JATUH cinta? Hampir setiap orang
merasakan dan pernah jatuh cinta. Entah itu nyata, khayalan, atau malah
bertepuk sebelah tangan. Atau, bisa jadi diawali cinta monyet, cinta pada
pandangan pertama, serta cinta segitiga. Lalu, bagaimana dengan orang yang
merasakan sakitnya cinta akibat dikhianati hingga beberapa waktu kemudian
merajut hubungan kembali?
Adalah
Roberto Mancini, pria paruh baya yang kembali menemukan cintanya sejak “putus”
enam tahun silam. Kecintaan sosok yang akrab disapa Mancio ini memang unik. Lantaran
Mancini menerima kehadiran sang “kekasih” yang baru saja memutuskan hubungan
dengan pihak lain. Kebetulan, sosok berbintang Sagitarius ini sedang dalam
keadaan jomblo alias tanpa pekerjaan.
Makin klop.
Ya,
cinta lama bersemi kembali (CLBK). Ungkapan tersebut layak ditujukan untuk
Mancini yang menerima pinangan FC Internazionale sebagai pelatih anyar
menggantikan Walter Mazzarri. Disebut CLBK, karena Mancini memang pernah
melatih Inter selama empat musim mulai 7 Juli 2004 hingga dipecat 29 Mei 2008.
Dalam
kesempatan itu, Mancini sukses mempersembahkan tiga trofi Seri A secara
beruntun pada 2005/06, 2006/07, dan 2007/08. Hanya, tangan dinginnya tak
berfungsi di Liga Champions yang membuat penampilan “I Nerazzurri” jeblok. Sebab, prestasi terbaiknya bersama Inter di
kompetisi terelite di Eropa itu hanya sebatas 16 besar.
Alhasil,
rasa cinta Inter pun berpaling dengan memilih Jose Mourinho sebagai
penggantinya yang ternyata sukses besar. Meski menyakitkan, kecintaan Mancini
terhadap klub yang bermarkas di kota Milan itu tidak pudar. Dalam setiap
kesempatan, baik itu ketika sedang melatih Manchester City atau Galatasaray,
Mancini selalu mengungkapkan bahwa Inter merupakan klub terbaik yang pernah
ditanganinya. Bahkan, dia juga mengaku tak menolak jika suatu saat kembali
melatih klub yang 9 Maret 2008 genap berusia satu abad.
Gayung
pun bersambut. Keinginannya itu tercapai pada 13 November lalu ketika Inter
mengumumkan pemecatan Mazzarri. Tak lama berselang, Mancini langsung mengiyakan
tawaran Inter dengan kontrak hingga 2016. Sebuah pilihan logis bagi kedua
pihak. Khususnya Inter yang memang tidak memiliki pilihan lain selain Mancini.
Pilihan Logis
Sebab,
di antara pelatih ternama yang berprestasi, hanya Mancini yang bisa memenuhi
kriteria mereka: Pengalaman, kemampuan, dan kecintaan terhadap Inter. Berembus
rumor, manajamen Inter sempat mempertimbangkan tiga nama yang kebetulan sedang
menganggur: Luciano Spalletti, Claudio Ranieri, dan Marcello Lippi.
Tapi,
pada akhirnya, pilihan jatuh kepada Mancini. Salah satu alasannya karena selain
tiga kriteria tersebut, Mancio merupakan sosok yang ambisius. Itu diungkapkan
langsung oleh Presiden Inter, Erick Thohir kepada Harian TopSkor pada edisi 17 November lalu.
Menurut
pemilik klub asing pertama di Seri A itu, Mancini sudah paham “Hitam-Biru”
Inter. Bahkan, Erick pun memercayakan Mancini untuk memimpin proyeksinya yang
bertujuan mengembalikan kehebatan “La
Beneamata” –julukan lain Inter– sebagai salah satu klub terbaik Eropa. Selain
itu, penunjukkan Mancini secara tidak langsung demi meredam cacian dari tifosi akibat penampilan jeblok Inter
bersama Mazzarri.
Rasa
cinta yang besar, berpengalaman memberi tiga scudetto, dan memiliki hubungan baik dengan tifosi karena mampu mengakhiri dahaga trofi Seri A sejak 1988/89,
serta mendapat dukungan penuh dari pihak klub. Empat fakta itu melekat kepada
Mancini. Hanya, apakah mantan pelatih Fiorentina dan Lazio itu bisa mendongkrak
performa Mauro Icardi dan kawan-kawan?
Nanti
dulu. Bulan madu Mancini dan Inter harus segera dituntaskan akhir pekan ini.
Sebab, pria 49 tahun ini harus menghadapi tiga lawan sulit dalam sepekan ke
depan. Dimulai dari “Derby della
Madonnina” versus rival abadinya, AC Milan di San Siro (23/11), menjamu
Dnipro Dnipropetrovsk pada ajang Liga Europa (27/11), hingga tandang ke AS Roma
di Olimpico (30/11).
Tiga
pertandingan tersebut merupakan rintangan pertama kisah cinta Mancini dan Inter
yang memasuki season dua. Ibarat
hubungan dalam masa pacaran atau rumah tangga, periode itu merupakan fase
krusial bagi kedua pihak. Jika Mancini mampu memberikan kemenangan, khususnya
saat derby, tentu membuat manajemen
Inter puas. Tapi, bila gagal, bukan tidak mungkin hubungan mereka kembali
renggang. Bahkan, Mancini bisa seperti Mazzarri yang menjadi bulan-bulanan tifosi akibat haus gelar sejak meraih “Treble” 2009/10.
Apalagi,
sejarah sudah membuktikannya. Dari beberapa pelatih yang mengalami fase CLBK,
rata-rata menjadi layu pada “season kedua”. Menariknya, itu terjadi pada tiga
pelatih kawakan Italia, yaitu Arrigo Sacchi, Fabio Capello, dan Lippi.
Berkaca Sejarah
Sacchi
pada periode pertama sukses membawa Milan sebagai salah satu tim terbaik dunia
sepanjang 1987-91 dengan julukan “Dream
Team”. Namun, dalam kesempatan kedua (1996-97), periode keemasan Sacchi
berantakan karena pada akhir musim Milan terdampar di urutan 11 klasemen Seri
A.
Begitu
juga dengan Capello yang sukses melanjutkan estafet Sacchi pada 1991-96 dengan
memberikan empat scudetto dan satu
Liga Champions. Dua musim berselang, Capello gagal total karena Milan hanya
menempati posisi 10 Seri A dan gagal lolos ke Eropa.
Hal
serupa dialami Lippi yang hanya mendapat dua scudetto dan runner-up Liga
Champions dalam periode keduanya bersama Juventus pada 2001-04. Sebelumnya
(1994-99), penggemar cerutu ini sukses memberikan tiga gelar Seri A plus Liga
Champions 1995/96.
Yang
miris ketika Lippi menangani tim nasional Italia. Pasalnya, pada kesempatan
pertama pada 2004-06, dia membawa “Gli
Azzurri” menjuarai Piala Dunia 2006. Tapi, empat tahun berselang di Afrika
Selatan, kisah cinta Lippi dan Italia “season
dua” menjadi juara bertahan yang pulang paling cepat.
Jadi,
ungkapan CLBK seperti menjadi momok bagi pelatih di Italia sekaligus yang menghantui
Mancini. Agar, jangan sampai ungkapan tersebut dipelesetkan menjadi “cinta lama
layu kembali”. Dan, itu semua dimulai dari derby
akhir pekan ini.***
Artikel ini merupakan Opini di Harian TopSkor edisi 22 November 2014
Artikel ini merupakan Opini di Harian TopSkor edisi 22 November 2014
- Efek Roberto Mancini
- Derby di La Gazzetta
- Diego Milito dan Angka 22
- Samir Handanovic sang Raja Penalti
- Benteng Pertahanan Itu Bernama Giuseppe Meazza
- Lotito: Erick bawa Filosofi Baru
- Dari Mazzola untuk Mazzarri
- Giuseppe Meazza Pindah ke Jakarta
- ICI Syukuran HUT ke-11
- Buka Bersama ICI: Dari, Oleh, dan Untuk Interisti
- Satu Dekade ICI: Semangat Kekeluargaan dari Interisti
Artikel AC Milan sebelumnya
- Mereka Menjagokan AC Milan untuk Memenangkan "Derby della Madonnina"
- Fernando Torres Akrab dengan Derby
- Fakta Menarik Pekan ke-11
- Fernando Torres Akrab dengan Derby
- Fakta Menarik Pekan ke-11
Artikel Juventus sebelumnya:
- Nike Laporkan Juve ke Pengadilan Arbitrase
- Kostum Buffon Selamat dari Banjir
- Ketika Perayaan 500 Pertandingan Buffon Ternoda
- Pirlo sang Maestro Tendangan Bebas
- 40 Tahun Alessandro Del Piero
- Fan Indonesia Diservic Chiellini
- JCI Konvoi Scudetto Ke-30
- Dua Sisi Juventus: Belum Layak Tampil di Eropa
- Kembalinya "Il Sette Magnifico"
- Wawancara Eksklusif Claudio Marchisio
- Wawancara Eksklusif Andrea Pirlo
- Wawancara Eksklusif Giorgio Chiellini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Maaf ya, saat ini komentarnya dimoderasi. Agar tidak ada spam, iklan obat kuat, virus, dan sebagainya. Silakan komentar yang baik dan pasti saya kunjungi balik.
Satu hal lagi, mohon jangan menaruh link hidup...
Terima kasih :)