TyyiccClcSK3IvRCDh0sKBc4_Sg roelly87.com: Puisi

Serial Catatan Harian Ojol

Serial Catatan Harian Ojol
Serial Catatan Harian Ojol
Tampilkan postingan dengan label Puisi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Puisi. Tampilkan semua postingan

Selasa, 19 Januari 2021

Ketika Garuda Sudah Tidak Lagi di Dadaku

 Ketika Garuda Sudah Tidak Lagi di Dadaku

Ilustrasi 300 drone membentuk konfigurasi Garuda pada
countdown Asian Games 2018
(Sumber: Dokumentasi pribadi/www.roelly87.com)


Kala sang Garuda terhenyak
Menyaksikan keanehan yang terjadi di dalam negeri
Entah kapan akan berakhir
Mirip cekcok Batara Guru dengan Pandawa
Seperti gonjang-ganjing di Suralaya 

Hampir sama dengan di Senayan dan Istana
Begitulah yang terjadi di negeri ini
Padahal sewaktu perang kemerdekaan 

Semua rakyat saling bersatu melawan penjajah
Semuanya, mulai dari pemuda, orang tua, ibu-ibu
Hingga anak-anak kecil
Bersatu padu membawa bambu runcing
Untuk melawan mesiu yang mendesing 

Namun, 66 tahun kemudian
Keadaan sungguh terbalik
Sekarang
Bangsa ini sudah hebat
Sangat hebat malah! 

Jangankan mesiu, rudal, roket, dan senjata super modern apapun akan kalah
Dan dihantam balik... 

Namun, benar kata pepatah
"Tombak yang terang dapat ditangkis Tapi anak panah gelap, sukar diterka..." 

Kawan, lihatlah kondisi bangsa ini sekarang
Penjajahan berlaku secara tidak langsung
Simaklah disekitar kita
Semua yang bernilai berbau luar

Serba "made in..."
Mulai dari elektronik, kendaraan, baju
Hingga hal-hal yang sepele sekalipun
Yaitu, gunting kuku... 

Atau saksikanlah beberapa kejanggalan yang terjadi
Ketika beberapa pemimpin menyerukan perjuangan
Yah, perjuangan di masa perdamaian
Justru inilah yang paling sulit
Dibanding era kemerdekaan... 

Dengan tekad berapi-api
Semangat berkobar menyala-nyala
Serta asa yang sangat menggebu
Namun tandas ketika sang lawan membisiki 

"Ssst, pak
Damai saja
Ini ada selembar cek dalam amplop
Bapak bisa isi berapapun yang dimau." 

Ketika Garuda sudah tidak lagi di dadaku...
Apakah kalimat itu terkesan vulgar?
Miripkah dengan kisah satir
Ataukah gembar-gembor belaka... 

Entahlah, hanya...
Hati nurani kita sendiri yang tahu
Dan menyadarinya...

*         *         *

Puisi ini sebelumnya dimuat di Kompasiana pada satu dekade silam (https://www.kompasiana.com/roelly87/5508de76a3331124452e3960/ketika-garuda-sudah-tidak-lagi-di-dadaku)

- Jakarta, 23 Januari 2020

Kamis, 16 Juli 2015

Jika Ini Ramadan Terakhir


Jika ini Ramadan terakhir
Kami mohon untuk diberi petunjuk
Kami berharap dilapangkan jalan menuju-Mu
Kami tak sanggup lagi untuk berkata-kata

Jika ini Ramadan terakhir
Kami sadar
Bahwa kami tidak layak ke Surga-Mu
Tapi, kami juga takut akan siksa Neraka-Mu

Jika ini Ramadan terakhir
Terimalah ibadah kami
Khususnya kedua orangtua kami
Dan berikanlah kemudahan kepada hambamu sekeluarga

Jika ini Ramadan terakhir
Dari lubuk hati yang paling dalam
Sejujurnya kami masih ingin merasakan suasana seperti ini
Pada malam-malam di bulan puasa

Jika ini Ramadan terakhir
Betapa nikmat yang Engkau berikan
Di bulan ini malam jadi siang
Dan siang tetaplah siang

Jika ini Ramadan terakhir
Nikmat mana yang berani kami dustakan
Betapa kami bisa berkumpul dengan keluarga jelang hari nan fitri
Menyaksikan indahnya perjalanan umat yang ingin pulang kampung

Jika ini Ramadan terakhir
Sejujurnya kami mengharap lebih
Kami ingin bertemu dengan beberapa Ramadan berikutnya
Sahur, buka bersama, dalam suasana kekeluargaan

Jika ini Ramadan terakhir
Tentu kami sedih
Karena tidak akan menemukan rasa penasaran
Untuk mendapatkan malam-malam kemuliaan di sepertiga akhir bulan

Jika ini Ramadan terakhir
Kami tidak tahu
Dan tentu tidak akan mengetahui
Apakah ibadah dan amalan selama nyaris 30 hari ini bermakna

Jika ini Ramadan terakhir
Sesungguhnya kami enggan mengharapkan seperti itu
Berat untuk melukiskan kata-kata pisah
Seperti mereka yang telah mendahului kami

Jika ini Ramadan terakhir...

*       *       *




*       *       *

*       *       *

*       *       *

*       *       *


*       *       *

Artikel Terkait:

2011

2012

2013

2014

2015
Mencari Hilal: Tontonan Sekaligus Tuntunan Film Berkualitas
Hari Ini Setahun yang Lalu: Selamat Jalan Bang Faqih
Tujuh Permainan Tradisional yang Asyik untuk Ngabuburit
Natal Kini Tanpa Nenek...
Kampuang Nan Jauh di Mato

*       *       *
- Jakarta, 16 Juli 2015