TyyiccClcSK3IvRCDh0sKBc4_Sg roelly87.com: Ada Apa dengan Sinta?

Serial Catatan Harian Ojol

Serial Catatan Harian Ojol
Serial Catatan Harian Ojol

Kamis, 12 November 2015

Ada Apa dengan Sinta?


Tari kecak Rahwana memperebutkan Sinta dari Ramayana


SINTA masih memandang jauh ke depan. Tepatnya, menerawang masa depannya. Wajahnya tampak layu. Namun, di balik sorot matanya, tersimpan ketegaran.

Sementara, di balik pintu kamarnya, menghamba Trijata dengan bersimpuh. Putri sulung Arya Wibisana itu dengan setia menungguinya. Di hadapannya, terdapat sumber angkara murka, Rahwana.

Yang menarik, jika kakak tertua Wibisana ini biasanya garang terhadap musuh, bahkan dewa pun dihadapinya. Namun, entah kenapa jika bertemu Sinta, tiba-tiba Rahwana seperti tak berdaya. Tepat pepatah mengatakan, tiga musuh utama kaum pria di marcapada selalu berakhiran "Ta". Harta, Takhta, dan Wanita.

"Etek, aku masih bingung. Kenapa hingga kini, kakang Ramayana tidak menjemputku," Sinta mengadu kepada Trijata.

Dengan lembut, keponakan Rahwana, mencoba menghibur Sinta.

"Duh, sis. Mungkin, bro Rama lagi sibuk. Percayalah pada etekmu ini, kekasihmu yang titisan Wisnu itu pasti akan menjmput dirimu."

"Tapi, sampai kapan etek? Waktu agan Anoman datang, katanya Rama mau menjemputku setelah satu purnama. Ini sudah belasan purnama. Apakah, purnama di New York dengan Jakarta beda?"

*     *     *
PADA satu hari dalam Phalguna, Anoman memang mendatangi Sinta. Saat itu, kera sakti ini merupakan agen rahasia yang diutus Rama. Dengan sopan, Anoman meminta Sinta untuk mengikutinya kembali ke Ayodya.

Hanya, Sinta menolak dengan tegas. Wanita yang di dalam raganya menitis Laksmi -dewi keberuntungan- sang istri Wisnu itu, hanya ingin dijemput Rama. Bisa dipahami, mengingat itu sudah jadi tugas Rama untuk menyelamatkan istri tercintanya.

"Duh, agan Anoman, sembah sujud saya kepadamu. Tapi, aku tidak bisa pergi. Aku istri Rama, sudah seharusnya dia yang menjemputku."

Sudah pasti, Anoman memahami keinginan sekaligus kerinduan Sinta. Namun, kehadirannya di Alengka sebagai duta. Tentu, tugasnya untuk membawa pulang Sinta demi "kliennya", Rama.

"Hampura atuh, sista. Da, aku mah hanya menjalankan tugas dari bro Rama. Sebagai duta, daku bakal malu tidak bisa membawa dirimu. Mungkin, jika gagal, aku tidak akan menemui bro Rama. Sebaliknya, daku lebih baik nyungsep ke dasar bumi," Anoman, memberi penjelasan.

"Aku paham gan. Untuk membuktikan dirimu telah berusaha untuk menjemputku, mari kita selfie dan uplad ke instagram. Nanti, tunjukkan kepada Rama, dengan foto ini, aku sebagai istri, hanya ingin dijemputnya."

*     *     *

KEHADIRAN Anoman ke Alengka ternyata diketahui Rahwana. Bukan Trijata yang memberi tahu. Melainkan, putra sulung Rahwana, Indrajit. Seketika, terjadi perang tanding antarsatria wayang itu. Meski berwujud kera, Anoman sangat sakti. Serbuan tentara Alengka tidak membuatnya gentar. Termasuk ketika Indrajit berkolaborasi dengan Rahwana.

Sadar kekuatannya terbatas menghadapi duet ayah-anak yang memiliki linuwih Rawarontek, Anoman pun sipat kuping. Bagaimanapun, tugasnya sudah selesai. Jadi, dia bisa mempertanggung jawabkannya kepada Rama.

Setelah goro-goro itu, Rahwana menghampiri kamar Sinta. Dengan muka memerah, dia mengira Sinta sudah lenyap dibawa Anoman. Sumpah serapah pun keluar dari mulutnya terhadap Trijata.

"Hee... Keponakanku, kurang baik apa aku selama ini. Aku telah memberimu keagungan di kerajaan ini. Namun, dirimu malah melepas Sinta. Untuk itu, aku kutuk kau jika menikah nanti dengan bangsa kera!"

Ya, angkara murka merupakan sifat Rahwana. Terhadap siapapun, dia selalu begitu. Di marcapada ini, hanya sekali Rahwana takluk. Yaitu, ketika dikecundangi Arjuna Sasrabahu yang juga merupakan titisan Wisnu.

"Duh, om Rahwana, tega dikau mengutuk keponakanmu itu. Sungguh aku tidak rela!" Tiba-tiba Sinta keluar dari kamarnya. Sontak, kehadiran pujaan hatinya membuat Rahwana luluh. Lagi-lagi, manusia berkepala 10 ini takluk terhadap paras elok dan sikap lembut Sinta.

"Ya ampun Sinta. Maaf, aku telah mengeluarkan kutuk dan tidak bisa ditarik lagi," Rahwana menghela nafas.

"Etek, tenanglah. Aku akan berdoa kepada dewata, meski dirimu memiliki suami kera, namun kelak keturunanmu bakal mendapat suami titisan Wisnu."

"Terima kasih, sis. Om Rahwana, aku tidak melepas Sinta. Buktinya, dia ada di sini."

"Ya ya, aku mengaku salah. Sinta sudah memperbaikinya. Sekarang tinggalkan kami." Rahwana menitahkan yang disambut anggukan Trijata.

"Duh, om. Lembut napa sama orang. Jangan cuma ke aku aja lembutnya. Biar begitu, etek Trijata itu keponakan om sendiri."

"Wahai Sinta, kenapa harus memanggil diriku om? Aku toh bukan pamanmu. Usiaku memang jauh lebih tua darimu. Tapi, dalam urusan cinta, tidak pernah memandang usia, kasta, dan strata." Demikian, Rahwana menunduk. Segalak-galaknya sosok yang dijuluki Dasamuka (bermuka 10) ini, selalu lemah terhadap Sinta.

Itu mengapa Rahwana senantiasa menunggu tanggapan cintanya. Sudah bertahun-tahun berlalu. Dia tetap diacuhkan Sinta yang memang telah bersuami. Namun, Rahwana tidak kenal lelah. Menurutnya, Rama memang titisan Wisnu, dewa penjaga kehidupan. Rama juga tampan seperti Rangga yang tentu jauh darinya yang bermuka 10. Apalagi, Rama manusia, bukan seperti dirinya yang raksasa.

Hanya, Rahwana merasa memiliki satu kelebihan: Pengorbanan. Itulah yang tidak dipunya Rama. Faktanya, bertahun-tahun dia menyekap Sinta, tidak sekalipun, Rama menjemputnya. Yang ada, Rama malah menyuruh Anoman. Padahal, seharusnya, Rama sebagai suami yang bertanggung jawab atas keselamatan Sinta, istrinya.

Bahkan, demi cintanya itu, dia rela mengorbankan segalanya. Termasuk, kehormatan sebagai raja Alengka yang saat itu digdayanya melebihi Amerika Serikat.


*     *     *

"RAHWANA, aku tahu pengorbananmu terhadap diriku. Tapi, engkau juga harus mengerti bahwa aku sudah bersuami. Ingat, Rama merupakan titisan Wisnu. Di marcapada ini tidak ada yang bisa menandinginya. Aku harap, engkau mengerti itu. Aku berterima kasih atas sikapmu yang baik dan sopan selama ini..." Sinta berbicara dengan lembut.

Bergejolak Rahwana mendengarnya. Ada rasa kesal ketika mengetahui Sinta membandingkan dirinya dengan Rama yang memang titisan Wisnu. Seketika, dia ingin mengerahkan bala tentaranya, termasuk membangunkan Kumbakarna untuk menyerang Ayodya.

Di sisi lain, Rahwana terharu saat Sinta memangilnya dengan sebutan nama tanpa embel-embel "om". Itu membuktikan, sikap Sinta sudah berubah terhadapnya yang tidak lagi ketus.

Pada saat yang sama, Rahwana justru tidak menyadari perubahan sikapnya yang kini sudah "lebih baik". Dia tidak lagi terlalu mengumbar hawa nafsunya. Angkara murka, meski masih ada, namun sudah jarang dilampiaskan. Singkatnya, Rahwana kini sudah lebih keren dibanding sebelum bertemu Sinta.

Konon, rakyat Alengka sering memergokinya saat blusukan. Baik itu menyaksikan konser band tanpa pengawalan, melihat pertunjukkan seni, bahkan terjun ke gorong-gorong. Itu semua dilakukan Rahwana untuk membangun kejayaan negerinya yang akan diperlihatkan kepada Sinta.

Tak jarang, dia jadi gemar bersolek. Pakaiannya kini sudah lebih rapi. Pakaiannya brand ternama, mulai dari Armani, Dolce & Gabbana, hingga merek dalam negeri yang katanya sih demi memajukan UMKM rakyat Alengka. Sekali lagi, semua itu dilakukan untuk merebut hati Sinta dari Rama.

*     *     *
SEBAGAI manusia biasa, sudah pasti Sinta paham maksud baik Rahwana. Dia pun mulai tergoda akan keramahan sang penculiknya. Maklum, Sinta sudah lelah menunggu janji dari Rama yang tak kunjung tiba. Bahkan, lamanya melebihi purnama Rangga kepada Cinta yang bahkan sudah syuting untuk episode kedua.

Kesetiaan Sinta memang hanya untuk Rama. Namun, kalau mau jujur, jauh di lubuk hatinya, mulai terukir nama Rahwana.

Ya, bertahun-tahun, Rahwana tidak berhenti mendatanginya. Meski kata-katanya membosankan. Namun, Rahwana dengan tulus melakukannya. Sementara, suaminya, justru tidak sekalipun menjemputnya.

"Salahkah aku bila kini mencintaimu, Rahwana?" Sinta menggumam lirih. Satu pertanyaan yang sulit terjawab. Sama sulitnya dengan tindakan Rama yang tidak memerdulikan istrinya.*

*     *     *

- Jakarta, 12 November 2015

16 komentar:

  1. Saya curiga yang jadi bang toyib itu agan Rama #Analisis cendol tuk ceritanya :3

    BalasHapus
  2. ini tuh yang versi Rahvayana bukan sih?
    pengen deh baca bukunya

    BalasHapus
    Balasan
    1. ih, kamana wae teu katingali?
      teu nanaonan kan di alengka sana
      aih abdi mah hariwang teuing pas ngedenge Sinta diculik Rahwana...

      Hapus
  3. Balasan
    1. hi hi hi
      cerita berikutnya:

      Ada Apa (Lagi) dengan Sinta?

      Hapus
  4. Ketika kesetiaan diuji ...
    Bang rama Bang Rama kenapa tak pulang pulang
    Shintamu Shntamu rindu ingin bertemu

    #Eh malah nyanyi :p

    BalasHapus
    Balasan
    1. he he he
      intinya, jadi sinta itu dilematis banget
      bagaimanapun, dia kan manusia biasa...

      *terus, salah gue? salah temen-temen gue? (efek aadc)

      Hapus
  5. Ini rada nyunda gitu ya mas bahasanya

    BalasHapus
    Balasan
    1. hi hi hi
      campuran mbak, ada jawa, sunda, dan padang (etek=tante/bibi)

      tadinya pengen dibuat pas #rabunyunda, tapi bahasa sunda saya mah belom lancar...

      Hapus
  6. Xixixi, aku bacanya jadi ketawa sendiri. Mbayangin kalo mereka bicara dengan logat seperti itu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. he he he
      wayang kan aslinya improvisasi
      tergantung dalang yang memainkan mbak :)

      Hapus
  7. Arya, Ini shinta dan ratap pilunya.
    Senggol bro rama

    BalasHapus

Maaf ya, saat ini komentarnya dimoderasi. Agar tidak ada spam, iklan obat kuat, virus, dan sebagainya. Silakan komentar yang baik dan pasti saya kunjungi balik.

Satu hal lagi, mohon jangan menaruh link hidup...

Terima kasih :)