TyyiccClcSK3IvRCDh0sKBc4_Sg roelly87.com: Si Doel Anak Sekolahan, Sinetron 1990-an yang Menginspirasi

Serial Catatan Harian Ojol

Serial Catatan Harian Ojol
Serial Catatan Harian Ojol

Minggu, 23 April 2017

Si Doel Anak Sekolahan, Sinetron 1990-an yang Menginspirasi


Reuni para pemain Si Doel Anak Sekolahan (Foto: Instagram/Mandra_ys)


Aduh sialan, nih Si Doel anak Betawi asli
Kerjaannye sembayang mengaji
Tapi jangan bikin die sakit hati
Die beri sekali, Huh.. orang bisa mati

LEBIH dari dua dekade silam, di Tanah Air ini siapa yang tidak pernah menyaksikan film Si Doel Anak Sekolahan (SDAS)? Sinetron yang dibintangi Rano Karno, Benyamin Sueb (alm), Cornelia Agatha, Maudy Koesnadi, Mandra Naih, dan aktor-aktris ternama lainnya ini sangatlah populer.

Sebagai sosok yang dibesarkan pada generasi 1990-an, tentu saya tidak ketinggalan menyaksikan sinetron SDAS ini. Bersama rekan sebaya, setiap kali SDAS tayang, kami sudah memantengin layar televisi. Dulu, salah satu kenikmatan duniawi itu ya, nonton tv. Baik itu sinetron, sepak bola, dan kartun pada Minggu pagi.

Bagi saya, SDAS ini salah satu sinetron yang sangat menginspirasi. Itu mengapa, lima tahun silam, saya pernah membuat tulisan di Kompasiana dengan judul Lima Sinetron Legendaris Indonesia (http://www.kompasiana.com/roelly87/lima-sinetron-legendaris-indonesia
_5519b565a33311491ab65997).

SDAS bersanding dengan Keluarga Cemara, Anak Seribu Pulau, Lorong Waktu, dan Tersayang (Ehm). Maklum, SDAS merupakan sinetron yang banyak memberi inspirasi bagi saya. Terutama, tentang bagaimana Kasdullah alias Doel yang diperankan Rano bisa meraih kesuksesan dari nol.

Ya, dari nol -"dari nol ya mas," tutur mbak petugas SPBU itu dengan manis sebelum mengangkat nosel Pertamax ke tangki kendaraan saya-. Alias, untuk kuliah, ayah Doel, Sabeni (Benyamin) harus menjual berhektar-hektar tanah warisan keluarganya.

Namun, perjuangan mereka tidak sia-sia karena sinetron ini memiliki ending yang manis. Sebab, setelah menyandang gelar sarjana dan mendapat pekerjaan yang layak pada akhirnya, Doel berhasil membuat keluarganya bangga. Terutama, perjuangan dari Sabeni dan Lela selaku sang bunda (Aminah Cendrakasih). Tuh kan, benar kata pepatah. untuk menghasilkan mutiara yang bersinar harus terjun ke dasar laut terdalam.

*        *        *

SELAIN faktor cerita yang sangat mengedukasi dengan banyak menonjolkan sisi humanis dalam keluarga, SDAS juga tidak lupa memberikan nuansa hiburan. Siapa yang tidak terpingkal-pingkal mendengarkan banyolan dari Mandra? Atau, siulan dari Karyo (Basuki), celotehan jenaka Atun (Suti Karno) dan Engkong Ali (Pak Tile)?

Dulu, ketika internet belum mewabah, pria mana yang tidak galau untuk memilih antara Sarah (Cornelia) dan Zaenab (Maudy)? Yang satu mahasiswi blasteran yang sangat cantik. Satunya lagi, wanita asli betawi nan ayu yang memang sejak kecil sudah dijodohkan dengan Doel.

Meski sudah lewat dua dekade dan kini kedua aktris itu sudah kepala empat, namun tetap memesona. Bahkan, baik Sarah dan Zaenab tidak kalah dengan bintang drakor seperti Im Yoon-ah (Yoona SNSD) atau Kim Seol-hyun. Mungkin, Barbie Hsu (Meteor Garden) dan Kim Hee-sun (The Myth) yang bisa dikomparasi dengan Sarah-Zaenab. Itu pun masih kalah anggun dengan Sarah-Zaenab.

SDAS tayang di televisi sejak 12 Maret 1994 hingga 2006 (Sumber: http://entertainment.kompas.
com/read/2016/10/03/092354010/rano.karno.cerita.si.doel.sebenarnya.belum.selesai). Dalam periode itu, banyak kisah menarik dari keluarga Sabeni yang tinggal di rumah adat betawi nan eksotis di kawasan Karang Tengah, Lebak Bulus, Jakarta Selatan ini.

Salah satunya pada tayangan di akun youtube berjudul Doa Almarhum Benyamin Sueb Si doel jadi gubernur akhirnya kesampean (https://www.youtube.com/watch?v=P4ri3L_YGwc). Saat itu, terjadi dialog antara ayah dan anak yang bikin penonton trenyuh.

Pasalnya, Sabeni habis-habisan jual tanah warisan dan banting tulang sebagai sopir angkot hanya untuk Doel. Harapan Sabeni sama seperti orangtua lainnya di dunia ini kepada sang anak. Biar bagaimanapun sulitnya, tentu orangtua selalu memberikan yang terbaik untuk sang buah hati.

“Coba aja (Doel) kayak si Pii, beh. Ga nyusahin babeh buat bayar sekolah. Hidup kita ga susah seperti sekarang," kata Doel menghampiri babehnya.

“Kok lo ngomong kayak gitu Doel?” jawab Sabeni yang tersadar dari lamunan.

“Habis saya malu beh. Babeh udah habis-habisan, tapi (Doel kuliah) belum kelar juga.

“Doel, biar babeh tukang ngomel. Namanye ama anak, biar kate kaki bakal kepala, kepale bakal kaki, demi lo, babeh ikhlas. Ini memang kemauan babeh, Doel. Bukan kecewain lo, bukan. Supaya lo pinter sekolahnya. Bisa jadi orang pangkat. Jangan kayak babeh jadi sopir. Atau lo ntar jadi tukang buah, tukang layangan, calo tanah. Bukan itu yang gue mau Dul. Sekali-kali lo jadi gubernur gitu.”

*        *        *
Artikel Terkait:

- Lima Sinetron Legendaris Indonesia (http://www.kompasiana.com/roelly87/lima-sinetron-legendaris-indonesia_5519b565a33311491ab65997/)

*        *        *
Artikel ini diikutsertakan dalam kegiatan One Day One Post (ODOP) bersama Komunitas ISB
- Jakarta, 23 April 2017

3 komentar:

  1. Kaya asing dengan judul film tersebut, gimana ga asing... waktu tayang film ini aku baru lahir hehe.... Tapi film ini memang bagus dan populer dikampung-kampung.

    BalasHapus
  2. Filem ini inspiratif banget pas jaman-jamn itu, Jakarta belum serame sekarang hehe

    BalasHapus

Maaf ya, saat ini komentarnya dimoderasi. Agar tidak ada spam, iklan obat kuat, virus, dan sebagainya. Silakan komentar yang baik dan pasti saya kunjungi balik.

Satu hal lagi, mohon jangan menaruh link hidup...

Terima kasih :)