Saya bersama ibu dan adik saat menumpang Kapal Ferry dari Pelabuhan Merak ke Pelabuhan Bakauheni pada 1993 silam (Foto: Repro Dokumentasi pribasi) |
SEPANJANG lebih dari seperempat abad hidup ini, saya sudah mencoba nyaris seluruh moda transportasi. Baik masal maupun private. Bahkan yang tak terjangkau sebelumnya.
Misalnya, lebih dari satu dekade silam, saya sempat menumpang tug-boat dari bumi Borneo hingga barat pulau Jawa. Ketika itu tug-boat membawa tongkang bermuatan hasil bumi yang menempuh waktu sekitar 12 hari.
Tahun lalu, saya mendapat kehormatan bisa menginjakkan kaki di kapal pesiar. Bahkan, menginap hingga dua malam di perairan Wales, Inggris, saat menyaksikan final Liga Champions 2016/17.
Pesawat? Sudah tak terhitung lagi. Sejak ke Lampung pada awal dekade 1990-an hingga terakhir dari Entikong, Kalimantan Barat, usai meninjau Pos Lintas Batas Negara (PLBN) bersama Kementerian Sekretariat Kabinet pada 25 April lalu.
Pun demikian dengan helikopter yang sudah dirasakan akhir bulan lalu. Bus antarprovinsi, kereta, hingga getek. Getek? Yupz, bisa dibilang saya sering saat menyeberangi sungai Ciliwung yang tidak jauh dari kediaman saya.
Terkait, transportasi air, kali pertama saya merasakannya pada pertengahan 1993. Tepatnya saat menumpang Kapal Ferry dari Pelabuhan Merak, Banten, ke Pelabuhan Bakauheni, Lampung. Itu terjadi ketika saya dan keluarga mengunjungi kerabat di Metro, Lampung.
Itu jadi pengalaman satu-satunya saya naik Kapal Ferry. Pengalaman yang tak terlupakan hingga 2,5 dekade berselang. Bisa dipahami mengingat, saat itu saya masih bocah. Ketika itu, saya kali pertama merasakan berada di laut lepas.
Awalnya sempat gemeteran saat kali pertama berada di lambung kapal. Namun, setelah itu malah makin penasaran. Terlebih ketika itu saya masih bocah yang tentunya sangat antusias dengan sesuatu yang baru.
Namun, itu justru jadi sensasi tersendiri. Wajar saja karena setelah itu, saya belum pernah lagi naik Kapal Ferry. Untuk moda transportasi air mungkin sering, tapi sebatas kapal kecil. Beruntung, rasa penasaran saya bakal segera terwujudkan pada Agustus mendatang.
Tepatnya saat Asian Games 2018 yang akan saya liput nanti. Ya, Indonesia merupakan tuan rumah edisi ke-18 dari pesta olahraga antarnegara Asia ini yang akan diselenggarakan di Jakarta dan Palembang.
Nah, Kapal Ferry jadi salah satu andalan pemerintah sebagai moda transportasi selama Asian Games 2018. Bisa dipahami mengingat PT Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan (ASDP) Indonesia Kapal Ferry merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Tentu, perusahaan yang pada 27 Maret lalu genap 45 tahun ini bakal berperan untuk mensukseskan Asian Games 2018.
Salah satunya dengan menyiapkan tiga armada bagi kontingen Asian Games 2018 yang hendak bertanding di Jakarta maupun Palembang seperti yang diungkapkan Direktur PT ASDP Indonesia Ferry Ira Puspadewi kepada Antara.
Bahkan, saat ini sedang dikebut pembangunan Dermaga Eksekutif di Pelabuhan Merak-Bakauheni. Rencananya rampung pada Agustus ini untuk melayani kontingen atau suporter di Asian Games 2018 seperti dikutip dari Kompas.com.
Keberadaan Kapal Ferry ini sangat menunjang dalam perhelatan Asian Games 2018. Misalnya suporter yang ingin menyaksikan pertandingan berbagai cabang olahraga di Palembang secara rombongan. Tentu lewat jalur darat baik itu kendaraan pribadi atau bus lebih murah ketimbang pesawat udara.
Bahkan, menyeberang dari Merak ke Bakauheni atau sebaliknya hanya butuh waktu dua jam dengan Kapal Ferry. Itu belum termasuk pemandangan indah dari berbagai sisi di Selat Sunda. Termasuk berbagai pulau eksotis yang bisa menarik wisatawan dalam dan luar negeri.
Yupz, tak sabar menanti Agustus. Naik Kapal Ferry, aku kan kembali...!
* * *
Referensi
- https://kupang.antaranews.com/berita/6124/asdp-siapkan-kapal-feri-untuk-asian-games-2018
- https://ekonomi.kompas.com/read/2017/05/28/152250826/dermaga.eksekutif.merak-bakauheni.ditargetkan.rampung.sebelum.asian.games.2018
- https://www.indonesiaferry.co.id/siaran_pers/detail_siaran/69
- https://www.kompasiana.com/roelly87/perahu-getek-transportasi-tradisional-yang-masih-bertahan_550aae7da3331151102e3928
* * *
- Jakarta, 24 Juni 2018