TyyiccClcSK3IvRCDh0sKBc4_Sg roelly87.com: Tips Ngeblog

Serial Catatan Harian Ojol

Serial Catatan Harian Ojol
Serial Catatan Harian Ojol
Tampilkan postingan dengan label Tips Ngeblog. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Tips Ngeblog. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 21 Oktober 2017

Tips Jadi Content Writer dari Ani Berta


Suasana Talk show menyambut HUT CNI ke-31 yang diisi Ani Berta



JADI content writer itu penuh tantangan bagi penulis. Beda dengan blog yang isinya "semau gue". Sebagai content writer, harus bisa menyesuaikan dengan kontraknya. Misalnya, kontributor website di pemerintahan, perusahaan, atau organisasi.

Mau tidak mau, kita harus mengikuti pakem mereka. Tidak bisa seenaknya saja atau terbawa gaya pribadi sehari-hari di blog. Kebetulan, saya pernah jadi content writer. Tidak banyak, kalau dihitung belum sampai melewati jari di tangan.

Kali terakhir pada pertengahan tahun ini di salah satu website. Secara harfiah, agak ambigu juga kalau dibilang itu content writer, kontributor, penulis lepas, ghost writer, dan sebagainya. Secara, saya melakukannya dengan sukarela tanpa hitam di atas putih. Namun, tiba-tiba pada akhir bulan rekening terisi.

Itu terkait hubungan harmonis dengan rekan yang terjalin sejak lama. Ketika beliau ada proyek, saya diminta mengisi artikel yang sebetulnya di luar jangkauan saya lantaran temanya berat. Namun, justru itu tantangan.

Hingga setelah satu purnama selesai, dua, tiga, dan empat, rekan tersebut ingin melanjutkan. Beliau sih oke-oke saja. Tanpa diedit pula. Meskipun, awalnya saya deg-degan, tapi setelah belajar lebih lanjut jadi lancar.

Hanya, karena saya tahu batas dalam diri saya, akhirnya beberapa saat selepas Idul Fitri, saya mengundurkan diri. Sayang sih, mengingat nominalnya lumayan. Namun, situasinya tidak memungkinakan karena menyita waktu dan menguras pikiran.

Alhasil, saya pun nasihat Sun Tzu, "Kenali kekuatan sendiri, kenali lawan, kau akan menang bahkan dalam 100 pertempuran. Kenali dirimu, tidak kenal lawan, hasilnya seimbang. Tidak kenal kekuatan sendiri, tidak kenal lawan, jadi perang yang sia-sia."

*        *        *

PAGI itu, di CNI Creative Building, Jakarta Barat, Jumat (20/10), suasananya sangat ramai. Itu karena PT Citra Nusa Insan Cemerlang (CNI) sedang merayakan HUT ke-31. Untuk menyambut perayaan tersebut, CNI menyelenggarakan CNI Expo 2017 pada 18 hingga 21 Oktober.

Mulai dari bazaar, pearl memory exhibiton, photography class, donor darah, cek kesehatan, demo hijab, hingga expotabulampot & hidrpoponik. Selain acara tersebut, jugaada seminar dan talkshow.

Narasumbernya seperti Windy Ghemary yang merupakan jebolan Indonesian Idol 2014, Dina Lorenza (artis), Ryan Batchin (praktisi Google), Ahmad Jazuli (Business Entrepreneur), Charis Abdul (Business Entrepenuer), dan Ani Berta (Blogger dan founder Komunitas ISB).

Nah, nama terakhir itu yang mengisi talkshow bertema IdeaPreneur ini, kemarin. Topik yang dibawakan Ani meliputi content marketing di hadapan puluhan blogger. Bagi saya ini menarik, sebab membuka pemahaman saya terkait content writer untuk lebih dalam lagi.

Bisa dipahami mengingat Ani sudah malang melintang sebagai content writer yang masih berkaitan dengan dunia blog. Beberapa di antaranya seperti Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Serempak.id), Australian Aid (Mampu.or.id), Badan Standardisasi Nasional Indonesia (BSN SNI), hingga website BriteQueen untuk ScotchBrite.

Dengan kelengkapan CV dari wanita pemilik blog www.aniberta.com ini sangat wah. Karena terkait instansi pemerintah dan organsisasi ternama.

*        *        *

DALAM kesempatan itu, wanita yang menyukai warna merah ini turut berbagi tips dan pengalamannya kepada kami yang hadir. Menurut Ani, ada enam langkah menjadi kontributor website.

1. Tentukan tujuan: Meraih penghasilan atau sukarela
2. Kenali website atau portal yang diminati
3. Ajukan proposal penawaran
4. Awali dengan mengisi konten gratisan sebagai portofolio
5. Memanfaatkan kanal citizen journalism di media mainstream seperti Kompasiana, Indonesiana, Vivalog, Citizen6, dan sebagainya
6. Promosikan hasil tulisan di sosial media

Bagi saya, nomor empat ini sangat menarik. Kebetulan, saya mengalaminya sendiri ketika ditawari rekan untuk mengisi artikel, saya menolak untuk dibayar. Yupz, dalam pikiran saya, tentu sama teman masa harus hitung-hitungan.

Rekan saya sih mengiyakan dan sesekali mentraktir di suatu cafe. Meski tanpa bayaran, saya mengerjakan tugasnya dengan sepenuh hati. Maklum, kredibilitas saya dipertaruhkan jika hanya menyelesaikan tugas tersebut dengan alakadarnya. Apalagi, saya tidak pernah setengah-setengah dalam bekerja.

Alhasil, ketika rampung, rekan saya mengatakan atasannya sangat puas. Bahkan, usai ngopi-ngopi ganteng di kawawasan Pangeran Jayakarta, pulangnya saya dijejali sesuatu. "Ini sekadar kadeudeuh," katanya waktu itu.

Padahal mah, nilainya bikin saya terperanjat saking besar. Meski saya tolak beberapa kali, rekan saya itu tetap memaksa.

"Kita emang temen rul, tapi dalam bisnis tetap ada hitungannya. Ide, saran, dan pikiran lo udah banyak ngebantu kami. Kelewatan banget kalo kita ga memberi sesuatu. Ini bukan gaji, tapi tanda terima kasih dari kami," tuturnya memberi penjelasan logis yang membuat saya tidak bisa berkata-kata lagi di tengah bisingnya dentuman musik malam itu.

Tuh, kan. Kuncinya, ikhlas. Rezeki itu bisa datang tanpa diduga-duga.

*        *        *

ANI juga memberikan delapan tips untuk mengisi konten di website, yaitu:

1. Minimal 500 kata, maksimal 1.000 kata
2. Sesuaikan gaya penulisan dengan ciri khas website atau portal
3. Tulisan Reportase harus merujuk 5W (Who, What, Where, When, Why) + 1H (How) disertai kaidah jurnalistik lainnya. Misalnya, tidak memasukkan unsur opini dan perasaan. Pengecualian untuk feature story.
4. Atur jadwal update sesuai kesepakatan bersama
5. Isi kanal-kanal website sesuai kategori yang dikuasai
6. Masukkan keyword yang tepat
7. Baca kembali setelah menulis draft
8. Foto high resolution

Untuk poin ini, saya fokus dengan yang kelima. Syahdan, pernah ada tawaran yang saya tolak karena bentrok dengan kepentingan. Nggak enak buat menolaknya karena kami sudah berteman lama. Namun, setelah saya jelaskan panjang lebar, akhirnya beliau mengerti. Alasannya simpel, saya tidak bisa berpijak di dua perahu yang sama.

Mengenai nomor tiga, lanjut Ani, jika ingin jadi kontributor, tentu kita harus bersahabat dengan 5W dan 1H. Misalnya, saya perokok, tentu saya tidak akan memaksakan diri untuk menulis terkait kampanye antirokok.

Contohnya, bla-bla-bla... "Merokok itu dapat merugikan kesehatan. Di sisi lain, kasihan juga ya petani tembakau jika industri rokok dimatikan."

Kalau opini dan perasaan pribadi terbawa seperti itu, urusannya tentu jadi runyam.

*        *        *

SELANJUTNYA, Ani menjelaskan, untuk jadi content writer, kita tidak boleh melakukan delapan hal:

1. Plagiat atau copy-paste
2. Bahasa alay, banyak singkatan
3. Memasukkan opini terlalu personal
4. Unsur kepentingan pribadi
5. Menyebut brand secara hard selling tanpa persetujuan pemilik website atau portal
6. Diskreditkan orang lain
7. Keluar dari idealisme
8. Menuliskan berita atau opini tidak sesuai fakta atau tidak terverifikasi

Dalam dunia tulis-menulis, copy-paste itu sesuatu yang dijauhkan. Meski, tidak bisa dihindarkan. Nah,untuk jadi content writer, kita bisa mensiasatinya. Misalnya, dengan Amati, Tiru, dan Modifikasi (ATM).

Setahu saya, ini tidak haram, yang penting porsinya tidak lebih dari 20 persen (20-80). Nah, kalo di atas 50 persen atau bahkan 100 persen, itu mah bukan content writer, melainkan penjiplak.

*        *        *

BAGAIMANA bahan untuk konten? Ani menyebut enam hal:
1. Workshop
2. Talkshow
3. Wawancara narasumber
4. Buku, majalah, dan surat kabar
5. Diskusi forum secara live
6. Event

Menurut Ani, yang paling penting itu saat diskusi forum. Sebab, kita bisa menggali informasi langsung dari narasumber dan peserta lainnya. Saya setuju dengan pemilik akun twitter @AniRingo tersebut. Dalam forum, terdapat diskusi dua arah. Selain itu, adakalanya, ditimpali narasumber lain atau peserta lainnya yang bisa menambah konten.

Jadi content writer atau sejenisnya itu apa sih yang dicari? Ani menegaskan, tidak hanya sekadar materi. Melainkan ada sembilan keuntungan lainnya yang bisa kita dapat.
1. Branding
2. Portofolio
3. Social entepreneur
4. Hobi yang menghasilkan
5. Tulisan yang bermanfaat bagi banyak orang
6. Relationship yang luas
7. Upgrade ilmu setiap saat
8. Menambah wawasan
9. Meningkatkan skill

Ani menekankan kepada kami, bahwa branding itu penting. Contohnya, Ani yang di kalangan blogger dikenal sebagai motivator. Saya pribadi menganggapnya mentor. Di luar blogger, Ani kerap jadi pembicara terkait wanita, sosial, dan kemanusiaan. Itu semua berkat branding yang mengakar pada Ani sudah melekat.

Nah, masih banyak tips yang diberikan Ani saat mengisi HUT ke-31 CNI. Sosok penggemar kopi ini menjelaskan, sebagai content writer ini tidak semudah jadi blogger. Namun, Ani melanjutkan, "Tidak ada yang sulit jika dipelajari terus-menerus."

*        *        *

YUPZ, berbagai tips dari Ani sangat berguna bagi kita yang ingin jadi content writer. Hanya, sekali lagi. Itu tergantung dari usaha yang kita lakukan sendiri.

Ibaratnya, tips dari Ani sebagai pembuka gerbang. Yang melangkah menuju jalan itu ya kita sendiri. Namun, biasanya, proses tidak pernah mengkhianati hasil.

Bagaimana pengalaman Anda sebagai content writer atau yang ingin memulainya sebagai content writer? Silakan dibagi pengalamannya pada kolom komentar di bawah ini.

*        *        *
Promotion and Marketing CNI Gusti Alendra

*        *        *
Ani membagikan berbagai tips berdasarkan pengalaman pribadinya

*        *        *
Diskusi rekan blogger Elisa Koraag dan Agatha May

*        *        *
#HUTCNI31 memuncaki trending topic

*        *        *
Rekan blogger Jun Joe Winanto meraih CNI Awards 2017 

*        *        *
Setelah mendapat ilmu dari Ani Berta, dilanjutkan narsis bersama
(Foto: www.roelly87.com/ didokumentasikan Widya Candra Dewi)

*        *        *
1... 2.. 3... Klik! :)

*        *        *
Berbagai penghargaan bergengsi yang diraih CNI

*        *        *
Jaringan CNI di dalam dan luar negeri

*        *        *
Tapak tilas CNI sepanjang 31 tahun perjalanannya

*        *        *
Properti berharga CNI salah satunya mesin cetak kartu 

*        *        *
Artikel Terkait CNI
Pentingnya Optimasi Youtube untuk Blogger
Blogger Harus Punya Personal Branding yang Kuat
Buka Bersama CNI, Blogger, dan Windy Ghemary
Kopdar CNI Perdana Bersama Fun Blogging

Artikel Terkait NgeBlog
Tiga Dara Blogger
Tips Ngeblog Asyik: Jalin Hubungan Baik dengan Komunitas Blogger (I)
Tips Ngeblog Asyik: Pentingnya Mengisi Daftar Hadir
Ngeblog Antara Hobi dan Mendatangkan Profit

*        *        *
- Jakarta, 21 Oktober 2017

Jumat, 05 Mei 2017

Ini Tips Menghindari Gosip

Ilustrasi aktif di media sosial

GOSIP menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia versi daring (kbbi.kemdikbud.go.id/entri/gosip) berarti "Obrolan tentang orang-orang lain; Cerita negatif tentang seseorang; pergunjingan: banyak program televisi yang menayangkan gosip yang tidak etis dalam pandangan keagamaan".

Dalam islam seperti yang saya kutip dari pernyataan Majelis Ulama Indonesia (MUI), gosip dikenal sebagai gibah. Bahkan, menurut Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) hukumnya haram (http://properti.kompas.com/read/2009/12/26/11555081/mui.quotinfotainmentquot.harus.hindari.gibah).

Namun, perkembangan teknologi dan informasi membuat sekat antara gosip tersebut jadi tipis. Bahkan, di dunia sepak bola yang saya kenal, gosip itu sudah jadi konsumsi sehari-hari. Bahasa kerennya, rumor. Entah itu rumor pemain A pindah ke klub Z, pemain B bertahan di tim X, dan lain-lain.

Ya, seperti halnya prediksi, rumor itu bisa benar juga bisa tidak. Kalau menjerumus, saat ini populer disebut hoax. Terutama pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) lalu.

Nah, dewasa ini kita tidak asing jika mendengar info yang sumbernya "dari grup sebelah" dan terus disebar secara berantai. Saya sendiri sering mendapat info ini baik di media sosial seperti facebook dan twitter atau aplikasi chat (whatsapp).

Namun, setiap mendapat info yang menurut saya menyesatkan, saya bergeming. Meski, diiming-imingi untuk menyebarkan atau sekadar forward. Kebetulan, saya bukan tipe orang yang sering mewarnai media sosial. Hanya sesekali kalau ada info penting atau jika mengikuti suatu event.

Jadi, terhadap sesuatu seperti gosip, rumor, atau hoax, saya tidak menggubrisnya. Sebab, saya tidak ingin meracuni teman di facebook atau followers di twitter dengan kabar menyesatkan.

Apalagi, sebagai blogger saya berpedoman pada sembilan elemen Bill Kovach. Tentu, saya harus kritis. Terutama jika mendapat info, saya berusaha untuk mencari tahu ke sumbernya langsung. Atau, setidaknya membaca referensi dari yang terpercaya.

Kebetulan, sejak aktif di media sosial seperti facebook pada 2009 silam dan twitter (2010) saya punya pengalaman menghindari gosip seskaligus cara untuk tidak menyebarkannya. Beberapa di antaranya seperti:

- Jangan pernah membuka media sosial saat kondisi kita sedang labil.
- Cek dan ricek jika mendapat info yang menurut kita ganjil.
- Wajib kritis. Akun media sosial yang sudah terverifikasi itu belum tentu menyebarkan info yang benar. Banyak kasus, penipuan atau penggiringan opini negatif justru dari mereka yang memiliki tanda contreng di media sosial.
- Atur privasi di media sosial. Tandai jika ada rekan yang sering menyebar info ganjil. Tentu, kita tidak enak untuk memutus pertemanan. Namun, kita bisa memfilternya dengan membisukan pada pengaturan di facebook dan twitter.***

Media Sosial seperti facebook, twitter,
dan sebagainya ibarat air.

Bisa membuat perahu berlayar
tapi juga dapat menenggelamkannya.

Baik dan buruknya tergantung pada diri kita.

(www.roelly87.com)

*       *       *

Artikel #ODOP Sebelumnya

#Prolog One Day One Post (ODOP): Tantangan Sekaligus Motivasi
- #1 Si Doel Anak Sekolahan, Sinetron 1990-an yang Menginspirasi
- #2 Isra Mikraj sebagai Penanda Ramadan Akan Tiba
- #Ini Rahasia untuk Ngeblog Lebih Semangat
- #Gaji Pertama dan Pesan Orangtua
- #Table Soccer Pacu Kreativitas Masa Kecil
- #6 Sebulan Jelang Ramadan Tiba
- #7 Ke Singapura, Aku Kan Kembali
- #8 Final Liga Champions 2016/17
- #9 Pengalaman Horor di Ruangan Kelas Kosong
- #10 Juara Bukan sebagai Obsesi dalam Ngeblog
- #11 Sejarah dan Pelajaran untuk Masa Depan
- #12 Buffon dan Jahe Tua yang Selalu Lebih Pedas

*       *       *
Artikel ini diikutsertakan dalam kegiatan One Day One Post (ODOP) bersama Komunitas ISB
Jakarta, 5 Mei 2017

Jumat, 28 April 2017

Sebulan Jelang Ramadan Tiba


Ilustrasi suasana asar di Masjid Hidayatullah, Jakarta Selatan


HAL memalukan atau hal konyol dari diri sendiri yang bikin nyengir ketika mengingatnya. Demikian, tema One Day One Post (ODOP) hari keenam yang diselenggarakan Komunitas ISB. Di antara lima tema sebelumnya, topik hari ini yang paling berat.

Sebab, saya memikirkannya sejak dini hari WIB tadi hingga sore ini tapi masih belum ketemu alias ide masih mandek. Kebetulan, saya merupakan pribadi yang datar-datar saja. Alias, tidak terlalu berprestasi tapi juga tidak sampai (berbuat) memalukan.

Jadi, saya sampai mengernyitkan dahi untuk mengenang apa hal memalukan atau konyol yang bikin nyengir. Namun, karena sudah bertekad untuk membuat satu artikel setiap harinya pada event offline ini, saya harus komitmen.

Yupz, ODOP itu bukan keharusan, melainkan tantangan yang jadi motivasi (Artikel sebelumnya: http://www.roelly87.com/2017/04/one-day-one-post-odop-tantangan.html). Kecuali sakit -semoga kita sehat selalu, Aamiin- atau ada tugas kantor yang tidak memungkinkan untuk ngeblog, sudah pasti saya usahakan minimal membuat satu artikel perhari.

Hingga, menjelang magrib tadi, baru dapat ide. Tepatnya, usai wudu untuk melaksanakan salat magrib. Salah satu hal konyol yang kebetulan saya ingat terjadi belasan tahun silam ketika masih kecil.

Yaitu, saat wudu untuk salat zuhur atau asar. Biasanya, tanpa sengaja ketika sedang berkumur, air suka masuk ke tenggorokan. Tentu, jika tidak sengaja, puasanya pun tidak batal. Konyolnya lagi, adakalanya saya sering berlama-lama untuk kumur saat wudu.

Alhasil, ada beberapa air yang menetes ke tenggorokan. Bisa dipahami mengingat saat itu saya masih bocah. Godaan terkuat untuk puasa yang haus. Apalagi, ketika zuhur yang panasnya sangat terik. Beda lagi jika sudah memasuki asar yang cuaca agak sejuk dan sayang kalau batal karena buka tinggal tiga jam lagi.

Oh ya, sekadar informasi, ketika membuka website Kementerian Agama pada laman http://bimasislam.kemenag.go.id/, ternyata hari ini, 28 April 2017 bertepatan dengan 1 Syaban 1438 Hijriyah. Itu berarti, kurang dari sebulan lagi kita, umat muslim akan melaksanakan ibadah puasa.

Yupz, berdasarkan penanggalan Hijriyah, setelah bulan Syaban adalah Ramadan. Ternyata, berkat mencari ide untuk membuat artikel ini saya jadi tahu saat ini kurang dari sebulan lagi Ramadan tiba. Semoga kita dijaga kesehatan untuk menyambut kehadiran bulan suci tersebut. Aamiin.***


Artikel #ODOP Sebelumnya

#Prolog One Day One Post (ODOP): Tantangan Sekaligus Motivasi
- #1 Si Doel Anak Sekolahan, Sinetron 1990-an yang Menginspirasi
- #2 Isra Mikraj sebagai Penanda Ramadan Akan Tiba
- #Ini Rahasia untuk Ngeblog Lebih Semangat
- #Gaji Pertama dan Pesan Orangtua
- #Table Soccer Pacu Kreativitas Masa Kecil

*       *       *
Artikel Ramadan Lainnya

*       *       *
Artikel ini diikutsertakan dalam kegiatan One Day One Post (ODOP) bersama Komunitas ISB
Jakarta, 28 April 2017

Selasa, 25 April 2017

Ini Rahasia untuk Ngeblog Lebih Semangat


PENDAMPING hidup atau penyemangat saat ngeblog. Demikian, tema One Day One Post (ODOP) untuk hari ketiga yang diselenggarakan Komunitas ISB. Mengenai kriteria bisa itu lagu, cemilan, pajangan foto mantan atau bakal calon, wishlist, dan sebagainya.

Untuk saya pribadi, cenderung memilih yang pertama. Yaitu, menulis sambil mendengarkan lagu. Baik itu via MP3 di ponsel, youtube, atau radio. Untuk lagunya bisa itu pop, rock, metal, hingga dangdut! Yupz, sebagai musik asli Tanah Air, saya memang menggemari dangdut.

Kecuali jika ditampilkan dengan seronok yang membuat saya ilfil. Kebetulan, enam tahun silam saya pernah menulisnya di Kompasiana (http://www.kompasiana.com/roelly87/fenomena-dangdut-musik-asli-indonesia-bersaing-dengan-musik-pop_5508fd63813311a524b1e1b0).

Untuk musisi atau penyanyinya, saya merupakan penggemar Iis Dahlia sejak masih imut hingga kini sudah kepala empat tetap memesona. Selain itu, ada Rita Sugiarto, Cici Faramida, Itje Trisnawati, Camelia Malik, Evie Tamala, Ikke Nurjanah, hingga Elvy Sukaesih. Maaf, dalam daftar saya tidak ada tempat untuk penyanyi dangdut yang vulgar atau sekadar sensasi.

Sementara, untuk pria ada Rhoma Irama, Ahmad Rafiq, Muchsin Alatas, Jaja Miharja, hingga Meggy Z (alm). Yuzp, ketika sedang mati ide dalam menulis di blog, berbagai karya dari musisi dangdut pria dan wanita itu seperti jadi penyemangat. Itu karena lirik-lirik mereka yang puitis mampu memompa adrenalin untuk menyalurkan ide hingga lancar mengetik.

Selain dangdut, tentu banyak genre musik lain yang saya suka. Bahkan, dari 1.000 artikel lebih di blog yang saya tulis sejak 2009 (Kompasiana 667, www.roelly87.com 459), sekitar 10 persennya tentang musik. Entah itu opini maupun reportase. Jadi, agak mabok juga untuk menampilkan artikel terkait musik dalam postingan ini.

Apalagi, sejak mencuatnya Windy Ghemary yang merupakan jebolan Indonesian Idol 2014. Saya jadi lebih sering mendengarkan lagu dari wanita kelahiran 1993 ini. Terutama, pada malam hingga dini hari WIB yang merupakan fase produktif dalam ngeblog.

Windy (lagunya, maksudnya) jadi kerap menemani saya dalam mengetik bersama Iis, Ikke, Evie, dan sebagainya. Bisa dipahami mengingat Windy merupakan musisi serba bisa. Membawakan lagu yang mendayu-dayu oke. Begitu juga ketika suaranya dipaksa melengking dengan gaya rocker, pun tetap oke.

Meski saat ini belum memiliki album, namun Windy sudah merilis dua single di akun resmi youtube-nya. Yaitu, Masih Mencintaimu dan Gelisah Hati yang kerap saya simak di laman https://youtu.be/YZz0LZTqqWw.

Dengan mengetik sambil mendengarkan musik seperti saat ini yang saya lakukan sekitar menjelang pergantian malam hingga dini hari terbukti membuat pikiran lebih jernih. Yupz, memang saya biasanya aktif ngeblog sekitar pukul 23.00 WIB setelah selesai kerja hingga 05.00 WIB menjelang tidur.

Menulis sih cukup 30 menit hingga satu jam. Bahkan, untuk reportase acara yang sudah berlangsung, biasanya saya cuma beberapa menit. Yang lama itu untuk mencari foto dan mengeditnya karena bisa mencapai 2-3 jam. Maklum, untuk artikel reportase, saya memang kerap menampilkan lebih dari 10 foto yang saya ambil dari berbagai angle.

Itu belum termasuk mengunggah video di laman youtube yang bisa berjam-jam tergantung ukurannya. Nah, pada momentum itulah, mendengarkan lagu sukses menghilangkan kantuk sekaligus sebagai penyemangat.

Ini rahasia saya dalam ngeblog untuk lebih semangat. Bagaimana dengan Anda?***




*       *       *
Artikel #ODOP Sebelumnya

- #Prolog One Day One Post (ODOP): Tantangan Sekaligus Motivasi
- #1 Si Doel Anak Sekolahan, Sinetron 1990-an yang Menginspirasi
- #2 Isra Mikraj sebagai Penanda Ramadan Akan Tiba

*       *       *
Artikel ini diikutsertakan dalam kegiatan One Day One Post (ODOP) bersama Komunitas ISB
- Jakarta, 25 April 2017

Kamis, 13 April 2017

One Day One Post (ODOP): Tantangan Sekaligus Motivasi




ONE Day One Post (ODOP)? Wow... Acara offline untuk blogger ini sangat menarik bagi saya. Sejak belajar ngeblog pada pertengahan 2009, event ini jadi tantangan sekaligus motivasi bagi saya. Tantangan, karena saya sering mengikutinya tapi hanya sekali berhasil.

Tepatnya, ketika Komunitas Fun Blogging mengadakan kegiatan ini pada Februari 2015 lalu. Kalau tidak salah, saya berhasil mengikuti ODOP sepekan penuh dari komunitas yang digawangi Tiga Dara (Ani Berta-Haya Aliya Zaki-Shintaries Nijerinda) ini.

Berkat mengikuti event offline itu, sukses mengasah kemampuan menulis saya sekaligus menyebar bibit konsistensi. Itu mengapa, saya mengatakan, selain tantangan, ODOP ini juga jadi motivasi.

*        *        *

NAH, besok, Jumat (14/4) ODOP kembali digulirkan Ani di Komunitas Indonesian Social Blogpreneur (ISB). Menurut pemilik blog duniaspasi.blogspot.com dan aniberta.com ini, event offline ini berlangsung hingga delapan hari ke depan (21/4).

Menilik dari antusiasme rekan-rekan di komunitas tersebut, mayoritas antusias untuk mengikutinya. Yupz, ODOP ini memang tantangan sekaligus motivasi untuk blogger. Termasuk, saya yang penasaran untuk bisa kembali finis setelah dua tahun lalu.

Bisa dipahami mengingat untuk mengikuti ODOP terbilang gampang-gampang susah. Saya harus mengakui, banyak tantangan supaya bisa finis. Maklum, konsistensi termasuk salah satu musuh utama bagi blogger.

Tapi, seperti kata pepatah, intan harus dicari hingga dasar bumi dan diasah sedemikian rupa untuk jadi perhiasan. Pun dengan pembalap yang hebat, yang tentu tidak latihan di jalanan yang lurus. Begitu juga untuk jadi blogger, tidak ujug-ujug langsung sukses.

Butuh perjuangan untuk melakoninya, salah satunya konsisten dalam mengisi blognya. Alias, perlu kerja keras dan cerdas dalam periode tersebut. Masalah berhasil atau tidak, itu urusan belakangan. Yang pasti, (biasanya) hasil itu tidak pernah mengkhianati proses.

*        *        *

MENURUT saya, ada tiga syarat untuk bisa finis dalam ODOP yang hasilnya bisa dipetik pada masa depan.

- Waktu
Ini yang paling krusial menurut saya. Sebab, tidak semua blogger itu memiliki banyak waktu luang. Saya pribadi biasanya membuka blog seperti mengisi postingan atau komentar pada dini hari WIB. Sesekali, jelang berangkat kerja atau ketika libur. Sementara, untuk mensiasati keterbatasan waktu, ketika mendapat ide, biasanya saya mencicil. Alias, mengetiknya satu paragraf demi paragraf di aplikasi blogger yang terinstal di ponsel dan baru dijahit serta ditambahkan ilustrasi ketika tiba di rumah. Pada fase ini yang memakan waktu lama, sebab mengedit foto butuh 2-3 jam. Itu belum termasuk jika unggah video di youtube yang memakan durasi lumayan lama.

- Kesabaran
Kunci kedua untuk bisa maksimal mengikuti ODOP ya sabar. Seperti yang saya utarakan sebelumnya, saya kerap mencicil artikel via ponsel. Yang jadi masalah saat sampai di rumah ternyata cicilan rumah tulisan itu lenyap tanpa bekas. Biasanya itu terjadi ketika ponselnya bermasalah atau aplikasinya error. Solusinya? Tinggalkan beberapa jam. Sebab, tidak bijak melanjutkan tulisan ketika emosional sedang terganggu. Tentu, jika dipaksakan saat itu bisa langung selesai, hanya hasilnya tidak memuaskan. Lebih baik bersabar menunggu beberapa jam kemudian untuk hasil yang maksimal. Toh, kota Roma tidak bisa dibangun hanya dalam semalam.

- Pulsa
Punya banyak waktu luang dan sabar yang luar biasa saja tidak cukup tanpa adanya pulsa. Alias, jika kuota internet kita nihil -atau modem bermasalah-, tulisan tidak bisa dipost. Sudah mengetik 500 karakter lebih tanpa diupload ke blog ya sama saja dengan menulis diary seperti saat sekolah dulu.

*        *        *

PERTANYAAN selanjutnya, apa yang bisa dipetik dari blogger jika finis mengikuti ODOP? Banyak. Ini tidak melulu soal materi, melainkan faktor lainnya.

- Trafik Melonjak
Yupz, dengan mengikuti ODOP ini, trafik blog akan meningkat. Itu diakui, rekan blogger Liswanti Pratiwi yang selama mengikuti event offline ini, pageview blognya meningkat drastis.

- Asah Kemampuan
Konsistensi merupakan antonim dari inkonsisten. Dengan mengikuti ODOP, perlahan tapi pasti, bisa membuat blogger konsisten dalam mengisi tulisan. Alias, tidak hanya ketika ada acara saja. Itu yang saya terapkan sejak mengikuti ODOP bersama Fun Blogging pada 2015 lalu. Sejak saat itu, saya berusaha meng-update blog dengan mengisi berbagai artikel. Baik itu, reportase, opini, atau fiksi. Misalnya pada artikel ini http://www.roelly87.com/2017/01/ke-bromo-aku-kan-kembali.html dan http://www.roelly87.com/2017/03/langkah-tanpa-wujud-di-museum-bahari.html yang kegiatannya saya lakukan tepat dua bulan sebelumnya. Namun, untuk artikel bertema wisata atau sejarah tentu tidak basi. Tinggal bagaimana kita menjahitnya saja.

- Banjir Komentar
Jika setiap hari artikel kita sepi komentar, dengan adanya ODOP membuat blog kian berwarna. Sebab, rekan lainnya juga akan saling blog walking (berkunjung). Secara tidak langsung akan meningkatkan trafik blog dan menambah relasi pertemanan. Dan... Hasilnya, dipetik di kemudian hari. Apakah itu?

*        *        *

TENTU, masih banyak lagi yang akan saya ulas, salah satunya berkat menerapkan ODOP bikin saya kerap menang lomba (http://www.roelly87.com/p/tentang-roelly87com.html)! Tanpa bermaksud riya, melainkan untuk motivasi pribadi sekaligus pembaca setia blog ini. Namun, berhubung suatu hal (bersiap nobar Bayern Muenchen vs Real Madrid), segala sesuatu tentang ODOP akan saya lanjutkan dalam kesempatan berikutnya.

Satu hal, jangan jadikan ODOP sebagai beban. Melainkan, justru motivasi untuk bisa melewati tantangan dalam sepekan ke depan.

*        *        *
Artikel Selanjutnya- Kenapa Blogger Harus Ikut One Day One Post (ODOP)

Artikel Terkait Blog
Berkat Fun Blogging, Ngeblog Makin Asyik
Ngobrol Bareng Christie Damayanti: Ngeblog sebagai Terapi Otak
Kota Roma Tidak Dibangun dalam Semalam
Tiga Dara Blogger
Tips Ngeblog Asyik: Jalin Hubungan Baik dengan Komunitas Blogger (I)
Tips Ngeblog Asyik: Pentingnya Mengisi Daftar Hadir
Ngeblog: Antara Hobi dan Mendatangkan Profit

*        *        *
- Sunter, 13 April 2017

Jumat, 20 November 2015

Tips Ngeblog Asyik: Pentingnya Mengisi Daftar Hadir


Ini contoh salah satu dari puluhan daftar hadir yang saya isi


BANYAK jalan menuju Roma. Demikian pepatah lampau mengatakan. Meski kata kiasan "sejuta umat" itu sudah lama beredar, namun tetap relevan hingga kini. Termasuk, dalam dunia blogging.

Ya, sebagai blogger, banyak cara untuk eksis di dunia maya dan dunia nyata. Salah satunya, dengan menghadiri berbagai event seperti kopi darat (kopdar) sesama blogger. Selain itu, demi eksistensi, blogger juga bisa datang ke suatu acara yang diadakan lembaga pemerintahan, perusahaan swasta, dan yayasan nirlaba. Baik itu seminar, diskusi, peluncuran produk, atau kampanye suatu program.

Bagaimana caranya? Pertama, tentu harus aktif di media sosial seperti facebook, twitter, dan instagram. Khusunya, gabung di komunitas yang ada di grup facebook. Beberapa di antaranya yang saya ikuti seperti Blogger Reporter Indonesia (BRID), Komunitas Hobi Jepret (Kampret), Komunitas Kompasiana Penggemar Film (Komik), Komunitas Kompasiana Penggemar Olahraga (Koprol), Fun Blogging, Warung Blogger, Viva Log, dan sebagainya.

Biasanya, mereka rutin mengadakan acara atau mendapat undangan dari pihak ketiga untuk anggotanya. Nah jika kita hadir ke berbagai acara tersebut, jangan lupa untuk dua hal.

Pertama, menulis daftar hadir di buku absensi yang biasanya disediakan pihak penyelenggara. Kedua, membawa kartu nama yang gunanya selain sebagai doorprize juga bisa dihubungi mereka lagi.

Dua hal itu yang paling sering saya lakukan saat menghadiri suatu acara. Khususnya, menulis daftar hadir, karena untuk kartu nama, adakalanya pihak penyelenggara tidak meminta atau mengadakan doorprize.

*      *      *

"SELAMAT siang, dengan bapak Choirul Huda?" demikian suara yang terdengar ramah saat saya mengangkat ponsel.

"Iya, saya sendiri. Maaf mbak, dengan siapa, dan ada perlu apa ya?"

"Saya mewakili XYZ ingin mengundang pak Choirul. Jika berkenan, pak Choirul bisa datang ke acara kami di gedung UVW waktunya RST. Apakah pak Choirul berkenan? Nanti, kami juga menyediakan OPQ dan LMN selama acara berlangsung."

"Maaf, sebelumnya kan saya tidak pernah menghadiri acara dari pihak XYZ. Oh ya, maaf, mbak bisa tahu nomor telepon saya dari mana ya?"

"Kami eo dari IJK. Memang, pak Choirul belum pernah datang ke acara XYZ. Tapi, pak Choirul kan pernah menghadiri acara CDE. Kebetulan, kami salah satu penyelenggaranya. Kami mendapat info pak Choirul dari daftar hadir acara CDE beberapa bulan lalu. Kebetulan, kami juga dapat rekomendasi dari pihak CDE mengenai keaktifan pak Choirul yang mereview acara mereka dulu dengan mengulasnya di blog pribadi pak Choirul serta twit (twitter)."

"Oh... Iya mbak, waduh saya aja sampai lupa."

"Tidak apa-apa pak. Dari pihak CDE ingin mengucapkan terima kasih, bisa kami minta no rekeningnya? Oh ya, jangan lupa, yang acara nanti, pak Choirul bisa hadir kembali? Kebetulan, XYZ dan CDE itu masih satu grup."

"Ok deh mbak. Kalo jadwalnya ga bentrok jam kerja, saya siap hadir."

"Terima kasih ya pak Choirul. Ini saya kirim emailnya dan mohon segera kirim balik konfirmasi Anda beserta no rekening."

*      *      *

PERCAKAPAN itu terjadi beberapa waktu lalu. Kebetulan, waktunya masih pagi, sekitar pukul 11 WIB yang saat itu saya masih terlelap. Namun, karena ponsel saya terus-terusan berdering, terpaksa saya bangun.

Dan, ternyata, pepatah lama yang mengatakan, "Jangan bangun siang, rezeki bisa dipatok ayam" itu tidak berlaku bagi saya. Toh, meski bangunnya siang, saya tetap dapat rezeki tak terduga. Bahkan, terulang beberapa hari kemudian usai menghadiri acara XYZ.

Oh ya, Anda, pembaca setia blog ini -ha ha ha, gaya sedikit saya- pasti bingung dengan percakapan di atas. Itu merupakan undangan dari suatu perusahaan multinasional yang bergerak di bidang ***. Kebetulan, beberapa bulan sebelumnya, saya turut menghadiri acara salah satu grup mereka.

Nah, karena saya hobi menulis, jadi malam harinya saya posting artikel mengenai review acara tersebut dengan sudut pandang dan gaya penulisan saya pribadi plus belasan foto sebagai pendukung. Padahal, selain diberi goody bag dan jamuan makan, mereka tidak menjanjikan lomba blog.

Bahkan, pihak penyelenggara pun tidak mewajibkan kami, puluhan blogger yang datang untuk menuliskan review acaranya. Mereka hanya ingin mengundang blogger dan media untuk perkenalan produk anyar. Itu saja.

Tapi, ternyata rezeki itu sama seperti jodoh. Yaitu, tidak kemana, tapi dicarinya harus di mana-mana. Alhasil, di rekening saya saat itu bertambah nominal yang lumayan besar. Plus, setiap XYZ dan CDE mengadakan acara, saya selalu diundang mereka. Baik peluncuran produk, kampanye perusahaan, hingga ketika mereka menjadi sponsor suatu pameran.

Dan, semua itu terjadi berkat saya rajin menulis daftar hadir yang lumrah disediakan penyelenggara acara. Jadi, sekadar informasi, sebagai blogger, kita tidak boleh menyepelekan daftar hadir. Sebab, meski terkesan tidak penting, tapi mereka -pihak penyelenggara- selalu memantau siapa saja blogger yang akan diundang pada acara berikutnya, berdasarkan daftar hadir.

Saya sudah merasakan efek menulis daftar hadir yang membuktikan ngeblog itu asyik. Bagaimana dengan Anda? 

*      *      *
- Jakarta, 20 November 2015