TyyiccClcSK3IvRCDh0sKBc4_Sg roelly87.com: Juventus Club Indonesia

Serial Catatan Harian Ojol

Serial Catatan Harian Ojol
Serial Catatan Harian Ojol
Tampilkan postingan dengan label Juventus Club Indonesia. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Juventus Club Indonesia. Tampilkan semua postingan

Jumat, 04 Oktober 2019

Claudio Marchisio dan Babak Baru Dimulai


Saya foto bersama Claudio Marchisio usai wawancara saat Juventus
mengunjungi Tanah Air pada 2014 silam
(Foto: Harian TopSkor)

DI kolong langit ini tiada yang abadi. Ada yang datang, sudah pasti (harus) ada yang pergi. Pun demikian dalam sepak bola.

Bintang baru bermunculan
. Sementara, yang tersisa seperti terengah-engah. Kendati, ada beberapa yang coba bertahan. Hanya, itu perbandingannya jomplang.

Sementara
, yang memudar justru bejibun...

Penggemar Seri A
, terutama fan Juventus, gempar pada Kamis (3/10). Itu terkait keputusan Claudio Marchisio untuk gantung sepatu. Ya, bagi saya, Anda, atau kalian yang merupakan Juventini -julukan fan Juventus- tentu tidak asing dengan pria kelahiran 19 Januari 1986 tersebut.

Marchisio jadi salah satu simbol Juventus pada dekade ini
. Bahkan, disebut sebagai penerus Alessandro Del Piero. Apalagi, mengingat Marchisio merupakan jebolan asli akademi Juventus. Di sisi lain, Del Piero direkrut dari Padova pada 1993 yang bertahan dengan I Bianconeri hingga 2012 silam.

Nah, sejak Del Piero hijrah ke Sydney FC, Marchisio secara tidak langsung didapuk sebagai penerusnya. Fan menjulukinyaIl Principino alias sang pangeran kecil. Wajar saja mengingat Marchisio berseragam Juventus sejak 2005 hingga 2018 silam.

Dalam periode itu, dia hanya sekali disekolahkan ke ke Empoli pada 2007/08. Karena satu hal, dua musim lalu, Marchisio memutuskan hengkang dari Juventus. Zenit Saint Petersburg yang berkiprah di Liga Primer Rusia jadi pelabuhan berikutnya. Sempat tampil dalam 15 pertandingan, akhirnya 1 Juli lalu, Marchisio mengakhiri kontraknya.

Saat ini, usianya baru 33 tahun. Di Italia, usia tersebut masih tergolong produktif. Apalagi, mengingat posisinya sebagai gelandang. Sebagai catatan, Del Piero (striker) masih berseragam Juventus hingga 38 tahun. Pun demikian dengan legenda hidup AS Roma, Francesco Totti yang mencapai 41 tahun.

Namun, keputusan Marchisio sudah bulat. Sebagai fan, tentu saya sangat menghormati apa pun pilihannya. Kendati, harus diakui merasa kehilangannya. Maklum, Marchisio memegang peranan penting dalam kebangkitan Juventus usai calciopoli. Termasuk, berkontribusi atas tujuh scudetti serta dua kali ke final Liga Champions.

*          *          *

APALAGI, saya memiliki kesan khusus terhadapnya. Ya, Marchisio sangat ramah saat diwawancarai ketika Juventus tur di Indonesia pada 2014 silam. 

Terlebih, pertemuan itu sangat eksklusif mengingat saya ditugaskan kantor, Harian TopSkor khusus untuk menyambut skuat Juventus. Selain dirinya, saya juga berkesempatan mewawancarai Andrea Pirlo dan Giorgio Chiellini.

Sepanjang 30 menit, Marchisio bertutur dengan lugas terkait pengalamannya bersama Juventus dan tim nasional (timnas) Italia. Sebagai catatan, Marchisio punya penyesalan akibat gagal memberikan gelar untuk Gli Azzurri. Pencapaian terbaiknya menembus final Piala Eropa 2012.

Pun demikan bersama Juventus yang harus puas jadi runner-up Liga Champions 2014
/15 dan 2016/17. Namun, apa pun itu, Marchisio sudah melakukan yang terbaik. 

Kini, tersiar kabar dia bakal masuk dalam jajaran direktur Juventus. Rumor juga berembus, Marchisio siap mengambil lisensi kepelatihan.

Apa pun itu, Marchisio siap membuka lembaran baru setelah kariernya sebagai pemain tuntas. Ciao, Il Principino!

Simak wawancara eksklusif Claudio Marchisio dengan Harian TopSkor saat Juventus tur pada 2014
https://s.id/MarchisioPanas

*          *          *
- Jakarta, 4 Oktober 2019

Selasa, 18 November 2014

Nike Laporkan Juve ke Pengadilan Arbitrase



Jersey Juve dengan sponsor Nike yang bermasalah (sumber foto: forzaitalia.com)


PERSELISIHAN di antara pihak Nike dan Juventus tampaknya bakal menjadi lebih terbuka. Hal itu menyusul pengaduan yang dilayangkan brand asal Amerika Serikat (AS) ke pengadilan arbitrase Italia. Menurut Nike, kubu "I Bianconeri" telah melanggar kontrak sponsorship yang disepakati keduanya pada 16 November 2001. Yang menarik, permasalahan itu justru timbul ketika kerja sama mereka memasuki masa-masa akhir.

Kontrak Nike dengan Juve akan berakhir pada 30 Juni 2015. Dan sejak satu setengah tahun lalu, kedua pihak memutuskan untuk mengambil jalan masing-masing. Kubu "si Nyonya Besar" sendiri sudah menggandeng Adidas sebagai sponsor baru. Terkait tuduhan pelanggaran kerja sama yang diadukan cabang Nike European Operation Netherlands, Juve pun langsung menanggapi.

"Tidak ada bukti-bukti yang mendukung tuduhan Nike tersebut. Namun, Juventus akan selalu membahasnya dalam pengadilan arbitrase yang disebutkan," demikian keterangan yang disampaikan klub milik keluarga Agnelli itu. Adapun awal perselisihan antara Juve dan Nike sebetulnya sudah dimulai pada 2012, tepatnya usai momen scudetto pertama era Antonio Conte.

Menurut hitungan resmi Federasi Sepak Bola Italia (FIGC), Juve mengumpulkan total 28 gelar juara Seri A Liga Italia. Namun, "I Bianconeri" bersikeras menghitung dua gelarnya yang dicabut (sanksi skandal Calciopoli) dan menganggap telah meraih 30 scudetto. Mereka pun memaksa Nike untuk tetap mencantumkan tiga bintang di kostum tim. Pada akhirnya, penolakan keras FIGC membuat kubu Juve mencari jalan.

Jadilah mereka mencoba mengakalinya dengan membuat tulisan "30 Sul Campo" (30 scudetto di lapangan). Dan, hal ini membuat Nike kebingungan merancang desain kostum anyar Juve musim 2012/13, lantaran segala persiapan telah dilakukan sejak 18 bulan sebelum peluncuran resmi. Keterangan kedua pihak kian memuncak setelah juve tak terima jika sponsor mereka itu ikut campur dalam urusan internal.

Kemungkinan karena itu juga, Juve akhirnya memutuskan menggandeng Adidas, yang notabene rival dagang Nike. Adapaun bersama aparel asal Jerman itu, tim asuhan Massimiliano Allegri akan dikontrak enam tahun ke depan (2021) dengan nilai kerja sama mencapai 31,5 juta euro (Rp 479 miliar). Nike yang tidak terima akhirnya melayangkan gugatan menyerang Juve.*

Daftar Sponsor Juventus

Tahun (Aparel) Sponsor
1979-82 (Kappa) Ariston
1982-92 (Kappa) UPIM
1992-95 (Kappa) Danone
1995-98 (Kappa) Sony
1998-99 (Kappa) D+Liberta digitale/Tele+
1999-00 (Kappa) CanaSatellite/D+Liberta digitale/ Sony
2000-01 (Lotto) Sportal.com/Tele+
2001-02 (Lotto) Fastweb/Tu Mobile
2002-03 (Lotto) Fastweb/Tamoil
2003-04 (Nike) Fastweb/Tamoil
2004-05 (Nike) Sky Sport/Tamoil
2005-07 (Nike) Tamoil
2007-10 (Nike) Fiat Group (New Holland)
2010-12 (Nike) BetClic/Baloco
2012-15 (Nike)  FIAT S.p.A - Jeep
2015-21 (Adidas) ?

Emblem "30 Sul Campo" yang memicu konflik Juve-Nike (sumber soccerjerseyworl.com)

Artikel Juventus sebelumnya:
- Kostum Buffon Selamat dari Banjir
Ketika Perayaan 500 Pertandingan Buffon Ternoda
- Pirlo sang Maestro Tendangan Bebas
40 Tahun Alessandro Del Piero
- Fan Indonesia Diservic Chiellini
JCI Konvoi Scudetto Ke-30
Dua Sisi Juventus: Belum Layak Tampil di Eropa
Kembalinya "Il Sette Magnifico"
Wawancara Eksklusif Claudio Marchisio
Wawancara Eksklusif Andrea Pirlo
Wawancara Eksklusif Giorgio Chiellini

Artikel ini dimuat di Harian TopSkor 15 November 2014





Kamis, 13 November 2014

Kostum Buffon Selamat dari Banjir



Debut Buffon di Moskow (sumber foto: Corrierro della Sports)


MOSKOW, 29 Oktober 1997, akan selalu dikenang Gianluigi Buffon. Dalam udara yang sangat dingin, dia menjalani debut sebagai kiper tim nasional Italia pada kualifikasi Piala Dunia 1998 melawan Rusia.

Mengenakan kostum berwarna abu-abu lengan pendek, pemuda 19 tahun itu menuju bawah mistar gawang. Saat itu, dia menggantikan seniornya, Gianluca Pagliuca yang menderita cedera lutut. Meski itu pengalaman pertamanya, tak terlihat keraguan di wajah Buffon. Kewaspadaannya dan refleksnya disetel sejak menit awal.

Pemain yang mengenakan kostum nomor 12 itu berhasil menghalau tembakan Dimitry Alenichev. Namun, Buffon dikhianati rekannya, Fabio Cannavaro yang menyarangkan gol bunuh diri. Pertandingan tidak berakhir buruk untuk portiere debutan.

"Di akhir laga, saya membeku dan gemeteran. Butiran salju terus menerpa wajah saya," kata pemain berjulukan Super Gigi itu, mengenang. "Kala itu saya melakukan penyelamatan yang hebat. Jujur, Cannavaro telah menghancurkan hari saya. Dia mencetak gol bunuh diri sehingga Rusia meraih hasil imbang."

Sebagai pengingat momen penting dalam kariernya, Buffon pun menyimpan kostum tersebut di rumah orangtuanya. Setelah 17 tahun bersejarah, seragam monumental itu kembali menjadi buah bibir awal pekan ini.

Pada 8 November lalu, banjir besar melanda sebagian wilayah Toscana dan Liguria. Air bah pun menerjang kota Carrara yang merupakan tempat tinggal orangtua Buffon. Bencana itu merusak infrastruktur dan pemukiman penduduk.

Rumah kiper Juventus itu, kecuali kamar tidur yang ada di lantai atas, luluh lantak. Akibatnya, semua perabotan di ruang tamu dan dapur rusak dan kotor sehingga terpaksa dibuang. Untung saja, Ibu Buffon, Maria Stella Mosocco sempat menyelamatkan kostum pertama puteranya di timnas. Sementara, kostum lainnya hanyut tersapu banjir.

Pemegang rekor nasional tolak peluru putri tahun 1972-1989 itu sekarang disibukkan dengan kegiatan bersih-bersih pasca air bah.

Sebenarnya, Gigi juga ingin berada di sini membantu membersihkan lumpur bersama teman-temannya. Tapi, dia tidak bisa karena padatnya jadwal klub," kata Maria Stella.***


Artikel terkait:

- Ketika Perayaan 500 Pertandingan Buffon Ternoda
- 40 Tahun Alessandro Del Piero
- JCI Konvoi Scudetto Ke-30
- Dua Sisi Juventus: Belum Layak Tampil di Eropa
- Kembalinya "Il Sette Magnifico"
- Wawancara Eksklusif Claudio Marchisio
- Wawancara Eksklusif Andrea Pirlo
- Wawancara Eksklusif Giorgio Chiellini

Artikel ini dimuat di Harian TopSkor edisi 12 November 2014











Kamis, 08 Mei 2014

JCI Konvoi Scudetto Ke-30

Selebrasi Ratusan Juventini di Bundaran HI


RATUSAN kendaraan Juventini –fan Juventus– membelah malam kota Jakarta. Mereka bukan sedang melakukan demonstrasi atau hura-hura di saat sebagian besar warga terlelap. Melainkan, ratusan Juventini itu sedang merayakan keberhasilan Juventus meraih scudetto ke-30 di Seri A.

Mereka yang tergabung dalam Juventus Club Indonesia (JCI) tengah bersuka cita. Sebab, scudetto tahun ini merupakan yang ketiga beruntun sejak 2011/12. Pencapaian itu, sudah tentu menjadi kebanggaan bagi Juventini di seluruh dunia, termasuk Indonesia.

Sebelum konvoi selebrasi juara yang melewati rute Pancoran-Menteng-Bundaran HI. Terlebih dulu mereka nonton bareng (nonbar) Juventus versi Atalanta. Lapangan futsal Vidi Arena, Jakarta, Selasa (6/5) dini hari WIB jadi saksi kebahagiaan Juventini di Indonesia. Sebab, saat itu Juventus menahbiskan sebagai yang terbaik di Seri A usai membekuk Atalanta, skor 1-0.

Meski, kepastian gelar itu sudah didapat sehari sebelumnya sejak AS Roma ditekuk Catania (1-4). Namun, antusiasme Juventini Indonesia untuk menyaksikan tim kesayangannya bertanding melalui layar lebar tetap tinggi. Itu terjadi pada menit ke-72 setelah Simone Padoin menjadi pencetak gol tunggal kemenangan atas Atalanta.

Puncaknya ketika wasit Andrea De Marco meniup peluit panjang tanda berakhirnya laga. Seketika ruangan Vidi Arena bergemuruh karena teriakan histeris ratusan Juventini. Maklum, skor 1-0 itu membuat Juventus kembali jadi yang terbaik. Bukan hanya musim ini, melainkan juga dalam tiga tahun terakhir sukses melampaui prestasi beberapa rival.

“Ini musim terbaik Juventus di Seri A,” ujar Muhamada Halimi, salah satu Juventini asal Bogor. “Mereka juara tiga kali beruntun dengan melibas AS Roma, Napoli, AC Milan, dan FC Internazionale. Hebatnya lagi, pasukan (Antonio) Conte melakukannya secara murni di lapangan. Tanpa bantuan wasit seperti yang ditujukan tim sebelah.”

Hal serupa dikatakan pentolan JCI chapter Jakarta, Ridwan Abdul Ghany, yang menyebut ini musim spesial bagi Juventus. Lantaran, Andrea Pirlo dan kawan-kawan berhasil meraih scudetto meski pada awal musim sempat tertinggal jauh dari Roma.

 “Saat ini, Juventus sudah lebih tajam dengan keberadaan bomber hebat seperti (Carlos) Tevez dan (Fernando) Llorente. Tidak seperti musim lalu yang mengandalkan lini tengah. Kekurangannya, Juventus belum mampu berbicara di kancah Eropa. Saya berharap, musim depan, target mereka tidak hanya Seri A, tapi juga Liga Champions,” ujar Ridwan.


“Setelah ini, kami juga akan mengadakan nonbar melawan Roma pekan depan. Puncaknya pada duel terakhir menjamu Cagliari akan ada pawai dari JCI dan juga anggota Juvedona (fan Juventus wanita). Untuk konvoi kali ini, kami senang karena berlangsung tertib sepanjang jalan dan seluruh anggota pada memakai helm,” Ridwan melanjutkan.*


*        *        *
Pawai membelah kota Jakarta


*        *        *

Dua Juventini berfoto sejenak...


*        *        *
Artikel ini dimuat di Harian TopSkor edisi 7 Mei 2014

Sabtu, 18 Mei 2013

Fan Indonesia Diservis Chiellini

Dedikasi Chiellini untuk Idola
Ponco ‘diservis’ habis-habisan oleh pemain idola dan keluarganya, termasuk menyaksikan inaugurasi scudetto Juve.

Aktivitas Ponco bersama Chiellini (Harian TopSkor)


BANYAK suporter sepak bola yang kerap merelakan segalnya demi tim idola. Itu seperti yang dilakukan Manolo el del Bombo, setia mendukung timnas Spanyol sejak Paila Dunia 1982. Dari level klub, ada William Gelsumino yang antusias menyaksikan tim kesayangannya, Pescara, meski sudah dipastikan terdegradasi ke Seri B.

Namun, tidak ada yang menandingi “kegilaan” Ponco Pamungkas. Ya, sosok berusia 27 tahun ini begitu setia mendukung aksi Giorgio Chiellini. Saking ngefans terhadap bek Juventus tersebut, Ayah satu putri ini kerap bolak-balik dari kediamannya di Jakarta ke Turin, markas Juve!

Itu semua demi menyambangi pemain kesayangannya bertanding. Jarak 11 ribu kilometer yang memisahkan kedua kota itu tidak menyurutkan minatnya menemui Chiellini. Itu terjadi hampir beberapa kali dalam satu periode kompetisi di Seri A Italia. Teranyar, Ponco melakoninya saat menyaksikan inaugurasi scudetto Juve, Minggu (11/5).

Bahkan, sosok yang berkecimpung di dunia informatika dan teknologi ini menonton langsung melalui kursi kehormatan di Juventus Stadium. Menariknya, Ponco mendapatkan akses tersebut tanpa mengeluarkan uang sepeser pun, alias gratis. Ya, pria kelahiran Bogor ini ditraktir langsung oleh sang idola, Chiellini.

Tidak hanya nonton bareng, tapi Ponco juga diminta menemani Chiellini tiga hari berturut-turut. Mulai dari menginap di kediaman sang idola hingga konvoi perayaan scudetto Juve bersama keluarga dan pacar Chiellini. Semua itu dipersembahkan khusus dari bek yang identik dengan nomor kostum tiga tersebut kepada Ponco.

Berawal dari Twitter

Hanya, itu semua diraih tidak dalam sekejap mata layaknya bim salabim. Sebab, Ponco telah melakukan semua itu sejak pertama kali mengenal Chiellini di Juve, tahun 2006. Saat itu, salah satu pentolan Juventus Club Indonesia (JCI) ini mencoba untuk mendedikasikan kesungguhannya terhadap Chiellini melalui media sosial.

Ponco rajin mengupdate berita dan foto, mengenai Chiellini di blog pribadi, twitter dan facebook. Hingga, pertengahan 2012, Chiellini menyadari ada tifosi setianya di Indonesia yang kerap menyaksikan pertandingan Juve, dan mengumpulkan info tentang dirinya. Alhasil, Ponco diundang langsung ke Turin bertemu Chiellini sampai akrab.

“Chiellini itu sosok yang bersahaja. Dia sangat apresiasi terhadap penggemarnya, terutama yang dari jauh. Saya sampai ‘diservis’ habis-habisan oleh Chiellini dan seluruh keluarganya selama tiga hari. Bahkan, saat saya hendak pamit pulang, Chiellini rela membawa koper dan mengantarkannya naik Jeep ke bandara Caselle, di Turin,” tutur Ponco bangga.

Kini, sekembalinya di tanah air, Ponco kembali diberi hadiah kejutan oleh Chiellini. Ya, Ponco diserahi hak istimewa memuat berita mengenai Chiellini di sebuah website, chiellinindonesia.com. Selain itu, Ponco juga dipercayakan untuk menerjemahkan berbagai informasi di website resmi Chiellini di giorgiochiellini.com ke dalam bahasa Indonesia.

“Kita semua bisa melakukannya, asal ada kemauan. Yang terpenting, lakukan sesuatu untuk idola tanpa mengharapkan imbalannya. Toh, kelak sang idola itu lambat laun akan menyadarinya,” Ponco, mengungkapkan.***

Artikel ini dimuat di Harian TopSkor edisi 17 Mei 2013