Foto bersama peserta Bonn Challenge 2017 |
SYAHDAN, ada anekdot yang menggelitik tentang Sumatera Selatan. Yaitu, provinsi yang terkenal akan pempek, Jembatan Ampera, tuan rumah pesta olahraga SEA Games dan Asian Games, dan kebakaran hutan. Yupz, yang terakhir ini merupakan ungkapan satir terkait insiden beberapa tahun silam.
Bahkan, saat itu Sumatera Selatan disindir bukan hanya sebagai penghasil ikan atau lumbung beras saja. Melainkan jadi pengekspor asap ke negara tetangga. Itu terkait kebakaran hutan yang terjadi beberapa tahun lalu dengan puncaknya pada 2015.
Namun, seperti kata pepatah, sebaik-baiknya manusia adalah yang mampu menebus kesalahan dan memperbaikinya untuk tidak mengulangi di masa depan. Itu yang diterapkan pemerintah provinsi (pemprov) Sumatera Selatan dalam penanganan kebakaran hutan.
Salah satunya dengan menerapkan Green Growth Sumatera. Yaitu, konsep pembangunan hijau yang merangkul multipihak seperti pemerintah, perusahaan, Lembaga Sosial Masyarakat (LSM), dan masyarakat. Itu diungkapkan Gubernur Sumatera Selatan Alex Noerdin dalam The 1st Asia Bonn Challenge High Level Roundtable Meeting di Griya Agung, Palembang, Rabu (10/5).
"Green Growrth Sumatera bertujuan untuk memberikan kewenangan yang luas kepada pemerintah daerah yaitu gubernur untuk mengambil keputusan melalui pendekatan yuridiksional atas inisiasi sendiri, walaupun belum ada regulasai eksplisit dalam tingkat nasional. Hal ini sangat penting mengingat penanganan kebakaran hutan perlu langkah yang cepat dan tepat sasaran. Lambat satu jam saja penanganan, api sudah dapat menyebar hingga puluhan kilometer," tutur Alex dalam sambutannya di hadapan ratusan peserta termasuk perwakilan dari 28 negara sahabat.
Menurutnya, Green Growth Sumatera ini jadi inisiatif banyak pihak dalam penanganan kebakaran hutan. Tidak hanya pemerintah daerah atau pusat saja yang berperan sebagai leader, melainkan perusahaan dan masyarakat yang harus turun tangan.
Dalam kesempatan itu, Alex mengapresiasi inisiatif berbagai perusahaan yang ikut turun tangan. Termasuk, 112 desa peduli api yang kini berkembang jadi 162 desa melalui program Desa Peduli Gambut. Program-program inilah yang memberdayakan masyarakat sekitar untuk memberikan pelatihan kewirausahaan, bercocok tanam, dan beternak.
Masyarakat di pedesaan dibantu peralatan mencetak sawah sehingga tidak lagi menggunakan cara membakar hutan. Alex berharap konsep Green Growth Sumatera multipihak ini bisa diterapkan secara universal dan berkelanjutan.
"Langkah kongkret yang sudah kami lakukan dalam upaya restorasi hutan dan lahan di antaranya telah menemukan metode dan jenis tanaman yang cocok. Memang, restorasi bukan hal yang mudah. Untuk itu, kami senang mendapat dukungan banyak pihak baik pemerintah pusat maupun pemerintah kabupaten dan kota di Sumatera Selatan," kata Alex yang mengundang 10 gubernur di pulau Sumatera untuk sama-sama mencegah terjadinya kebakaran hutan di masa depan
"Kami berharap Bonn Challenge jadi potensi untuk memulai networking, membangun kolaborasi, dan mengembangkan kesempatan untuk mendukung komitmen Sumatera Selatan dalam mencapai pertumbuhan hijau," pria 66 tahun ini menambahkan.
Pernyataan sama diungkapkan, Dirjen Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Hadi Daryanto. Menurutnya, program pembangunan nasional dengan konservasi dan restorasi bentang alam tidak bisa hanya dilakukan satu pihak saja. Namun juga harus melibatkan multipihak termasuk pelaku usaha dan masyarakat.
"Restorasi itu butuh waktu yang cukup lama. Yaitu memulihkan kembali kondisi alam berikut isinya, flora dan fauna. Untuk itu, pemerintah pusat akan mendukung penuh dan memfasilitasi semua ini," Hadi, menjelaskan.
Apa yang dikatakan Hadi beralasan. Restorasi satu wilayah yang terbakar atau tertimpa bencana memang memerlukan waktu yang lama, biaya yang mahal, dan komitmen sungguh-sungguh. Berdasarkan laman resmi www.sumselprov.go.id, kawasan Sepucuk di kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) yang terbakar pada 1997 dan 2006 baru pulih setelah direstorasi hampir 10 tahun.
Itu berkat metode yang tepat dari pemerintah daerah, perusahaan, dan masyarakat yang dipimpin Doktor Bambang dari Kementerian LHK. Mereka tidak kenal lelah dalam merestorasi gambut yang rusak. Alhasil, Sepucuk jadi kawasan yang dikunjungi delegasi Bonn Challenge pada Selasa (9/5).
Lokasi Sepucuk itu merupakan lahan gambut yang terbakar beberapa tahun lalu hingga menyebabkan musnahnya berbagai jenis tanaman di areal tersebut. Dengan Bonn Challenge yang melakukan penanaman 100 bibit pohon diharapkan jadi simbol keberhasilan Indonesia di panggung internasional dalam merestorasi lahan yang terbakar.
"Mari kita membangun daerah bersama-sama. Boleh mengkritik, asal disertai solusi. Jangan hanya mengkritik sana sini tapi tidak pernah berbuat. Sumatera Selatan saat ini jadi perhatian dunia karena jadi pionir di antara provinsi lainnya di Indonesia dalam proyek restorasi. Bonn Challenge ini bukan hanya bicara restorasi saja, tapi juga iklim lingkungan dunia dalam arti yang lebih luas," Alex, menjelaskan.
* * *
Ucapan selamat untuk Sumaterea Selatan yang jadi tuan rumah Bonn Challenge 2017 |
* * *
Salah satu booth yang berisi kerajinan dan kuliner khas Sumatera Selatan |
* * *
Booth Dinas Perindustrian Sumatera Selatan |
* * *
Booth PT Asia Pulp and Paper sebagai salah satu penyokong Bonn Challenge |
* * *
Komitmen dari APP untuk pelestarian hutan dan keseimbangan alam |
* * *
Suasana forum Bonn Challenge 2017 di Griya Agung, Palembang (10/5) |
* * *
Gubernur Sumatera Selatan Alex Noerdin |
* * *
Presiden The International Union for Conservation of Nature (IUCN) Zhang Xinsheng |
* * *
Duta Besar Norwegia Hilde Solbakken |
* * *
Penandatanganan kerja sama 10 gubernur se-Sumatera |
* * *
Foto bersama 10 gubernur se-Sumatera |
* * *
Artikel Terkait - Bonn Challenge 2017: Aksi Nyata Restorasi untuk Masa Depan
- SiDU dan Kertas yang Jadi Bagian dalam Sejarah Indonesia
- Kunjungan Blogger ke PT Pindo Deli Pulp and Paper (APP)
- Sinar Mas: Berawal dari Kebaikan
- ITC Permata Hijau Jadi Sentra Batik Pekalongan
- Lengkapnya Fasilitas Sinarmas World Academy (SWA) di BSD
- Orange TV Tayangkan Liga Primer sebagai Komitmen "Jagonya Sepak Bola"
- Menikmati TSC 2016 Bersama Orange TV
- Aplikasi OrangeKu bikin Mudah Cek Jadwal Pertandingan Sepak Bola
- Jadi Sutradara dalam ProjecTV Genflix
- Genflix Puaskan Penggemar Seri A
- Piala Amerika dalam Genggaman Bersama Genflix
- Grand ITC Permata Hijau bikin Kontes Modifikasi
- SMLYAC 2015 dan Harapan untuk Calon Arsitek Masa Depan
- Bank Sinarmas dan Slogan "Cukup Klik...! Ga Perlu ke Kantor Cabang"
- Bank Sinarmas dan Slogan "Cukup Klik...! Ga Perlu ke Kantor Cabang"
* * *
- Palembang, 12 Mei 2017
Sumatra selatan krknya cuma di sebelah tuh. Aahaha
BalasHapusBTW bonn celen itu ngapain? Gak ngerti sayah, keknya mesti diajak ke sana. #eh
di Sepucuk mbak, kabupaten OKI. ga jauh dari Palembang mbak hehehe
HapusBonn Challenge itu forum antarnegara di dunia dengan tujuan merestorasi berbagai kawasan yang rusak. awalnya diselenggarakan di kota Bonn, Jerman, pada 2 September 2011 :)
Weeh keren ya, baru tahu tentang Bonn Challenge ini
BalasHapus