Curug Kawung di kawasan Curug Nangka, Bogor, Jawa Barat |
"MENCARI sampai sepatu pecah, ketika ditemukan begitu saja." Demikian, adagium lawas yang masih saya ingat. Yaitu, mengenai pencarian seseorang hingga keliling dunia, setelah sekian lama ternyata jodohnya di depan rumah. Intinya hanya soal pencarian, kalimat terakhir itu hanya narasi tambahan dari saya :)
Ok, kali ini saya serius (tumben!). Saya sudah kenal Curug -bahasa Sunda yang artinya air terjun- Nangka sejak puluhan tahun silam. Tapi, sejauh itu, saya belum pernah mengunjunginya. Padahal, dalam periode seperempat abad lebih hidup saya sudah menjelajah beberapa air terjun. Termasuk, dua yang fenomenal di Sumatera Barat: Timbulun dan Bayang Sani.
Pun begitu saat Idul Fitri lalu. Kebetulan, saya sempat bersilaturahmi ke rumah teman di kawasan Bogor. Ketika itu, saya nyaris ke Curug Nangka. Hanya, terkendala waktu akibat saya tiba di rumah teman saya sudah menjelang senja. Menurut mereka, tidak baik ke curug saat maghrib. Pamali, ceuk urang Sunda, mah!
Setelah sekian lama terlupakan... (
Maka, seusai deadline, Sabtu (16/1) sekitar pukul 01.00 WIB, kami yang terdiri dari berbagai divisi di Harian TopSkor, mulai dari reporter, redaktur, grafis, hingga umum, berangkat dengan menggunakan beberapa sepeda motor. Eitsss, bukan ke Curug Nangka, melainkan ke vilanya yang baru sampai setelah Adzan Subuh.
Setelah tidur-tidur ayam sejenak, kami pun bangun untuk mandi dan berangkat ke curug dengan menyusuri jalan setapak sambil melewati aktivitas warga setempat di sungai. Ada yang mandi, nyuci piring, nyuci pakaian, hingga nyuci sepeda motor. Ternyata benar kata pepatah, wanita cantik itu ada tiga: Pasangan kita sendiri, wanita yang baru bangun tidur, dan wanita ketika sedang nyuci pakaian!
* * *
AWALNYA, saya kira Curug Nangka itu hanya satu air terjun. Ternyata salah, lantaran terbagi tiga dengan nama Curug Nangka, Curuk Daun, dan Curug Kawung. Menurut perhitungan GPS yang dibawa rekan saya, dari pintu gerbang ke Curug Kawung yang terjauh jaraknya sekitar 1,7 km!Lumayan jauh ternyata karena medannya tidak datar. Alias, harus mendaki dan melewati beberapa batu serta tebing yang curam dengan jurang di sisinya. Tapi, saya salut, karena banyak banyak pengunjung yang membawa anak kecil.
Jujur saja, saya pribadi agak kelelahan jalan dari pintu gerbang ke Curug Kawung. Tapi, rasa capek itu sirna ketika melihat banyak anak kecil, bahkan balita, tampak riang berlari-lari di sekitar Curug Kawung.
Ketika saya tanyakan kepada salah satu orangtuanya, ternyata mereka memang keluarga pencinta alam. Jadi, mereka mendidik anaknya sejak kecil untuk bisa beradaptasi dengan alam. Ya, salut saya dengan penjelasan pria yang menjabat sebagai instruktur di suatu penerbangan ini.
Setelah istirahat sejenak sambil ngemil gorengan yang dijual di sekitar Curug Kawung. Oh ya, ini juga saya agak heran. Sebab, penjualnya merupakan seorang nenek yang saya prediksi usianya sekitar di atas 60-an tahun.
Padahal, kami saja yang rata-rata usianya 20-an tahun agak lelah mendaki dari pintu masuk ke Curug Kawung. Tapi, beliau yang sudah renta malah setiap hari menjajakan dagangannya melalui baskom. Oh ya, harga gorengannya sangat murah, rata-rata Rp 1.000.
Ada tahu, tempe, bala-bala (bakwan), dan juga lontong isi. Lumayan untuk menangsel perut yang keroncongan. Kebetulan, di antara kami tidak ada yang membawa makanan. Di tas, isinya hanya ponsel, power bank, kamera SLR, dan GPS yang digunakan untuk mengukur ketinggian.
* * *
SETELAH ngemil-ngemil ganteng -karena ngopi-ngopi cantik sudah mainstream-, kami pun langsung menceburkan diri di Curug Kawung. Sumpah, dinginnya air di lemari es (kulkas), kalah dingin dibanding saat saya berada tepat di pancuran air terjun.
Menurut perhitungan kasar yang kami lakukan, jarak dari kolam ke puncak Curug Kawung sekitar 27 meter lebih. Oh ya, menurut salah satu rekan, berada tepat di bawah pancuran di air terjun itu sangat baik untuk kesehatan. Konon, untuk menetralisir racun di tubuh atau meredakan sakit kepala. Tapi, ini konon ya, saya belum verifikasi. Nah, jika Anda sedang galau dengan pasangan, berada di bawah pancuran Curug Kawung sangat tepat sebagai obat yang mujarab.
Setelah berbasah-basahan ria dan menikmati segarnya air yang gemericik bak turun dari langit, kami pun berkemas. Pulang? Tidak... "Perjalanan kita masih panjang, bung!" demikian celetuk rekan. Sebab, rencananya kami ingin menjelajah di tiga air terjun tersebut. Curug Kawung sudah dan kini giliran Curug Daun.
Nah, benar kata orang dulu, perjalanan pulang selalu lebih cepat dibanding pergi. "Ya iyalah, kan pulang tinggal turun dibanding saat pergi yang mendaki!" rekan lainnya menimpali.
Di sepanjang jalan yang terdapat beberapa kolam alami, saya melihat beberapa anak muda sedang selfie dan wefie. Ya, ya, ya. Tidak di kebun bunga Amaryilis, Kebun Raya Baturaden, hingga Insiden di Jalan Thamrin, selfie dan wefie memang sedang mewabah. Namun, kali ini apa yang mereka lakukan memang positif. Lantaran di tempat yang sudah disediakan, yaitu kawasan wisata.
Apalagi, pemandangan di kawasan Curug Nangka sangat memesona. Tahu arti memesona? Oh ya, sekadar info, bagi saya, definisi memesona -
Singkatnya, kami tiba di Curug Daun yang berjarak sekitar 350 meter -menurut GPS- dari Curug Kawung. Sejatinya sih, lansekap di sini tidak kalah indah dengan Curug Kawung. Hanya, pancurannya jauh lebih pendek, sekitar lima meter. Ya, mungkin ini versi mini.
Tapi, ketika saya iseng memotret melalui kamera ponsel, pemandangannya luar biasa. Apalagi, tepat di atasnya ada payung yang dipasang pedagang. Ini mengingatkan saya pada salah satu kawasan -lupa- di Sungai Chao Phraya. Namun, Curug Daun ini sedikit lebih indah dibanding aliran di Thailand tersebut.
Oh ya, kolam di bawahnya ini ternyata cetek dengan kedalaman satu meter. Alhasil, kami pun bergantian untuk nyemplung. Sayang, karena saya agak fobia berenang -dulu pernah tenggelam di Lampung- jadi pose saat lompat tidak terlalu menarik. Ya, intinya sih, saya sudah pernah ke Curug Nangka, gitu aja.
Selanjutnya, kami menuju Curug Nangka. Tapi, saya tidak bisa memotretnya karena ponsel sempat terendam air yang harus dikeringkan dengan buka baterai.
Nah, yang menarik, sepanjang perjalanan pulang, kami selalu ditemani kumpulan monyet. Mereka ini liar tapi jinak. Buktinya, rekan saya yang melempar kacang rebus langsung dielus-elus kakinya. Saya tidak tahu apakah monyet itu berterima kasih atau terpesona dengan rekan tersebut yang memang sedang galau.
* * *
* * *
* * *
* * *
* * *
* * *
* * *
* * *
* * *
* * *
* * *
Artikel Selanjutnya:- (Esai Foto) Di Balik Liburan ke Curug Nangka (I)
Artikel sebelumnya:
- Kenangan Wisata ke Kawasan Pesisir Selatan, Sumatera Barat
* * *
- Jakarta, 19 Januari 2016
Indonesia memang banyak curug yang cakep-cakep..sepertina curug ini lumayan bersih kalau dilihat dari foto..gimana mnrtmu?
BalasHapuswaahh serunya.. jauh juga jaraknya apalagi jalannya naik turun.
BalasHapuskata mempesona sama anggun nya sependapat... hehee..
kalo dilihat dari fotonya bersih, bagus.. adem liat airnya.
Pengen ke curug itu ntar tapi #klo ada yang ngajak haha.
BalasHapusBtw,,ga tau kenapa ada yang beda dengan tulisan ini dengan tulisan lainnya ,,bisa di bilang sepertinya penulis lagi jatuh cinta atau sekedar ngasih kode untuk si DIA (menurut saya yang bacanya sambil minum kopi ) *uhukk.
sudah lama daku gak main ke air terjun...kok gak aja aku sih Rul ke sini..? #eh..
BalasHapusini bukan karena abis baca postinganku trus mas irul berniat nyamperin gunung salak endah kan hihihi
BalasHapusklo yang curug nangka pernah main sekali pas masih jadi mahasiswa
terakhir ke sana pas bakar bakaran ikan di tepi curug
cie ada sedikit pelajaran bahasa indonesianya nih tentang kata memesona,..bukan mempesona #eh..
Maaaaasss, main naik - naik bukit gunung dan lembah tapi banyakan jajannya hahahhaha. Adem ya udaranya, kapan ya saya bisa kesini. Kalau masnya sampe gerbang aja dah capek, apalagi sayaaaa hihihihihihi.
BalasHapuspernah kecelakaan tanah longsor di sini awal tahun 2000 . waktu itu lagi pacaran pula di sini dan yang luka di kepala malah aku. si pacar malah ngga kenapa napa. hahahaha
BalasHapusKe curug nangka ada yg bawa anak2 ga sih? Kayanya tiap lihat foto ga ada anak kecil
BalasHapus