TyyiccClcSK3IvRCDh0sKBc4_Sg roelly87.com: April 2024

Serial Catatan Harian Ojol

Serial Catatan Harian Ojol
Serial Catatan Harian Ojol

Rabu, 24 April 2024

Kenapa Harus Rutin Ganti Oli?

Kenapa Harus Rutin Ganti Oli?


Ilustrasi Kuda Besi di bengkel
(Foto: dokumentasi pribadi/@roelly87)



SEBAGAI ojek online (ojol), saya sangat memperhatikan performa sepeda motor. Maklum, Kuda Besi ini merupakan andalan saya sehari-hari dalam mencari nafkah.

Saya tidak pernah abai untuk merawat tunggangan 125 cc tersebut. Termasuk, setiap 2-3 pekan, rutin ke bengkel.

Baik itu ganti oli mesin, cek kanvas rem, ban depan dan belakang, kelistrikan, aki, dan sebagainya. Alhamdulillah, berkat rajin pemeliharaan, saya belum pernah mengalami yang aneh-aneh dengan motor jenis matic ini sejak dimiliki 2020 lalu.

Alias, sudah lebih dari empat tahun jadi andalan saya sebagai ojol lintas kota lintas provinsi. Sejauh ini, saya sangat nyaman dengan si Kuda Besi melintasi berbagai jalanan di Tanah Air.

Rahasianya, simpel. Ada pada perawatan yang rutin.

Maklum, kan ga lucu juga ketika bawa penumpang, eh motor mogok. Jangan sampe terjadi seperti itu.

Kecuali, force majeur. Alias, situasi tak bisa dihindari seperti banjir.

Nah, terkait kondisi prima motor saya itu, seperti disinggung di paragraf sebelumnya ada pada perawatan rutin. Misalnya, ganti oli yang teratur.

Bisa dipahami, sebagai ojol, tentu setiap hari saya menjelajah hingga ratusan kilometer. Menembus kemacetan dan melintasi jalanan yang rusak merupakan santapan sehari-hari.

Itu mengapa, saya sangat teliti dalam memilih oli untuk motor. Pilihan saya jatuh pada Oli MPX2 dari Astra Honda Motor (AHM).

Btw, oli ini bisa dibeli di mana saja ya. Baik bengkel resmi, bengkel pinggir jalan, hingga olshop. 

Namun, ingat ya. Karena banyak digunakan masyarakat, oli ini jadi rawan dipalsukan oknum tak bertanggung jawab.

Itu mengapa, kita harus teliti agar tidak membeli yang palsu. Caranya, harus mengecek dengan seksama pada botol, tutup botol, dan stiker kemasannya.

Untuk botol dan stiker berwarna putih. Sementara, tutupnya warna biru.

Jangan lupa ya, guys. Harus dicek kemasannya agar tidak salah beli.

Oli MPX2 ini tersedia dalam dua ukuran. 0,65 liter dan 0,8 liter dengan harga yang bervariasi.

Spesifikasinya SAE:10W-30, API-SL, JASO:MB. Oh ya, Oli MPX2 ini untuk motor apa saja?

Selain motor saya yang cc-nya 125, juga untuk seluruh matic Honda. Mulai dari Beat, Genio, Scoopy, Vario 160, PCX, ADV, hingga Forza.

Oli MPX2 dikenal andal untuk melindungi sepeda motor hingga jadi lebih irit tapi sangat bertenaga. Sekaligus, daya lubrikasi sempurna untuk performa prima mesin tipe kopling kering alias matic.

Nah, itu mengapa kita tidak boleh telat apalagi lupa untuk ganti oli. Sebab, bisa membuat performa motor jadi menurun.

Khususnya, saya pribadi sebagai ojol. Setiap hari, saya sisihkan sebagian penghasilan untuk ganti oli dan perawatan motor

Oh ya, dari tadi membicarakan tentang oli, oli, dan oli. Memangnya, apa fungsi oli untuk kendaraan, khususnya motor?

Sebagai ojol yang hobi ngeblog sejak 2009 silam, tentu saya harus menulis artikel di blog ini dengan akurat berdasarkan pengalaman sehari-hari, termasuk soal oli. Hanya, meski jadi blogger udah lebih 15 tahun, adakalanya kesulitan menceritakan pengalaman secara verbal jadi tulisan.

Apalagi, jika berkaitan hal teknis. Bisa dilihat dan dibicarakan, tapi ga gampang dituangkan jadi artikel.

Butuh imajinasi lebih lanjut.

Ha... Ha... Ha...

Simpelnya gini. Eh, saya mau ulas soal oli mesin ya, bukan oli gardan atau lainnya. 

Yuppiii, ada lima fungsi oli mesin pada motor. Itu meliputi:

1. Pelumas

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pelumas artinya minyak kental yang digunakan untuk melicinkan (melancarkan) jalannya mesin mobil dan sebagainya; minyak pelicin. Itu mengapa, oli mesin berfungsi untuk memberikan pelumasan pada setiap bagian mesin yang membutuhkan.

2. Cegah kebocoran gas di ruang boiler

Fungsi lainnya, oli mesin mencegah emisi gas terjadi berlebihan di ruang bakar kendaraan.

3. Turunkan suhu mesin

Saat motor dijalankan, suhu mesin bisa meningkat yang membuat mesin harus bekerja keras. Nah, dengan adanya oli, mesin tetap terjaga suhunya hingga mengurangi potensi mogok.

4. Kendalikan logam hasil gesekan

Jika ada waktu senggang saat ngojol, saya sering buka youtube. Termasuk, melihat kinerja mesin motor. Nah, saat mesin bekerja, tentu gesekan antar komponen terjadi. Dengan adanya oli mesin bisa memfilter logam tersebut hingga tidak merusak mesin.

5. Cegah karatan

Kecuali emas, kita selalu menghindar dari kata karat. Termasuk, mesin yang terbuat dari logam hingga berpotensi karatan. Ini wajar. Kalo dari kayu namanya lapuk. He he he. Nah, keberadaan oli mesin ini dapat mencegah terjadinya karat pada setiap bagian mesin motor.

Berdasarkan lima fungsional oli tersebut, itu mengapa kita harus rutin melakukan pergantian oli mesin. Ada dua pilihan bagi Anda, yaitu ganti berdasarkan hitungan kilometer di dashboard atau waktu.

Bebas aja. Tergantung pemakaian.

Ada yang ganti oli mesin setiap 1.500-2.500 kilometer. Juga ada yang per 2-3 pekan.

Sebelum jadi ojol, saya pilih yang pertama. Sebab, motor hanya digunakan untuk pergi dan pulang kerja saja dengan jarak setiap hari tak sampai 10 kilometer.

Namun, sejak jadi ojol, saya pilih yang kedua. Bisa dipahami mengingat sehari, jarak tempuh saya bisa mencapai 200 kilometer.

Nah, demikian pengalaman saya terkait pentingnya ganti oli mesin pada sepeda motor. Semoga bermanfaat bagi para pembaca blog ini.


*       *       *

- Jakarta, 24 April 2024


...

Senin, 01 April 2024

Wabah Pak Ogah Merajalela, Polisi Bisa Apa?


Wabah Pak Ogah Merajalela, Polisi Bisa Apa?


Keberadaan Pak Ogah di setiap tikungan
yang kerap mengganggu (foto: www.kompasiana.com/roelly87)


MARET lalu merupakan peringatan empat tahun Koronavirus di Tanah Air. Pandemi yang mewabah di penjuru dunia sejak awal 2020, termasuk Indonesia yang terkena dampaknya.

Banyak korban berjatuhan, khususnya yang meninggal. Termasuk, beberapa yang saya kenal seperti keluarga, tetangga, rekan, dan sebagainya.

Pandemi juga mengguncang perekonomian Indonesia. Ada beberapa kenalan yang harus keluar dari tempat kerjanya.

Bisa itu perusahaannya bangkrut atau memang pemutusan sepihak akibat seretnya pemasukan. Wajar saja, mengingat dunia usaha memang berada dalam titik nadir.

Pengangguran pun di mana-mana. Setidaknya, dalam dua tahun pandemi hingga statusnya dicabut pada 21 Juni 2023.

Sejak saat itu, perekonomian di Tanah Air pun bangkit. Perusahaan raksasa, tradisional, hingga UMKM kembali bergeliat.

Di sisi lain, Pandemi Koronavirus membuat subur para pemalas. Yaitu, orang-orang yang ingin dapat duit mudah tanpa kerja keras hingga saya menyebutnya Gerombolan Makhluk Hidup Nirguna (GMHN).

Misalnya, Organisasi Masyarakat (Ormas), Kang Parkir Liar, Pak Ogah, Calo, Pungutan Liar (Pungli), Penjaga Perlintasan Kereta Ilegal, dan sebagainya seperti yang saya ulas pada artikel sebelumnya, Terima Kasih, Orang Baik 3/ https://www.roelly87.com/2024/03/terima-kasih-orang-baik-3.html.


*       *       *


MASALAH utama di ibu kota yang selalu turun temurun itu ada dua. Macet dan banjir.

Nah, saya akan bahas yang pertama. Sebab, berkaitan dengan GMHN, khususnya Pak Ogah.

Ya, Pak Ogah jadi penyebab utama macet di Jakarta. Demikian berdasarkan pengamatan saya sehari-hari yang berprofesi sebagai ojek online (ojol).

Ini bukan dongeng. Alias, fakta.

Anda, pembaca blog ini bisa melihat dan merasakannya di sepanjang jalan utama ibu kota. Itu meliputi Sudirman, Gatot Subroto, Satrio, Rasuna Said, Daan Mogot, Pasar Minggu, dan sebagainya.

Saya berani bilang, satu-satunya jalan utama di Jakarta yang tidak diserbu Pak Ogah adalah Jalan Thamrin. Untuk empat Jalan Medan Merdeka, kita ga usah bicarakan sebab itu Kawasan Ring 1.

Sumpah, saya berani mengatakan, selain lima jalan itu, Thamrin dan Medan Merdeka (Utara, Timur, Selatan, Barat), tidak ada lagi jalanan di Jakarta yang bebas Pak Ogah.

Sudirman? 

Ada!

Yaitu, di Simpang Jalan Garnisun, Penjernihan 1, dan Setiabudi Raya. Aneh, jalan utama yang menghubungkan pusat bisnis Indonesia malah banyak Pak Ogah.

Gatot Subroto? 

Banyak.

Termasuk, di samping Gedung MPR/DPR. Jika Anda dari arah Pejompongan Raya menuju Slipi, pasti nemuin Pak Ogah.

Anehnya, di dekatnya sering ada motor atau mobil polisi. Namun, ya gitu deh.

Bahkan, yang teranyar di media sosial dengan Pak Ogah memberi akses ilegal sepeda motor lewat trotoar dengan dimintain uang! Ini tiap hari saya amati jika mengantarkan penumpang ke Stasiun Palmerah.

Padahal, di dekatnya ada petugas, tapi seperti tak terlihat. Apalagi, ketika tahu, di sampingnya merupakan Markas Wakil Rakyat. 

Anehnya, para anggota MPR, DPR, DPD, hingga polisi seperti bergeming. Apa ga malu mereka melihat situasi seperti itu tiap harinya.

Kadang, saya juga suka mengernyitkan dahi dengan keberadaan Pak Ogah yang seakan dibiarkan. Misalnya, di Jalan Rasuna Said yang banyak putaran balik.

Pak Ogah jadi biang kemacetan di sana. Ada satu waktu, mereka absen karena kehadiran polisi yang menjaga.

Namun, adakalanya kompak. Polisi di samping mengatur kendaraan yang berputar, sementara Pak Ogah di sisi lainnya ikut juga mengatur.

Aneh euy. Padahal, sepanjang jalan tersebut berderet kantor kementerian dan kedutaan besar. Sumpah, ibarat kangouw, pemandangan ini benar-benar bisa jadi bahan tertawaan dunia.

Namun, aparat seperti cuek dengan keberadaan Pak Ogah yang sangat mengganggu.

Yang saya maksud adalah pihak kepolisian.

Nah, lho. Kenapa polisi yang disalahkan?

Ya, sebab mengatasi keberadaan Pak Ogah ini memang tugasnya. Kalau Satpol PP, mana berani.

Begitu juga dengan Dishub. Yang dikejar cuma taksi konvensional dan taksi online yang parkir di pinggir jalan. 

Jika mobil pejabat ikutan parkir, Dishub ini kayak ketakutan. Contoh, di Jalan Gunawarman, Senopati, Suryo, Kemang, dan sebagainya.

Tentu, untuk mengatasi keberadaan Pak Ogah ini, polisi harus kolaborasi dengan pemerintah daerah, Sat Pol PP, dan Dinas Perhubungan.

Itu juga kalo mereka pada mau kerja beneran. Jika tidak, saya lebih percaya Hitl*r meninggal di Garut. 


*       *       *


BTW, mungkin Anda bertanya-tanya. Apa sih, kesalahan Pak Ogah hingga dibuatkan artikel ini secara khusus?

Salah besar menyebut Pak Ogah ikut mengatur lalu lintas di putaran balik, persimpangan, atau pertigaan. Itu bukan tugasnya. Titik!

Saya pernah mengulasnya 10 tahun silam pada artikel https://www.kompasiana.com/roelly87/54f71562a3331100258b4893/mengusir-pak-ogah-solusi-atau-benci?page=all. 

Mereka seolah jadi pahlawan bagi kendaraan yang ingin berputar. Namun, jika Anda sadari, justru Pak Ogah ini yang bikin macet.

Pasalnya, mereka hanya mau membukakan jalan untuk mobil yang memberinya uang. Bisa seribu atau Rp 2.000.

Anda perhatikan baik-baik. Jika Anda bawa mobil pribadi hendak putar balik, lalu jendela diturunkan, dan tangan menyelipkan uang, dari jauh Pak Ogah sudah bisa melihatnya.

Mobil Anda langsung dikasih lewat dengan menghentikan kendaraan lain. Mereka tidak peduli dari arah berlawanan atau belakangnya jadi terhambat karena harus menunggu. Termasuk sepeda motor, angkot, dan taksi yang tidak dilirik mereka sama sekali.

Itu jika Anda memberinya seribu atau Rp 2.000. Bagaimana jika selembar Rp 5.000?

Tentu, Anda akan dipersilakan Pak Ogah dengan sigap layaknya diberi karpet merah. Termasuk, mereka akan mengucapkan terima kasih dengan rasa syukur. Anjing!

Lalu, jika Anda memberi selembar Rp 10.000, Pak Ogah itu bisa-bisa sujud kepada Anda. Bahkan, jika Anda membuat agama baru, hingga jadi Tuhan sekalipun, Pak Ogah bakal rela jadi hambanya. 

Saking bersyukurnya mereka diberi uang ceban. Bener-bener manusia bangsat!

Hasil duitnya mereka? Kalo ga dipake buat judi, main sloth, mabuk, nyabu, hingga ngewe alias Open BO!

Sementara, 10 tahun lalu, saya catat bahwa, mereka rata-rata sehari mendapatkan penghasilan kotor Rp 100.000 - Rp 250.000. 

Jumlah yang menggiurkan untuk mereka yang hanya bermodalkan "tangan di atas" dengan berdiri di tengah jalan tanpa harus memeras keringat apalagi otak. Bahkan, jika Pak Ogah itu remaja tanggung, kebanyakan uang sebesar itu dipakai untuk hal yang negatif. 

Mulai dari membeli narkoba, mabok-mabokan, hingga pelesiran ke lokalisasi. Ironis, tapi faktanya yang saya dapat memang seperti itu.


*       *       *

Partner in Crime Anda dan Pak Ogah

Dikasih Rp 1.000 = B aja

Rp 2.000 = Ngangguk

Rp 5.000 = Karpet merah, mengucapkan terima kasih dengan penuh syukur dan khidmat

Rp 10.000 = Sembah sujud, kalo Anda bikin agama baru, mereka jadi yang pertama sebagai hambanya

Nolak lambaikan tangan = Cemberut

Lewat tanpa buka kaca = Kata-kata mutiara nan syahdu dari Kebun Binatang pun keluar

Nyelonong tancap gas = Ada kemungkinan disambit atau baret body mobil Anda


*       *       *


NAH, itu contoh jika Anda memberinya uang. Bagaimana jika tidak memberinya dengan kaca jendela tetap tertutup.

Ho ho ho... 

Pak Ogah itu akan masa bodoh. Tak jarang, mereka mengumpat dengan kata-kata mutiara khas Kebun Binatang atau yang menjurus.

"Pelit!"

"Dasar kere!"

"Punya mobil tapi ga mau ngasih!"

"**** Anjing!"

"Dasar **** *****! Mobil aja bagus, tapi pelit."

"Ngasih seribu dua ribu ga bikin lo miskin!"

Itu belum seberapa. Bahkan, sering mobil dibaret bodynya akibat Pak Ogah kesal karena sudah membuka jalan tapi ga dikasih duit.

Ha ha ha. Mereka ini benar-benar sinting.

Btw, yang saya tulis seluruhnya ini fakta ya. Kecuali kalimat yang disensor karena menjurus SARA, untuk umpatan lainnya nyata.

Termasuk, soal baret yang bisa Anda cari beritanya di Google. Kata kuncinya, Pak Ogah Baret Mobil, nanti nongol semua.

Itu mengapa, saya sangat benci kepada mereka. Bahkan, tidak simpati sama sekali saat mengetahui berita ada Pak Ogah yang dipersekusi aparat seperti TNI atau polisi. 

Mampus!

Ha... Ha... Ha...

Makanya, kalo mau duit ya kerja. Jangan cuma berdiri di putaran balik, tikungan, dan pertigaan saja.

Eit, lupa. Akibat merugikan pengendara, bahkan pernah Pak Ogah ditembak.

Sumpah, saya ga simpati sama sekali. Bahkan, saya berharap, pemerintah bersama kepolisian segera menghapus Pak Ogah dari muka bumi Indonesia ini.

Satu dekade lalu, saya sangat bangga dengan Basuki Tjahaja Purnama yang ingin menghapusnya karena telah mengganggu ketertiban akibat membuat macet kian parah. Sayangnya, Ahok yang saat itu menjabat sebagai Gubernur Jakarta ini dimentahkan kepolisian. 

Tepatnya melalui Direktur Lalu Lintas Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Polisi (Kombes) Mulya Budyanto. Menurutnya, keberadaan Pak Ogah malah membantu masyarakat, khususnya pihak kepolisian.

"Kalau tidak ada 'Pak Ogah' tambah macetnya. Memang Pak Ogah yang begitu-begitu harus diberi arahan. Mau diusir pun besok tetap ada di situ dia," ujar Restu pada 2014 silam.

Ha... Ha... Ha...

Mau ketawa tapi takut dosa pas puasa-puasa gini.

Mau sedih, eh inget bahwa negara ini punya mereka.

Kalau sudah begini, saya berharap Pak Ogah mampu menginvasi Ibu Kota Nusantara (IKN). Bahkan, kalau perlu, gerombolan Hyena itu -yang lebih hina dari Anjing- turut mengatur lalu lintas di depan Istana Presiden yang baru.

Sumpah, jika terwujud, saya sangat bangga dengan negara ini!***


*       *       *


- Jakarta, 1 April 2024


*       *       *

Artikel Terkait:


- https://www.roelly87.com/2024/03/terima-kasih-orang-baik-3.html

- https://www.kompasiana.com/roelly87/55091051a33311f6432e3af3/ramadhan-ketika-sang-bos-konveksi-kepusingan-ditagih-thr-pemuda-kampung


- https://www.kompasiana.com/roelly87/54f71562a3331100258b4893/mengusir-pak-ogah-solusi-atau-benci


...