TyyiccClcSK3IvRCDh0sKBc4_Sg roelly87.com: Duta Besar Jerman Dr. Georg Witschel

Serial Catatan Harian Ojol

Serial Catatan Harian Ojol
Serial Catatan Harian Ojol
Tampilkan postingan dengan label Duta Besar Jerman Dr. Georg Witschel. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Duta Besar Jerman Dr. Georg Witschel. Tampilkan semua postingan

Jumat, 25 September 2015

Lebih Dekat dengan Jerman di Pameran Budaya Dunia - Jerman Fest 2015

Lebih Dekat dengan Jerman di Pameran Budaya Dunia - Jerman Fest 2015

Pameran Budaya Dunia - Jerman Fest 2015 di Tugu Kunstkring Paleis


OLIVER Bierhoff, Miroslav Klose, Bayern Muenchen, Piala Dunia, Michael Schumacher, Allianz, Bayer, dan BMW (Bayerische Motoren Werke). Itulah sebagian individu, klub, perusahaan, atau merek dagang yang berkaitan dengan Jerman. Sebagai blogger yang sehari-harinya berprofesi jurnalis di harian olahraga, tentu ingatan saya mengenai Jerman tidak jauh dari yang namanya olahraga, khususnya sepak bola.

Itu seperti, memori saya tentang Bierhoff sebagai "raja udara" tidak pernah hilang karena jadi salah satu pesepak bola idola saya sejak era 1990-an.

Untuk saat ini, Klose membuat saya kagum karena meski sudah uzur (37 tahun) tapi tetap piawai mencetak gol.

Muenchen? Klub ini merupakan raksasa sepak bola pada level klub Eropa yang sukses menyabet "Treble Winners" 2012/13.

Piala Dunia? Wow! Setahun lalu, tim nasional (timnas) Jerman merajai sepak bola di kolong langit ini usai menundukkan Argentina pada final yang diselenggarakan di Brasil.

Schumacher? Bagi saya, sosok yang sempat mengalami koma akibat jatuh saat bermain ski di pegunungan Alpen, Swiss, ini merupakan legenda hidup di dunia balap Formula 1.

Allianz? Identik dengan asuransi yang banyak memiliki koneksi melalui sepak bola. Bahkan, selain menjadi sponsor utama Muenchen, mereka juga kerap mencari bibit pesepak bola terbaik Indonesia untuk dikirim ke Jerman.

Bayer? Merupakan perusahaan farmasi ternama asal Jerman yang berbagai produknya selalu tersedia di kotak P3K rumah saya. Mulai dari obat flu dan batuk, multivitamin, suplemen, hingga untuk mengatasi jamur. Perusahaan ini juga merupakan sponsor dari klub raksasa Bundesliga Jerman, Bayer Leverkusen.

BMW? Perusahaan otomotif yang didirikan Franz Josef Popp pada 1916 ini identik dengan kendaraan premium berkualitas dan harganya selangit. Sayang, hingga kini saya belum pernah menggunakan apalagi memilikinya.

Namun, berbicara mengenai Jerman tidak cukup dengan beberapa individu atau perusahaan yang saya sebut di atas saja. Masih banyak yang saya tidak ketahui dari negara yang beribukota di Berlin ini.

Untuk mengetahui lebih jauh mengenai Jerman, biasanya saya membuka informasi di internet. Atau, melalui beberapa perwakilan mereka yang ada di Indonesia. Salah satunya, Goethe Institut yang kerap mengadakan acara nonton bareng (nobar) gratis seperti Looking for Eric pada 1 Desember 2012 dan Tanah Mama (13/5).

Memasuki bulan ini, saya jadi lebih "khatam" berkenalan dengan Jerman. Terutama setelah menghadiri acara Jerman Fest yang pembukaannya berlangsung di Taman Ismail Marzuki (TIM) pada 5 September lalu.

Acara yang diselenggarakan berkat kerja sama antara Goethe-Institut Indonesien, Kedutaan Besar Jerman, dan EKONID ini berlangsung hingga Desember mendatang. Banyak tema yang diangkat untuk membina hubungan antarnegara Jerman dan Indonesia, seperti sosial, olahraga, hiburan, politik, hingga budaya, yang teranyar saya ikuti.

*      *      *

SIANG itu, ruang pameran bertajuk Dunia dan Budaya di Tugu Kunstkring Paleis, Jalan Teuku Umar 1, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (23/9) masih sepi lantaran hanya diisi kurang dari 10 pengunjung. Kebetulan, karena saya dan rekan blogger datang beberapa menit sebelum acara berlangsung pukul 11.00 WIB.

Kehadiran kami ke gedung yang pertama kali dibuka untuk umum sudah lebih dari seabad lampau, tepatnya 17 April 1914 ini, tidak lain untuk kembali menghadiri salah satu dari rangkaian Jerman Fest. Yaitu, Pameran Dunia Budaya yang berlangsung sejak pembukaan pada 16 September hingga besok (26/9).

Kebetulan, karena Rabu lalu kami libur terkait tanggal merah Idul Adha. Jadi, kami bisa kembali menikmati salah satu acara Jerman Fest. Ya, sebagai penggemar segala sesuatu yang berkaitan dengan sejarah, bagi saya pribadi, Pameran Dunia Budaya memang tidak boleh dilewatkan.

Apalagi, acara yang merupakan bagian dari Program Pelestarian Kebudayaan dari Departemen Luar Negeri Jerman ini menghadirkan prototipe hingga 13 proyek. Seperti, restorasi Candi Borobodur dari negara kita, pelestarian naskah tulisan tangan kuno di Timbuktu -jadi ingat komik Donal Bebek saat dikejar Gerombolan Siberat- (Mali), restorasi bazaar kuno Erbil (Irak), dan banyak lagi.

Beberapa proyek itu memberikan gambaran warisan budaya yang tersebar di seluruh dunia yang sudah pasti wajib dilestarikan. Termasuk dari benua biru Eropa, khususnya Jerman, yang dikenal kaya akan budayanya. Seperti, film bisu monumental, Metropolis, musisi baik klasik misalnya, Ludwig van Beethoven, atau yang modern seperti Rammstein, Scorpions, dan Helloween yang 22 Oktober nanti bakal manggung di Senayan serta Yogyakarta (24/10).

Yang menarik, Pameran Budaya Dunia ini tidak hanya diselenggarakan di Jakarta saja. Melainkan juga di dua kota lainnya. Yaitu, Yogyakarta di Borobudur Park, pada 12 Oktober-1 November, dan Surabaya di Perpustakaan Bank Indonesia, 9-27 November 2015. Sekadar informasi, seluruh acara ini tidak mengenakan tiket masuk bagi pengunjung. Alias gratis!

*      *      *
"BOROBUDUR berasal dari abad kesembilan dan telah melalui sejarah yagn sangat penting. Saat ini, Borobudur merupakan karya nyata yang dibangun (nenek moyang) bangsa Indonesia. Untuk itu, bangunan ini harus dilestarikan sebagai warisan negara yang bisa menarik jutaan pengunjung dari seluruh dunia," kata Duta Besar Jerman Dr. Georg Witschel dalam sambutannya pada pembukaan Pameran Budaya Dunia yang saya kutip dari situs resmi Kedutaan Besar Jerman untuk Indonesia.

Pria kelahiran Neumunster, 10 Mei 1954 ini melanjutkan, "Ancaman Borobudur saat ini bukan dari perang, tapi dalam bentuk Merapi, gunung berapi. Untuk itu, kami, bersama UNESCO dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, berupaya memulihkan kembali Borobudur. Untuk itulah Jerman Fest ini diselenggarakan. Kami ingin, dengan acara ini membuat hubungan kedua negara (Jerman dan Indonesia) lebih berkembang."

Apa yang dikatakan Witschel ini menarik perhatian saya. Sebab, kehadiran saya ke Pameran Dunia dan Budaya itu tidak hanya bisa mengenal Jerman lebih dekat saja. Melainkan juga, menambah wawasan tentang Indonesia yang memiliki banyak warisan budaya selain Borobudur. Dan, informasi itu bisa saya dapatkan secara gratis dalam rangkaian acara Jerman Fest 2015.

*Artikel ini berkolaborasi dengan Chia Varisha


*      *      *
Salah satu properti patung kepala Budha

*      *      *
Tentang Indonesia di Jerman Fest

*      *      *
Salah satu pengunjung menyimak informasi tentang Pameran Budaya Dunia 

*      *      *
Bangunan yang sudah berusia lebih dari seabad

*      *      *
Salah satu ruangan di Tugu Kunstkring Paleis

*      *      *
Properti film jadul Tiga Dara yang dibuat pada 1956 di salah satu ruangan Tugu Kunstkring Paleis

*      *      *
Gedung ini terletak di Jalan Teuku Umar 1 Jakarta Pusat

*      *      *

Referensi:
- Website resmi Jerman Fest (www.jermanfest.com)
- Website resmi Goethe Institute (www.goethe.de)
- Website resmi Kedutaan Besar Jerman (www.jakarta.diplo.de)
- Website resmi Tugu Kunstkring Paleis (www.tuguhotels.com)
- Website resmi Helloween tur ke Indonesia 2015 (www.helloween.org)

*      *      *
Artikel tentang Jerman lainnya:

Tipe-X
Afgan
Keterangan: Seluruh foto merupakan dokumentasi pribadi (www.roelly87.com)
- Cikini, 25 September 2015

Senin, 07 September 2015

Yuk, Kunjungi Jerman Fest 2015 di Sembilan Kota di Indonesia

Yuk, Kunjungi Jerman Fest 2015 di Sembilan Kota di Indonesia

Pemutaran film Metropolis di TIM pada pembukaan Jerman Fest 2015

HUBUNGAN Indonesia dan Jerman telah terjalin sejak lama. Baik itu rakyatnya atau di pihak pemerintahan yang meliputi sosial, budaya, politik, olahraga, hiburan, hingga pertukaran pelajar. Yang saya ingat jelas ialah Bacharudin Jusuf Habibie. Mantan presiden Indonesia ketiga itu merupakan salah satu putra bangsa yang banyak memperoleh kemajaun saat "belajar" di Jerman pada era 1950-an.

Berselang puluhan tahun, kerja sama kedua negara kian erat. Bahkan, tahun ini, ditandai dengan adanya Jerman Fest 2015. Yaitu, acara yang berlangsung September-Desember ini yang ditujukan untuk mendorong pertukaran informasi yang bermanfaat antara Indonesia dan Jerman.

"Indonesia jadi negara di Asia Tenggara pertama yang menyelenggarakan Jerman Fest," kata Duta Besar Jerman Dr. Georg Witschel, dalam sambutannya. "Acara ini merupakan inisiatif dari Kementerian Luar Negeri Jerman dan diadakan berkat kerja sama antara Goethe-Institut Indonesien, Kedutaan Besar Jerman, dan EKONID."

*      *      *

JERMAN Fest 2015 dibuka dengan pemutaran film Metropolis di Teater Jakarta dan Atrium Taman Ismail Marzuki (TIM), Sabtu (5/9). Saya beruntung dapat undangan istimewa untuk jadi saksi dari film monumental yang menurut Internet Movie Database (IMDb) disebut sebagai film bisu klasik yang sangat monumental di zamannya.

Metropolis disutradarai Fritz Lang yang disebut sebagai film dengan biaya termahal saat itu. Versi Box Office Mojo -belum dihitung inflasi-, Metropolis meraup 1,2 juta dolar Amerika Serikat (AS) atau sekitar Rp 16 miliar.

Awalnya, menyaksikan film klasik berdurasi 148 menit (2 jam 28 menit) ini membuat saya bingung. Itu karena Metropolis merupakan film tanpa suara, alias bisu. Alhasil, hingga setengah jam pertama, saya lebih banyak menguap dan berupaya menahan kantuk. Padahal, di sekitar kursi yang saya duduki, banyak yang antusias menyimak adegan demi adegan.

Kebetulan, meski film ini tanpa suara, namun didukung penuh lebih dari 60 musisi dari Deuches Filmorchester Babelsberg (Orkes Film Jerman Babelsberg). Hingga, sambil mengunyah permen karet untuk melawan kantuk, akhirnya saya bisa menyaksikan Metropolis hingga selesai.

Oh ya, Metropolis, bercerita mengenai kota masa depan yang bagi masyarakat saat itu (dekade 1920-an) kesannya sangat futuristik. Selain di TIM, film yang menuai pujian dari kritikus dan mendapat apresiasi banyak musisi seperti Madonna, Queen, hingga Lady Gaga ini, juga diputar di dua kota lainnya: Surabaya di Ciputra Hall pada sore ini (7/9) dan Bandung di aula barat ITB (9/9).

Jakarta, Surabaya, dan Bandung, jadi kota pembuka rangkaian Jerman Fest 2015. Setelah itu, masih ada enam kota lainnya di Tanah Air yang menyelenggarakannya. Mulai dari Banda Aceh, Medan, Yogyakarta, Denpasar, Balikpapan, dan Makassar, dengan tema dan acara yang tentu berbeda. Sebelum di Indonesia, Jerman Fest juga pernah diselenggarakan di Brasil, Tiongkok, dan India.

Ya, Jerman Fest 2015 tidak melulu mengenai film. Melainkan juga aspek lainnya. Yaitu, musik, seni, sains, olahraga, eknomi, sosialisasi, literatur, teater, tari, game, konferensi agama, dan sebagainya yang berlangsung hingga 6 Desember. Bagi rekan-rekan yang berdomisili di Jakarta, saya sudah buat daftar acaranya di bawah.

*      *      *

DALAM periode itu, juga terdapat acara untuk memperingati 25 tahun penyatuan Jerman pada 1 Oktober mendatang di Hotel Indonesia Kempinski. Yang menarik, bagi saya pribadi dan juga penggemar sepak bola, pada salah satu rangkaian Jerman Fest 2015 ini akan ada kunjungan pesepak bola Jerman yang akan menyapa penggemarnya di Tanah Air.

Sepanjang pengetahuan saya dengan mengambil referensi resmi dari FIFA.com, Indonesia sudah lima kali menghadapi klub dan timnas Jerman. Dimulai saat dua kali menghadapi timnas Jerman yang masih terpecah dan bernama Jerman Timur pada 20 September 1956 skor 1-3 dan 11 Februari 1959 (2-2). Selanjutnya versus klub Bundesliga, Werder Bremen pada 19 Juni 1965 (5-6), Borussia Dortmund (19 Desember 2007, 0-1), dan Bayern Muenchen (21 Mei 2008, 1-5).

Berdasarkan fakta tersebut, dengan adanya Jerman Fest ini, tentu, bisa dipetik pelajaran bagi kita semua. Khususnya, pemangku kepentingan, seperti Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI). Itu seperti diungkapkan Witschel, "Melalui kegiatan ini (Jerman Fest 2015), diharapkan Jerman dan Indonesia dapat melangkah lebih maju ke depannya dalam berbagai bidang."

Semoga saja, itu termasuk sepak bola Indonesia. Meski tidak harus menyamai prestasi Jerman yang sudah empat kali menjuarai Piala Dunia, setidaknya "Tim Garuda" mampu berbicara di Asia.

*      *      *

Agenda Jerman Fest 2015 di Jakarta

5/9 - Pembukaan. Pemutaran film Metropolis di Teater Jakarta di Taman Ismail Marzuki (TIM)
11/9 - German Cinema Film Festival di Studio XXI Epicentrum Walk
12/9 - German Cinema Film Festival di GoetheHaus, Menteng
20/9 - Penutupan German Cinema Film Festival di Studio XXI Epicentrum Walk
16-25/9 - Pameran Dunia Budaya di Tugu Kunstkring Paleis
1/10 - Perayaan Hari Penyatuan Jerman di Hotel Indonesia Kempinski
4/10 - Teater Boneka Kontemporer Indonesia di Teater Salihara
5-15/10 - Pameran Sains di Museum Nasional
6-7/10 - Pemutaran Film Arthouse Cinema di GoetheHaus
21/10 - Konser Paduan Suara Interaktif "Rundfunkchor Berlin" di Aula Simfonia
23/10 - Kolaborasi Tari (Frankfurt, Salihara, Plesungan) di Teater Salihara
2/11 - Konferensi: Agama, Negara, dan Masyarakat di Abad 21 di Goethe Institut
2/11 - Kunjungan studio Game Mixer bagi pengembang games di Goethe Institut
3,4,6/11 - Workshop Game Mixer di Goethe Institut
5/11 - Diskusi antarpengembang Game Mixer di Goethe Institut
6-27/11 - Pameran Jerman, Negeri Penemuan di Deutsche Schule Jakarta
10/11 - Pasar Seni Festival di Pasar Tebet Timur dan Barat
25/11 - Konferensi: Radikalisasi/ Deradikalisasi di Morissey
26/11 - Festival Tari Sebastian Matthias: Volution/Groove Space di Komunitas Salihara
1/12 - Green City: Kompetisi konsep masa depan di Universitas Katolik Indonesia - Atma Jaya
2/12 - Ensemble Modern Ruang Suara di Komunitas Salihara

Keterangan: 
- Seluruh foto merupakan dokumentasi pribadi (www.roelly87.com)
- Referensi artikel berdasarkan penuturan langsung Duta Besar Jerman Dr. Georg Witschel, panitia Jerman Fest Nindia Satiman, dan Koordinator Humas Goethe-Institut Indonesia Katrin Figge (via email)

*      *      *
"Layar tancap" di atrium Teater Jakarta - TIM

*      *      *
Narsis sejenak sebelum menyaksikan pembukaan Jerman Fest 2015

*      *      *
Bertambah lagi kartu pos khas Eropa setelah sebelumnya dari Italia, Portugal, dan Turki  

*      *      *

*      *      *
Tipe-X
Afgan

*      *      *
- Cikini, 7 September 2015