TyyiccClcSK3IvRCDh0sKBc4_Sg roelly87.com: juventini

Serial Catatan Harian Ojol

Serial Catatan Harian Ojol
Serial Catatan Harian Ojol
Tampilkan postingan dengan label juventini. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label juventini. Tampilkan semua postingan

Rabu, 07 Mei 2025

Selamat untuk Inter, Salam dari Juventini

Selamat untuk Inter, Salam dari Juventini


Simone Inzaghi, Lautaro Martinez, dan 
skuat Inter lainnya saat merayakan kemenangan atas Barcelona 4-3 di semifinal Liga Champions 2024/25
(Foto: Inter.it)


SELAMAT untuk FC Internazionale Milano. Sebagai Juventini -julukan fan Juventus-, saya sangat bangga dengan perjuangan klub asuhan Simone Inzaghi tersebut.

Berstatus tidak diunggulkan di Liga Champions 2024/25, ternyata Inter sukses melaju ke final. Bahkan, dini hari WIB tadi mampu meruntuhkan hegemoni Barcelona di semifinal, skor 4-3, agregat 7-6.

I Nerazzurri pun melangkah ke babak puncak kompetisi antarklub terelite di dunia ini. Sekaligus, yang kedua dalam tiga tahun terakhir setelah 2022/23.

Eh bentar...

Saya merupakan Juventini.

Penggemar La Vecchia Signora sejak 1994. 

Terus, ngapain harus ngucapin selamat kepada Inter? Secara, dua klub ini merupakan rival.

Bahkan, skala permusuhanya jauh lebih besar bagi Inter, ketimbang meladeni tetangganya, AC Milan. Pun demikian, Juve ga terlalu menganggap FC Torino, sebagai saingannya.

Derby d'Italia jadi julukan panasnya rivalitas Juve dan Inter. Khususnya, sejak skandal calciopoli pada 2006 silam.

Maklum, sebelumnya kedua tim sama-sama tidak pernah degradasi. Namun, usai Piala Dunia di Jerman, situasi berbalik.

Juve harus turun ke Serie B akibat sanksi. Sementara, Inter merajai Italia hingga puncaknya treble winners 2009/10 di bawah nakhoda Jose Mourinho.


*        *        *


JUJUR aja, secara pribadi, saya ga punya ekspektasi apa-apa terhadap Liga Champions musim ini. Sebab, Juve udah tersingkir di fase play-off.

Bagi saya, ya sudah. Saya pun kurang antusias melihat perkembangan lanjutan kasta tertinggi kompetisi antarklub di Eropa ini.

Namun, sebagai penggemar sepak bola, saya iseng mengintip persaingan di UEFA Champions League (UCL) sejak perempat final. Ternyata, masih ada wakil Italia yang melaju.

Yaitu, Inter yang bergabung dengan Barcelona, Arsenal, dan Paris Saint Germain di babak empat besar.

Jelas, saya sangat mendukung Inter. Bagaimanapun, itu klub dari Italia.

Sebagaimana saya mendukung AS Roma di final Europa League dua musim lalu dan AFC Fiorentina (Conference League).

Bisa dipahami mengingat sejak kecil saya selalu menyaksikan perkembangan sepak bola Italia. Baik di level klub maupun tim nasional (timnas).

Itu mengapa, meski Juventini, saya selalu antusias menonton wakil Italia lainnya jika berkiprah di Eropa. Entah itu Inter, Milan, Roma, Napoli, Fiorentina, Atalanta, dan sebagainya.

Intinya, di Serie A, rivalitas Juve dengan klub lainnya memang sengit. Namun, di Eropa, jelas sesama wakil Italia harus didukung.

Sama halnya di dalam negeri. Saya penggemar Persija Jakarta dan Persib Bandung. Namun, jika ada wakil Indonesia bermain di kompetisi Asia, seperti Persebaya Surabaya, Bali United, Sriwijaya FC, PSM Makassar, Persipura Jayapura, dan sebagainya, hukumnya wajib didukung.

Pun demikian di level timnas. Siapa pun pemain dan asal klubnya, baik lokal maupun keturunan, jika sudah mengenakan jersey Merah-Putih, harus didukung.

Moga Indonesia lolos ke Piala Dunia 2026... Aamiin!


*        *        *


KENAPA harus mendukung Inter?

Simpel aja, selain sesama wakil Serie A, juga terkait koefisien antarklub Eropa. Agar, ranking Italia naik hingga memberikan tiket lebih untuk wakilnya di Liga Champions.

Apalagi, sejak 2010, tidak ada klub Italia yang menggenggam si Kuping Lebar. Juve dua kali ke final pada 2014/15 dan 2016/17.

Namun, langkah si Nyonya Besar selalu jadi runner-up. Pada edisi terakhir paling menyakitkan, saya yang udah jauh-jauh nonton di Millennium Stadium, Cardiff, Wales, tak kuasa menahan kesedihan akibat Juve dipermalukan Real Madrid 1-4.

Duh...!

Dua tahun lalu, Inter pun takluk 0-1 dari Manchester City. Saya pun berharap, musim ini giliran Lautaro Martinez dan kawan-kawan yang mengangkat trofi UCL.

Jika terwujud, itu bakal jadi hadiah bagi penggemar sepak bola Italia yang wakilnya puasa gelar dalam 15 tahun terakhir.

Sekaligus, jadi kado terindah bagi teman-teman Interisti di kolong langit. Maklum, impian mereka untuk menyaksikan treble sudah pupus.

Secara, Inter sudah tersisih di semifinal Coppa Italia akibat takluk dari Milan, agregat 1-4.

Sejatinya, peluang La Beneamata di Serie A masih terbuka mengingat sekarang masih pekan ke-35. Alias, menyisakan tiga pertandingan lagi dengan maksimal sembilan poin.

Masalahnya, saat ini Inter hanya berada di posisi kedua dengan 74 poin di bawah Napoli (77). Situasi ini sangat pelik bagi mereka.

Maklum, Napoli sangat tangguh sejak ditangani Antonio Conte. Aktor kebangkitan Juve pada 2011-2014 dan Inter (2019-2021).

He... He... He...

Untuk meraih scudetto, Inter harus menyapu bersih kemenangan dan berharap Napoli terpeleset.

Ya, terserahlah, siapa pun yang memenangkan Serie A musim ini. Saya ga terlalu peduli.

Saya hanya berharap Juve mampu mengakhiri Serie A musim ini di urutan keempat demi main di Liga Champions 2025/26.

Sekali lagi, selamat untuk Inter yang melaju ke final Liga Champions 2024/25. Semoga Lautaro kembali gacor hingga merebut Ballon d'Or!


*        *        *


- Jakarta, 7 Mei 2025


*        *        *


Artikel terkait: 


- Tanpa Mourinho, AS Roma Tak Lagi Sama (https://www.roelly87.com/2024/01/tanpa-mourinho-as-roma-tak-lagi-sama.html)

- (Galeri Foto) Jadi Saksi Kekalahan Juventus dari Madrid di Final Liga Champions 2016/17 (https://www.roelly87.com/2017/06/saksi-juventus-di-final-liga-champions.html)

- Abu-abu dalam Derby della Madonnina (https://www.roelly87.com/2017/10/abu-abu-dalam-derby-della-madonnina.html)

- Pria Sejati Tidak Akan Pernah Tinggalkan Kekasihnya (https://www.roelly87.com/2021/03/pria-sejati-tidak-tinggalkan-kekasihnya.html)

- Juve yang Sekarang Bukan Juve yang Dulu (https://www.roelly87.com/2021/05/juve-yang-sekarang-bukan-juve-yang-dulu.html)

- Wawancara Eksklusif Andrea Pirlo (https://www.roelly87.com/2014/09/wawancara-eksklusif-andrea-pirlo.html)

- Wawancara Eksklusif Giorgio Chiellini (https://www.roelly87.com/2014/09/wawancara-eksklusif-giorgio-chiellini.html)

- Wawancara Eksklusif Claudio Marchisio (https://www.roelly87.com/2014/10/wawancara-eksklusif-claudio-marchisio.html)

-

- (Kilas Balik) Juventus Tur di Indonesia 2014 (https://www.roelly87.com/2017/04/kilas-balik-juventus-tur-di-indonesia.html)

- Trofi Liga Champions yang Dekat di Mata tapi Jauh di Hati (https://www.roelly87.com/2017/04/trofi-liga-champions-yang-dekat-di-mata.html)

- Akhir Tragis dari Strategi Memunggungi Sungai ala Han Xin (Bei Shui Yi Zhan) (http://www.roelly87.com/2016/03/akhir-tragis-dari-strategi-memunggungi.html)

- Diego Milito dan Angka 22 (http://www.roelly87.com/2014/11/diego-milito-dan-angka-22.html)


....

Rabu, 17 Januari 2024

Tanpa Mourinho, AS Roma Tak Lagi Sama

 Tanpa Mourinho, AS Roma Tak Lagi Sama

Jose Mourinho melambaikan tangan 
kepada fan AS Roma
(Foto: IG @josemourinho)


AKHIRNYA, hari penantian itu tiba. AS Roma resmi memecat Jose Mourinho.

Keputusan yang diumumkan Selasa (16/1) itu memang mengundang pro dan kontra. Banyak yang setuju.

Pada saat yang sama, tidak sedikit menolak. Saya termasuk yang kecewa.

Serius?

Yoi.

Saya merupakan Juventini alias fan Juventus sejak 1994. Namun, saya juga penggemar sepak bola yang bebas.

Apa pun itu. Baik klub, tim nasional (timnas), pemain, hingga pelatih.

Nah, saya mengidolai Mourinho sejak 2004 silam. Tepatnya, saat pria asal Portugal ini menangani Chelsea.

Ketika itu, Mou baru saja membawa Porto juara Liga Champions. Tanpa ragu, pria kelahiran 26 Januari 1963 ini menahbiskan sebagai "The Special One".

Mulut besarnya terbukti. Mourinho sukses menghapus dahaga Chelsea di Premier League dengan juara beruntun 2004/05 dan 2005/06.

Sisanya, adalah sejarah.

Btw, kemarin berita pemecatan Mourinho membuat media sosial (medsos) jadi ramai. Bahkan mampu melewati info copras-capres.

Hanya di bawah berita timnas Indonesia dan Piala Asia 2023. Kekalahan dari Irak memang kontroversial sih.

Semoga Garuda segera bangkit. Berharap bisa meraih kemenangan pada dua laga selanjutnya di fase grup kontra Jepang dan Vietnam.

Aamiin...

*       *       *

LANJUT ke Mourinho. Saya ogah menulis terkait pemecatan karena sudah ramai di media, baik nasional dan luar.

Yang menarik soal gaungnya di medsos. Terutama di X (twitter).

Sahut-sahutan antarfan dari penjuru dunia pun ramai. Padahal Roma bukan klub raksasa.

Di Italia saja, "I Giallorossi" hanya cukup masuk tujuh besar. Di bawah Juventus, AC Milan, FC Internazionale, Napoli, Lazio, dan Fiorentina.

Eh, jadi inget Il Sette Magnifico alias tujuh tim terkuat Serie A pada 1990-an. Hanya, ketika itu Parma yang menggantikan posisi Napoli.

Dah, lanjut.

Yang membuat Roma ramai diperbincangkan karena faktor Mourinho. Suka tidak suka, justru keberadaan mantan penerjemah Sir Bobby Robson tersebut sangat menentukan.

Saya aja yang Juventini kerap bela-belain nonton pertandingan yang melibatkan Roma. Bahkan, rutin komentar di beberapa komunitas grup Facebook antarfan "Serigala Ibukota".

Sesuatu hal yang jarang terjadi pada klub lain. Kebetulan, selain Juve, saya juga mengikuti grup Inter, Milan, Perugia, Manchester United, Chelsea, Real Madrid, Real Zaragoza, dan Tottenham Hotspur.

Eh, serius dengan nama terakhir? Yupz.

Mou pernah menangani Hotspur. Meski, perjalanannya ya begitu.

Ha... Ha... Ha...

Dah cukup mukadimahnya. Kini, lanjut terkait Mou.

Bagi saya, sejak kemarin, Roma tidak lagi sama. Tentu, saya tetap menyimak perkembangan Il Lupi.

Hanya, tidak lagi intens seperti saat masih ditangani Mourinho. Saya yakin, pemikiran ini juga dialami segenap tifosi lainnya.

Sebab, yang saya tahu, mayoritas penggemar baru Roma berkat keberadaan Mou. Itu fakta.

Begitu juga dengan pemain. Saya ragu Paulo Dybala dan bintang lainnya bakal bertahan musim depan tanpa kehadiran Mou.

Kemungkinan, akhir musim bakal pada eksodus. Kecuali, jika manajemen Roma mampu memberikan tawaran yang tidak bisa ditolak mereka.

Berharap aja Presiden Roma Dan Friedkin seperti Vito Corleone...

Eh salah. Yang bener, Florentino Perez, Roman Abramovich, Massimo Moratti, hingga almarhum Silvio Berlusconi. 

Keempatnya merupakan pemilik klub yang enteng mengeluarkan dana demi membangun skuat terbaik. Sementara, Friedkin? 

Ya... 

Gitu!

Patut ditunggu langkah Il Gialorossi dengan nakhoda anyar. Saya berharap tanpa Mou pun, Roma bisa berbicara banyak di Serie A dan Liga Europa.

Harapan dari seorang Juventini yang merupakan fan Mourinho.

Terus, bagaimana dengan langkah Mou selanjutnya?

Entahlah. 

Ada rumor, Mou bakal ke Arab Saudi. Tawaran gaji yang sangat besar tentu begitu menggoda.

Apalagi, Mourinho sudah kepala enam. Usia yang cukup untuk menyudahi petualangan di level klub Eropa dengan gelimang gelar.

Atau, bisa jadi Mou bakal menakhodai negaranya? Itu tergantung hasil Portugal di bawah asuhan Roberto Martinez pada Piala Eropa 2024 di Jerman nanti.

Apa pun itu, saya selalu mendukung klub atau timnas yang dilatih Mou.

Grazie, Mou!***

*       *       *

- Jakarta, 17 Januari 2023


*       *       *

Artikel Terkait:








Selasa, 18 November 2014

Nike Laporkan Juve ke Pengadilan Arbitrase



Jersey Juve dengan sponsor Nike yang bermasalah (sumber foto: forzaitalia.com)


PERSELISIHAN di antara pihak Nike dan Juventus tampaknya bakal menjadi lebih terbuka. Hal itu menyusul pengaduan yang dilayangkan brand asal Amerika Serikat (AS) ke pengadilan arbitrase Italia. Menurut Nike, kubu "I Bianconeri" telah melanggar kontrak sponsorship yang disepakati keduanya pada 16 November 2001. Yang menarik, permasalahan itu justru timbul ketika kerja sama mereka memasuki masa-masa akhir.

Kontrak Nike dengan Juve akan berakhir pada 30 Juni 2015. Dan sejak satu setengah tahun lalu, kedua pihak memutuskan untuk mengambil jalan masing-masing. Kubu "si Nyonya Besar" sendiri sudah menggandeng Adidas sebagai sponsor baru. Terkait tuduhan pelanggaran kerja sama yang diadukan cabang Nike European Operation Netherlands, Juve pun langsung menanggapi.

"Tidak ada bukti-bukti yang mendukung tuduhan Nike tersebut. Namun, Juventus akan selalu membahasnya dalam pengadilan arbitrase yang disebutkan," demikian keterangan yang disampaikan klub milik keluarga Agnelli itu. Adapun awal perselisihan antara Juve dan Nike sebetulnya sudah dimulai pada 2012, tepatnya usai momen scudetto pertama era Antonio Conte.

Menurut hitungan resmi Federasi Sepak Bola Italia (FIGC), Juve mengumpulkan total 28 gelar juara Seri A Liga Italia. Namun, "I Bianconeri" bersikeras menghitung dua gelarnya yang dicabut (sanksi skandal Calciopoli) dan menganggap telah meraih 30 scudetto. Mereka pun memaksa Nike untuk tetap mencantumkan tiga bintang di kostum tim. Pada akhirnya, penolakan keras FIGC membuat kubu Juve mencari jalan.

Jadilah mereka mencoba mengakalinya dengan membuat tulisan "30 Sul Campo" (30 scudetto di lapangan). Dan, hal ini membuat Nike kebingungan merancang desain kostum anyar Juve musim 2012/13, lantaran segala persiapan telah dilakukan sejak 18 bulan sebelum peluncuran resmi. Keterangan kedua pihak kian memuncak setelah juve tak terima jika sponsor mereka itu ikut campur dalam urusan internal.

Kemungkinan karena itu juga, Juve akhirnya memutuskan menggandeng Adidas, yang notabene rival dagang Nike. Adapaun bersama aparel asal Jerman itu, tim asuhan Massimiliano Allegri akan dikontrak enam tahun ke depan (2021) dengan nilai kerja sama mencapai 31,5 juta euro (Rp 479 miliar). Nike yang tidak terima akhirnya melayangkan gugatan menyerang Juve.*

Daftar Sponsor Juventus

Tahun (Aparel) Sponsor
1979-82 (Kappa) Ariston
1982-92 (Kappa) UPIM
1992-95 (Kappa) Danone
1995-98 (Kappa) Sony
1998-99 (Kappa) D+Liberta digitale/Tele+
1999-00 (Kappa) CanaSatellite/D+Liberta digitale/ Sony
2000-01 (Lotto) Sportal.com/Tele+
2001-02 (Lotto) Fastweb/Tu Mobile
2002-03 (Lotto) Fastweb/Tamoil
2003-04 (Nike) Fastweb/Tamoil
2004-05 (Nike) Sky Sport/Tamoil
2005-07 (Nike) Tamoil
2007-10 (Nike) Fiat Group (New Holland)
2010-12 (Nike) BetClic/Baloco
2012-15 (Nike)  FIAT S.p.A - Jeep
2015-21 (Adidas) ?

Emblem "30 Sul Campo" yang memicu konflik Juve-Nike (sumber soccerjerseyworl.com)

Artikel Juventus sebelumnya:
- Kostum Buffon Selamat dari Banjir
Ketika Perayaan 500 Pertandingan Buffon Ternoda
- Pirlo sang Maestro Tendangan Bebas
40 Tahun Alessandro Del Piero
- Fan Indonesia Diservic Chiellini
JCI Konvoi Scudetto Ke-30
Dua Sisi Juventus: Belum Layak Tampil di Eropa
Kembalinya "Il Sette Magnifico"
Wawancara Eksklusif Claudio Marchisio
Wawancara Eksklusif Andrea Pirlo
Wawancara Eksklusif Giorgio Chiellini

Artikel ini dimuat di Harian TopSkor 15 November 2014





Kamis, 13 November 2014

Kostum Buffon Selamat dari Banjir



Debut Buffon di Moskow (sumber foto: Corrierro della Sports)


MOSKOW, 29 Oktober 1997, akan selalu dikenang Gianluigi Buffon. Dalam udara yang sangat dingin, dia menjalani debut sebagai kiper tim nasional Italia pada kualifikasi Piala Dunia 1998 melawan Rusia.

Mengenakan kostum berwarna abu-abu lengan pendek, pemuda 19 tahun itu menuju bawah mistar gawang. Saat itu, dia menggantikan seniornya, Gianluca Pagliuca yang menderita cedera lutut. Meski itu pengalaman pertamanya, tak terlihat keraguan di wajah Buffon. Kewaspadaannya dan refleksnya disetel sejak menit awal.

Pemain yang mengenakan kostum nomor 12 itu berhasil menghalau tembakan Dimitry Alenichev. Namun, Buffon dikhianati rekannya, Fabio Cannavaro yang menyarangkan gol bunuh diri. Pertandingan tidak berakhir buruk untuk portiere debutan.

"Di akhir laga, saya membeku dan gemeteran. Butiran salju terus menerpa wajah saya," kata pemain berjulukan Super Gigi itu, mengenang. "Kala itu saya melakukan penyelamatan yang hebat. Jujur, Cannavaro telah menghancurkan hari saya. Dia mencetak gol bunuh diri sehingga Rusia meraih hasil imbang."

Sebagai pengingat momen penting dalam kariernya, Buffon pun menyimpan kostum tersebut di rumah orangtuanya. Setelah 17 tahun bersejarah, seragam monumental itu kembali menjadi buah bibir awal pekan ini.

Pada 8 November lalu, banjir besar melanda sebagian wilayah Toscana dan Liguria. Air bah pun menerjang kota Carrara yang merupakan tempat tinggal orangtua Buffon. Bencana itu merusak infrastruktur dan pemukiman penduduk.

Rumah kiper Juventus itu, kecuali kamar tidur yang ada di lantai atas, luluh lantak. Akibatnya, semua perabotan di ruang tamu dan dapur rusak dan kotor sehingga terpaksa dibuang. Untung saja, Ibu Buffon, Maria Stella Mosocco sempat menyelamatkan kostum pertama puteranya di timnas. Sementara, kostum lainnya hanyut tersapu banjir.

Pemegang rekor nasional tolak peluru putri tahun 1972-1989 itu sekarang disibukkan dengan kegiatan bersih-bersih pasca air bah.

Sebenarnya, Gigi juga ingin berada di sini membantu membersihkan lumpur bersama teman-temannya. Tapi, dia tidak bisa karena padatnya jadwal klub," kata Maria Stella.***


Artikel terkait:

- Ketika Perayaan 500 Pertandingan Buffon Ternoda
- 40 Tahun Alessandro Del Piero
- JCI Konvoi Scudetto Ke-30
- Dua Sisi Juventus: Belum Layak Tampil di Eropa
- Kembalinya "Il Sette Magnifico"
- Wawancara Eksklusif Claudio Marchisio
- Wawancara Eksklusif Andrea Pirlo
- Wawancara Eksklusif Giorgio Chiellini

Artikel ini dimuat di Harian TopSkor edisi 12 November 2014











Kamis, 08 Mei 2014

JCI Konvoi Scudetto Ke-30

Selebrasi Ratusan Juventini di Bundaran HI


RATUSAN kendaraan Juventini –fan Juventus– membelah malam kota Jakarta. Mereka bukan sedang melakukan demonstrasi atau hura-hura di saat sebagian besar warga terlelap. Melainkan, ratusan Juventini itu sedang merayakan keberhasilan Juventus meraih scudetto ke-30 di Seri A.

Mereka yang tergabung dalam Juventus Club Indonesia (JCI) tengah bersuka cita. Sebab, scudetto tahun ini merupakan yang ketiga beruntun sejak 2011/12. Pencapaian itu, sudah tentu menjadi kebanggaan bagi Juventini di seluruh dunia, termasuk Indonesia.

Sebelum konvoi selebrasi juara yang melewati rute Pancoran-Menteng-Bundaran HI. Terlebih dulu mereka nonton bareng (nonbar) Juventus versi Atalanta. Lapangan futsal Vidi Arena, Jakarta, Selasa (6/5) dini hari WIB jadi saksi kebahagiaan Juventini di Indonesia. Sebab, saat itu Juventus menahbiskan sebagai yang terbaik di Seri A usai membekuk Atalanta, skor 1-0.

Meski, kepastian gelar itu sudah didapat sehari sebelumnya sejak AS Roma ditekuk Catania (1-4). Namun, antusiasme Juventini Indonesia untuk menyaksikan tim kesayangannya bertanding melalui layar lebar tetap tinggi. Itu terjadi pada menit ke-72 setelah Simone Padoin menjadi pencetak gol tunggal kemenangan atas Atalanta.

Puncaknya ketika wasit Andrea De Marco meniup peluit panjang tanda berakhirnya laga. Seketika ruangan Vidi Arena bergemuruh karena teriakan histeris ratusan Juventini. Maklum, skor 1-0 itu membuat Juventus kembali jadi yang terbaik. Bukan hanya musim ini, melainkan juga dalam tiga tahun terakhir sukses melampaui prestasi beberapa rival.

“Ini musim terbaik Juventus di Seri A,” ujar Muhamada Halimi, salah satu Juventini asal Bogor. “Mereka juara tiga kali beruntun dengan melibas AS Roma, Napoli, AC Milan, dan FC Internazionale. Hebatnya lagi, pasukan (Antonio) Conte melakukannya secara murni di lapangan. Tanpa bantuan wasit seperti yang ditujukan tim sebelah.”

Hal serupa dikatakan pentolan JCI chapter Jakarta, Ridwan Abdul Ghany, yang menyebut ini musim spesial bagi Juventus. Lantaran, Andrea Pirlo dan kawan-kawan berhasil meraih scudetto meski pada awal musim sempat tertinggal jauh dari Roma.

 “Saat ini, Juventus sudah lebih tajam dengan keberadaan bomber hebat seperti (Carlos) Tevez dan (Fernando) Llorente. Tidak seperti musim lalu yang mengandalkan lini tengah. Kekurangannya, Juventus belum mampu berbicara di kancah Eropa. Saya berharap, musim depan, target mereka tidak hanya Seri A, tapi juga Liga Champions,” ujar Ridwan.


“Setelah ini, kami juga akan mengadakan nonbar melawan Roma pekan depan. Puncaknya pada duel terakhir menjamu Cagliari akan ada pawai dari JCI dan juga anggota Juvedona (fan Juventus wanita). Untuk konvoi kali ini, kami senang karena berlangsung tertib sepanjang jalan dan seluruh anggota pada memakai helm,” Ridwan melanjutkan.*


*        *        *
Pawai membelah kota Jakarta


*        *        *

Dua Juventini berfoto sejenak...


*        *        *
Artikel ini dimuat di Harian TopSkor edisi 7 Mei 2014

Sabtu, 18 Mei 2013

Fan Indonesia Diservis Chiellini

Dedikasi Chiellini untuk Idola
Ponco ‘diservis’ habis-habisan oleh pemain idola dan keluarganya, termasuk menyaksikan inaugurasi scudetto Juve.

Aktivitas Ponco bersama Chiellini (Harian TopSkor)


BANYAK suporter sepak bola yang kerap merelakan segalnya demi tim idola. Itu seperti yang dilakukan Manolo el del Bombo, setia mendukung timnas Spanyol sejak Paila Dunia 1982. Dari level klub, ada William Gelsumino yang antusias menyaksikan tim kesayangannya, Pescara, meski sudah dipastikan terdegradasi ke Seri B.

Namun, tidak ada yang menandingi “kegilaan” Ponco Pamungkas. Ya, sosok berusia 27 tahun ini begitu setia mendukung aksi Giorgio Chiellini. Saking ngefans terhadap bek Juventus tersebut, Ayah satu putri ini kerap bolak-balik dari kediamannya di Jakarta ke Turin, markas Juve!

Itu semua demi menyambangi pemain kesayangannya bertanding. Jarak 11 ribu kilometer yang memisahkan kedua kota itu tidak menyurutkan minatnya menemui Chiellini. Itu terjadi hampir beberapa kali dalam satu periode kompetisi di Seri A Italia. Teranyar, Ponco melakoninya saat menyaksikan inaugurasi scudetto Juve, Minggu (11/5).

Bahkan, sosok yang berkecimpung di dunia informatika dan teknologi ini menonton langsung melalui kursi kehormatan di Juventus Stadium. Menariknya, Ponco mendapatkan akses tersebut tanpa mengeluarkan uang sepeser pun, alias gratis. Ya, pria kelahiran Bogor ini ditraktir langsung oleh sang idola, Chiellini.

Tidak hanya nonton bareng, tapi Ponco juga diminta menemani Chiellini tiga hari berturut-turut. Mulai dari menginap di kediaman sang idola hingga konvoi perayaan scudetto Juve bersama keluarga dan pacar Chiellini. Semua itu dipersembahkan khusus dari bek yang identik dengan nomor kostum tiga tersebut kepada Ponco.

Berawal dari Twitter

Hanya, itu semua diraih tidak dalam sekejap mata layaknya bim salabim. Sebab, Ponco telah melakukan semua itu sejak pertama kali mengenal Chiellini di Juve, tahun 2006. Saat itu, salah satu pentolan Juventus Club Indonesia (JCI) ini mencoba untuk mendedikasikan kesungguhannya terhadap Chiellini melalui media sosial.

Ponco rajin mengupdate berita dan foto, mengenai Chiellini di blog pribadi, twitter dan facebook. Hingga, pertengahan 2012, Chiellini menyadari ada tifosi setianya di Indonesia yang kerap menyaksikan pertandingan Juve, dan mengumpulkan info tentang dirinya. Alhasil, Ponco diundang langsung ke Turin bertemu Chiellini sampai akrab.

“Chiellini itu sosok yang bersahaja. Dia sangat apresiasi terhadap penggemarnya, terutama yang dari jauh. Saya sampai ‘diservis’ habis-habisan oleh Chiellini dan seluruh keluarganya selama tiga hari. Bahkan, saat saya hendak pamit pulang, Chiellini rela membawa koper dan mengantarkannya naik Jeep ke bandara Caselle, di Turin,” tutur Ponco bangga.

Kini, sekembalinya di tanah air, Ponco kembali diberi hadiah kejutan oleh Chiellini. Ya, Ponco diserahi hak istimewa memuat berita mengenai Chiellini di sebuah website, chiellinindonesia.com. Selain itu, Ponco juga dipercayakan untuk menerjemahkan berbagai informasi di website resmi Chiellini di giorgiochiellini.com ke dalam bahasa Indonesia.

“Kita semua bisa melakukannya, asal ada kemauan. Yang terpenting, lakukan sesuatu untuk idola tanpa mengharapkan imbalannya. Toh, kelak sang idola itu lambat laun akan menyadarinya,” Ponco, mengungkapkan.***

Artikel ini dimuat di Harian TopSkor edisi 17 Mei 2013