TyyiccClcSK3IvRCDh0sKBc4_Sg roelly87.com: Deja Vu Tur KRL dari Manggarai ke Manggarai

Serial Catatan Harian Ojol

Serial Catatan Harian Ojol
Serial Catatan Harian Ojol

Minggu, 01 Mei 2016

Deja Vu Tur KRL dari Manggarai ke Manggarai


Stasiun Manggarai, Jakarta Selatan


DEJA vu. Demikian perasaan saya saat membaca informasi dari di grup whatsapp Tau Dari Blogger (TDB). Yaitu, mengenai Blogger Wisata KRL pada Selasa sore (26/4). Dalam keterangan itu, komunitas yang digawangi Mohamad Sobari, Hermini Yuliati, dan Muchtar Muhamad ini akan mengadakan tur dari stasiun ke stasiun yang diselenggarakan komunitas Jakarta By Train (JBT) yang didirikan Anggara Suwahju.

Kebetulan, saya sudah mengenal Anggara karena beberapa kali mengikuti acara Hukumpedia. Anggara merupakan salah satu penjaga gawang dari jurnalisme warga terkait hukum yang hadir bersama rekannya yang mirip Dr Cho dalam Avengers: Age of Ultron, Pista Simamora.

Menurut informasi yang saya dapat dari grup whatsapp, terdapat lebih dari 40 peserta yang terdiri dari berbagai komunitas. Intinya, kami sama-sama ingin berpesiar -ho ho ho bahasanya jadul kali- dengan sehat dengan jalan kaki menyusuri jalur yang menurut google maps sejauh 5,81 km.

Rutenya dari Stasiun Manggarai transit ke Stasiun Gondandia. Selanjutnya berjalan kaki menuju gedung Palang Merah Indonesia (PMI) Jakarta di kawasan Kramat, dengan singgah sejenak di Tugu TaniMuseum Kebangkitan Nasional, dan kedai Ice Cream Baltic.

*       *       *
PAGI itu, Sabtu (31/4), langit tampak cerah setelah semalamnya digelayuti sang mega. Dengan semangat 45, saya memacu sepeda motor untuk membelah jalanan ibu kota menuju Stasiun Manggarai. Ada yang aneh ketika menginjakkan kaki di stasiun yang sempat dibuat film horornya ini.

Sebab, ini jadi debut saya mengunjunginya setelah sebelumnya hanya "numpang lewat" ketika naik kereta dari dan menuju Bandung atau Bogor. Ibarat bang Toyib, butuh perjuangan bagi saya untuk sampai di stasiun ini karena sempat tersasar dan bertanya empat kali kepada tukang ojek, polisi lalu lintas, dan pedagang asongan. Agak aneh memang mengingat saya sudah lebih dari seperempat abad tinggal di Jakarta.

Setelah sampai, saya pun bertemu dengan empat rekan blogger yang sudah dulu tiba. Yaitu, Nur Aliem, Siti Rabiah, Unggul Sagena, dan Bowo Susilo. Namun, di dalam stasiun, sudah ada beberapa rekan blogger yang telah menunggu sambil melakukan selfie dengan tiket yang berbentuk kartu berwarna merah di tangannya.

Awalnya, saya nggak ngeh dengan kartu yang dibagikan Sobari di depan loket. Tapi, setelah diberitahu Hermini lebih lanjut, ternyata itu merupakan Kartu Multi Trip (KMT) yang di bawahnya ada logo TDB yang bertuliskan, "Ayo Naik Kereta Api, Sehat, dan Tidak Macet". Ooo... Saya jadi bangga melihatnya.

Ternyata, ada logo di KMT dari komunitas blogger yang saya ikuti sejak November lalu. Kebetulan, ini kali pertama saya naik Kereta Rel Listrik (KRL) Commuter Line setelah terakhir pada Maret 2014 saat menghadiri pernikahan sepupu di Tigaraksa, Banten.

Setelah terpesona melihatnya banyaknya rel di Stasiun Manggarai -he he he, maaf agak norak, maklum pertama kali- saya pun mengikuti rombongan untuk menaiki KRL Communter Line menuju Stasiun Gondangdia. Ternyata, waktu tempuhnya hanya beberapa menit karena cuma melewati Stasiun Cikini saja.

Seketika, saya jadi ingat -saat Cinta masih pacaran dan 28 April lalu kembali jadian- ketika masih berseragam putih abu-abu kerap mengunjungi stasiun ini yang kerap jadi tempat nongkrong. Bahkan, kalau tidak salah, awal dekade 2000-an, ngetren istilah Chicago, alias akronim dari Cikini, Kali Pasir, Gondangdia.

"Kami sadari betapa pentingnya untuk mendukung berbagai program pemerintah yang menjadikan transportasi massal sebagai pilihan masyarakat demi mengurangi kemacetan," Muchtar menjelaskan mengenai dukungan TDB yang bersinergi dengan Commuter Line. Apa yang dikatakannya itu beralasan. Saya sendiri kembali terpesona saat di dalam gerbong kereta yang ternyata sangat bersih.

Saya jadi ingat dulu, ketika masih jadi atapers -ho ho ho istilah apa itu- yang sering naik Kereta Api biasa -bedakan dengan KRL- kerap numpang di atapnya. Pasalnya, saat itu, dalam gerbong sangat kumuh akibat padatnya manusia. Bahkan, selain pedagang asongan, pengamen, dan pengemis, juga kerap ada penumpang yang bawa hewan ternak, seperti ayam.

"Mas Choirul kaget ya. Kalo sekarang gerbongnya sudah tertata rapih dan bersih dibanding dulu," kata rekan blogger Kornelius Ginting menjawab keheranan saya di sepanjang perjalanan dari Stasiun Manggarai menuju Stasiun Gondangdia. Dengan pelayanan seperti ini dan harga tiket yang terjangkau, wajar jika Commuter Line jadi salah satu alternatif warga Jakarta saat bepergian.

*       *       *
SETELAH foto bersama dan juga selfie di Stasiun Gondangdia, kami melanjutkan perjalanan menuju Museum Kebangkitan Nasional (kelak akan saya buat tulisan khusus). Ini salah satu tujuan yang saya suka mengingat sebagai blogger yang kerap menjelajah museum di berbagai nusantara, justru saya belum pernah ke Museum Kebangkitan Nasional yang dipandu Anggara.

Sepanjang jalan, matahari sudah tidak malu-malu memancarkan sinarnya. Andai saya tidak sering joging di kawasan Stadion Utama Gelora Bung Karno yang lokasinya dekat kantor, mungkin saya bakal mengibarkan bendera putih saat singgah sejenak di depan Tugu Tani (Patung Pahlawan).

Bayangkan, jalan kaki nyaris 10 km dengan disorot teriknya mentari. Namun, semangat saya kembali pulih ketika melihat antusiasme beberapa anak kecil yang diajak rekan blogger. Tak lupa, pasangan Nur dan Siti yang sepanjang jalan selalu ceria.

Menyusuri sepanjang jalan ini membuat saya jadi mengetahui makna dari perkataan Rangga kepada Cinta saat malam-malam mengunjungi Gereja Ayam di Yogyakarta, "Ini namanya traveling yang spontanitas dan siap menanggung risiko dibanding liburan."

Pernyataan itu sekilas -meski tidak mirip- juga diucapkan Syamsiah dalam perjalanan dari Museum Kebangkitan Nasional menuju gedung PMI Jakarta. Kebetulan, saya sudah lama tidak bertemu dengan blogger yang saya kenal di Kompasiana sejak 2011 lalu. Alhasil, kami pun seperti reuni saat menyusuri sepanjang Jalan Kramat Raya.

"Kegiatan ini tidak berhenti di sini saja. Melainkan, akan terus dilakukan pada sasaran wisata lainnya," tutur Sobari saat memberi sambutan di gedung PMI Jakarta. Ini kali kedua saya mengunjungi bangunan lima lantai itu setelah 2009. Tepatnya, ketika membutuhkan darah untuk ibu saya yang akan dioperasi.

Ya, di markas Palang Merah Indonesia (PMI) itu juga, kita bisa melakukan cek kesehatan secara gratis sebelum melakukan donor darah. Gunanya, tentu untuk disalurkan kepada saudara kita yang berhak di seluruh Tanah Air. Itu seperti yang dikatakan Dahlan Iskan kepada saya 17 September 2013 lalu, "Apa yang kita lakukan (donor darah) mungkin tidak kita sadari bahwa kita turut membantu menyelamatkan nyawa orang lain."

*       *       *
AKHIRNYA usai makan-makan ganteng -karena ngopi-ngopi cantik sudah terlalu mainstream- yang disertai foto bersama, petualangan kami pun selesai. Ya, kami. Sementara, saya pribadi justru akan memulai petualangan selanjutnya. Yakni, bergegas dari gedung PMI Jakarta menuju Stasiun Manggarai untuk mengambil sepeda motor yang diparkir di sana.

Setelah bertanya kepada beberapa rekan blogger mengenai rute menuju Stasiun Manggarai, akhirnya saya pun menjatuhkan pilihan untuk menumpang Metromini P 17. Sebelumnya, ada beberapa opsi seperti naik ojek atau taksi online. Namun, berhubung seumur-umur belum pernah memiliki aplikasinya, dan saya awam, jadi saya urungkan.

Sempat terbersit untuk naik taksi karena di sisi kanan gedung PMI Jakarta terdapat beberapa taksi yang sedang ngetem. "Kebetulan nih, panas-panas begini ke Stasiun Manggarai naik taksi yang ber-ac," demikian pikiran saya saat itu. Hanya, setelah mempertimbangkan lebih lanjut, opsi itu pun saya tolak. Sebab, tidak nyambung saja dengan tema "petualangan" setelah naik KRL Commuter Line yang dilanjutkan jalan kaki, eh ini malah mau naik taksi yang di dalam ac-nya dingin.

Hingga akhirnya, pilihan saya mantap untuk memilih P 17. Sambil menenteng kamera -sumpah, saya berasa jadi mirip Rangga saat itu-, sepanjang jalan saya pun asyik menjepret berbagai momen. Ya, menurut aplikasi GPS di ponsel saya, jarak dari PMI Jakarta ke Stasiun Manggarai itu, deket bener. Tapi, aslinya malah lama, karena P 17 yang saya tumpangi ngetem dulu untuk menunggu penumpang. Belum lagi, macet di sepanjang Jalan Surabaya.

Sisi positifnya, saya jadi lebih mengetahui kondisi jalan dan berbagai tempat menarik di sepanjang jalur yang dilewati P 17 sambil diabadikan lewat kamera. Maklum, ini kali pertama saya menumpang Metromini setelah lebih dari satu dekade silam. Ini jadi pengalaman yang berkesan mengingat saya biasanya berkeliling Jakarta selalu menggunakan sepeda motor.

Ya, berkat mengikuti acara #BloggerWisataKRL, saya banyak mendapat pengalaman baru yang serbapertama. Mulai dari datang ke Stasiun Manggarai, mencoba KMT di KRL Commuter Line, ke Museum Kebangkitan Nasional, kedai Es Krim Baltic, gedung PMI Jakarta, dan menumpang Metromini yang turun di Terminal Manggarai.

Dari terminal yang kini berdiri megah -dibanding era 2000-an semrawut- saya pun melangkahkan kaki menuju stasiun. Banyak pengalaman menarik yang saya dapat (mungkin akan saya buat tulisan khusus) sepanjang jalan.

Tiada pesta yang tak berakhir. Demikian kata pepatah saat saya menoleh ke atas, terlihat langit di selatan ibu kota tampak gelap. Itu berarti, saya harus melanjutkan perjalanan dengan sepeda motor melintasi Jalan Dr. Saharjo menuju perbatasan Jakarta. Ya, selesai sudah petualangan saya dari Stasiun Manggarai ke Stasiun Manggarai.

Namun, saya teringat dengan adagium lawas yang berkata, "Selama gunung masih menghijau dan air sungai tetap mengalir, masih ada waktu untuk berjumpa lagi." Ya, saya tak sabar untuk menantikan petualangan selanjutnya dalam #BloggerWisataKRL jilid II.

*       *       *
Blogger Wisata KRL (Sumber Foto TDB)

*       *       *
Yeeee... Untuk kali pertama saya punya Kartu Multi Trip

*       *       *
Wefie di peron Stasiun Manggarai

*       *       *
Suasana di dalam KRL 

*       *       *
Foto bersama di Stasiun Gondangdia

*       *       *
Singgah sejenak di Tugu Tani mendengar instruksi Anggara Suwahju

*       *       *
Eh... Ada kadal di jalan raya...

*       *       *
Benar kata Rangga: Ini travelling bukan liburan

*       *       *
Museum Kebangkitan Nasional

*       *       *
Isi daftar hadir lebih dulu
*       *       *
Diorama di Museum Kebangkitan Nasional

*       *       *
Keliling Jakarta sambil panas-panasan, siapa takut?

*       *       *
Es Krim Baltic yang jadi perusahaan cream pertama di Indonesia

*       *       *
Deja Vu tur KRL dari Manggarai ke Manggarai di Gedung PMI Jakarta

*       *       *
Ups... Matanya biasa dong mbak :)

*       *       *
Muchtar Muhammad perwakilan TDB

*       *       *
Okta dari PMI Jakarta

*       *       *
Mohamad Sobari memberi penjelasan sinergi TDB dengan berbagai pihak 

*       *       *
Melewati areal ini jadi deja vu buat saya...

*       *       *
Jadi ini lokasi martabak yang lagi nge-hits...

*       *       *
Suasana di perjalanan saat naik metromini dari PMI ke Stasiun Manggarai untuk mengambil sepeda motor

*       *       *
Muter-muter di jalan selama dua jam padahal dekat

*       *       *
Mana tenda birunya?

*       *       *

*       *       *
Blogger Wisata KRL dari stasiun awal hingga titik akhir 

*       *       *
Artikel terkait TDB sebelumnya:
- Yuk, Hadiri Sarasehan TDB #2 Bersama PMI dan Dimeriahkan Band Cokelat
- (Esai Foto) Semarak Pesona Wayang Indonesia 2016

Artikel terkait Hukumpedia sebelumnya:
- Belajar Mengerti Hukum Bersama Hukumpedia
- Pentingnya Legalitas Hukum dalam Merintis Usaha secara Offline dan Online
- Hukumpedia, Situs Apa Sih?

Artikel terkait Museum sebelumnya
- Sisi Lain Basoeki Abdullah dalam Pameran Rayuan 100 Tahun di Museum Nasional
Museum Nasional dan Saksi Peninggalan Kejayaan Indonesia
Museum Nasional Belum Selesai Berbenah
Kasus Pencurian dan Lemahnya Pengawasan Museum di Indonesia
Karnaval Wayang Dunia 2013 di Museum Nasional
Kenapa Harus ke Taman Mini?
Sepenggal Kisah di Museum Abdul Harris Nasution
Tapak Tilas Hari Kemerdekaan di Museum Prangko
Perpaduan Budaya Minang-Jawa di Museum Adityawarman
Warisan Budaya di Museum Wayang 2
Warisan Budaya di Museum Wayang

*       *       *
- Jakarta, 1 Mei 2016

16 komentar:

  1. wah, ini blog traveller, menarik banget kayaknya, sayangnya saya di jawa timur kang

    BalasHapus
    Balasan
    1. he he he
      ga mas, saya blogger gado-gado :)
      artikel ini untuk mendukung moda transportasi via krl demi memudahkan masyarakat dalam bepergian...

      Hapus
  2. Wah ini pasti seru nih kang, harus coba nih kang :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. ayuk, sabtu ini jalan2 lagi
      lebih jauuuuh malahan hehehe :)

      Hapus
  3. wah ikutan ya kemarin. AKu gak euy. seru ya jalan sambil olah raga

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya mbak, sabtu ini lebih jauh, ke maja
      hehehe
      jadi ga sabar nih :)

      Hapus
  4. yuhu, seperti biasa bertabur gambar deh blog ini, hehehe...

    Selama tinggal di Jakarta aku jarang banget naik kereta, mungkin karena jurusan yang aku tuju, yang bukan dengan kereta, hehehhe....seru jalan-jalannya, Rul...

    BalasHapus
    Balasan
    1. hi hi hi
      bertabur rezeki juga mbak :)

      sabtu ini ke maja mbak, gabung aja di grup TDB...

      Hapus
  5. gambarnya kumplit banget mas, bikin penasaran aja ingin mencoba :D takut ga mas naik kereta ke manggarai ? kaya di film hantu gak ? :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. wkwkkwkwk
      takut nyasar saya aslinya hehehe

      Hapus
  6. Keren mas.....

    Nur Terbit
    www.nurterbit.com

    BalasHapus
    Balasan
    1. makasiiih pak :)

      posenya mas motret di stasiun gondangdia juga keren he he he...

      Hapus
  7. ((Usai makan makan ganteng))
    Leh uga mas istilahnya

    Wah saya klo naek krl di manggarai suka takut salah rute, maklum relnya banyak banget
    Dah mirip rangga kok mas klo nenteng kamera haha

    BalasHapus
    Balasan
    1. wkwkkwkwkwk
      karena ngemil-ngemil cantik itu udah mainstream, mbak :)

      asyik, untuk kali pertama ada juga yang nyebut saya mirip rangga...
      *jadi terharu

      Hapus
  8. Mas Roelly

    Kayaknya perlu klarifikasi, Acara dari Gongdangdia ke Pasar Senen adalah acara yang saya bikin dengan nama #turKRL yang memang dilakukan sebagai ajang kopdar para pembaca jakartaytrain.com. Untuk acara kemarin, bisa di cek koq soal waktu tayang acaranya dan gagasan acaranya di sini http://jakartabytrain.com/turkrl-gondangdia-to-pasar-senen/

    Saya sendiri nggak paham kenapa seolah olah seperti acara yang digagas tdb. Ya feel free saja sih, saya nggak mau dikesankan sebagai rebutan lapak.

    Tapi fyi, acara #turkrl sendiri sering diadakan, pertama kali temanya Jakarta Justice Heritage Tour http://jakartabytrain.com/jakarta-justice-heritage-tour/

    Itu sebabnya, mas Roelly ngeliat saya dan ngeliat saya ngasih "ceramah" soal tempat2 wisaya yang kemarin kita lalui, karena memang itu acara #turKRL

    Saya sekedar klarifikasi saja, sebagai salah satu seleb blog, pengaruh mas roelly penting untuk diperhatikan.

    Salam hangat

    Anggara

    BalasHapus
    Balasan
    1. siap mas, udah saya edit :)
      makasiiih ya tambahannya...

      *salam sama yang mirip dr cho dari kuningan ya hehehe

      Hapus

Maaf ya, saat ini komentarnya dimoderasi. Agar tidak ada spam, iklan obat kuat, virus, dan sebagainya. Silakan komentar yang baik dan pasti saya kunjungi balik.

Satu hal lagi, mohon jangan menaruh link hidup...

Terima kasih :)