Mantan
pelatih Pelita Jaya itu kini menangani Lions XIII
di Liga Malaysia dan mengelola SSB F-17.
di Liga Malaysia dan mengelola SSB F-17.
Fandi Ahmad |
SOSOKNYA masih tenang seperti dulu. Meski sudah lama tidak bertemu, tapi pembawaannya tetap kalem terhadap siapapun. Ya, dia adalah Fandi Ahmad, legenda hidup sepak bola Singapura.
Kendati sudah empat tahun meninggalkan Indonesia selepas melatih Pelita Jaya, Fandi tidak pernah lupa. Khususnya mengenai perkembangan sepak bola di tanah air yang semasa jadi pemain membawa Niac Mitra juara Galatama 1982/83.
“Saat ini saya melatih Lions XIII yang bermain di Liga Malaysia,” ujar Fandi saat ditemui TopSkor disela-sela turnamen The Junior Soccer School League (JSSL) Cup 2014.
Kehadiran Fandi saat itu untuk mendampingi Sekolah Sepak Bola (SSB) miliknya, F-17. Kebetulan, pada fase grup, F-17 sempat mengimbangi wakil Indonesia, ASIOP Apacinti U-12, skor 0-0.
“Melihat penampilan mereka (ASIOP) sudah bagus. Para pemain Indonesia itu berani berduel dengan SSB lainnya. Yang kurang, mungkin mereka masih belum beradaptasi dengan suasana di sini. Tapi, secara keseluruhan, SSB dari Indonesia, khususnya ASIOP bermain baik.”
Memang, hidup Fandi tidak lepas dari sepak bola. Setelah memutuskan gantung sepatu saat jadi pemain pada akhir 1999. Keseharian Fandi selalu berkutat di sepak bola. Baik sebagai pelatih atau manajer tim.
Tercatat, selain Lions XIII, pria 50 tahun ini sudah menangani empat tim lainnya. mulai dari Singapore Armed Forces pada 2000-02, Young Lions (2003-06), Pelita Jaya (2006-10), dan Johor Darul Takzim (2012-13).
Contoh Timnas U-19
“Sebagai pelatih, yang terpenting, untuk pemain jangan terlalu dibebankan target juara. Khususnya pemain usia dini yang harus dibina lebih intensif secara mental dan kedisiplinan. Kalau di Indonesia sendiri, saya lihat timnas U-19 sudah bagus dan punya masa depan cerah,” ujar suami dari model asal Afrika Selatan, Wendy Jacobs.
“Kalian harus seperti itu jika ingin berhasil. Jangan lupa, sarana juga wajib ditingkatkan. Lihatlah Singapura, di sini banyak turnamen anak yang baik seperti JSSL Cup ini dengan kualitas lapangan bagus. Nah, kalau di Indonesia, atau Jakarta tentu sulit dapat lapangan rumput seperti ini. Bagaimana pemain bisa tampil hebat saat melakukan passing, dribel, dan cetak gol, jika setelah hujan lapangannya menjadi becek?” Fandi, mengungkapkan.*
* * *
Artikel ASIOP Apacinti Sebelumnya:
- Tetap Layak Diberi Apresiasi
- Upaya Mengasah Mental Pemain
- Berangkat dengan Ekspresi Gembira
* * *
Artikel ini dimuat di Harian TopSkor edisi 13 Mei 2014- Jakarta, 20 Mei 2014