Selebrasi skuat Real Madrid yang juara Liga Champions 2016/17 (Klik untuk perbesar foto atau geser untuk melihat gambar lainnya) |
HARI ini tepat sepekan lalu, jadi salah satu periode terindah dalam hidup saya. Bagaimana tidak, impian saya sejak 21 tahun silam untuk menyaksikan final Liga Champions akhirnya terwujud (Artikel sebelumnya: Nissan Motor Indonesia Wujudkan Impian Nonton Final Liga Champions).
Apalagi, pada laga pamungkas itu mempertemukan klub favorit saya, Juventus, versus Real Madrid. Meski, hasil akhirnya sudah kita ketahui. Tepatnya, setelah Juventus dikecundangi Madrid 1-4 di Stadion Millennium, Sabtu (3/6) atau Minggu dini hari WIB.
Yupz, pada duel yang dipimpin wasit asal Jerman, Felix Brych itu, Juventus memang tampil antiklimaks. Giorgio Chiellini dan kawan-kawan hanya bermain baik pada 20 menit awal. Namun, setelah itu, I Bianconeri tampil tanpa arah.
Tepatnya, saat Cristiano Ronaldo membuat Gianluigi Buffon harus memungut bola dari gawangnya. Tertinggal 0-1 memaksa skuat asuhan Massimiliano Allegri tampil menyerang. Terbukti, tujuh menit kemudian, Mario Mandzukic mencetak gol indah yang membuat seisi stadion bergemuruh. Skor 1-1.
Hanya, kedudukan imbang tidak bertahan lama. Tepatnya, seusai turun minum dengan Carlos Casemiro mencetak gol tambahan untuk Madrid pada menit ke-61. Kembali tertinggal membuat penggawa Juventus bermain frontal.
Ibaratnya, mereka berperang dengan memunggungi sungai seperti halnya Han Xin, Cao Cao, dan Thariq bin Zayid (Artikel sebelumnya: Akhir Tragis dari Strategi Memunggungi Sungai ala Han Xin).
Sayanngya, strategi ofensif bukanlah ciri khas Juventus. Si Nyonya Besar terlalu panik dalam keadaan defisit satu gol. Terbukti, tiga menit kemudian, Ronaldo membuat papan skor jadi 3-1 untuk Madrid.
Seketika, saya melihat awan gelap menyelimuti Millennium Stadium. Bayang-bayang kekalahan di final terus menghantui saya. Sontak, euforia menyaksikan dominasi Juventus sejak fase grup hingga babak pamungkas jadi sirna.
Tidak ada lagi hegemoni saat mereka mengeliminasi tim sekelas Barcelona di perempat final, agregat 3-0. Yang ada, hanyalah sekumpulan pemain dengan mental yang jatuh akibat salah strategi.
Puncaknya, ketika Juan Cuadrado harus diusir wasit akibat kartu merah kedua pada menit ke-84. Bermain dengan 10 orang ketika pertandingan hanya tinggal enam menit pada waktu normal, jelas bukan perkara mudah. Gol Marco Asensio pada injury time membuat papan skor jadi 4-1 untuk Madrid.
Dengan tatapan nanar, saya melihat pasukan Zinedine Zidane bersuka cita saat mengangkat trofi Si Kuping Lebar (Artikel sebelumnya: Trofi Liga Champions yang Dekat di Mata tapi Jauh di Hati). Ya, Madrid berhak juara karena bermain lebih efisien.
Di sisi lain, saya tak tega ketika menyaksikan Buffon tertunduk lesu. Untuk kali ketiga, kiper veteran ini mengalami kekalahan di final Liga Champions. Sebelumnya, terjadi pada 2003 dari AC Milan dan 2015 (Barcelona).
Namun, inilah sepak bola. Ada yang menang, tentu (harus) ada yang kalah. Fakta getir itulah yang saya alami saat menyaksikan tim favorit saya kembali jadi kecundang. Tapi, kekalahan di final bukan akhir dari segalanya. Pepatah mengatakan, "Selama gunung masih menghijau, jangan takut kehabisan kayu bakar".
Begitu juga dengan perjalanan Juventus di Liga Champions. Musim ini, mereka harus puas kembali jadi nomor dua. Tapi, masih ada kesempatan untuk jadi yang pertama. Tepatnya, jika lolos ke final Liga Champions 2017/18 yang berlangsung di NSC Olimpiyskiy Stadium, Kiev, Ukraina, pada 26 Mei 2018!
* * *
ARTIKEL ini merupakan edisi kedua dari seri Juventus dan Liga Champions 2016/17. Di bawah ini berbagai foto dan video (menyusul) terkait aktivitas di Stadion Millennium pada 3 Juni lalu. Keberadaan saya di antara 65 ribu penonton itu berkat Nissan Motor Indonesia (NMI).Tepatnya, usai menjuarai Blog Competition berhadiah nonton langsung ke Cardiff. Terima kasih, Nissan, atas kesempatan berharga ini. Menyaksikan final Liga Champions 2016/17 jadi salah satu momentum terbaik dalam hidup saya.
* * *
Stadion Millennium yang jadi saksi duel Juventus versus Madrid |
* * *
Nissan jadi salah satu sponsor utama Liga Champions |
* * *
Madrid pantas juara karena bermain lebih efisien |
* * *
Kalah di Cardiff, masih ada waktu menuju Kiev! |
* * *
Persiapan gladi resik pada upacara pembukaan |
* * *
Saya dan enam rekan lainnya yang berangkat dalam rombongan Nissan Motor Indonesia |
* * *
Semringah dengan syal Juventus... |
* * *
Skuat Juventus melakukan pemanasan |
* * *
Tribune VIP yang diisi perwakilan klub dan UEFA |
* * *
* * *
* * *
* * *
* * *
* * *
* * *
* * *
* * *
* * *
* * *
* * *
* * *
* * *
* * *
* * *
* * *
* * *
* * *
* * *
Halaman #RoadToCardiff
- Tentang Juventus dan Liga Champions
- Tentang Juventus dan Liga Champions
- Nissan Motor Indonesia Wujudkan Impian Nonton Final Liga Champions
Artikel selanjutnya:
- Berkat Nissan, Akhirnya Saya Bisa Merasakan Sensasi di Kapal Pesiar
- (Galeri Foto) Sisi Lain dari Perjalanan ke Stadion Millennium
- Eksotisnya Bangunan Kuno di Cardiff
- Musim Panas di Britania Raya
- Satu Final Tembus Lima Negara
Artikel selanjutnya:
- Berkat Nissan, Akhirnya Saya Bisa Merasakan Sensasi di Kapal Pesiar
- (Galeri Foto) Sisi Lain dari Perjalanan ke Stadion Millennium
- Eksotisnya Bangunan Kuno di Cardiff
- Musim Panas di Britania Raya
- Satu Final Tembus Lima Negara
Artikel Tentang Juventus
- Wawancara Eksklusif: Claudio Marchisio
- Wawancara Eksklusif: Giorgio Chiellini- Wawancara Eksklusif: Claudio Marchisio
- Wawancara Eksklusif: Andrea Pirlo
- Trofi Liga Champions yang Dekat di Mata tapi Jauh di Hati
- (Kilas Balik) Juventus Tur di Indonesia 2014
Foto-foto Legenda Juventus
- Fabio Cannavaro, Edgar Davids, dan Gianluca Zambrotta
- Fabio Cannavaro, David Trezeguet, dan Edgar Davids
* * *
- Jakarta, 11 Juni 2017
Keren mas
BalasHapus