Media Cokart Competition yang diselenggarakan Nissan (18/1) |
KEMARIN, tepatnya Minggu (22/1) jadi hari bersejarah dalam dunia balap di Tanah Air. Untuk kali pertama, di Indonesia terdapat tayangan reality TV Show motorsport. Yaitu, Nissan GT Academy 2016 yang ditayangkan di RCTI pada 13.30 WIB.
Reality TV show Nissan GT Academy mengisahkan perjalanan prestasi wakil Indonesia yang menjadi runner-up Best Driver Nissan GT Academy di Sirkuit Silverstone, Inggris, Oktober lalu. Acara ini mengisahkan perjalanan prestasi tim Indonesia dalam rangkaian proses seleksi di empat kota.
Sekaligus, menginpirasi masyarakat melalui perjuangan ribuan anak bangsa yang ingin memulai debutnya di dunia balap. Dari permainan game virtual hingga berada di balik kemudi mobil balap yang didukung penuh PT. Nissan Motor Indonesia (NMI).
Beruntung, empat hari sebelumnya, Rabu (18/1) saya sudah mendapat bocoran terlebih dulu saat menghadiri jumpa pers tersebut. Yaitu, ketika mendapat undangan dari NMI untuk liputan di media saya, Harian TopSkor. Kebetulan, saya sudah sering menghadiri acara yang diselenggarakan NMI.
Dimulai saat buka puasa bersama dalam NMI Media Award 2016 pada 16 Juni lalu, pembukaan Nissan GT Academy (16/7), hingga pada Gaikindo Indonesia International Auto Show alias GIIAS 2016 lalu. Untuk event yang terakhir, saya beruntung meraih juara satu dalam Nissan-Datsun GIIAS Media Story Competition.
* * *
SIANG itu, langit ibu kota tampak cerah. Dari kantor Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, saya menuju Restoran Dapur Sunda, Pancoran. Tujuan saya, untuk meliput jumpa pers Reality TV show Nissan GT Academy.Dalam acara tersebut, turut dihadiri beberapa petinggi Nissan yang wajahnya familiar bagi saya. Yaitu, Presiden Direktur NMI Antonio "Toti" Zara, Davy Jeffry Tuilan (Vice President Director of Marketing and Sales), Budi Nur Mukmin (General Manager Marketing Strategy), dan Hana Maharani (Head of Communication).
Usai jumpa pers, saya dan sejumlah rekan jurnalis ditantang untuk adu cepat di lintasan balap. Yaitu, dengan mengikuti Media Gokart Competition di Speedy Karting, yang berada di lokasi yang sama. Bagi saya, ini menarik. Sebab, awalnya saya ragu untuk mengikutinya.
Maklum, saya masih trauma untuk mengemudi mobil. Itu terjadi sejak saya nyaris mengalami kecelakaan ketika masih bekerja di pertambangan. Beruntung, saat itu mobilnya 4WD, jadi tidak sampai terbenam ketika ngusruk di lumpur.
Namun, mendengar deru kendaraan di lintasan gokart itu membuat saya penasaran. Apalagi, saya belum pernah bermain gokart. Saat bertanya kepada instrukturnya, ternyata mudah. Kita cukup menggerakkan setir saja tanpa menggunakan gigi dan perangkat lainnya.
Untuk gas, tinggal injak pedal di sebelah kanan dan rem di kiri. Ya, mirip bom-bom car yang ada di beberapa wahanan permainan di Jakarta. Bedanya, gokart lebih serius, mirip balapan mini di sirkuit yang mengandalkan kecepatan.
Saat itu, saya tergabung di Grup G bersama jurnalis dari Suara Merdeka, Suara, dan Tempo. Peraturannya, pemenang setiap grup melaju ke semifinal untuk diadu dengan juara grup lainnya. Total, ada 44 wartawan yang terbagi dalam 12 grup yang mengikuti Media Gokart Competition ini. Mayoritas, memang jurnalis yang biasa meliput otosport.
Mungkin, hanya saya yang bukan dari otosport, melainkan desk sepak bola. Lantaran saya lebih sering meliput bal-balan setiap harinya dari satu stadion ke lapangan hijau lainnya. Meski begitu, saya juga sempat beberapa kali meliput event balap nasional, khususnya sepeda motor mulai dari di Sentul, Pekalongan, hingga di Sidrap (Sulawesi Selatan).
Hanya, harus diakui jika liputan balap tidak rutin seperti halnya sepak bola. Bagaimanapun, media tempat saya bekerja mayoritas memberitakan sepak bola. Porsinya untuk non sepak bola (termasuk Olympic, Varia Olahraga, dan Otosport) hanya dua halaman dari total 16 halaman.
* * *
TERNYATA, bermain gokart itu penuh sensasi yang menyenangkan. Saya berhasil melahap tiga lap tanpa menyenggol pagar pembatas yang terdiri dari ban bekas. Saya yang start dari posisi buncit berhasil finis di posisi tiga. Ya, tidak buruk untuk pemula seperti saya.Pasalnya, yang paling sulit itu ketika harus memberanikan diri kembali memegang setir untuk kali pertama dalam delapan tahun terakhir. Sempat ada perasaan was-was kalau saya menabarak pagar pembatas atau kendaraan lain.
Tapi, instrukturnya meyakinkan kalau gokart ini aman. "Paling-paling mas harus istirahat tiga hari tiga malam," katanya dengan tertawa saat melihat saya gugup berada di balik kemudi.
Dalam kesempatan itu, Wawan yang menempati urutan pertama di Grup G akhirnya juara. Wajar saja sih mengingat skill-nya luar biasa. Saya sama sekali tidak bisa mendekatinya dan harus puas berada di posisi tiga.
Mengikuti Media Gokart Competition yang diselenggarakan Nissan ini membuat saya jadi semangat untuk kembali belajar mengemudikan mobil lagi. Sekaligus, mengembalikan fungsi SIM A yang dalam satu windu terakhir hanya jadi pemanis saja di dompet saya karena tidak pernah digunakan.
* * *
Davy Jeffry Tuilan (tengah) bersiap membuka Nissan Media Gokart Competition |
* * *
Memakai pengaman sebelum terjun ke lintasan |
* * *
Narsis sejenak untuk mengatasi deg-degan |
* * *
Bersedia... |
* * *
Siap... |
* * *
Mulai! |
* * *
Instruktur membetulkan pengemudi gokart yang menyenggol ban |
* * *
Adu cepat jurnalis di lintasan balap |
* * *
Hana Maharani (kanan) bersama empat jurnalis yang jadi pemenang |
* * *
Format dan nama jurnalis yang mengikuti Media Gokart Competition |
* * *
Artikel Terkait:- Nissan, Mobil Terbaik Pilihan Keluarga Indonesia
- Apalah Artinya Sebuah Nama
Artikel di TopSkor.id:
- Nissan Tantang Wartawan Adu Cepat di Lintasan Balap
- Resmi, Nissan GT Academy Tayang di RCTI Mulai 22 Januari
- TopSkor Juara Nissan-Datsun Media Story Award 2016
- Ketika Brand Nissan Tidak hanya Otomotif
* * *
- Jakarta, 23 Januari 2016
Asiknyaaaa bisa main Gokart.
BalasHapus