TyyiccClcSK3IvRCDh0sKBc4_Sg roelly87.com: April 2018

Serial Catatan Harian Ojol

Serial Catatan Harian Ojol
Serial Catatan Harian Ojol

Jumat, 27 April 2018

Proyek PLBN Entikong Tahap 2 Picu Ekonomi Kerakyatan


Pos Lintas Batas Negara Entikong yang diresmikan 21 Desember 2016
dan saat ini berlanjut untuk tahap kedua
(Klik untuk perbesar gambar dan geser untuk melihat foto lainnya)

INDONESIA Maju. Demikian visi dan misi yang dicanangkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) sejak memimpin negeri ini pada 20 Oktober 2014. Banyak program dari pria asal Solo tersebut yang sudah berjalan demi rakyat. Termasuk, mengenai infrastruktur yang terus ditingkatkan.

Jokowi berusaha ngebut untuk membangun negeri ini lebih baik lagi. Terutama, supaya bisa bersaing dengan negara besar. Alias, bukan hanya sekadar dengan yang serumpun saja. Bisa dipahami mengingat Jokowi memiliki visi yang jauh ke depan demi Indonesia Maju.

Termasuk, mengenai perbatasan yang terus dikembangkan. Sejak jadi presiden, sudah tujuh Pos Lintas Batas Negara (PLBN) yang dibangun. Itu meliputi tiga provinsi seperti Kalimantan Barat (Kalbar), Nusa Tenggara Timur (NTT), dan Papua.

Perbatasan dan reformasi birokrasi jadi bahasan utama ketika saya menghadiri Rembuk Nasional: Dua Tahun Kepemimpinan Jokowi-Jusuf Kalla pada 24 Oktober 2016 (Artikel sebelumnya Catatan Dua Tahun Kepemimpinan Jokowi-JK). Kebetulan, saat itu baru selesai dibangun dua PLBN di Kalbar, yaitu Badau dan Aruk.

Dalam diskusi hangat bersama perwakilan Kementerian dan instansi lainnya, tercipta satu tujuan terkait perbatasan. Yaitu, tidak hanya meningkatkan PLBN secara fisik saja. Melainkan juga berbagai penunjang lainnya, seperti Sumber Daya Manusia (SDM) dan infrastruktur penunjang lainnya.

Nawa Cita terkait perbatasan itu sudah dilakukan pemerintahan Jokowi. Saat ini, berdiri megah tujuh PLBN yang tersebar di tiga provinsi berbeda.

PLBN Badau (Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat): Diresmikan 16 Maret 2016
PLBN Aruk (Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat): 17 Maret 2016
PLBN Entikong (Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat): 21 Desember 2016
PLBN Motaain (Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur): 28 Desember 2016
PLBN Skouw (Kota Jayapura, Papua): 9 Mei 2017
PLBN Wini (Kabupaten Timor Tengah Utara, Nusa Tenggara Timur): 9 Januari 2018
PLBN Motamasin (Kabupaten Malaka, Nusa Tenggara Timur: 9 Januari 2018


*        *        *
BENDERA Merah-Putih berkibar dengan gagah di halaman PLBN Entikong, siang itu. Di depannya, Monumen Garuda tampak memesona. Sementara, gapura dengan tinggi 10 berornamen suku Dayak kian mempercantik kompleks tersebut, Selasa (24/4).

Tak heran jika monumen itu jadi lokasi favorit masyarakat untuk berfoto. Termasuk, saya yang enggan ketinggalan mengabadikan salah satu pemandangan berkesan dalam lebih dari seperempat abad di muka bumi (Artikel sebelumnya: Di PLBN Entikong, Kedaulatan Indonesia Terjaga).

Ya, keberadaan saya di PLBN Entikong untuk mengikuti pemantauan kebijakan pemerintahan Jokowi di bidang inftrasturktur bersama Kementerian Sekretariat Kabinet (Setkab). Kami berjumlah 14 orang yang terdiri dari empat kelompok. Dari blogger yang merupakan representasi netizen sesuai arahan Sekretaris Kabinet Pramono Anung ada Dewi Nuryanti, Monicaoctavia Anggen, dan Terry Endropoetro.

Sementara, perwakilan Setkab meliputi Kepala Bidang Pelayanan dan Diseminasi Informasi Mita Apriyanti, Said Muhidin (Kepala Bidang Pengelolaan Informasi), Kurniawati (Kepala Subbidang Data dan Informasi), dan Dhanykurniawan Pamungkas (Kepala Subbidang Penghubung). Dua lagi berasal dari Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP) dan Hubungan Masyarakat (Humas) Kabupaten Sanggau yang masing-masing tiga orang.

Kami berada di PLBN Entikong sejak pukul 04.00 WIB untuk menyaksikan arus keluar dan masuk warga di perbatasan antarnegara. Pagi harinya, kami turut beraudiensi dengan pimpinan dan staf PLBN Entikong.

Termasuk, mengenai proyek PLBN Entikong Tahap 2 yang sudah dikerjakan sejak 16 Desember 2016 lewat kolaborasi Adhi Karya dan Hutama Karya di bawah pengawasan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kemen PUPR) dan Direktorat Jendeal Cipta Karya.

"PLBN Entikong saat ini merupakan tahap satu yang sudah diresmikan pak Jokowi pada 21 Desember 2016. Setelah itu, dilanjutkan dengan PLBN tahap dua yang meliputi fasilitas penunjang," kata Kepala Bidang Pengelolaan PLBN Entikong Viktorius Dunand saat berdiskusi dengan kami yang juga bisa disimak pada laman Setkab.go.id, Sekretaris Kabinet Ajak Warganet Tinjau PLBN Entikong.

Yupz, PLBN Entikong Tahap 2 ini rencananya rampung pada 1 Oktober 2019. Luas lahan mencapai 10,26 Ha dan bangunan 19.431 meter persegi. Pembangunan PLBN Tahap 1 dan 2 ini merupakan tindak lanjut dari kunjungan kerja Jokowi pada Januari 2015.

Saat itu, presiden meminta kepada kementerian dan instansi terkait untuk merombak PLBN Entikong agar lebih baik lagi. Itu ditandai dengan penandatanganan Inpres Nomor 6 Tahun 2015 tentang Percepatan Pembangunan 7 (tujuh) PLBN Terpadu dan Sarana Prasarana Penunjang di kawasan perbatasan pada 25 April 2015.

Dalam kesempatan itu, kami pun turut meninjau langsung progres dari pembangunan PLBN Entikong Tahap 2 yang dipandu tim dari PLBN Entikong, Adhi Karya, dan Hutama Karya. Dalam catatan saya sepanjang peninjauan tersebut, PLBN Entikong Tahap 2 sejauh ini progresnya sudah sesuai dengan jalur. Berikut, rinciannya:

Waktu Pelaksanaan: 16 Desember 2016 - 1 Oktober 2019
Durasi: 1020 hari kalender (34 bulan)
Nilai Kontrak: Rp 421.144.907.900 (Empat ratus dua puluh satu miliar seratus empat puluh empat juta sembilan ratus tujuh ribu sembilan ratus)

1. Zona Sub Inti
- Karantina Kesehatan (Termasuk Asrama, Ruang Isolasi, R Administrasi, Cek Dokter, R Obat, Karantina Jenazah, R Menyusui, Garasi Ambulans)
- Kantor Pengelola (R Rapat, R Tunggu VIP, dan Toilet Difabel serta Menyusui)
- Mes Pegawai (Luasnya 3.535 meter persegi terdiri dari 32 kamar, R Tunggu, Loker, Laundry, Serbaguna, Toilet)
- Masjid (Luas 1.032 meter persegi dengan kapasitas sekitar 700 jamaah, Tempat Wudu, Toilet)
- Kios (Travel Agent, R Laboratorium Daging, Pengelola Pasar dan Keamanan, Toilet Difabel)
- Car Wash (Car Wash/Fogging Desinfektan, Gudang, Area Mixing Desinfextan & Pengolahan Air Bekas Desinfektan)
- X-Ray (Untuk Truk, Kontainer, dan boks)
- Hardscape & Landscape

2. Zona Pendukung
- Pasar Tradisional (Luasnya 2.729 meter persegi yang terbagi dalam dua lantai untuk memuat 120 tenant)
- Plaza Sentra Entikong (Luasnya 700 meter persegi dengan Ruang Terbuka Hijau, Pedestrian, Ramah Difabel, Tempat Duduk, Area Tunggu, Parkir)
- Wisma Indonesia (VVIP Room, Superior Room, Cafe, Meeting Room, Meeting VIP)
- Convenience Store (Luasnya 3.786 meter persegi pada dua lantai dengan 35 unit kios)
- Hardscape & Landscape

"Hingga kini, pembangunan berjalan sesuai rencana. Beberapa di antaranya progres mencapai 50 persen. Untuk kendala, sejauh ini tidak ada. Meski, kami sempat kesulitan terkait bahan baku. Sebab, mayoritas material dikirim dari Pontianak dan Jakarta yang butuh waktu serta tergantung cuaca. Namun, secara keseluruhan, proyek PLBN Entikong Tahap 2 ini sesuai jalur," kata salah satu staf PLBN Entikong yang mendampingi kami.

Yupz, dengan dibangunnya PLBN Entikong Tahap 2 ini membuat ekonomi warga di perbatasan kian bergeliat. Itu sesuai dengan visi yang dicanangkan presiden terkait pembangunan berbagai PLBN. Menurut Jokowi, pos perbatasan didesain tidak hanya megah secara fisik. Melainkan juga bermanfaat bagi masyarakat. Sebab, PLBN bisa menggerakkan ekomoni warga di sekitar perbatasan.

"Jadi, bukan hanya sebatas untuk kantor imigrasi, karantina, bea cukai, dan sebagainya. (Namun) harusnya masyarakat bisa memanfaatkan PLBN untuk meningkatkan ekonomi di wilayah perbatasan," Jokowi menjelaskan dalam laman PresidenRI.go.id.

Itu mengapa, dalam proyek PLBN Entikong Tahap 2 ini turut dipercantik pasar tradisional. Sebelumnya, di sekitar PLBN memang sudah ada pasar dan berbagai rumah makan. Hanya, masih kumuh dan belum tertata rapih.

Dengan pengembangan PLBN Entikong Tahap 2 ini membuat pasar tradisional lebih terintegrasi lagi. Selain itu, juga ada kios yang akan diisi travel agent, Convenience Store, dan Plaza Sentra Entikong.

Nah, Pasar Tradisional yang terdiri dari dua lantai ini bentuknya unik. Sebab, di atasnya terdapat rerumputan yang menandakan PLBN Entikong ramah lingkungan. Sementara, aksesnya seperti tangga di stadion yang berbaris rapih.

Di depannya, Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang bisa dijadikan untuk panggung pertunjukkan. Mulai dari kesenian tradisional, musik, band, teater, dan sebagainya. Tidak lupa, di setiap bangunan turut disediakan toilet untuk kaum disabilitas dan ruangan menyusui bagi ibu yang membawa bayi.

*        *        *
"JANGAN hanya jaga perasaan dia, tapi juga jaga mutu kerja kita!"

"Pakailah APD kalian. Ingat, yang sakti cuman Kera!"

"Kawin, duda, atau jomblo sama saja. Safety First tidak memandang status!"

Demikian berbagai kalimat yang menggelitik dari papan informasi terkait Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) bagi karyawan. Papan informasi ini tersebar di berbagai kawasan proyek dengan kalimat yang unik. Alias, tidak monoton bagi setiap yang melihatnya.

Bisa dipahami mengingat K3 sangat penting dalam setiap pekerjaan, terutama di proyek. Kebetulan, saya sedikit paham dengan K3 karena beberapa kali mengikuti acara yang diselenggarakan Kemen PUPR.

Baik itu pada event blog (Artikel sebelumnya Sinergi Kementerian PUPR dan Blogger untuk Sosialisasi K3 dalam Sebuah Proyek) atau ketika menunaikan tugas jurnalistik (Artikel sebelumnya Sisi Lain Kunjungan Menkeu Sri Mulyani ke Kompleks GBK, Kunjungan Jusuf Kalla, dan GBK Bersolek).

"Memang dibuat agak unik dengan nada guyon tanpa mengurangi inti dari mengingatkan terkait K3. Tidak hanya pekerja saja, tapi juga tamu yang hadir wajib memakai APD (alat pelindung diri) seperti helm. Sebab, namanya di proyek, kami khawatir ada serpihan yang mengenai kepala," lanjut staf tersebut.

Bersambung***
*        *        *
Sesi diskusi dengan perwakilan PLBN Entikong

*        *        *
Maket PLBN Entikong saat ini

*        *        *
Rencana PLBN Entikong Tahap 2

*        *        *
Proyek PLBN Entikong Tahap 2 dengan denah bangunan
(Ilustrasi: Google Earth)

*        *        *
Yupz, yang sakti memang hanya kera! Kalau kita, sebagai manusia wajib
menggunakan APD

*        *        *
Para pekerja di komplek PLBN Entikong Tahap 2

*        *        *
Staf medis Adhi Karya Tika Fitriyani yang mendampingi kami saat meninjau
pembangunan PLBN Entikong Tahap 2

*        *        *
Setuju!

*        *        *
Rumah makan di pinggiran PLBN ini akan dipindahkan ke Pasar Tradisional
yang lebih terintegrasi 

*        *        *
Pasar Tradisional dengan desain unik

*        *        *
Di halaman Pasar Tradisional ini ada Ruang Terbuka Hijau untuk berbagai
pertunjukkan baik seni maupun musik

*        *        *
Selpiiiiiiiiiiiiih

*        *        *

SEKADAR informasi, kunjungan ke PLBN Entikong ini merupakan proyek perdana Setkab dengan menggandeng netizen. Alias, ke depannya, Kementerian yang bermarkas di Jalan Veteran 18, Jakarta Pusat, ini bakal lebih sering mengajak blogger dan pegiat media sosial untuk mengunjungi perbatasan.

Yupz, siapa tahu, setelah saya dan tiga rekan mengunjungi Entikong, giliran kalian yang mendapat kesempatan. Misalnya, ke perbatasan Indonesia dengan Timor Leste dan Papua Nugini. Sebagai gambaran, bisa disimak bocoran dari Setkab:

Website: www.Setkab.go.id/WargaNetkePerbatasan
Facebook: @setkabgoid
Twitter: @setkabgoid
Instagram: @Sekretariat.Kabinet
Youtube: Sekretariat Kabinet RI
Tagar: #MenujuIndonesiaMaju#WajahBaruPerbatasan

*        *        *

Artikel ini merupakan bagian dari Seri Kunjungan ke PLBN Entikong
- Prolog
Catat, Setkab Selenggarakan Lomba Medsos Berhadiah Rp 107 Juta!
(Teaser) Melongok Wajah Baru Perbatasan Indonesia dengan Malaysia
Pelangi yang Indah Bersinar di Sanggau
Di PLBN Entikong, Kedaulatan Indonesia Terjaga

Artikel Selanjutnya:
- (Meme) Jangan Hanya Jaga Perasaan Dia, tapi Juga Juga Mutu Kerja Kita
- Di Indonesia Bayar dengan Ringgit, di Malaysia Pakai Rupiah
- Di Balik Kunjungan ke PLBN EntikongEpilog

*        *        *
Jakarta, 27 April 2018

Rabu, 25 April 2018

Di PLBN Entikong, Kedaulatan Indonesia Terjaga


Tugu Pos Lintas Batas Negara Entikong, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat
(Klik untuk perbesar foto dan geser untuk melihat gambar lainnya)


HARGA diri Indonesia sebagai salah satu negara besar di kolong langit ini bisa dilihat dari geliat kehidupan di perbatasan. Salah satunya, di Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Entikong, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat yang diresmikan pada 21 Desember 2016.

Dalam peninjauan ke perbatasan dengan Malaysia itu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) sangat bangga. Sebab, PLBN Entikong yang di bawah pengawasan Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP) menjulang dengan gagah.

"Ini masalah kebanggaan, masalah nasionalisme, masalah marabat, dan harga diri kita. Kalau saya tidak mau seperti itu, di sana (Malaysia), saya bisa melihat sangat megah. Sementara, di kita sangat jelek sekali," kata Jokowi seperti dikutip dari laman Setkab.go.id.

Yupz, saya setuju dengan pernyataan orang nomor satu di Bumi Pertiwi ini. Kebetulan, saya jadi saksi dari aktivitas di PLBN Entikong pada Selasa (24/4). Bagi saya, perbatasan seluas 10 hektar ini tidak sekadar mentereng saja dengan penampilan fisik dari berbagai bangunan yang ikonik sekaligus instagrammable.

Alias, sedap dipandang untuk diabadikan melalui kamera dan diunggah ke media sosial. Bahkan, Kementerian Pariwisata (Kemenpar) sempat membuka lomba foto di PLBN Entikong pada 2017 lalu.

Melainkan juga, PLBN Entikong ini jadi jati diri Indonesia. Ya, selain bangunan yang megah, Sumber Daya Manusia (SDM) sudah bekerja keras dan cerdas. Mereka sangat disiplin menjaga perbatasan yang jadi pertaruhan harga diri Indonesia.

*        *        *

PAGI itu, dingin menusuk kami yang menginap di salah satu hotel di kota Balai Karangan, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat. Saat itu, arloji di tangan kanan sudah menunjukkan pukul 03.30 WIB.

Meski kantuk masih menyerang, tapi mengingat agenda sepanjang hari membuat saya sangat bersemangat. Yupz, situasi ini mirip dengan dua tahun lalu ketika mendaki Gunung Bromo yang harus mengarungi lautan pasir sejak pukul 02.00 WIB (Artikel sebelumnya Ke Bromo, (Aku) kan Kembali).

Usai membasuh wajah, saya menuju parkiran untuk bergabung dalam rombongan yang berjumlah 14 orang. Yupz, kemarin jadi puncak rangkaian kegiatan saya bersama Sekretariat Kabinet (Setkab). Di parkiran, sudah menunggu tiga rekan blogger, Dewi Nuryanti, Monicaoctavia Anggen, dan Terry Endropoetro yang hadir berkat arahan dari Sekretaris Kabinet (Seskab) Pramono Anung. Selain itu, juga ada perwakilan dari tiga instansi berbeda.

Empat di antaranya dari Setkab yaitu, Kepala Bidang Pelayanan dan Diseminasi Informasi Setkab Mita Apriyanti, Said Muhidin (Kepala Bidang Pengelolaan Informasi), Kurniawati (Kepala Subbidang Data dan Informasi), dan Dhanykurniawan Pamungkas (Kepala Subbidang Penghubung).

Dua lagi meliputi BNPP pusat dan Hubungan Masyarakat (Humas) Kabupaten Sanggau yang masing-masing tiga orang.

Kurang dari seperminuman teh, kami pun tiba di PLBN Entikong yang disambut segenap staf. Menurut mereka, pintu pos bakal dibuka tepat pukul 05.00 WIB dan ditutup 17.00 WIB. Saya melirik arloji, jarum jam masih menunjukkan angka 04.15 WIB.

Alias, masih ada 15 menit lagi untuk melihat lebih dalam situasi di PLBN Entikong. Termasuk, berbincang dengan warga yang ingin melintas ke negara tetangga. Dalam catatan saya saat itu, mayoritas ingin menyeberang ke Malaysia. Sisanya menuju Brunei Darussalam.

"Kami baru belanja di Ponti (Pontianak) mengambil kiriman dari Jakarta dan Bandung untuk dijual lagi ke Kuching. Kami tiba selepas Isya, jadi sempat tiduran sejenak di bus hingga menunggu pintu (PLBN Entikong) dibuka," kata Noor Ridwan, warga Malaysia yang nyaris sepekan sekali melintas di dua negara.

Pria usia pertengahan ini bersama keluarganya memang tidak asing dengan Indonesia. Itu karena mereka masih memiliki pertalian darah dengan Merah-Putih. Ridwan menganggap, Indonesia sebagai negara keduanya.

"Kakek dan nenek serta sebagian eyang dari istri berasal dari Jawa. Ada yang Cirebon, Pemalang, dan Salatiga. Sebagian lagi dari Sosok (Kalimantan Barat). Jadi, kita sudah biasa dengan rutinitas seperti ini," Noor, melanjutkan.

Di sisi lain, Wulan Arifin menyeberang karena tugas dari perusahaannya di Pontianak yang memiliki koneksi di Miri (salah satu kota di negara bagian Serawak, Malaysia). Wanita berusia seperempat abad ini bangga dengan dibangunnya PLBN Entikong yang berdiri gagah dan dilengkapi teknologi terkini.

"Dulu, ketika masih sekolah, saya sering mengunjungi kerabat di Kuching. Dekade 2000-an mah jauh banget dari sekarang. Waktu itu, dari segi fisik, bangunannya saja kayak bumi dan langit jika dibandingkan dengan Tebedu (PLBN-nya Malaysia). Alhamdulillah, sejak dibangun 2016 lalu, kini kita ga kalah dengan Malaysia," Wulan, mengungkapkan.

*        *        *
PLBN Entikong jadi salah satu dari tujuh pos di perbatasan yang dibangun pada era pemerintahan Jokowi. Itu membuktikan keseriusan dari pria 56 tahun tersebut. Sesuai arahan Jokowi, bahkan BNPP bersama Kementerian terkait, termasuk Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kemen PUPR) sudah mengembangkan PLBN Entikong tahap 2 (Artikel selanjutnya).

Itu meliputi dua zona:

1. Zona Sub Inti
- Karantina Kesehatan dan Kantor
- Mes Pegawai
- Masjid
- Car Wash
- X-Ray
- Fasilitas Penunjang

2. Zona Pendukung
- Pasar Tradisional
- Wisma Indonesia
- Convention Store
- Hardscape & Landscape

"Saat ini, sudah dalam tahap pengerjaan sejak 16 Desember 2016. Rencananya, rampung pada 1 Oktober 2019. PLBN Entikong Tahap 2 ini dikerjakan kolaborasi dari Adhi (Karya) dan Hutama (Karya). Luas lahan mencapai 10,26 Ha dan bangunan 19.431 meter persegi," ujar Kepala Pengelola PLBN Entikong Viktorius Dunand dalam audiensi dengan kami.

Dalam kesempatan itu, turut hadir berbagai pimpinan dan staf PLBN Entikong. Mulai dari bagian pengamanan, kebersihan, karantina, kesehatan, bea cukai, dan sebagainya. Mereka turut meminta masukan, kritik, dan saran, dari kami yang mewakili netizen Setkab.

Termasuk, mengajak kami untuk mengunjungi pos Tebedu yang dikelola Malaysia. Secara kasat mata, saya melihat dari segi fisik, PLBN Entikong sangat gagah. Sebelumnya, kami dan pimpinan PLBN, perwakilan Setkab, BNPP, dan Pemprov Kabupaten Sanggau turut diperiksa dari petugas keamanan PLBN Entikong. Yupz, ini petugas keamanan PLBN Entikong, bukan Tebedu.

"Ini standardisasi di setiap PLBN, termasuk di Entikong ini. Siapa pun itu, baik warga biasa, pejabat, dan sebagainya, yang ingin melintas ke Malaysia serta sebaliknya harus melewati pemeriksaan. Termasuk, jika ada jenazah warga negara Indonesia dan Malaysia. Ini sebagai antisipasi terkait peredaran narkoba. Jika hasil scan menyatakan aman, baru bisa melintas," tutur Kasubbid Administrasi Umum PLBN Entikong Nano Pujianto yang turut mendampingi kami.

Yupz, saya sangat setuju dengan sikap tak pandang bulu dari PLBN. Sebab, ibarat rumah, perbatasan merupakan halaman depan (Artikel terkait Membongkar Rahasia Bea Cukai)

Sikap tegas ini untuk mengantisipasi adanya barang terlarang seperti narkoba, senjata api, obat, dan sebagainya dari negara tetangga ke Tanah Air. Begitu juga sebaliknya, agar dari kita tidak mengekspor sesuatu yang terlarang hingga mencemarkan nama baik Indonesia.***

*        *        *
PLBN Entikong buka pukul 05.00 WIB dan tutup 17.00 WIB

*        *        *
Warga yang ingin melintasi perbatasan menuju Malaysia dan Brunei

*        *        *
Fungsional Umum BNPP Teguh Leksono dan Staf PLBN Entikong
Rica Merinata menyimak antrean warga menuju bagian imigrasi

*        *        *
Pemeriksaan kepada setiap warga. Sementara, lanjut usia dan
disabilitas dilakukan di ruangan terpisah

*        *        *
Memfilter berbagai barang yang akan keluar dan masuk

*        *        *
Salah satu jenazah warga Indonesia yang turut diperiksa lebih lanjut

*        *        *
Pemeriksaan di PLBN tidak pandang bulu untuk mengantisipasi hal-hal yang
tak diinginkan

*        *        *
Beli oleh-oleh di salah satu pasar di Malaysia yang tidak jauh dari pos Tebedu

*        *        *
PLBN Entikong berdiri megah dilihat dari kawasan Malaysia

*        *        *
Prasasti PLBN Entikong diresmikan Presiden Joko Widodo pada
21 Desember 2016

*        *        *
Audiensi dengan pimpinan PLBN Entikong terkait situasi saat ini dan
pengembangan PLBN Entikong Tahap 2

*        *        *
Swafoto jadi ritual wajib sebagai blogger dalam setiap kunjungan ke daerah

*        *        *

SEKADAR informasi, kunjungan ke PLBN Entikong ini merupakan proyek perdana Setkab dengan menggandeng netizen. Alias, ke depannya, Kementerian yang bermarkas di Jalan Veteran 18, Jakarta Pusat, ini bakal lebih sering mengajak blogger dan pegiat media sosial untuk mengunjungi perbatasan.

Yupz, siapa tahu, setelah saya dan tiga rekan mengunjungi Entikong, giliran kalian yang mendapat kesempatan. Misalnya, ke perbatasan Indonesia dengan Timor Leste dan Papua Nugini. Sebagai gambaran, bisa disimak bocoran dari Setkab:

Website: www.Setkab.go.id/WargaNetkePerbatasan
Facebook: @setkabgoid
Twitter: @setkabgoid
Instagram: @Sekretariat.Kabinet
Youtube: Sekretariat Kabinet RI
Tagar: #MenujuIndonesiaMaju#WajahBaruPerbatasan

*        *        *

Artikel ini merupakan bagian dari Seri Kunjungan ke PLBN Entikong
Catat, Setkab Selenggarakan Lomba Medsos Berhadiah Rp 107 Juta!
(Teaser) Melongok Wajah Baru Perbatasan Indonesia dengan Malaysia
Pelangi yang Indah Bersinar di Sanggau

Artikel Selanjutnya:
- Geliat Ekonomi Kerakyatan dalam PLBN Entikong Tahap 2
- Di Indonesia Bayar dengan Ringgit, di Malaysia Pakai Rupiah
- Di Balik Kunjungan ke PLBN Entikong

*        *        *
- Pontianak, 25 April 2018

Selasa, 24 April 2018

Pelangi yang Indah Bersinar di Sanggau


Pekong Tri Dharma dan Masjid Al Ikhlas yang berdampingan di Kota Sanggau
(Klik untuk perbesar foto dan geser untuk melihat gambar lainnya)

INFRASTRUKTUR merupakan prioritas utama dalam pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Sejak memimpin negeri ini pada 20 Oktober 2014 hingga artikel ini dimuat, pria kelahiran Solo itu berusaha mengejar ketertinggalan Indonesia dibanding negara tetangga.

Yaitu, dengan menggiatkan pembangunan infrastruktur yang meliputi, jalan, jembatan, pelabuhan, bandar udara, waduk, dan pembangkit listrik.

Jokowi menegaskan, infrastruktur sangat penting dalam membangun keadilan sosial bagi seluruh raykat Indonesia. Ayah dari Gibran Rakabuming Raka, Kahiyang Ayu, dan Kaesang Pangarep ini mengingatkan, pembangunan infrastrukur itu sebagai layanan dasar untuk rasa keadilan.

“Ini langkah awal yang dibutuhkan sebagai prasyarat pembangunan yang berkelanjutan. Untuk menopang ekonomi nasional kita, untuk bisa berkompetisi dengan negara-negara yang lain,” kata Jokowi seperti saya kutip dari Setkab.go.id.

Ya, saya setuju dengan pernyataan sosok yang 21 Juni mendatang genap 57 tahun ini. Pemerataan infrastruktur di berbagai wilayah Tanah Air sesuai dengan sila kelima Pancasila: Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

*        *        *

PAGI itu, langit di Pontianak sangat cerah. Usai menikmati hangatnya terik mentari di kota khatulistiwa, saya bersama rombongan bersiap menuju Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat, Senin (23/4). Kami berjumlah 11 orang yang berasal dari tiga kelompok berbeda tapi punya kesamaan visi.

Yaitu, untuk meninjau lebih dalam Pos Lintas Batas Negara (PLBN) di Entikong, Kabupaten Sanggau. Saya,  Dewi Nuryanti, Monicaoctavia Anggen, dan Terry Endropoetro merupakan empat blogger yang mewakili netizen.

Empat orang lagi dari Kementerian Sekretariat Kabinet (Setkab). Itu meliputi Kepala Bidang Pelayanan dan Diseminasi Informasi Setkab Mita Apriyanti, Said Muhidin (Kepala Bidang Pengelolaan Informasi), Kurniawati (Kepala Subbidang Data dan Informasi), dan Dhanykurniawan Pamungkas (Kepala Subbidang Penghubung). Sementara, tiga lainnya dari Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP).

Untuk hari kedua kami di Kalimantan Barat ini, kami akan berkeliling Kabupaten Sanggau. Ini melanjutkan petualangan pada hari pertama, Minggu (22/4) dengan wisata kuliner yang didampingi perwakilan Hubungan Masyarakat (Humas) Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat (Artikel sebelumnya: Melongok Wajah Baru Perbatasan Indonesia dengan Malaysia).

Sejak meninggalkan kota Pontianak, saya dibuat takjub dengan kolaborasi kerja keras dan cerdas dari pemerintah pusat dan daerah. Betapa tidak, Jalan Trans Kalimantan yang menghubungkan ke Kuching, Malaysia, dan Brunei Darussalam, sudah mulus.

Jujur saja, ini di luar ekspekstasi saya. Sebab, awalnya saya pikir, jalan raya utama di Borneo ini masih seperti tanah yang bergelombang. Namun, sepanjang jalan yang bakal jadi kenangan tersendiri bagi saya ini, justru sangat mulus.

Tak heran jika kemudahan akses ini memengaruhi jarak tempuh. Menurut driver yang memandu kami, sebelum diperbaiki, Pontianak ke kota Sanggau bisa menempuh tujuh jam. Namun, usai diaspal dengan mulus, kini hanya empat atau lima jam.

*        *        *
AZAN magrib berkumandang dengan merdu dari pengeras suara di Masjid Al Ikhlas di Kota Sanggau. Mayoritas umat muslim pun berbondong-bondong untuk menunaikan ibadah salat di tempat ibadah yang didirikan sejak 1980 silam.

Pada saat yang bersamaan, beberapa orang memasuki Pekong Tri Dharma yang kemungkinan datang untuk beribadah. Bagi saya ini, pemandangan ini sangat menyejukkan. Sebab, dua tempat ibadah itu letaknya berdampingan.

Sekaligus, mengingatkan saya dengan kota tercinta, Jakarta. Yaitu, Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral yang juga lokasinya berdampingan. Dalam catatan saya, ketika ada perayaan hari besar agama, kedua tempat ibadah yang terletak di kawasan Jakarta Pusat itu saling bahu membahu.

Misalnya, ketika Idul Fitri, pihak Katedral menyediakan halamannya sebagai tempat parkir tambahan bagi umat muslim. Pun demikian jika Natal, pengelola Istiqlal melakukan hal yang sama kepada muat kristiani.

Duh, indahnya Indonesia. Perbedaan yang membuat negara ini jadi besar. Seperti pelangi yang muncul di langit-langit Sanggau usai turun hujan yang terdiri dari berbagai warna. Menurut perwakilan Humas Kabupaten Sanggau, toleransi sangat dijunjung tinggi antarpemeluk agama, suku, dan golongan.

Misalnya, ketika Imlek atau Cap Go Meh yang bersamaan dengan salat Jumat. Umat kedua agama itu menjalankan ibadah masing-masing. Bahkan, saling berbagi cemilan khas seperti bakpao dan kue bulan. Pun demikian ketika Idul Fitri tiba, umat muslim turut berbagi ketupat atau makanan khas lainnya.

Kebetulan, di sekitar dua tempat ibadah itu terdapat pemukiman padat penduduk. Kami juga sempat berbincang dengan masyarakat setempat saat menikmati hangatnya kopi dengan aroma khas di salah satu kedai.

Sebelumnya, kami turut menyambangi Kantor Bupati Sanggau untuk beraudiensi dengan tim Humas yang dilanjutkan dengan mengunjungi Jembatan Kapuas Tayan yang memiliki arsitektur memesona. Jembatan terpanjang kedua di Indonesia ini diresmikan Jokowi pada 22 Maret 2016.

Keberadaan jembatan sepanjang 1.650 meter ini sangat membantu bagi warga Kalimantan. Khususnya, karena pergerakan barang dan manusia menjadi lebih lancar.

"Sebelum ada jembatan ini, mobil dan motor harus bayar Rp 200.000. Artinya, masyarakat mendapat keuntungan karena tadinya bayar, sekarang tidak,” ujar presiden dalam laman Setkab.go.id.

Selain sarana penghubung, jembatan ini juga jadi objek wisata anyar bagi pemerintah daerah. Bisa dipahami mengingat Jembatan Tayan ini memiliki keindahan dalam rancangan dan desain. Tak heran jika saya dan rombongan menyempatkan sejenak untuk bernarsis ria sambil mengabadikan pemandangan yang indah dari atas jembatan.

Apalagi, di bawah jembatan terdapat pulau kecil, yaitu Pulau Tayan. Ini menambah daya tarik bagi masyarakat yang melintas untuk singgah ke berbagai rumah makan atau membeli oleh-oleh yang bisa memberi pemasukan bagi pemerintah daerah serta masyarakat setempat.***

*        *        *
Dari dalam mobil menikmati mulusnya jalan Trans Kalimantan 

*        *        *
Jembatan Tayan yang diresmikan Presiden Jokowi pada 22 Maret 2016 tampak
anggun dan memesona 

*        *        *
Menyantap cemilan khas Sanggau sambil menikmati indahnya panorama di
atas jembatan sepanjang 1.650 meter

*        *        *
Beraudiensi dengan perwakilan Humas Pemerintah Kabupaten Sanggau

*        *        *
Salah satu sudut di kota Sanggau

*        *        *
Indahnya pelangi di langit-langit Sanggau 

*        *        *
Menelusuri lebih dalam tentang indahnya kebersamaan

*        *        *
Di Sanggau, banyak terdapat warung kopi dengan cita rasa yang khas

*        *        *
Ngemil dan ngopi-ngopi cantik sebelum melanjutkan ke PLBN Entikong,
Selasa (24/4)

*        *        *

Artikel ini merupakan bagian dari Seri Kunjungan ke PLBN Entikong
Catat, Setkab Selenggarakan Lomba Medsos Berhadiah Rp 107 Juta!
(Teaser) Melongok Wajah Baru Perbatasan Indonesia dengan Malaysia

Artikel Terkait:
Menikmati Eksotisnya Candra Naya yang Tersembunyi
Mengunjungi Masjid Hidayatullah yang Bersejarah dan Dikelilingi Gedung Bertingkat

*        *        *
- Balai Karangan, Sanggau, Kalimantan Barat, 24 April 2018

Senin, 23 April 2018

(Teaser) Melongok Wajah Baru Perbatasan Indonesia dengan Malaysia


Saya bersama tiga rekan netizen dan perwakilan Setkab
(Foto: Istimewa/ Dokumentasi www.roelly87.com)


PERBATASAN merupakan halaman dari suatu negara. Ibaratnya, pori-pori dalam wajah kita. Tentu, perbatasan harus dijaga dan dikelola dengan baik. Itu yang ditegaskan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam berbagai kesempatan terkait perbatasan Indonesia dengan negara tetangga.

Termasuk, ketika meresmikan Pos Lintas Batas Negara (PLBN) di Entikong, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat, pada 21 Desember 2016. Dalam kunjungan tersebut, presiden bangga dengan dibangun ulang PLBN Entikong.


"Ini masalah kebanggaan, masalah nasionalisme, masalah marabat, dan harga diri kita. Kalau saya tidak mau seperti itu, di sana (Malaysia), saya bisa melihat sangat megah. Sementara, di kita sangat jelek sekali," kata Jokowi seperti dikutip dari laman Setkab.go.id.

"Saat itu juga saya perintahkan Menteri PU (Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat) dalam seminggu harus diruntuhkan. Saya minta dua tahun harus lebih baik dari yang dimiliki Malaysia. Ini sebuah kebanggaan yang ingin kita bangun. Bahwa, kita ini negara besar."

Yupz, saya sangat setuju dengan pernyataan presiden. Sebab, di perbatasan terdapat pertaruhan dari harga diri kita. Supaya, Indonesia tidak diremehkan negara tetangga. Terbukti, baru dua tahun Jokowi menjabat sebagai presiden, sudah ada tujuh PLBN yang dibangun dengan megah.

"Nyatanya kita bisa kan? Ada tujuh pos lintas batas yang kita bangun. Asal punya niat, asal ada kemauan, pasti bisa. Tidak ada yang tidak bisa kita buat," presiden, menegaskan.

*         *         *

SIANG itu, jalanan ibu kota tampak lenggang. Sambil menumpang transportasi online, saya menuju  Bandar Udara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banteng, Minggu (22/4). Usai tiba di Teriminal 3 Ultimate, saya bergabung dengan tujuh orang lainnya untuk mengunjungi PLBN Entikong.

Tiga di antaranya sudah saya kenal karena kerap bertemu di acara blogger. Yaitu, Dewi Nuryanti, Monicaoctavia Anggen, dan Terry Endropoetro. Sementara, empat lainnya perwakilan dari Kementerian Sekretariat Negara (Setkab).

Itu meliputi Kepala Bidang Pelayanan dan Diseminasi Informasi Setkab Mita Aprianti, Said Muhidin (Kepala Bidang Pengelolaan Informasi), Kurniawati (Kepala Subbidang Data dan Informasi), dan Dhanykurniawan Pamungkas (Kepala Subbidang Penghubung).

Bagi saya, suatu kehormatan bisa ikut serta untuk meninjau langsung PLBN Entikong. Ini bakal jadi salah satu pengalaman berkesan saya dalam lebih dari seperempat abad di muka bumi. Memang, sebelumnya saya sudah mengunjungi empat dari lima pulau besar -minus Papua- di Indonesia (Artikel sebelumnya http://www.roelly87.com/2017/01/yuk-tandai-provinsi-di-indonesia.html).

Baik saat bekerja dahulu, sebagai peliput, dan blogger. Namun, sejauh ini hanya menyasar kota-kota besar atau terkait stadion serta venue olahraga. Atau paling banter menyasar pedalaman untuk menemukan emas hitam.

Untuk perbatasan, ini jadi yang perdana. Tentu, saya berharap selanjutnya bisa ikut serta dalam meninjau perbatasan dengan Timor Leste atau Papua Nugini. Yupz, masa depan tidak ada yang tahu. Termasuk, ketika terpilih sebagai salah satu dari netizen yang berangkat ke PLBN Entikong, siang nanti.

Itu berawal ketika saya menghadiri peluncuran Lomba Media Sosial #MenujuIndonesiaMaju pada 26 Maret lalu (Artikel sebelumnya http://www.roelly87.com/2018/04/catat-setkab-selenggarakan-lomba-medsos.html).

Ketika itu Seskab Anung Pramono melontarkan wacana untuk mengajak netizen mengikuti Rapat Terbatas (Ratas) atau kunjungan yang dilakukan kementeriannya. Tentu, ide dari pria asal Kediri, Jawa Timur itu disambut antusias puluhan netizen yang hadir di Aula Serbaguna Kementerian Sekretariat Negara, termasuk saya.

Bisa dipahami mengingat saya kerap mendengar kabar burung, rumor, atau isu tak sedap dari sumber yang tidak terverifikasi tapi viral tentang kehidupan di perbatasan. Yaitu, terkait transaksi sehari-hari menggunakan ringgit yang merupakan mata uang Malaysia dibanding rupiah.

Sebagai blogger yang menganut asas jurnalistik berdasarkan sembilan elemen Bill Kovach, tentu saya enggan menelan mentah-mentah kabar burung yang tidak terverifikasi itu. Alias, mendekati hoax. Di sisi lain, saya sulit membuktikannya mengingat saya belum pernah menginjakkan kaki di Entikong.

Jadi, kunjungan ke PLBN Entikong ini saya sambut dengan penuh antusias. Sekaligus, sebagai bagian dari rakyat Indonesia, berusaha untuk memberi informasi kebenaran dari kehidupan di perbatasan.

Bagaimana caranya? Ya, lewat blog di www.roelly87.com ini atau di berbagai platform media sosial (facebook, twitter, dan instagram).

Yupz, adagium lawas mengatakan, banyak jalan menuju kota Roma. Pun, sebagai warga negara, banyak cara untuk mendukung kinerja pemerintah. Termasuk, lewat blog atau media sosial untuk membendung kabar-kabar yang tak terverifikasi kebenarannya.


*         *         *
PESAWAT Boeing 737-800 yang dimiliki Garuda Indonesia mendarat mulus di Bandar Udara Supadio, Pontianak, tepat pukul 17.25 WIB. Alias, tidak sampai dua kali seperminuman teh kami berada di langit-langit nusantara.

Bagi saya, penerbangan ini relatif singkat. Bahkan, Murder on the Orient Express yang saya saksikan dari kursi maskapai pelat merah ini belum juga memperlihatkan aksi Hercule Poirot dalam mengungkap kasus di kereta.

Ketika menengok ke kiri, tampak matahari terlihat malu-malu. Yupz, akhirnya saya tiba di bumi Borneo untuk kali pertama sejak satu dekade silam. Selanjutnya, kami menuju pusat kota untuk beradaptasi dengan lingkungan setempat.

Misalnya, dengan merasakan kuliner khas provinsi tersebut atau Pontianak didampingi perwakilan dari Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kalimantan Barat dan Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP).

Mulai dari Mie Tiaw Baiduri nan legendaris di Jalan Pattimura yang sudah berdiri sejak 1976 alias jauh sebelum saya ada di kolong langit. Setelah itu dilanjutkan untuk melongok sentra oleh-oleh Kalimantan Barat di Jalan Pattimura.


Selesai? Belum! Kami masih asyik menikmati wisata kuliner di Kota Khatulistiwa. Termasuk, mencicipi aneka pisang goreng yang lezat dan kaya rasa di Warung Kopi Winny yang terletak di Jalan Gajah Mada.

Usai beradaptasi dengan kuliner lokal dan mendapat informasi terkait Kalimantan Barat, khususnya mengenai kehidupan di perbatasan, kami pun berkemas menuju hotel yang masuk jaringan Accor. Beristirahat sejenak untuk mempersiapkan diri menempuh perjalanan menuju Entikong.

Yupz, melongok wajah baru perbatasan demi menuju Indonesia maju.***
*         *         *
Senja di provinsi seribu sungai...

*         *         *
Wisata kuliner di Pontianak sebagai bagian dari adaptasi

*         *         *
Mie Tiaw Baiduri sudah berdiri sejak 1976

*         *         *
Yeeeeeeeee, akhirnya merasakan Mie Tiaw yang legendaris!

*         *         *
Menengok sentra oleh-oleh khas Kalimantan di kawasan Jalan Pattimura

*         *         *
Meski alergi ikan atau masakan laut, tetap penasaran menyaksikan
berbagai oleh-oleh ini

*         *         *
Berbagi informasi terkait PLBN Entikong sambil menikmati malam di ibu
kota Kalimantan Barat di Warung Kopi Winny

*         *         *
Yupz, pisang khas dengan balutan srikaya dan keju yang memesona

*         *         *

SEKADAR informasi, kunjungan ke PLBN Entikong ini merupakan proyek perdana Setkab dengan menggandeng netizen. Alias, ke depannya, Kementerian yang bermarkas di Jalan Veteran 18, Jakarta Pusat, ini bakal lebih sering mengajak blogger dan pegiat media sosial untuk mengunjungi perbatasan.

Yupz, siapa tahu, setelah saya dan tiga rekan mengunjungi Entikong, giliran kalian yang mendapat kesempatan. Misalnya, ke perbatasan Indonesia dengan Timor Leste dan Papua Nugini. Sebagai gambaran, bisa disimak bocoran dari Setkab:
Website: www.Setkab.go.id/WargaNetkePerbatasan
Facebook: @setkabgoid
Twitter: @setkabgoid
Instagram: @Sekretariat.Kabinet
Youtube: Sekretariat Kabinet RI
Tagar: #MenujuIndonesiaMaju, #WajahBaruPerbatasan

*         *         *
Artikel ini merupakan bagian dari Seri Kunjungan ke PLBN Entikong
- Pontianak, 23 April 2018

Jumat, 20 April 2018

Menanti Kemenangan, Harapkan Kepastian


Penampilan heroik saat menghadapi ASAD harus diulang Kabomania di babak
Championships ini. (Foto: TopSkor.id/Choirul Huda)

KONSISTENSI merupakan barang langka di Liga NIVEA MEN TopSkor (LNMT) U-16 2018. Sepanjang kompetisi ini berlangsung, baru ada dua tim yang bisa dikatakan benar-benar solid.

Itu diperlihatkan ASAD 313 Jaya Perkasa dan Bina Taruna yang masih mulus. Selain kedua tim itu, ada Buperta, ASIOP Apacinti, Chelsea Indonesia, Soccer One, serta dua tim promosi (Candrabhaga danBig Stars Babek).

Namun, sejauh ini, pencapaian mereka masih belum bisa bersaing dengan kedua tim tersebut. Termasuk, Kabomania yang pada awal musim sempat mencuat.

Tim yang diarsiteki Indriyanto Nugroho ini bahkan sempat memuncaki klasemen sementara Grup Top berendeng dengan ASAD. Hanya, ibarat balapan, bahan bakar mereka sudah habis memasuki tiga perempat jalan.

Itu terjadi sejak menyerah 0-2 dari Candrabhaga pada 11 Maret lalu. Setelah itu, dalam tiga pertandingan selanjutnya Kabomania mengalami paceklik kemenangan.

Kendati, mereka sempat tampil heroik ketika menahan ASAD tanpa gol (25/3). Sayangnya, itu jadi laga terbaik mereka.

Ibarat pelita kehabisan minyak yang perlahan memudar, berpendar, dan padam. Terbukti, pada pekan pamungkas (30/3), Kabomania malah diajarai Cibinong Poetra untuk cara bermain yang baik dan benar.

“Ini siklus. Dalam sepak bola, selalu ada seperti ini,” kata Indri terkait kekalahan 0-2 dari Cibinong Poetra.
Evaluasi Jadi Kunci
Kabomania kembali bergabung dengan Babek dan Candrabhaga di babak Championships LNMT U-16 2018 Grup C. Selain mereka, ada Putra Citra Muda (PCM) dan Astam.


Kabomania langsung menghadapi dua tim tersebut di Stadion Gagak Hitam, Batalyon Arhanud 10, Bintaro, Jakarta Selatan, Sabtu (21/4). Pekan depan, giliran mereka ditunggu Babek dan Candrabhaga.

“Lebih baik kami belajar dari hasil di Grup Top lalu. Kesalahannya apa dan kekurangannya bagaimana. Itu yang akan kami evaluasi supaya bisa fight. Saya ingatkan kepada anak-anak untuk tidak inferior menghadapi siapa pun di Grup C ini,” Indri, memberi analisis.

Kabomania harus meraih hasil positif dari PCM dan Astam yang memiliki kualitas setara. Sebab, pekan depan, Babek dan Candrabhaga sudah menunggu.

Sesuai regulasi, dua teratas klasemen melaju ke perempat final Cup. Sementara, posisi tiga dan empat ke babak delapan besar Plate.

Juru kunci? Sudah pasti degradasi ke Divisi Satu 2019. Ini yang akan dihindari Irsyadul Anam dan kawan-kawan supaya tidak turun kasta.

“Finishing yang harus kami perbaiki. Hasil di Grup Top membuktikan kami memang kurang tajam. Apalagi, di Grup C ini sangat ketat. Kami tidak boleh lengah jika ingin bertahan di Divisi Utama. Saya pribadi, yakin bisa,” kata Irsyadul, optimistis.***

Hasil Pertandingan Kabomania di Grup Top
Benteng Muda 0-2 Kabomania
(Frederick Rohn 5, Erlangga Y. 15)
Kabomania 1-1 Salfas Soccer (Rizki Wahyudi 43; Rifky Dwi Setiawan 5)
Buperta 0-0 Kabomania 
Sukmajaya 0-4 Kabomania
(Ade Firman 6, Rizki Wahyudi 18, Julian Chandra 40, M. Irsyadul 55)
Kabomania 2-0 Duta Motor (Putra Rizky 30, Adi Firman 50)
Kabomania 0-2 Candrabhaga (P. Sugeng 1, M. Fadillah 47)
Kabomania 0-1 Babek (Usman Fatahillah 49)
Kabomania 0-0 ASAD 313
Cibinong Poetra 2-0 Kabomania 
(Fahryan Rizky 24, M. Raihan 30)


Klasemen Grup Top

1ASAD972019-3+1623
2Candrabhaga971120-8+1222
3Babek961219-7+1219
4Buperta951312-9+316
5Salfas Soccer942311-9+214
6Cibinong Poetra933310-9+112
7Kabomania 93339-6+312
8Duta Motor91173-12-184
9Sukmajaya90362-18-163
10Benteng Muda90183-18-161
Keterangan
U: Urutan
T: Tim
P: Pertandingan
M: Menang
S: Seri
K: Kalah
SG: Selisih gol
+/-: Surplus atau defisit
N: Nilai

Jadwal Kabomania di Grup D
21/4 (10.00 WIB): PCM Vs Kabomania
21/4 (13.00 WIB): Astam Vs Kabomania
28/4 (09.00 WIB): Babek Vs Kabomania
28/4 (12.00 WIB): Candrabhaga Vs Kabomania


Klasemen Grup D

UTPMSKSG+/-N
1Babek32106-1+57
2Astam21102-0+24
3Candrabhaga20110-2-21
4PCM30121-6-51
5Kabomania0000000

Keterangan
U: Urutan
T: Tim
P: Pertandingan
M: Menang
S: Seri
K: Kalah
SG: Selisih gol
+/-: Surplus atau defisit
N: Nilai 



*        *        *
Kabomania ditunggu PCM dan ASTAM, besok.
(Foto: TopSkor.id/Choirul Huda)
*        *        *
Kabomania belum pernah menang dalam empat pertandingan terakhir
di Liga NIVEA MEN TopSkor U-16 2018. (Foto: TopSkor.id/Choirul Huda)
*        *        *
Kabomania kembali bertemu dengan Candrabhaga dan Big Stars Babek
di Grup C. (Foto: TopSkor.id/Choirul Huda)
*        *        *
Kekalahan dari Cibinong Poetra jadi pelajaran berharga bagi Kabomania.
(Foto: TopSkor.id/Choirul Huda)
*        *        *
Indriyanto Nugroho sudah mengevaluasi hasil minor dalam empat
pertandingan terakhir. (Foto: TopSkor.id/Choirul Huda)
*        *        *
Kabomania tidak boleh jadi juru kunci jika masih ingin bermain di Divisi Utama
Liga TopSkor pada 2019. (Foto: TopSkor.id/Choirul Huda)

*        *        *
- Jakarta, 20 April 2018