Museum Nasional Gedung B (sumber foto: koleksi pribadi/ www.roelly87.com) |
SEPASANG anak manusia terlihat antusias mengamati puluhan arca. Yang pria mencatat melalui buku kecilnya. Sementara, yang wanita asyik memotret hingga ke sudut terkecil sebuah patung. Sebenarnya, pemandangan tersebut sangat lazim terjadi di mana saja. Termasuk museum yang dikenal sebagai tempat menyimpan benda bersejarah.
Namun, yang membuat mata saya terbelalak adalah ketika mengetahui pasangan tersebut berambut pirang. Selidik punya selidik, ternyata mereka merupakan warga negara asing (WNA) atau yang sehari-hari dipanggil "bule".
Ada rasa bangga menyaksikan antusiasme mereka berbaur dengan puluhan warga Indonesia. Dalam sebuah perkenalan singkat dengan kami, keduanya mengaku berasal dari Berlin, Jerman. Alasan mereka tertarik dengan beragam benda yang ada di ruangan itu karena sejak masih di negara asalnya, keduanya penasaran dengan keanekaragaman budaya Indonesia!
Ya, peristiwa itu terjadi pertengahan bulan lalu. Tepatnya ketika kami menghadiri Festival Hari Museum Internasional dan peringatan 237 Tahun Museum Nasional Indonesia di Museum Nasional Indonesia, Minggu (17/5). Dalam acara tersebut, banyak dipamerkan beberapa koleksi dari tempat yang sebelumnya bernama Museum Gajah.
Mulai dari tapak tilas museum di seluruh Indonesia, peragaan busana di Tanah Air, kompetisi nyanyi lagu nasional untuk anak-anak, hingga puncaknya saat penutupan yang dihadiri Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia Anies Baswedan (24/5).
* * *
Satu pertanyaan yang paling sering ditujukan kepada saya dari beberapa rekan. "Kenapa sih lu suka ke museum?"Sebenarnya, sebagai blogger -atau ketika sedang menjalankan tugas di lapangan- mengunjungi museum jadi salah satu keasyikan tersendiri. Sejak masih berseragam putih-merah (SD), saya memang sudah menggemari destinasi ke museum. Bahkan, ketika bekerja di pertambangan di pedalaman Sumatera dan Kalimantan, museum merupakan tempat favorit saya.
Tentu, selain mal (bioskop) dan taman sebagai tempat mencari inspirasi. Sebab, dengan mengunjungi museum, kita tidak hanya bisa menambah wawasan saja. Melainkan juga membangkitkan semangat akan kejayaan nenek moyang yang harus dipertahankan!
Salah satunya ketika saya mengunjungi Museum Nasional yang terletak di sebelah barat Monumen Nasional (Monas). Di museum yang di halamannya terdapat patung gajah pemberian Raja Thailand Chulalongkorn ini, saya dan pengunjung bisa sejenak melongok peninggalan para leluhur.
Apa saja? Baik itu arca, patung, prasasti, perlengkapan masak, musik, alat tulis, keramik, peta, dan sebagainya. Entah itu yang terbuat dari bahan perunggu, perak, tanah liat, hingga emas! Ya, nyaris seluruh koleksi benda bersejarah yang ada di seluruh penjuru nusantara berada di Museum Nasional yang tersebar di dua tempat. Yaitu, Gedung Lama (atau biasa disebut Gedung A) yang digunakan untuk memamerkan koleksi museum dan ruang penyimpanan koleksi.
Sementara, Gedung B (gedung Arca) yang diresmikan pada 20 Juni 2007 oleh mantan Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono, dimanfaatkan untuk ruang pameran. Mulai dari lantai satu sampai empat seperti saat Festival Hari Museum Internasional. Selain itu, Gedung B juga kerap digunakan untuk kantor pengelola, ruang konferensi, laboratorium, hingga perpustakaan lengkap mengenai khasanah sejarah nusantara.
Menurut Kepala Museum Nasional Intan Mardiana, terdapat sekitar 140 ribu benda di kedua gedung tersebut. Jumlah yang membuat saya kagum sekaligus malu. Sebab, sebagai rakyat Indonesia, justru saya kalah antusias dengan pasangan warga Jerman yang saya temui itu demi mencari tahu peninggalan negara lain.
Padahal, Museum Nasional bagi saya sudah tidak asing lagi. Sebab, saya kerap mengunjunginya nyaris setiap tahun. Terutama jika ada festival sejak 2011 hingga tahun ini (2015). Ya, meski dua tahun lalu museum ini sempat kecolongan akibat hilangnya beberapa barang berharga. Namun, insiden itu tidak mengurangi rasa suka saya untuk kembali lagi, lagi, dan lagi.
Bisa dipahami mengingat Museum Nasional ini sudah dibenahi lebih baik. Mereka (manajemen) telah belajar dari kasus pencurian tersebut dengan memasang pengamanan melalui kamera pengawas (CCTV) terhadap beberapa benda yang dianggap pusaka. Yang menarik, upaya pengamanan di Museum Nasional ini tetap tidak mengganggu kenyamanan pengunjung yang ingin menyaksikan beberapa koleksi dari emas.
Apalagi, demi menyaksikan berbagai peninggalan nenek moyang kita itu, pengunjung tidak harus merogoh kocek banyak. Cukup Rp 5.000 untuk dewasa dan Rp 2.000 (anak-anak). Sementara, waktu buka Museum Nasional sama seperti museum lainnya, dari Selasa hingga Minggu (Senin atau hari libur tutup).
* * *
Patung Gajah pemberian raja Thailand di Gedung A (@roelly87) |
* * *
Patung Ganesha (dewa dalam mitologi India) (@roelly87) |
* * *
Beberapa mahkota dari emas (@roelly87) |
* * *
Arca yang terbuat dari logam mulia (@roelly87) |
* * *
Keris dan senjata dari emas (@roelly87) |
* * *
Peta raksasa persebaran suku di Indonesia (@roelly87) |
* * *
Lokasi Museum Nasional yang ditandai biru (Ilustrasi via Google Earth yang sudah diolah kembali @roelly87) |
SEKILAS TENTANG MUSEUM NASIONAL
Lokasi: Jalan Medan Merdeka Barat No 12, Jakarta Pusat
Akses: Halte Busway Monas, Stasiun Gambir
Waktu Kunjungan:
Senin dan hari besar nasional tutup
Selasa - Jumat: 08.00 - 16.00 WIB
Sabtu - Minggu: 08.00 - 17.00 WIB
Tarif:
- Perorangan
Dewasa: Rp 5.000
Anak-anak: Rp 2.000
Dewasa: Rp 5.000
Anak-anak: Rp 2.000
- Rombongan (minimal 20 orang)
Dewasa: Rp 3.000
Anak-anak (TK s/d SMA): Rp 1.000
Anak-anak (TK s/d SMA): Rp 1.000
- Pengunjung Asing: Rp 10.000
* * *
Artikel Terkait:
- Museum Nasional belum Selesai Berbenah
- Kasus Pencurian dan Lemahnya Pengawasan Museum di Indonesia
- Indonesia Selenggarakan Karnaval Wayang Dunia
Seluruh foto merupakan koleksi pribadi (www.roelly87.com)
- Museum Nasional belum Selesai Berbenah
- Kasus Pencurian dan Lemahnya Pengawasan Museum di Indonesia
- Indonesia Selenggarakan Karnaval Wayang Dunia
Seluruh foto merupakan koleksi pribadi (www.roelly87.com)
* * *
- Cikini, 10 Juni 2015
Aku belum mengexplore semua museum gajah
BalasHapusebuset...
Hapusemak satu ini jam segini masih keliaran :)
he he he
sip mbak, kapan2 bisa ajak keluarga ke museum nasional
aksesnya gampang kok
Baru tahu kalau museum nasional gak jauh dari Monas. Semoga saja aku bisa berkunjung ke sini kalau ke Jakarta lagi. Apalagi aku suka hal-hal yang berhubungan dengan sejarah jaman dahulu.
BalasHapusMakasih buat informasinya. Sangat bermanfaat
lokasinya sebelahan mas :)
Hapussip mas, ntar kalo ke jakarta kontak2 ajaaaaa
Ternyata harga tiketnya murah banget yah. Tapi sudah semurah itu pengunjungnya masih tetap sepi. Beberapa kali ke sana dalam kondisi yang sepi banget. Mestinya pemerintah menggalakkan program kunjungan ke museum. Supaya masyarakat Indonesia lebih suka datang ke museum seperti halnya k tempat wisata lainnya.
BalasHapusnah itu dia mas, mesti pemerintah, khususnya mendikbud sebagai pengelolanya harus menggalakkan program kunjungan ke museum.
Hapussetuju banget :)
biar museum ga sepi...
Museum menyimpan budaya bangsa yang tinggi, harus lebih banyak publikasi lagi.
BalasHapusiya mbak, di Indonesia, terutama Jakarta, hanya beberapa museum (bisa dihitung jari) yang punya info lengkap baik offline maupun online...
HapusCuma bisa lihat-lihat di web. Jauhnya ....
BalasHapushe he he
Hapusiya mbak, lokasinya emang di jakarta sih :)
tapi kalo singgah ke ibu kota bsia mampir
deket kok dari monas dan gambir...
aku belum pernah pergi ke museum nasional ini mas, semoga ntar bisa kesini,terus bisa bikin artikelnya juga :D
BalasHapusasyik...
Hapussaya malah pengen banget bikin night at museum bareng temen2 blogger :)
Aku jg pernah kesini, asyik ya,. byk wawasan,di lantasi paling atas, malah bs ngelihat duit koin emas jaman dulu..tapi ruang lantai paling atas, barang2nya gak boleh di fotoin...
BalasHapusiya mbak, lantai atas ga boleh dipotret
Hapusfoto2 ini kejadian sebelum mereka kecolongan :)
ironis ya, saat itu cctv mati
untung sekarang udah mulai dibenahi