SELAMAT untuk penggemar Liverpool yang tim kesayangannya sukses mengalahkan Leicester City 1-0. Pada pertandingan pekan ke-18 Liga Primer Inggris, gol tunggal kemenangan "The Reds" dicetak Christian Benteke pada menit ke-63.
Sontak, meski skornya tipis, tetap saja kemenangan membuat suporter Liverpool senang. Sebab, itu merupakan Boxing Day, alias laga sehari setelah Natal yang kerap dijadikan kado istimewa untuk penggemarnya.
Termasuk bagi puluhan fan Liverpool yang mengikuti nonton bareng (nobar) di 7-Eleven (Sevel) Bintaro Sektor 7, Sabtu (26/12). Oh ya, saya Juventini -penggemar Juventus- lho, tapi tetap senang menyaksikan Liverpool versus Leicester yang saling jual beli serangan.
* * *
"Nanti lewat Pondok Indah aja mas terus ke arah Bintaro. Ada Taman Menteng belok kiri," demikian penjelasan rekan blogger Kurnia Amelia Subarkah. Saya memang awam daerah Bintaro, jadi sebelum berangkat, pagi harinya sempat upload foto di facebook dengan maksud "test the water". Kebetulan dibaca Amelia yang memang tinggal di kawasan tersebut.
"Di Google Maps, Sevel-nya deket sama Stasiun Pondok Ranji ya mbak?"
"Iya mas. Ga deket banget sih. Tapi masih sekitar situ. Ntar dari Taman Menteng terus aja lewatin Sektor 3 yang ada Bintaro Plaza. Setelah itu ketemu lampu merah yang ada pangkalan ojek di depannya."
"Itu udah sampe ya mbak?"
"Ga mas. Ntar tanya tukang ojeknya aja."
"#%!$zzzzzzz"
"Di Google Maps, Sevel-nya deket sama Stasiun Pondok Ranji ya mbak?"
"Iya mas. Ga deket banget sih. Tapi masih sekitar situ. Ntar dari Taman Menteng terus aja lewatin Sektor 3 yang ada Bintaro Plaza. Setelah itu ketemu lampu merah yang ada pangkalan ojek di depannya."
"Itu udah sampe ya mbak?"
"Ga mas. Ntar tanya tukang ojeknya aja."
"#%!$zzzzzzz"
* * *
Singkat kata, berbekal dua GPS (satu Google Maps dan petunjuk Amelia), saya pun tiba di lokasi. Oh ya, ini kali pertama saya menginjakkan kaki lagi di Bintaro sejak -kalo tidak salah- 1997. Saat itu, kawasan ini masih sepi lantaran jalan tol sedang dibangun yang berbeda dengan sekarang dipenuhi aneka gedung bertingkat.
* * *
Setelah registrasi sejenak sebagai bukti kehadiran saya yang berhadiah dua kupon dari Sevel (aiiih, nobar gratis + dapat makan pula = ^_^) saya disambut mbak panitia/brand ambassador/ Sales Promotions Girl (SPG) yang sekilas mirip Cornelia Agatha waktu muda.
"Selamat datang mas. Silakan isi daftar hadir."
"Oh ya mbak, boleh minta tolong?"
"Silakan mas."
"Bisa minta nomor ponselnya?"
"Tentu. Ini baru saya mau minta nomor mas."
"Oh, ga jadi deh. Kalo gitu boleh saya foto?"
"Dengan senang hati mas. Ini juga baru saya mau ngajuin wefie bareng mas."
"Lha ikut-ikutan terus. Ga jadi deh mbak."
"Yaaaa, jangan gitu dong mas. Padahal saya udah siap-siap mau difoto."
"Ooh.. Iya aja deh mbak, biar cepet." (Seketika saya jadi garuk-garuk kepala yang tidak gatel. Mau jawab juga bingung)
"Selamat datang mas. Silakan isi daftar hadir."
"Oh ya mbak, boleh minta tolong?"
"Silakan mas."
"Bisa minta nomor ponselnya?"
"Tentu. Ini baru saya mau minta nomor mas."
"Oh, ga jadi deh. Kalo gitu boleh saya foto?"
"Dengan senang hati mas. Ini juga baru saya mau ngajuin wefie bareng mas."
"Lha ikut-ikutan terus. Ga jadi deh mbak."
"Yaaaa, jangan gitu dong mas. Padahal saya udah siap-siap mau difoto."
"Ooh.. Iya aja deh mbak, biar cepet." (Seketika saya jadi garuk-garuk kepala yang tidak gatel. Mau jawab juga bingung)
* * *
Setelah registrasi, saya masuk ke convenience store yang buka 24 jam. Di dalamnya, ada empat sekawan sedang menikmati santap malam sambil memandang ke arah layar lebar yang berada di balik kaca.
* * *
Untuk menu kesukaan saya beragam. biasanya kopi atau cemilan. Namun, di antara semuanya, tidak ada yang bisa mengalahkan saus keju! Ya, ini jadi andalan anak nongkrong saat mengunjungi Sevel. Bahkan, saya sempat melihat ada pasangan yang cuma beli chiki, tapi mengisi penuh saus keju hingga satu mangkuk ukuran sedang!
Jangan tanya saya jika hal itu terus berlanjut, apakah Sevel lama-lama bangkrut atau tidak.
* * *
Saya pernah wawancarai salah satu fans, waktu Juventus tur ke Indonesia dua tahun lalu, yang memboyong keluarganya full ke Stadion Gelora Bung Karno (GBK). Kalo tidak salah, istrinya, adik, kakak, ibu, ayah, hingga paman dan bibi pun dibawa. Padahal, mereka duduk di kursi VIP Barat yang harga per tiket sekitar Rp 1,6 juta rupiah dikali sekian orang.
"Ga setiap tahun Juventus bisa datang ke Indonesia mas," kata fans tersebut seperti saya muat di Harian TopSkor edisi Jumat, 8 Agustus 2014.
* * *
Saya baru tahu kalau di Sevel Bintaro Sektor 7 ada Bajigur. Sebenarnya, saya mau coba. Namun, berhubung saya sedang mengikuti program diet, akhirnya tetap memencet tombol teh hijau.
* * *
Yupz, acara nobar yang digelar Harian TopSkor, Nexmedia, Supersoccer.co.id, dan Sevel ini memang bertabur hadiah. Yaitu, dua smartphone Android -duh saya ngarep banget- dan juga jersey orisinal. Nah, penonton yang beruntung mendapat doorprize ini merupakan penggemar MU
* * *
Pembagian doorprize jadi puncak acara nobar. Selanjutnya, ya kami kembali ke rumah masing-masing. Berhubung saya dari dulu males melewati jalur yang sama hingga dua kali, saya pun mencari alternatif arah pulang agar cepat sampai mengingat saat itu turun hujan. Tepatnya Jalan Bintaro Permai 3 yang menurut GPS tembusnya ke Pakubowono yang berkebalikan saat pergi (Jalan Bintaro Utama I dari bundaran Pondok Indah).
Berhubung sudah pukul 01.00 WIB, jalanan pun relatif sepi. Terutama menjelang Taman Pemakaman Umum (TPU) Tanah Kusir yang tidak terlihat kendaraan sama sekali. Dalam situasi itu, terasa lebih syahdu -tepatnya agak seram- karena diiringi gerimis yang kalo kata orang sih, begitu deh.
Beruntung, sepanjang jalan tidak ada apa-apa meski sempat parno juga mengingat di areal Tanah Kusir memang sepi. Apalagi, saya pernah punya pengalaman yang menurut saya agak horor saat sendirian pas tengah malam.
Pertama, pada 2004 ketika saya seperti tersesat di Puncak, Cianjur, hingga dua jam dalam perjalanan Bandung menuju Jakarta melalui sepeda motor. Padahal, waktu normal mulai dari Restoran Rindu Alam menuju Tugu kecap, Masjid At-Taawun, hingga Agrowisata Gunung Mas, biasanya saya lalui setengah jam. Namun, entah mengapa, saya seperti muter-muter saja di sekitar lokasi tersebut yang sangat sepi. Sayangnya, 11 tahun silam, ponsel saya masih buatan Finlandia tipe 3650 yang belum ada aplikasi peta apalagi GPS. Jadi, saat itu saya hanya mengandalkan garis pembatas jalan di tengah kabut.
Beruntung, sepanjang jalan tidak ada apa-apa meski sempat parno juga mengingat di areal Tanah Kusir memang sepi. Apalagi, saya pernah punya pengalaman yang menurut saya agak horor saat sendirian pas tengah malam.
Pertama, pada 2004 ketika saya seperti tersesat di Puncak, Cianjur, hingga dua jam dalam perjalanan Bandung menuju Jakarta melalui sepeda motor. Padahal, waktu normal mulai dari Restoran Rindu Alam menuju Tugu kecap, Masjid At-Taawun, hingga Agrowisata Gunung Mas, biasanya saya lalui setengah jam. Namun, entah mengapa, saya seperti muter-muter saja di sekitar lokasi tersebut yang sangat sepi. Sayangnya, 11 tahun silam, ponsel saya masih buatan Finlandia tipe 3650 yang belum ada aplikasi peta apalagi GPS. Jadi, saat itu saya hanya mengandalkan garis pembatas jalan di tengah kabut.
Selanjutnya, ketika masih bertugas di Kintap, Kalimantan Selatan pada 2007, dengan mendengar suara-suara aneh di sumur tua belakang mes tempat saya tinggal.
Dua pengalaman horor itu hingga kini tidak pernah saya lupakan meski sudah lewat beberapa tahun. Namun, sepanjang seperempat abad lebih hidup saya ini, masih kalah "seram" dibanding saat menghadiri pernikahan mantan. Bahkan, hingga dua kali.
Dua pengalaman horor itu hingga kini tidak pernah saya lupakan meski sudah lewat beberapa tahun. Namun, sepanjang seperempat abad lebih hidup saya ini, masih kalah "seram" dibanding saat menghadiri pernikahan mantan. Bahkan, hingga dua kali.
Yupz, lebih horor mana, bertemu makhluk halus atau bersalaman dengan mantan yang duduk di pelaminan?
* * *
Usai menghangatkan tubuh dengan semangkok bubur dan susu jahe, baru saya melanjutkan perjalanan. Tapi, ketika sampai di lampu merah Slipi-Palmerah, terdapat kemacetan. Ternyata, saat itu ada kecelakaan yang lokasinya tepat di depan Apartemen Slipi samping pintu tol.
Sebagai blogger sekaligus jurnalis warga, langsung saja saya menepikan sepeda motor untuk menghampirinya. Bukan bermaksud kepo, tapi saya memang ingin tahu, siapa tahu korbannya saya kenal dan bisa menginformasikan ke pihak terkait.
* * *
Setelah memapah sopirnya yang terluka yang kalau tidak salah usianya di atas 60-an tahun, saya pun mengeluarkan ponsel. Tapi ini bukan untuk selfie seperti yang terjadi di kebun bunga. Melainkan untuk memotretnya dan menginformasikan ke pihak kepolisian.
Yaitu dengan mengirim dua tweet ke twitter resmi TMC Polda Metro Jaya agar bisa disebarkan ke pihak terkait serta keluarga korban. Tidak lama kemudian, akun yang memiliki 4,94 juta followers itu merspons dengan menginformasikan ke pihak Lalu Lintas untuk dateng ke lokasi.
Yaitu dengan mengirim dua tweet ke twitter resmi TMC Polda Metro Jaya agar bisa disebarkan ke pihak terkait serta keluarga korban. Tidak lama kemudian, akun yang memiliki 4,94 juta followers itu merspons dengan menginformasikan ke pihak Lalu Lintas untuk dateng ke lokasi.
* * *
Dan, setelah ngobrol-ngobrol sejenak dengan pak polisi yang dengan sigap membantu korban, saya pun kembali ke rumah.
* * *
- Menikmati Senja di Taman Ayodya sambil Baca Buku Gratis di Perpustakaan Terapung
- Anugerah Jurnalistik Aqua (AJA) V: Antara Kritik dan Apresiasi Penyelenggara
- Membongkar "Rahasia" Bea Cukai
* * *
- Jakarta, 28 Desember 2015