TyyiccClcSK3IvRCDh0sKBc4_Sg roelly87.com: (Esai Foto) Semarak Wayang Pesona Indonesia 2016

Serial Catatan Harian Ojol

Serial Catatan Harian Ojol
Serial Catatan Harian Ojol

Sabtu, 02 April 2016

(Esai Foto) Semarak Wayang Pesona Indonesia 2016





LANGIT di atas kawasan Senayan sore itu, Sabtu (26/3) begitu cerah. Tidak tersisa, badai yang menghampiri pada malam harinya. Ketika sedang asyik menikmati segelas kopi panas di salah satu sektor Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK), notifikasi di ponsel saya berbunyi. Saat melirik, ternyata ada kiriman whatsapp dari rekan blogger yang bekerja di salah satu media.

"Rul, udah dateng ke Parkit?"

"Ga."

"Tumben."

"Emang ada apaan di sana?"

"Kemenpar kan gelar Semarak Wayang. Ada pak Arief juga."

"Oo... Kapan?"

"Sekarang, sampe tengah malam. Kalo sempet lo mampir aja. Gw lagi otw."

"Sip mbak, makasih infonya. Ane ke sana sekarang."
*        *        *

Sambil menghabiskan teguk terakhir kopi tersebut, saya pun melirik jam di ponsel saya. Ternyata, masih ada satu jam sebelum melanjutkan rutinitas pekerjaan. Alhasil, saya berjalan menuju Parkit (Parkir Timur) yang masih satu lokasi di Kompleks GBK. Dari kejauhan, terlihat umbul-umbul dan banner Semarak Wayang Pesona Indonesia berdiri dengan gagah. 
*        *        *

Tampak, beberapa pedagang menggelar dagangannya secara emperan. Ada topi, stiker, dan segala sesuatu mengenai wayang.
*        *        *

"Sering-sering aja deh pak Arief menanggap wayang biar dapur kita tetep ngebul," kata salah satu pedagang saat berbincang dengan saya.
*        *        *



Sesampai di lokasi, tak lupa saya mengisi daftar hadir terlebih dulu.

"Mas dari mana?"

"Blogger, bu."

"Dari komunitas mananya mas?"

"BRId, bu. Blogger Reporter Indonesia."

"Di sini saja isi di list media."

"Ga apa-apa. Saya isi absensinya umum aja."

"Ok deh mas. Ini run-down acara kita. Kaosnya keren mas."

"Terima kasih ya bu."
*        *        *



Saat itu ada dua lembar kertas daftar hadir, media dan umum. Karena saya hadir sebagai masyarakat biasa sekaligus pencinta wayang, tentu saya mengisi absensi pada list umum dengan menulis dari komunitas BRId. Ternyata, saat saya mengaku sebagai blogger mendapat apresiasi dari panitia yang tak kalah dibanding media. 

Seketika, saya jadi teringat dengan salah satu komunitas yang saya ikuti, Tau dari Blogger (TDB) yang sering bekerja sama dengan Pesona Indonesia yang merupakan program dari Kementerian Pariwisata (Kemenpar). Kolaborasi mereka bisa dilihat pada artikel saya sebelumnya (Yuk, Hadiri Sarasehan TDB #2).
*        *        *

"Pak Arief-nya belum hadir mas. Beliau nanti beri sambutan sekitar jam tujuh. Kalau mas ingin sesuatu bisa minta sama kami di sini," tutur salah satu panitia menyebut kehadiran Arief Yahya yang menjabat sebagai Menteri Pariwisata Indonesia pada Kabinet Kerja 2014-2019.

Setelah mengucapkan terima kasih atas keramahan mereka, saya pun berkeliling sejenak. Tampak, beberapa kru sedang mempersiapkan segala sesuatunya di atas panggung. Oh ya, ternyata acaranya sudah dimulai sejak pagi pukul 08.00 WIB dengan menampilkan empat pertunjukkan. Wayang Golek Banten, Wayang Ajen, Wayang Golek Indramayu, dan Wayang Kulit Tuton, Serta, ada beberapa workshop pengenalan wayang kepada masyarakat luas.
*        *        *

"Ini wayang golek, nak."

"Lucu ya ma, bisa digerakkin tangannya."

Demikian percakapan antara seorang ibu dengan anaknya yang berusia (kalau tidak salah tebak) sekitar 5-7 tahunan itu menarik perhatian saya. Senang rasanya melihat antusiasme anak kecil yang menyukai wayang. Kebetulan, saya juga sejak kecil merupakan penggemar wayang. 

Meski tidak mengerti bahasa Jawa dan Sunda, itu bukan halangan bagi saya. Toh, saya tetap bisa menikmati pertunjukkan wayang yang merupakan kebudayaan asli nusantara. Baik menontonnya secara langsung, di televisi, radio, hingga terkini di youtube
*        *        *

Saat melirik ponsel, waktu sudah menunjukkan pukul 17.00 WIB. Itu berarti, saya harus kembali ke kantor untuk melanjutkan rutinitas sehari-hari. Ketika itu, masyarakat mulai berdatangan dengan mayoritas anak sekolah.
*        *        *

Setelah menyelesaikan pekerjaan, pukul 21.30 WIB saya kembali menuju Parkit. Ternyata, pihak Kemenpar yang diwakili Arief sudah pulang usai memberi sambutan. Begitu juga dengan Mumus Muslim (Sekretaris Deputi Pengembangan Pariwisata Nusantara Kemenpar),
*        *        *

Dibanding sore, suasana pada malam hari lebih semarak. Begitu juga dengan para pedagang yang banyak menggelar dagangannya. Kali ini tidak hanya mengenai pernak-pernik wayang saja, melainkan juga aneka makanan dan minuman.
*        *        *

Saat saya tiba, pertunjukkan Wayang Ajen baru berlangsung. Tahun ini merupakan kali pertama saya kembali melihat pementasan wayang. Terakhir kali saya menontonnya di Kota Tua, Jakarta Barat, 29 November lalu yaitu wayang kulit. Sebelumnya saya sempat melihat wayang orang di Gedung Bharata, pada 13 Juni 2015 dengan lakon "Kresna Gugah".
*        *        *

Wayang Ajen merupakan bentuk pertunjukkan kreatif dari wayang golek khas Sunda. Saat itu Dr. Wawan Gunawan jadi dalangnya dengan memanfaatkan kolabroasi berbagai media seni yang kreatif. Jadi tak heran jika dalam berbagai sesi, terdapat beberapa tokoh nyata yang dimasukkan sebagai figuran bersama Si Cepot dan Petruk untuk membahas permasalahan yang ada di negeri ini.

Mulai dari Presiden Joko Widodo (Jokowi) dengan kemeja putihnya yang khas, Bob Marley, hingga artis dangdut! Semua itu dibawakan secara teatrikal oleh satu-satunya dalang di Indonesia yang memiliki gelar S3 ini.
*        *        *

Sebagai pencinta wayang, tentu saya senang dengan ini program yang diselenggarakan Kemenpar ini. Lantaran selain mengenalkan wayang secara luas kepada masyarakat umum, khususnya pelajar dan ramaja. Melainkan karena Semarak Wayang Pesona Indonesia ini bisa menarik perhatian wisatawan luar negeri (wisman) untuk berkunjung ke Indonesia yang tidak hanya memiliki keindahan saja. 

Tapi juga mempunyai keanekaragaman budaya dari Sabang hingga Merauke. Salah satunya, wayang yang diakui UNESCO yang telah saya bahas dalam artikel sebelumnya pada 8 November 2015 (Selamat Hari Wayang Nasional)

*        *        *

Setelah dua jam menyaksikan wayang golek dari Wayang Ajen, saya pun melipir sejenak ke luar panggung untuk mencari makan. Beruntung, ada yang jual nasi kucing dan tempe mendoan.

"Kalau pedagang di sini, mayoritas ikut paguyuban. Jika tidak ada acara wayang, biasanya kami jualan di Lebak Bulus. Jadi, ya berharap sering-sering aja ada pertunjukkan wayang," penjual tersebut menuturkan.
*        *        *

Setelah mencari informasi dengan berkeliling ke pelosok panggung, ternyata Semarak Wayang Pesona Indonesia 2016 ini diselenggarakan PT Visi Inti Prima/Inke Maris & Associates. Yaitu, perusahaan yang bergerak di bidang komunikasi trategis, professional conference organizer dan events management.

"Perkembangan seni budaya yang dipadukan dengan teknologi memiliki peran besar yang memungkinkan sebuah pertunjukkan wayang disajikan secara spektakuler, sehingga budaya tradisional dapat dikemas dengan penyajian modern," kata Inke Maris yang sebelumnya pernah jadi penyiar BBC London dan TVRI. 
*        *        *

Ketika sedang mengunggah foto Semarak Wayang Pesona Indonesia 2016 di facebook dan instagram, muncul notifikasi dari rekan blogger Inge. Wanita yang kini menetap di London itu memberi tahu saya jika saat itu ada sesama blogger, Helmi Budiprasetio sedang siaran streaming di wayangshow.com. 

Sebagai pencinta wayang, tentu saya tidak asing dengan keduanya. Meski tinggal di luar negeri, Inge selalu menyimak segala informasi mengenai budaya Indonesia, termasuk wayang. Begitu juga dengan Helmi yang saya temui di balik panggung. Sejak 2011, saya kerap bertemu dengan pria yang akrab disapa Babeh Helmi ini dalam berbagai pertunjukkan wayang.

*        *        *

DEWI rembulan di atas Kompleks GBK seperti melambaikan tangannya dengan condong ke arah barat. Itu berarti, saya harus benar-benar meninggalkan acara mengingat mata sudah lima watt meski pertunjukkan wayang kulit Tuton Jawa sudah berlangsung seperempatnya. Sambil menyusuri jalan yang mulai sepi, saya menuju tempat parkir untuk memacu sepeda motor.
*        *        * *        *        *

Video Wayang Ajen dalam Semarak Wayang Pesona Indonesia 2016
*        *        * *        *        *
Artikel tentang Wayang:
Selamat Hari Wayang Nasional
Catatan dari Wayang World Puppet Carnival 2013
Yuk, Meriahkan Karnaval Wayang Dunia
Antara Hammer Girl, Palu, dan Senjata Unik dalam Film Lainnya
Rahasia Ki Manteb Soedharsono saat Mendalang
Menelusuri Warisan Budaya di Museum Wayang
Menelusuri Warisan Budaya di Museum Wayang II
E-Wayang: Solusi Mengenalkan Wayang pada Generasi Muda
Resensi Tembang Cinta Para Dewi dari Dunia Wayang
Mengenang RA Kosasih: Inspirasi Komikus Indonesia
Komik, Kenangan Jadul yang Tak Terlupakan
Riwayat Panjang Mainan dari Masa Kecil
Wayang: Seni Budaya dan Imajinasi Anak yang Terlupakan


Heptalogy tentang Sinta:
- Inikah yang Namanya Sinta?
- Sinta Kan Membawamu Kembali
- Lagi Apa dengan Sinta? 
- Aku, Sinta, Kau, dan Dia
- Sinta Ini Membunuhku 

Spin-off:
- Kenapa Harus Kumbakarna yang Gugur?
- Anoman Duta yang Tak Dianggap
- Menggugat Sri Rama
- Hilangnya Mahkota Arjuna Sasrabahu

Artikel Fiksi Wayang Selanjutnya:
- Karna Tanding, Arjuna Tak Sebanding
- Palguna Palgunadi, Istrimu (Harus) Jadi Istriku
- Sembadra Larung: Kisah Cinta dalam Hati
- Sisi Lain Duryudana: Raja Lalim yang Setia pada Satu Istri

Artikel Fiksi Wayang Sebelumnya:
Lelakon ala Astina-Istana
Time Travel dalam Cerita Silat
Jatuh Cinta pada Gadis Bernisial A 
Invasi Tokoh Komik ke Dunia Wayang
Seri Wayang I: Tiwikrama Sri Kresna yang Menggemparkan Alam Semesta
Seri Wayang II: Wisanggeni Menggugat Dewata
Seri Wayang II: Wisanggeni Menggemparkan Khayangan
Seri Wayang II: Wisanggeni Membunuh Batara Kala
Seri Wayang II: Wisanggeni Bertempur Melawan Seluruh Dewata
  
*        *        *
- Jakarta, 2 April  2016

8 komentar:

  1. kesenian wayang memang wajib terus dilestarikan sebab kesenianini salah satu milik bangsa, maka mari semua anak muda kita mulai mencintai wayang...dalam cerita pewayangan banyak nasehat untuk menjalani hidup dankehidupan loch.

    BalasHapus
    Balasan
    1. setuju mas.
      kalo kata sesepuh di rumah, wayang itu cerminan kita
      ga semuanya baik dan juga ga semuanya buruk
      contohnya, duryudana yang jadi kepala kurawa punya satu sisi positif yang ga dimiliki pandawa: sepanjang umurnya cuma beristri 1 :)

      *sementara, pandawa mayoritas poligami

      Hapus
  2. Saya malah tertarik sama deretan blankonnya. Kayanya keren kalau pakai blankon.

    BalasHapus
    Balasan
    1. hi hi hi
      iya jadi ingat hazmi srondol, satu-satunya blogger yang sering pake blankon, mas :)

      Hapus
  3. Kalau ingat wayang, suka ingat alm. Bapak, dimana almarhum suka sekali nonton wayang golek mas, semalam suntuk.

    BalasHapus
    Balasan
    1. sama mbak saya juga suka, tapi ga gitu ngerti bahasa sunda :)
      bisanya yang kasar aja, kalo alus mah nyerah...

      Hapus

Maaf ya, saat ini komentarnya dimoderasi. Agar tidak ada spam, iklan obat kuat, virus, dan sebagainya. Silakan komentar yang baik dan pasti saya kunjungi balik.

Satu hal lagi, mohon jangan menaruh link hidup...

Terima kasih :)