TyyiccClcSK3IvRCDh0sKBc4_Sg roelly87.com: April 2020

Serial Catatan Harian Ojol

Serial Catatan Harian Ojol
Serial Catatan Harian Ojol

Kamis, 30 April 2020

Ahmad Dhani di Antara ISO, Queen, dan Rumi


Poster Dewa yang menghiasi kamar saya bersanding dengan Guns N' Roses
sebagai salah satu band terfavorit
(Foto: Koleksi pribadi/@roelly87)


PADA 1998 dia meluncurkan album solo Ideologi, Sikap, Otak (ISO) lewat kelompok bentukannya yang diberi nama Ahmad Band. Semua personelnya memiliki nama besar: Andra Junaidi (gitar, Dewa), Pay (gitar, BIP - mantan Slank), Bongky (bas, BIP - mantan Slank), dan Bimo drumer, mantan Netral).

Biar secara musikal layak diperhitungkan, album ini nggak ada cerita sukses komersilnya. Yang terungkap justru kegilaannya pada Soekarno, mantan Presiden pertama RI. Sampul albumnya aja menampilkan Dhani yang bergaya ala proklamator kemerdekaan itu.

Lagu-lagu Ahmad Band memperlihatkan keakraban Dhani pada musik rock, yang selama ini nggak pernah "menampakkan batang hidungnya" dalam lagu-lagu Dewa. Apalagi di awal karir musiknya, cowok kelahiran Jakarta 26 Mei 1972 ini sebenarnya lebih banyak memainkan jazz, yakni semasa bersekolah di Surabaya. Tapi meski pernah mengukir prestasi lewat grup Down Beat, Dhani akhirnya menyadari bahwa bakatnya bukan di situ. Lantas, dia pun pindah jalur dan mulai rajin menymak lagu-lagu pop dan rock.

"Di situ gua sadar bahwa John Lennon ternyata lebih besar dari Chick Corea," kenangnya. Toh, dia kesulitan untuk mendeskripsikan perbedaan kedua tokoh tersebut,bahkan dengan kalimat sederhana sekali pun. Dia terlihat lebih bersemangat saat menyinggung esensi dari musik rock itu sendiri. Rock baginya bukan semata-mata soal pencapaian estetika seni musik, tetapi juga pencapaian rasa. Artinya, untuk membuat karya rock yang baik nggak mungkin menyentuh kedua hal barusan dengan sepotong-sepotong.

"Karena itu, gua heran sampai sekarang masih ada pemusik yang menilai bahwa skill musik pemain jazz lebih bagus dari pemain rock. Atau skill pemain rock lebih bagus dari pemusik pop. Bagi gua musik apa pun bukan soal pencapaian estetika bentuk, kok," katanya panjang lebar.

Konon pencapaian rasa itu pula yang mengantar karir Dhani hingga seperit sekarang ini. Dengan mempertimbangkan energi rock sudah bercokol di benaknya, Dhani mengaku enggak akan bersedia menangani Reza lagi.

Walaupun mengidolakan John Lennon, toh grup musik yang berhasil embuatnya "jatuh cinta" setengah mati adalah Queen. Dia hapal di luar kepala nama produser yang menggarap semua album grup yang bubar karena ditinggal mati vokalisnya itu.

Bagi Dhani, The Beatles dan Queen adalah komposer terbesar setelah era John Sebastian Bach. Nggak kurang 50 album Queen tersimpan rapih di rumahnya. Koleksinya amat beragam dari Coldplay sampai Maria Callas. Referensi tersebut dikumpulkan dengan berbagai cara, termasuk rutin mendatangi pedagang kaset dan CD bekas di Taman Puring, Mayestik, Jakarta Selatan.

"Kalo diitung, investasi gua yang tertanam di sana (taman Puring, RED) ada 'kali 20 juta." Dhani juga doyan belanja laserdisc musik yang kini menurutnya sudah berjumlah 200-an.

Sebagai pemusik, Ahmad Dhani termasuk yang percaya pada kekuatan lirik. Untuk itu, dia selalu berusaha memberi roh pada setiap lirik yang ditulisnya. Referensinya untuk hal ini adalah setumpuk buku yang ditulis Jalaludin Rumi, tokoh sufi tahun 1200.

"Jadi, kalo orang menyangka gua penggemar Kahlil Girbran itu sebenarnya keliru," kata Dhani sambil memperlihatkan koleksi buku-bukunya.*

Bersambung...

*        *        *

*        *        *

Sebelum dan Selanjutnya:
#1 Ahmad Dhani di Antara Dewa 19 dan Reza
#3 Ahmad Dhani dan Jalan Tengah Dewa 19 di Album Bintang Lima

Artikel Terkait Ahmad Dhani
KamaRatih

Windy Ghemary
- https://www.kompasiana.com/roelly87/54f5f14da33311a17c8b4660/di-balik-panggung-mahakarya-hut-rcti-ke25?page=all#sectionall


*        *        *
Keterangan: Artikel ini disadur secara utuh dari koleksi pribadi, HaiKlip 25 Years In Rock! #1/2002 yang diketik ulang, usai santap sahur 7 Ramadan 1441


Jakarta, 30 April 2020

Rabu, 29 April 2020

Ahmad Dhani di Antara Dewa 19 dan Reza


Berbagai majalah sepak bola, musik, dan gaya hidup sejak 1998 hingga
dekade lalu. (Foto: koleksi pribadi/@roelly87)



KONTROVERSI ibarat permadani bagi langkah karir Ahmad Dhani. Sosoknya adalah muara pujian sekaligus hujatan. Dia nggak pernah tabu untuk berbeda pendapat. Bicaranya yang selalu blak-blakan, yang bagi sebagian orang mungkin kedengeran menjengkelkan, mengisyaratkan adanya rasa percaya diri yang besar.

Sebagai contoh, sekitar tahun 1996, dia pernah bilang bahwa dirinya bakal mencetak artis. Waktu itu, dia tengah menggarap debut album Reza Artamevia, pendatang baru yang sekian lama menjadi penyanyi altar Dewa 19. Seperti biasa, orang lantas menananggapinya sebagai bualan seorang Ahmad Dhani. Siapa sangka, ucapannya kemudian terbukti. Reza melambung sebagai solis ternama.

Begitu juga ketika Once Mekel muncul sebagai pengganti Ari Lassso, dan langkah formasi Dewa bagai meniti buih. Dhani yang sempat "gentar" ditinggal fans, malah sesumbar.

"Ari Lasso memang hebat, tapi Once juga bagus. Gua yakin album mendatang (Bintang Lima) bakal lebih dahsyat dari Pandawa Lima (album keempat)." Dia yakin betul ada beberapa lagu yang potensial menjadi hit.

Parameter apa yang digunakannya, padahal dalam bisnis musik belum ada metode yang bisa memastikan sebuah karya bakal diterima konsumen atau nggak?

"Gua yakin aja. Karena waktu mau merilis Pandawa Lima dulu juga begitu," katanya enteng. Seperti udah kita tahu, album Bintang Lima terjual 1,8 juta keping dan merupakan karya terlaris dalam sejarah karir Dewa. Dalam hal ini Dhani adalah bagian dari ketangguhan itu.

Optimisme selalu mendahului jauh sebleum karyanya dilepas. Untuk album ke-6 nanti, misalnya, Dhani yakin penjualannya akan meningkat pesat dibanding Bintang Lima. Pertimbangannya terdengar nyeleneh: dia enggak pengen publik membanding-bandingkan Dewa dengan grup lain, seperti yang selama ini berlangsung.

Yang pasti, biar ada Sheila On 7 dan Padi yang berhasil menjual album jutaan, Dewa terbukti nggak gampang dilibas pendatang baru. Paling enggak, sampai saat ini!*

Bersambung...

*        *        *

*        *        *

Selanjutnya:
- Pencapaian Rasa Ideologi, Sikap, dan Otak (ISO)
- Dewa Ikuti Gaya Once
#2 Ahmad Dhani di Antara ISO, Queen, dan Rumi 
#3 Ahmad Dhani dan Jalan Tengah Dewa 19 di Album Bintang Lima 

Artikel Terkait Ahmad Dhani
- KamaRatih

- Windy Ghemary
- https://www.kompasiana.com/roelly87/54f5f14da33311a17c8b4660/di-balik-panggung-mahakarya-hut-rcti-ke25?page=all#sectionall


*        *        *
Keterangan: Artikel ini disadur secara utuh dari koleksi pribadi, HaiKlip 25 Years In Rock! #1/2002 yang diketik ulang, usai santap sahur 6 Ramadan 1441


- Jakarta, 29 April 2020

Senin, 27 April 2020

Bersama Halodoc Cegah Covid 19 secara Dini


Cara melakukan rapid test Covid 19 di aplikasi Halodoc

RAMADAN 2020 kini terasa beda dibanding tahun-tahun sebelumnya. Sebab, bulan puasa sekarang, di seluruh penjuru dunia, termasuk Tanah Air, sedang dilanda pandemi. Yaitu, Corona atau Covid 19 yang mewabah sejak Februari lalu.

Itu mengapa, pemerintah, baik pusat maupun daerah, menetapkan Social Distancing yang berujung Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Tujuannya, demi mencegah wabah lebih lanjut sejak 10 April lalu. Bagi saya yang berprofesi penuh sebagai ojol (ojek online), tentu mendukung kampanye ini.

Kendati, ini berpengaruh pada penghasilan sehari-hari yang sedikit menurun. Namun, tak mengapa, mengingat kesehatan jauh lebih penting. Ya, mencegah lebih baik dibanding mengobati.

Tak heran jika sejak awal bulan, saya sudah melakukan social distancing. Hanya keluar untuk membeli makanan, obat, hingga keperluan rumah, disela-sela pekerjaan.

Selain itu, saya juga mencari info, untuk diri sendiri, keluarga, orang terdekat, hingga sekitar, demi pencegahan. Salah satunya, melalui Halodoc. Yaitu, startup aplikasi kesehatan. Saya sudah melakukannya sejak 10 April lalu, dengan konsultasi terlebih dulu melalui dokter yang bekerja sama dengan Halodoc. Caranya, melalui vitur chat yang bisa diakses, baik secara gratis maupun berbayar.

Dari hasil konsultasi itu, saya masih belum ada tanda-tanda gejala Corona. Semoga, ini bertahan. Aamiin...

Di aplikasi Halodoc terdapat berbagai fitur yang bisa diakses masyarakat luas. Itu meliputi:
- Tes Covid 19
- Periksa Covid 19
- Chat dengan dokter
- Beli obat
- Kunjungan Rumah Sakit
- Pengingat obat
- Update berita Covid 19

Bagi masyarakat yang memiliki tanda-tanda atau gejala Covid 19, bisa periksa di Halodoc lewat layanan Rapid Test. Harganya, variatif. Mulai Rp 295.000 hingga Rp 1.900.000, yang dilakukan di Rumah Sakit yang bermitra dengan Halodoc.

Tentu, kita berharap agar tidak sampai terkena gejala. Namun, demi lebih meyakinkan, dan tentunya punya dana cukup, tidak ada salahnya melakukan Rapid Test yang tersedia di Halodoc.

Btw, apa sih Rapid Test? Berhubung saya bukan orang medis, alias hanya kenal kulit-kulitnya saja terkait kesehatan, saya sedikit menjabarkan secara sederhana. Rapid Test merupakan pemeriksaan yang menggunakan sampel darah untuk diuji.

Nah, darah yang diambil ini kemudian bakal digunakan untuk mendeteksi imunoglobulin. Yaitu, antibodi yang terbentuk saat tubuh mengalami infeksi. Sehingga, pasien pada tahap awal infeksi dapat diidentifikasi lebih lanjut.

PBB melalui badan kesehatan (WHO), dalam berbagai kesempatan juga menekankan urgensi kehadiran layanan tes yang efektif bagi masyarakat luas.

Saya pribadi, hingga kini -semoga sampai seterusnya- memang tidak ada gejala. Namun, tetap saya harus rutin menjaga kesehatan dan kebersihan.

Seperti yang dikatakan Dr. Andri J. Girsang, saat saya melakukan konsultasi. Menurutnya, pemeriksaan rapid test diutamakan pasien dengan risiko sedang dan risiko tinggi. Itu berarti, jika tidak ada gejala, ya kita tidak perlu.

Pengecualian, jika memang kita ada kontak erat dengan pasien Covid 19. Bahkan, jika hasilnya positif pun, tapi masih tanpa gejala, penanganan dengan melakukan isolasi di rumah. Yaitu, secara mandiri 14 hari sejak gejala awal. Selanjutnya, konsumsi obat dan vitamin.

Jika keluhan memberat, seperti batuk kering, sesak nafas, dan demam tinggi, segera ke rumah sakit.

Nah, konklusi dari artikel ini, mari sama-sama untuk mencegah Covid 19. Kurangi keluar rumah jika tidak perlu. Selalu pakai masker dan sarung tangan. Jika kita memiliki gejala seperti batuk yang tidak biasanya, bisa konsultasi ke dokter. Nanti, mereka akan melakukan analisis, apakah kita bisa dirujuk untuk layanan Rapid Test atau tidak.

Semoga artikel ini bisa membantu dan selamat menunaikan ibadah Ramadan bagi yang menjalankan.*

*         *         *
Riwayat konsultasi yang dilakukan saya
dengan beberapa dokter di Halodoc,
seperti penyakit dalam, diabetes, umum,
hingga Covid 19 

*         *         *

*         *         *

*         *         *

*         *         *

- Jakarta, 27 April 2020