Ahmad Tohari menerima Penghargaan Achmad Bakrie XIII 2015 |
"UNDANGAN menghadiri Penghargaan Achmad Bakrie (PAB) XIII 2015? Wow, mau mbak!" Demikian jawaban saya ketika ditawari salah satu admin VIVALog untuk menghadiri PAB XIII 2015. Kebetulan, pagi itu saya masih terlelap. Namun, ketika menerima panggilan telepon dari nomor yang sudah tidak asing lagi, antusiasme saya langsung terbangun.
Wajar saja mengingat PAB merupakan salah satu penghargaan yang memiliki kredibiltas tinggi. Sebagai blogger, khususnya pegiat media, tentu saya antusias untuk bisa menghadirinya.
Selain undangannya yang eksklusif bersama sembilan rekan blogger lainnya, juga karena saya hampir setiap tahun menyimak acara ini di berbagai media, khususnya televisi. Apalagi ketika mengetahui ada salah satu sastrawan terkemuka di negeri ini yang menerima penghargaan tersebut: Ahmad Tohari.
* * *
PAB XIII 2015 yang diselenggarakan di Djakarta Theater, Jumat (21/8) dibuka dengan sambutan Aburizal Bakrie. Putra sulung pasangan Achmad Bakrie-Roosniah Bakrie ini menyampaikan pentingnya semangat dalam mengisi kemerdekaan.
Ya, PAB XIII ini memang berlangsung hanya berjarak empat hari dari HUT RI ke-70. Pernyataan pria yang akrab disapa bang Ical ini tentang "Menyongsong Datangnya Zaman Emas Indonesia" mengenai tepat di sanubari ratusan undangan yang memadati XXI Ballroom.
Setelah itu, pengumuman terhadap enam tokoh yang meraih PAB XIII 2015 dimulai. Mereka adalah:
Ayuzumardi Azra untuk Pemikiran Sosial
Ahmad Tohari (Kesusastraan)
Tigor Silaban (Kedokteran/ Kesehatan)
Suryadi Ismadji (Sains)
Kaharuddin Djenod (Teknologi)
Suharyo Sumowidagdo (Peneliti Muda Berprestasi)
Seperti yang sudah saya sebut di atas, di antara keenam penerima PAB XIII 2015 ini, yang paling saya kenal Ahmad Tohari. Bisa dipahami mengingat saya sudah beberapa kali menikmati berbagai karya sastrawan berusia 67 tahun ini. Salah satunya, novel Ronggeng Dukuh Paruk, yang diangkat ke layar lebar berjudul "Sang Penari".
Ada yang menarik ketika Ahmad Tohari memberi sambutannya di podium. Saat itu, mantan redaktur harian Merdeka ini menyentil peran pemerintah yang dinilainya minim dalam memajukan sastra di Tanah Air. Padahal, menurut Ahmad Tohari, sastra itu sebagai penyeimbang otak kiri dan otak kanan. Terutama bagi pemimpin dalam mengambil keputusan.
"Kita butuh sastra. Karena sastra akan membuat orang tidak hanya cerdas, tidak hanya terampil, tidak hanya idealis. Tetapi, punya sensitivitas. Ini penting, (sebab) pintar tanpa sensitivitas saya kira berbahaya," kata Ahmad Tohari seperti yang saya rekam videonya berdurasi tujuh menit di bawah artikel ini.
Pernyataan sosok kelahiran Banyumas, Jawa Tengah, 13 Juni 1948 ini beralasan. Lantaran menurutnya, sastrawan di Indonesia saat ini justru terpinggirkan. Mayoritas dari mereka sangat miskin. Itu mengapa Ahmad Tohari mengapresiasi PAB yang sejak edisi perdana pada 2003 hingga ke-13 saat ini, konsisten terhadap sastra.
"Mari kita hidupkan kembali sastra Indonesia, karena pernah jaya justru pada masa lalu. Pada masa sekarang, sastra disingkirkan! Ga tahu kenapa. Ga tahu kenapa menganggap sastra tidak penting. Padahal, sastra menyeimbangkan otak kiri dan otak kanan," Ahmad Tohari mengungkapkan.
* * *
SELAIN Ahmad Tohari dan sambutan lima tokoh lainnya yang menerima PAB XIII 2015, acara yang diselenggarakan Yayasan Achmad Bakrie yang bekerja sama dengan Freedom Institute dan VIVA Group, ini, juga menyuguhkan banyak hiburan.Beberapa di antaranya yang saya kenal seperti Endah Laras yang melantunkan lagu keroncong khasnya, Sandy Sandoro membawakan "Symphony yang Indah", dan Ruth Sahanaya dengan "Indonesia Jaya" yang membuat seluruh undangan merinding karena terlecut rasa nasionalismenya. Itu sesuai dengan tema yang diusung dalam PAB XIII 2015 ini yaitu, "Patriotisme, Bangga Menjadi Indonesia".
Bagi saya, PAB bukan sekadar simbol semata. Melainkan, wujud dari apresiasi terhadap anak bangsa yang telah memberi kontribusi terhadap negeri ini melalui karya-karya mereka. Semoga, acara ini mampu memotivasi generasi selanjutnya untuk terus maju mengangkat harkat dan martabat Indonesia di mata dunia.
Satu hal lagi, saya berharap untuk edisi selanjutnya, tidak hanya ada penghargaan tokoh muda di bawah 40 tahun yang berprestasi untuk ilmuwan atau periset teknologi saja. Melainkan juga kategori lainnya seperti atlet, musisi, pelajar yang juara di olimpiade fisika, atau blogger yang keberadaannya kini sudah tidak lagi dipandang sebelah mata seperti pada pertengahan dekade 2000-an lalu.
Itu seperti diungkapkan Anindra Ardiansyah Bakrie, cucu Achmad Bakrie sekaligus Ketua Umum OC PAB XIII, "Hingga kini, sudah 51 tokoh yang diberi Penghargaan Achmad Bakrie. Insya Allah, kami bakal konsisten mengelarnya setiap tahun. Penghargaan Achmad Bakrie ini ditujukan untuk memacu putra-putri Indonesia agar berupaya melahirkan banyak ide cemerlang dan karya gemilang demi kemajuan Indonesia."
* * *
Enam tokoh penerima PAB XIII 2015. Dari kiri ke kanan: Ahmad Tohari, Suharyo Sumowidagdo, Suryadi Ismadji, Tigor Silaban, Azyumardi Azra, dan Kaharuddin Djenod |
* * *
Foto bersama penerima PAB XIII 2015 dengan keluarga besar Bakrie |
* * *
Aburizal Bakrie membubuhkan tanda tangan kepada beberapa undangan |
* * *
Beberapa pejabat dan anggota dewan termasuk Tantowi Yahya |
* * *
Salah satu undangan wefie dengan Nia Ramadhani, istri dari Anindra Ardiansyah Bakrie |
* * *
Parade ucapan selamat di depan XXI Djakarta Theater |
* * *
Kata mutiara dari almarhum Achmad Bakrie yang sangat menginspirasi |
* * *
* * *
Berikut, video yang saya unggah di laman youtube sepanjang acara PAB XIII 2015:
Sentilan Ahmad Tohari untuk Pemerintah yang mengabaikan Sastra
* * *
Nasionalisme yang tinggi dari Suryadi Ismadji
* * *
Cita-cita mulia Suharyo Sumowidagdo
* * *
Ruth Sahanaya melantunkan "Indonesia Jaya"
* * *
Sandy Sandoro menyanyikan "Symphoni yang Indah"
* * *
Keterangan: Seluruh foto dan video merupakan dokumentasi pribadi (www.roelly87.com)
* * *
* * *
Artikel seni dan selanjutnya:
* * *
Artikel terkait muda, seni dan sastra sebelumnya:
- Sheila On 7
- Sheila On 7
- Tipe-X
- Afgan
- RA Kosasih
- Angkie Yudistia
- Pak Raden
- Relawan Ranjau Paku
- Ade Irma Suryani
- Tukang Tambal Ban
- Taufik Hidayat
- Angkie Yudistia
- Pak Raden
- Relawan Ranjau Paku
- Ade Irma Suryani
- Tukang Tambal Ban
- Taufik Hidayat
Dari 2013 ke sekarang PAB sudah yang ke-13? Mungkin maksudnya ke-3 ya, Rul? Btw iya ih, kebayang merindingnya dengar lagu Indonesia Jaya secara live. Apalagi yang nyanyi Ruth, yang suaranya cetar membahana.
BalasHapusmaaf mbak, udah saya edit :)
Hapusmungkin keburu ngantuk nulisnya, ha ha ha
Ya, ampuun, ternyata anak muda berambut rada gondrong ini, yang menyeerangkan bunda ketika pulang dari acara IPPUDO adalah seorang penulis keren, pembidik acara dengan video yang aduhai, pembuat postingan keren dan bikin iri yang baca nih. Kenapa? Karena hadir di acara yang bergensi. Salut dari bunda buat Choirul Huda.
BalasHapussekarang saya udah ga gondrong lagi bunda...
Hapushe he he
makasih ya apresiasinya :)
tadi awalnya aku salah baca judul loh, aku pikir ahmad sobari hehehe . Apresiasi untuk karya mereka mudah-mudahan lebih eningkat lagi karyanya ya
BalasHapusaamiin...
Hapussetuju mbak, terutama kaum muda :)
Ahmad Tohari memang layak diapresiasi atas karya2nya :)
BalasHapusNia Ramadhani makin kinclong aja hehehe
iya, beliau legenda hidup sastra indonesia, bu :)
Hapusnovel ronggeng dukuh paruk itu satir banget...
baru kali ini komen pertama haha
BalasHapussilakan mas...
Hapusmakasih :)
meriah banget ya acaranya....
BalasHapusiya mas, ga sabar nunggu tahun depan di PAB XIV 2016 :)
Hapusyuk...