saya pernah menulisnya dua tahun lalu (https://www.roelly87.com/2022/09/terima-kasih-orang-baik.html). Saya sangat berterima kasih jika ada individu atau pihak yang rutin berbagi kepada sesama makhluk hidup, dalam hal ini memberi makan kucing.

Namun, untuk situasi di perumahan penumpang tadi, tentu berbeda. Sebab, namanya kucing liar tentu ga bisa diawasi. 

Khususnya jika buang kotoran atau kencing sembarangan yang bisa mengenai halaman rumah orang. Tindakan tetangga sang penumpang ini yang rutin memberi makan kucing liar memang sangat diapresiasi. 

Hanya, seharusnya lebih bijak lagi. Sebab, tindakannya itu justru merugikan sesama penghuni perumahan lain. 

Apalagi, jika melihat reaksi sang tetangga yang seolah maha benar di hadapan penumpang saya itu.

Saya jadi ingat terkait pantangan meladeni tipe orang tertentu yang jika dilakukan sama aja dengan melukis di atas air, yaitu:

1. Jangan debat dengan pendukung calon presiden (capres) tertentu.

2. Jangan adu argumen dengan penggemar klub sepak bola.

3. Jangan menasihati orang bucin.

4. Jangan meladeni Cat Lovers.

Setuju ga setuju, tapi ini relate banget dengan kehidupan sehari-hari. Ha... Ha... Ha...

Lanjut terkait tetangga yang toxic itu, biasanya ada di sekitar kita. Dalam hal kecil di pemukiman hingga skala luas antarnegara.

Contohnya, di Laut China Selatan...


*       *       *


DALAM beberapa tahun terakhir, Laut China Selatan kerap disorot dunia. Itu terkait potensi konflik yang melibatkan tujuh negara.

Tentu, sejauh ini Indonesia selalu bersikap pasif. Alias, tidak reaktif dibanding beberapa negara lainnya.

Meski begitu, saya menyadari, pemerintah berusaha untuk berlaku cermat. Menyikapinya dengan bijaksana terkait adanya tetangga berisik yang mulai julid.

Bisa dipahami mengingat menjaga kedaulatan merupakan kewajiban yang utama. Tentu, pemerintah enggan kompromi jika ada pihak yang usil.

Salah satunya, Tiongkok, yang mengklaim secara sepihak Laut Natuna Utara yang memang jadi bagian Laut China Selatan. Itu karena Negara Tirai Bambu memasukkannya dalam konsep Sembilan Garis Putus-putus (Nine Dash Line).

Berdasarkan dalih sebagai kubu yang menang pada Perang Dunia II. Saat itu, Tiongkok mengklaim Nine Dash Line membentang sejauh 2.000 km dari daratan mereka hingga beberapa ratus km yang bersinggungan dengan negara lain.

Termasuk, Laut China Selatan yang luasnya 3.5 juta km persegi ini, diakui Tiongkok dengan 90 persen bagian. Itu berarti termasuk Laut Natuna Utara milik kita, Indonesia yang luasnya sekitar 83.000 km persegi, bakal berkurang 30 persen...

Wow!

Padahal, Indonesia sudah menegaskan ujung selatan dari Laut China Selatan merupakan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) berdasarkan Konvensi PBB tentang Hukum Laut hingga pada 2017 dinamai Laut Natuna Utara.

Ironisnya, Tiongkok bergeming. Tetap menganggap Laut China Selatan yang di dalamnya ada Laut Natuna Utara sebagai miliknya.

Saya yang mengetahui kabar tersebut melalui media online, cetak, dan televisi, pun jadi kesal sendiri.

Ini seperti kisah penumpang ojol saya. Yang punya tetangga julid dengan parkir kendaraan sembarangan hingga menghalangi aksesnya keluar masuk rumah.

Atau, klaim Tiongkok terkait Laut China Selatan itu begini. Biar lebih masuk, saya ambil contoh sendiri.

Ibaratnya saya tinggal di suatu perumahan sederhana dengan batas antarrumah dipisahkan pagar yang terbuat dari kayu berjarak masing-masing satu meter dari bangunan. Nah, ga lama, ada tetangga yang baru pindah tinggal di sebelah.

Doi seenaknya mencabut pagar kayu saya dengan dimajukan mepet ke dalam rumah. Alasannya, untuk dijadikan parkiran kendaraannya.

Nah, lho! 

Padahal, saya sudah bilang secara baik-baik bahwa itu tanah milik saya. Bahkan, sampai memperlihatkan sertifikat resmi terkait luas tanah yang saya miliki.

Sementara, tetangga itu sok iye. Ngeyel banget. Tetap mencabut pagar kayu punya saya dengan alasan tak jelas.

Sampai sini, jelas saya harus bersikap tegas. Baku hantam merupakan penyelesaian yang ideal untuk membela harga diri saya dan keluarga yang sudah memiliki sertifikat resmi atas luas tanah itu.

Namun, salam olahraga itu hanya jadi opsi terakhir. Jika mentok saja.

Sebisa mungkin saya mengutamakan diplomasi. Yaitu, melaporkan kepada RT, RW, Lurah, Badan Pertanahan, hingga Kepolisian, yang bisa berlanjut ke meja hijau.

Jika saya benar, tentu kebenaran akan berpihak kepada saya. Toh, memang tanah itu milik saya secara hukum. 

Bahkan, saya bakal menuntutnya lebih jauh. Untuk menimbulkan efek jera agar tetangga saya itu tidak sembarangan menyerobot tanah orang lain.

Jika doi masih ngotot untuk menguasai sebagian tanah saya itu, baru hukum rimba berbicara. Buat apa Tuhan menciptakan tangan dan kaki kalau tidak digunakan dengan baik? 

Ya, untuk menghukum tetangga saya yang usil itu!

Hukum rimba untuk menghukum orang yang tidak tahu aturan dan merasa kebal hukum.

Yupz, demikian analogi saya terkait kondisi Laut China Selatan. Diplomasi merupakan opsi utama yang bakal dilakukan pemerinyah Indonesia untuk mempertahankan wilayahnya dari incaran negara asing.

Kita boleh bersahabat dan memiliki hubungan baik sejak puluhan hingga ratusan tahun. Namun, terkait kedaulatan, tidak ada tawar-menawar. Kita harus mempertahankan setiap jengkal wilayah di Tanah Air hingga tetes darah terakhir.

Termasuk, Laut Natuna Utara yang masuk dalam Laut China Selatan. Ini saya berbicara fakta. 

Tepatnya, sebagai Warga Negara Indonesia yang dalam 15 tahun terakhir rutin menuangkan ide, gagasan, dan pemikiran dalam blog.

Maklum, dalam Konvensi PBB Tahun 1982 terkait Hukum Laut Internasional atau Hukum Perjanjian Laut (United Nations Convention on the Law of the Sea/UNCLOS), memutuskan perairan Natuna masuk dalam ZEE Indonesia.

Secara sah, Indonesia punya hak untuk mengendalikan kekayaan ekonomis di dalamnya untuk kepentingan rakyat. Itu meliputi menangkap ikan, menambang, eksplorasi minyak, navigasi dunia penerbangan, hingga menanam pipa dan kabel di bawah laut.

Di sisi lain, berdasarkan berita yang saya baca pada 2021 lalu, Kapal Perang Tiongkok mondar-mandir di Laut Natuna Utara hingga membuat nelayan kita yang sedang menangkap ikan jadi ketakutan. 

Masih pada tahun yang sama, Tiongkok memperingatkan pemerintah Indonesia untuk menyetop pengeboran minyak dan gas alam di Laut Natuna Utara yang masuk dalam Laut China Selatan.

Aneh kan. Kita beraktivitas di wilayah sendiri tanpa mengganggu orang lain. Pada saat yang sama, tetangga sebelah justru protes dan meminta kita untuk menghentikan aktivitas tersebut.

Kalau saya pribadi sih, akan lantang bersuara kepada pemerintah untuk menegaskan satu kata: Lawan!


*       *       *


HEI... Sabar.

Konfrontasi merupakan opsi pamungkas. Alias, langkah terakhir jika negosiasi sudah mentok.

Yup, kita harus berdiplomasi dengan baik. Seperti adagium, "Satu musuh sudah terlalu banyak, seribu kawan sangat sedikit".

Itu berarti, kita harus berpikir secara jernih dalam menyikapi potensi konflik di Laut China Selatan. Hal tersebut yang dilakukan pemerintah dalam menyikapi situasi ini.

Salah satunya diungkapkan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Hadi Tjahjanto dalam webinar yang diselenggarakan Indonesia Strategic and Defence Studies (ISDS) bersama Litbang Kompas pada 19 Maret lalu. Dalam kesempatan itu, Panglima TNI 2017-2021 ini menegaskan, perlu kehati-hatian dalam menangani konflik dan menyikapi dinamika situasi yang berkembang.

"Pemerintah Indonesia akan selalu mengedepankan cara-cara dialog yang damai dalam menghadapi konflik di Laut China Selatan dan tentunya mengedepankan prinsip penghormatan terhadap kedaulatan masing-masing negara,” ujar Hadi.

Apa yang dikatakan pria 60 tahun ini memang beralasan. Kita, sebagai warga negara, khususnya saya pribadi, tidak boleh terpancing.

Sebab, jika emosi dalam menanggapi isu Laut China Selatan, malah ada pihak yang memancing di air keruh. Alias, justru memanfaatkan situasi yang bikin kita salah mengambil keputusan.

Itu mengapa, Hadi mengakui, dalam menyikapi potensi konflik di Laut China Selatan, pemerintah juga akan melibatkan banyak pihak. Yaitu, akademisi, think tank, dan para ahli.

Sebagai warga negara, kita pun, yaitu saya, Anda, dan kalian, juga punya suara untuk membantu pemerintah. Misalnya, kalo saya jelas, lewat tulisan di blog.

"Kita tidak ingin melihat wilayah Laut China Selatan justru dijadikan ajang proyeksi kekuatan negara major powers (negara adidaya) dan menjadi episentrum konflik. Kita harus mampu mengubah Laut China Selatan menjadi sea of peace,” Hadi, menambahkan.

Menurutnya, Indonesia punya kepentingan besar untuk menjaga perdamaian di Laut China Selatan. Apalagi, mengingat Indonesia merupakan Ketua ASEAN yang memiliki hubungan baik dengan seluruh negara Asia, termasuk Tiongkok.

Pada saat yang sama, dalam pernyataan Hadi itu, saya juga secara tersirat melihat sikap pemerintah yang sudah menyiapkan plan A, B, C, dan sebagainya, dalam menyikapi situasi di Laut China Selatan.

Ya, jika ingin memelihara kedamaian, tentu harus siap berperang. Ini bukan diksi kontradiktif. Melainkan, objektivitas pemerintah untuk menjaga kedaulatan wilayah NKRI.

"Dalam merespons permasalahan (di Laut China Selatan), pemerintah telah mendorong program major project dalam upaya penguatan keamanan Laut Natuna. Yaitu, melalui kecukupan alutsista dan peningkatan sarana serta prasarana Satuan Terintegrasi TNI," Hadi, mengungkapkan.

Yupz, saya setuju. Kita harus memiliki kesiapan sejak dini agar kedaulatan wilayah NKRI tetap terjaga. Obat memang pahit, tapi harus diminum untuk menyembuhkan dari penyakit.

Harapan saya, semoga pemerintah bisa menyelesaikan potensi konflik di Laut China Selatan dengan baik.

Diplomasi adalah kunci.

Aamiin!


*       *       *


- Jakarta, 8 Mei 2024


*       *       *


Referensi


- Webinar ISDS (https://www.youtube.com/live/O3VvNIMNtcc?si=zkLGLQwJpyIoGyUN)

- https://indonesia.go.id/narasi/indonesia-dalam-angka/politik/sengketa-di-kawasan-laut-natuna-utara


- http://ppid.bnpp.go.id/news/newsdetail/219/mengenal-lebih-jauh-zee-indonesia

- https://www.kompas.com/global/read/2021/12/04/070338470/kronologi-konflik-di-laut-natuna-china-tuntut-indonesia-setop-pengeboran?page=all


- https://internasional.kompas.com/read/2021/12/04/150000970/apa-itu-nine-dash-line-yang-sering-dipakai-china-untuk-klaim-natuna-?page=all