Masjid Raya Baitussalam di Pondok Kelapa, Duren Sawit, Jakarta Timur (Foto: Dokumentasi pribadi/www.roelly87.com) |
SETIAP tahun, tepatnya 27 Rajab pada Kalender Hijriah diperingati sebagai Isra Mikraj. Yaitu, momentum diturunkannya perintah salat lima waktu. Seperti yang saya kutip dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) versi daring, "Peristiwa perjalanan Nabi Muhammad saw. dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa, langsung ke Sidratulmuntaha (di langit ke tujuh) pada malam hari untuk menerima perintah salat lima waktu".
Tentu, setiap tahun peringatan Isra Mikraj selalu berubah karena perbedaan kalender Masehi dan Hijriah yang selisih 11 hari. Untuk 2017 ini, 27 Rajab jatuh pada hari ini, Senin (24/4). Sementara, tahun lalu diperingati pada 6 Mei.
Nah, apa sih makna dari Isra Mikraj itu? Sebagai muslim, tentu saya memahaminya karena sejak kecil sudah mempelajarinya. Namun, karena Isra Mikraj ini maknanya luas, jadi saya hanya bisa mengerti kulit-kulitnya saja.
Seperti yang tertera pada situs resmi kbbi.kemdikbud.go.id. Yaitu, turunnya perintah Tuhan kepada umat muslim untuk salat lima waktu yang disampaikan melalui Nabi Muhammad. Tentu, kita tidak bisa membahasnya secara logika.
Itu mengingat jarak dari Masjidil Haram di kota Mekah, Arab Saudi, dengan Masjidil Aqsa di Yerusalem, Israel, mencapai 1.238 km (maps.google.com). Dengan jarak tersebut, tidak mungkin ditempuh hanya dalam semalam.
Menurut berbagai aplikasi navigasi dan peta, membutuhkan perjalanan lebih dari 15 jam dengan melewati padang pasir. Apalagi, setelah tiba di Masjidil Aqsa, Nabi Muhammad "terbang" ke langit ketujuh. Jelas, untuk memahaminya tidak sekadar memakai nalar saja. Namun, dengan keimanan, tentu kita harus percaya.
Bagi saya pribadi, sejak kecil Isra Mikraj menjadi penanda akan datangnya Ramadan. Yupz, bulan yang sangat ditunggu umat muslim sedunia untuk menunaikan ibadah puasa yang merupakan Rukun Islam ketiga.
Dulu, ketika saya kecil, sekitar 1-2 bulan menjelang puasa, bunyi petasan sudah marak terdengar di berbagai kampung. Sementara, setelah 27 Rajab, biasanya di berbagai kampung kerap diselenggarakan peringatan Isra Mikraj.
Terutama, mendatangkan beberapa penceramah dengan mendirikan panggung yang diiringi grup musik nasyid. Termasuk, kehadiran ulama tersohor seperti Kh. Zainuddin MZ dan Jefri "Uje" Al Buchori yang keduanya kini sudah almarhum (Artikel sebelumnya di Kompasiana http://www.kompasiana.com/roelly87/mengenang-uje-dan-mz-di-bulan-ramadan_552c7f396ea834fa458b4650).
Biasanya, berbagai ulama itu hadir berceramah dua kali dalam setahun. Yaitu, untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad yang jatuh pada 12 Rabiul Awal dan Isra Mikraj. Hingga kini, kegiatan itu masih rutin dilakukan di tempat kami.
Ya, Isra Mikraj yang jatuh pada 27 Rajab memang mendekati puasa. Sebab, dalam Kalender Hijriah selanjutnya bulan Syaban, dan Ramadan. Akhir kata, Marhaban Yaa Ramadhan...***
* * *
Penjelasan Isra Mikraj di KBBI |
* * *
Artikel Terkait:
- Si Doel Anak Sekolahan, Sinetron 1990-an yang Menginspirasi
- One Day One Post (ODOP): Tantangan Sekaligus Motivasi
- One Day One Post (ODOP): Tantangan Sekaligus Motivasi
Artikel Ramadan Lainnya:
- Jika Ini Ramadan Terakhir
- Tujuh Permainan Tradisional yang Asyik untuk Ngabuburit
- Mengunjungi Masjid Hidayatullah yang Bersejarah dan Dikelilingi Gedung Bertingkat
- Pengalaman Ngabuburit di RPTRA Krendang yang Memiliki Berbagai Fasilitas untuk Anak-anak
- Potret Petugas Penjaga Jalur Busway saat Buka Puasa
- Jakarta, 24 April 2017
- Tujuh Permainan Tradisional yang Asyik untuk Ngabuburit
- Mengunjungi Masjid Hidayatullah yang Bersejarah dan Dikelilingi Gedung Bertingkat
- Pengalaman Ngabuburit di RPTRA Krendang yang Memiliki Berbagai Fasilitas untuk Anak-anak
- Potret Petugas Penjaga Jalur Busway saat Buka Puasa
* * *
Artikel ini diikutsertakan dalam kegiatan One Day One Post (ODOP) bersama Komunitas ISB- Jakarta, 24 April 2017
Marhaabab ya Ramadhaan.. Semoga diberi kesempatan berjumpa Ramadhan lagi
BalasHapus