TyyiccClcSK3IvRCDh0sKBc4_Sg roelly87.com: Harkonas 2016 untuk Kampanye Konsumen Lebih Cerdas

Serial Catatan Harian Ojol

Serial Catatan Harian Ojol
Serial Catatan Harian Ojol

Rabu, 27 April 2016

Harkonas 2016 untuk Kampanye Konsumen Lebih Cerdas


Puncak Harkonas 2016 di Lapangan Banteng, Jakarta Pusat

"DEMI memastikan setiap jajanan di sekolah atau tempat lainnya higienis dan bebas dari zat berbahaya seperti formalin, kami kerap melakukan sidak. Setiap hari kami berkeliling ke berbagai sekolah dan pasar untuk mengecek dengan mobil yang dilengkapi laboratorium. Ini dilakukan di seluruh Indonesia," tutur Nani Budroini, Kabag Humas dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

Dalam kesempatan itu, Nani dan anggota BPOM lainnya turut memperlihatkan beberapa makanan yang diketahui mengandung formalin. Terutama yang jadi santapan sehari-hari seperi mi (basah) dan tahu.

Menurut Nani, keberadaan stan BPOM dalam Hari Konsumen Nasional (Harkonas) untuk berpartisipasi dalam rangka kampanye konsumen lebih cerdas dengan cara mengedukasi masyarakat. Terutama, agar waspada terhadap peredaran makanan, khususnya jajanan anak sehari-hari baik di sekolah atau lingkungan tempat tinggal.

"Makanan yang sudah terkena formalin bisa diketahui secara fisik. Salah satunya, mi ini yang agak kenyal, baunya berbeda, agak mengkilap, dan susah putus. Bagi masyarakat umum yang ingin mengecek apakah kandungan makanan terkandung formalin atau tidak, bisa mendatangi BPOM yang tersebar di seluruh Indonesia," Nani, mengungkapkan.

*        *        *
MATAHARI tampak malu-malu memancarkan sinarnya pada pagi itu, Selasa (26/4). Langit di atas ibu kota tampak gelap pertanda sang dewi akan mencurahkan segenap kemampuannya. Terbukti, rinai pun seperti enggan menjauh dari saya saat membelah jalan menuju Lapangan Banteng, Jakarta Pusat.

Saat itu, saya bersiap untuk menghadiri acara puncak peringatan Hari Konsumen Indonesia (Harkonas) bersama empat rekan Kompasiana. Sambil menunggu registrasi, saya larut dalam perbincangan dengan Rahab Ganendra, Tamita Wibisono, Dewi Puspa, dan Yudha Pratomo selaku perwakilan dari admin Kompasiana.

Acara yang berlangsung seharian itu sedianya akan dibuka Presiden Indonesia Joko Widodo. Namun, karena ada urusan penting, pria yang akrab disapa Jokowi itu urung hadir dan diwakili Thomas Lembong yang menjabat sebagai Menteri Perdagangan.

Sepenglihatan mata yang saya kenal, tampak beberapa menteri dari Kabinet Kerja turut hadir beserta perwakilan dari berbagai instansi, institusi, dan Organisasi Kemasyarakatan (Ormas) berbagai agama. Tak lupa, puluhan guru, dosen, siswa SMP, SMA, mahasiswa, hingga kami sebagai blogger yang mewakili Kompasiana, larut dalam puncak Harkonas yang setiap tahun diperingati setiap 20 April.

Selain stan BPOM, terdapat beberapa lembaga pemerintah yang ikut dalam pameran dengan lokasi di sisi kiri panggung. Seperti Bank Indonesia (BI), Badan Standardisasi Nasional (BSN), Direktorat Pengawasan Barang Beredar dan Jasa, Direktorat Metrologi, Direktorat Standardisasi Pengendalian Mutu, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), Komunitas Konsumen Cerdas (Kokomcer), Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK), dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Untuk yang terakhir, kebetulan tidak asing lagi bagi saya. Sebab, 5 Maret lalu turut menghadiri acara yang diadakan Kompasiana bersama OJK dan salah satu bank syariah.

"Sebagai konsumen, kita harus lebih 'cerewet' seperti di Korea (Selatan) dan Jepang. Yaitu, untuk menuntut kualitas dari produk dan jasa yang dikonsumsi agar produsen menghasilkan yang berkualitas," kata Lembong, 45 tahun. "Dengan ini diharapkan mendorong pelaku usaha untuk lebih bertanggung jawab dalam memperdagangkan barang atau jasa. Baik produk lokal atau impor."

Apa yang dikatakan lulusan Harvard University ini beralasan. Pada era teknologi seperti sekarang, tidak sulit untuk mengetahui apakah produk yang kita pakai berkualitas atau tidak. Banyak lembaga pemerintah atau independen yang bisa memverifikasi suatu produk atau jasa.

Misalnya, OJK dan BI pada perbankan, serta keamanan pada BPOM dan BSN. Sementara, jika konsumen merasa dirugikan, bisa mengadukan produsen atau pelaku usaha ke BPSK, YLKI, atau Kokomcer. Yang menarik, berbagai lembaga tersebut sudah memiliki website resmi dan akun media sosial seperti facebook dan twitter yang memudahkan kita untuk melakukan pengaduan.

*        *        *
Jadi ingat festival payung...

*        *        *
Sisi panggung dan berbagai stan pameran dengan latar Gereja Katedral

*        *        *
Kami, Power Rangers eh salah, blogger Kompasiana

*        *        *
Pemeriksaan ketat dari Paspampres sebelum masuk lokasi

*        *        *
Hari Konsumen Nasional 2016 dibuka Dirjen Perlindungan Konsumend an Tertib Niaga Syahrul Mamma
*        *        *
Penandatanganan Nota Kesepahaman untuk edukasi konsumen antara Mendag Thomas Limbong dan perwakilan Ormas serta Perguruan Tinggi

*        *        *
Mendag Thomas Lembong menabuh gendang untuk membuka Perayaan Puncak Harkonas 2016 bersama Menteri Perencanaan Pembangunan Sofyan Djalil, Menteri Sosial Khofifah Indar, Kepala Badan Ekonomi Kreatif Triawan Munaf, dan Dirjen Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga Syahrul Mamma.
*        *        *
Stan OJK yang memberi edukasi mengenai keuangan

*        *        *
Saya di stan Badan Standardisasi Nasional

*        *        *
Dua dari sekian produk yang tidak berstandar SNI ini ada di rumah saya...

*        *        *
Contoh produk SNI yang meliputi mainan anak

*        *        *
Mahasiswi dari Universitas Singaperbangsa Karawang menjelaskan tentang Kokomcer

*        *        *
Kabag Humas BPOM Nani Budroini dan rekannya mempraktekkan cara mengenali makanan yang mengandung formalin

*        *        *
Beberapa makanan yang terindikasi formalin beserta alat untuk mengetesnya

*        *        *
Pojok Kuliner yang berisi makanan dalam Harkonas dengan latar Monumen Pembebasan Irian Barat

*        *        *

Video reportase Harkonas untuk membedakan makanan mengandung formalin atau tidak
*        *        *

- Jakarta, 27 April 2016

3 komentar:

  1. wih keren.. emang sekarang kita musti hati2 dlm memilih makanan, apalagi utk anak2 kita..soalnya sudah tidak sedikit makanan yg mengandung formalin atau bahan2 lain yg berbahaya utk kesehatan

    BalasHapus
    Balasan
    1. setuju mas. terima kasih atas tambahannya :)

      yuk, kita kampanye kepada keluarga agar selalu waspada sebelum emmakan sesuatu...

      Hapus
  2. sekarang sih mainan aja harus punya SNI ya. harus lebih teliti lagi waktu beli produk

    BalasHapus

Maaf ya, saat ini komentarnya dimoderasi. Agar tidak ada spam, iklan obat kuat, virus, dan sebagainya. Silakan komentar yang baik dan pasti saya kunjungi balik.

Satu hal lagi, mohon jangan menaruh link hidup...

Terima kasih :)