HUT Polantas ke-60: Dengarlah Aspirasi Masyarakat untuk Bersama Mengurai Kemacetan
Panas-panasan? Untuk Polantas sudah jadi santapan sehari-hari |
TERIK matahari tidak menghalangi tugasnya mengatur lalu lintas.
Bermodalkan helm untuk melindungi kepala dari sengatan sang surya serta masker
sebagai penyaring debu, pria berpakaian dinas itu terus mengatur lalu
lintas di kawasan termacet di ibu kota.
Di seberangnya, terdapat beberapa pengendara, khususnya sepeda motor,
seperti tidak sabar menanti lampu hijau. Itu dilakukan mereka dengan berhenti
di zebra cross yang seharusnya ditujukan untuk pejalan kaki. Sosok berjaket
hijau dan helm warna putih biru itu menghampiri mereka untuk meminta mundur agar
berhenti di belakang garis.
Apa daya, imbauan itu hanya tinggal imbauan. Lantaran, lampu
lalu lintas sudah berganti hijau yang artinya, mereka -pengendara- langsung
melajukan kendaraannya tanpa menoleh sedikit pun. Saat itu, sosok tersebut langsung menarik nafas
panjang.
Bukan hanya karena imbauannya tidak didengar diindahkan sama
sekali oleh pengendara. Melainkan karena pelanggaran yang dianggap
"sepele" bagi masyarakat ini selalu terulang setiap saat.
Ya, apa lagi yang bisa dilakukan polisi lalu lintas (Polantas)
tersebut. Ingin menilang? Ah, itu sama saja mencari penyakit. Konon, masyarakat
saat ini sudah lebih pintar, meski kebanyakan keblinger.
Sekali saja Polantas itu berniat menegur, apalagi tilang, fotonya
sudah ramai beredar di media sosial. Sumpah serapah dan caci maki pun keluar
dengan menyebut polantas itu sewenang-wenang lah, hanya berani kepada masyarakat umum dan bukan pejabat, pilih kasih lah, serta lainnya.
Padahal, kalau mau jujur-jujuran, jika mereka ingin merenungi
perbuatan sepele seperti berhenti melewati garis lalu lintas itu memang salah
yang secara tidak langsung menyebabkan kemacetan. Tapi, stigma negatif
masyarakat terhadap aparat kepolisian, khususnya Polantas, memang sulit
dihilangkan.
* * *
"UBI Societas, ibi ius". Di mana ada masyarakat, di situlah terdapat
hukum. Fakta ini yang dilupakan masyarakat, termasuk saya pribadi. Kami seperti
terdoktrin bahwa, polisi, khususnya polantas selalu salah. Padahal, kami juga menyadari, bahwa yang salah itu hanya oknum. Alias, masih banyak Polantas yang bekerja sungguh-sungguh di jalan.
Pertanyaannya, bagaimana agar kami bisa kembali percaya kepada
kinerja Polantas? Sebab, seperti yang kita ketahui, memulihkan kepercayaan yang hilang itu jauh lebih
sulit dibanding saat membangunnya pertama kali. Butuh waktu lama agar percaya penuh kepada kinerja aparat kepolisian dan Polantas seperti era 1990-an ketika Gerakan Disiplin Nasioinal (GDN) berkumandang.
Sebagai blogger, saya
berharap aparat kepolisian, khususnya Polantas, lebih reaktif lagi mendengar
keluhan masyarakat. Salah satunya dalam menyusun peraturan. Contoh nyata
terjadi pada aksi pesepeda yang menghentikan iring-iringan motor gede (moge) pertengahan Agustus lalu.
Saat itu, polantas -yang mengawal- merasa sudah sesuai dengan peraturan yang berlaku dalam
pasal 134. Di lain pihak, masyarakat mempertanyakan ayat G yang berarti “kepentingan
tertentu”. Nah, beda tafsir antara pihak kepolisian dan masyarakat inilah yang
membuat permasalahan melebar ke mana-mana, hingga menjadi stigma negatif.
Ada baiknya, aparat kepolisian dan pihak berwenang, sebelum
membuat peraturan, lebih dulu mengkajinya dengan meminta masukan dari
masyarakat, baik di dunia nyata atau via media sosial. Jika itu terjadi, saya yakin, aparat kepolisian, termasuk Polantas
secara perlahan kian dicintai masyarakat.
Menurut saya pribadi, itu semua berawal dari pemberlakuan aturan yang konsisten mengenai pengendara yang berhenti di belakang
garis lalu lintas. Bagaimana dengan yang lainnya seperti mengendarai sepeda
motor dengan tiga orang lebih, knalpot racing, tidak memasang kaca spion yang
standar, dan sebagainya. Jawabannya, tentu bakal mengikuti proses secara perlahan.
Bukankah, untuk mencapai 60 selalu diawali angka satu?
Yuk, ah, aparat kepolisian dan Polantas, lebih sering-sering
mendengar aspirasi kami, masyarakat umum untuk mengurai kemacetan secara
bersama. Terutama, blogger yang kini
bisa jadi penyeimbang di tengah gencarnya berita negatif di berbagai media.
Selamat hari jadi Polisi Lalu Lintas ke-60 pada 22 September mendatang. Teruslah berkarya untuk negeri dan masyarakat.
* * *
* * *
* * *
* * *
* * *
* * *
Polantas mengawal kendaraan salah satu klub sepak bola |
* * *
Dua Polwan unjuk kebolehan di depan Markas Polda Metro Jaya |
* * *
Polisi juga manusia. Tentu bisa bernyanyi dan tidak selalu berwajah galak |
* * *
Keterangan: Seluruh foto merupakan dokumentasi pribadi/ www.roelly87.com
* * *
Artikel terkait:
* * *
- Cikini, 9 September 2015
Polisi juga manusia, bisa punya kreativitas ya....
BalasHapusSemoga Polantas semakin disiplin
setuju bu,
Hapusberharap kinerja mereka kian membaik di usia ke-60 ini...
sukses selalu untuk HUT polantas ke 60 nya hehehe
BalasHapusAamiin...
Hapussemoga dengan bertambahnya usia, Polantas makin menjadi sahabat masyarakat
semoga makin tambah umur, makin baik dalam penertiban kinerja :D.
BalasHapusiya, mas
Hapuskinerja ditingkatkan dan sering2 dengar aspirasi masyarakat, termasuk blogger seperti kita
saya baru liat ada polwan yang cantik" wkwkw
BalasHapusselain cantik, juga ramah mas
Hapusitu sisi lain polantas yang kita kurang ketahui
Mari bersama berpikir positif dan mendukung tugas polantas smg lbh baik dlm melaksanakan tugas melindungi Mengayomi Melayani dan Menegakkan Hukum sesuai dgn aturan.
BalasHapusYupz...
Hapusga semua polisi atau polantas itu citranya buruk
masih banyak dari mereka yang kerjanya tulus seperti yang saya sering alami di jalan
Belum ada update baru? :)
BalasHapusDitunggu ulasan konser Bon Jovi nya hehehe
wkwkwkwkwk
Hapusmasih ngos-ngosan bikinnya bu :)
kalo di draft sih udah numpuk, cuma belom dipublish ajaaaaa
semrawut dan macetnya jalan .... karena salah kita2 juga sih ... ga mau disiplin pengin menang sendiri dan selalu menyalahkan orang lain ....
BalasHapusbtw .... koq jarang ya saya nemuin polwan kece di jalan ...
iya juga mas, sebagai pengendara motor, kadang kita juga suka gedein ego
Hapusmakanya, harus ada peraturan tegas tanpa pandang bulu biar kita lebih disiplin lagi...
sekarang katanya banyak polantas yang cakep dan ganteng. Tapi saya belum pernah lihat :D
BalasHapushe he he
Hapuskapan2 maen ke polda metro atau di bundaran hi juga banyak mbak :)