Nokia 5730 XpressMusic warna merah nan menawan (sumber foto koleksi pribadi/ roelly87.com) |
"Seluruh kekuatan di dunia, bersatu untuk bercerai dan bercerai untuk bersatu kembali". Tiba-tiba saja setelah membaca novel Kisah Tiga Negara (The Romance of the Three Kingdoms) saya menjadi teringat dengan satu produsen telepon seluler (ponsel) ternama: Nokia.
Ya, Nokia dulu sempat berjaya sekitar akhir dekade 1990-an hingga awal 2013 saat diakuisisi Microsoft. Cukup lama ponsel asal Finlandia ini menjadi genggaman wajib khalayak ramai di dunia. Bahkan, beberapa seri Nokia dijuluki sebagai "ponsel sejuta umat". Tak terkecuali saya yang tak pernah lepas sejak awal 2002 hingga kini.
Entah berapa banyak ponsel Nokia yang saya punya. Butuh beberapa malam untuk mengingat berbagai seri dari Nokia yang pernah saya miliki. Baik itu merupakan pemberian orangtua, hadiah seseorang, diberi kantor, maupun beli sendiri.
Kalau tidak salah, semua itu dimulai dengan seri 3310 hingga terhenti pada 5730 XpressMusic yang saya beli sekitar akhir Juni 2009 dan hingga kini masih menemani dengan setia. 12 tahun silam, ponsel Nokia 3310 merupakan yang termewah bagi saya saat itu. Wajar saja mengingat itu pertama kali saya memiliki ponsel yang dibeli dengan keliling ITC Roxy Mas hingga beberapa jam.
Harganya saat itu sekitar sekian rupiah jika dikurs dengan sekarang. Fungsinya, untuk menelepon dari atau ke rumah, sekolah, dan teman-teman, yang disertai pesan singkat (Sms), dan game "Snake" yang legend banget! Waktu itu, berasa keren banget jika memiliki ponsel yang di kelas hanya segelintir teman yang punya.
Bahkan, ada perasaan bangga saat mengalungkan 3310 di leher dengan tali ketika pelajaran olahraga atau acara lainnya. Padahal, seri "3" itu jika dikonvers sekarang tidak ada kunggulannya. Tapi, 1,5 windu lalu, dengan casing yang bisa diganti-ganti, suara ringtone yang abadi, serta layar monokrom, sudah lebih dari cukup.
Setelah 3310 yang bertahan beberapa bulan selama mengenakan seragam putih abu-abu, saya pun berganti berbagai tipe. Kalau tidak salah, urutannya, 3315, 3200, 2100, 6510, 7650, 3650, 3660, 1600, 3100, 3350, 3230, 3587i, 3530, 3230, 6300, 5610 XpressMusic, 1209, 5700, 2505, hingga 5730. Di antara belasan ponsel tersebut, yang masih tersisa hingga kini cuma lima: 3587i, 1209, 3230, 2505, dan 5630.
Dua ponsel pertama sudah memasuki kategori "almarhum". Untuk 3230 patut dimuseumkan karena baterainya hilang. Begitu juga dengan 2505 yang meski masih "hidup" tapi bermasalah dengan baterainya dan sulit untuk menemukannya di beberapa ITC serta toko online. Sementara, untuk 5730, baterainya pun sudah gemuk. Tapi, seri XpressMusic itu tetap tangguh meski beberapa kali nyemplung di got atau kamar mandi.
Dari seri 5730 itu saya "belajar" untuk mengetik layaknya di komputer karena terdapat tombol QWERTY yang bisa digeser. Sedangkan seri 5610 merupakan ponsel pertama saya untuk belajar internet di aplikasi web bawaan atau Opera Mini. Sebenarnya, kedua ponsel itu, kecuali bentuknya, tidak jauh berbeda. Baik itu dari sisi kamera yang resolusinya 3,2 megapixel dengan lensa Carl Zeiss, tipe XpressMusic, koneksi, media, dan sebagainya yang sama.
* * *
Muncul Pesaing
"Ombak belakang dari sungai Tiankang kerap mendorong arus ke depan. Orang baru selalu menggantikan yang lama". Begitulah peribahasa kuno yang selalu saya ingat. Di dunia ini tiada yang abadi, termasuk juga dengan teknologi.
Awal bulan ini netizen digemparkan dengan rumor yang akhirnya menjadi nyata. Yaitu tentang pergantian nama (merek) dari Nokia menjadi Microsoft Lumia. Saya pribadi belum pernah menggunakan ponsel hasil kolaborasi Finlandia-Amerika Serikat (Microsoft) tersebut. Mungkin, karena masih "canggung" akibat terbiasa dengan Nokia era sistem operasi Symbian ketimbang Windows.
Apalagi, sejak awal 2012, terdapat satu ponsel yang mendampingi XpressMusic 5730 yang kebetulan berasal dari Asia (Korea Selatan), yaitu Samsung tipe S5570i. Ponsel dari negerinya K-Pop yang saya dapat dari hasil menang lomba itu yang dalam dua tahun terakhir kerap menemani saya. Kemudahan cara memakainya karena terintegrasi dengan Google (Android) dan jaringan after sales yang tersebar di Tanah Air membuat saya kian terpincut.
Selain tipe S5570i, saya sudah dua kali memiliki ponsel bermerek Samsung tersebut (Mini & Young). Kebetulan, dua-duanya tidak beli, yaitu hadiah dari mengikuti acara Kompasiana berupa livetweet. Secara jujur, saat ini, Samsung lebih baik ketimbang Nokia. Jelas saja, karena ponsel dari Asia tersebut selalu update ketimbang Nokia yang sudah terhenti. Beda cerita mungkin jika dibandingkan dengan Microsoft Lumia.
Namun, jika boleh memilih, ponsel legendaris yang saya punya sudah tentu 5730 XpressMusic. Bukan hanya karena hari-hari ini tepat lima tahun saya membelinya di sebuah toko di kawasan taplau (tepi laut) kota Padang, Sumatera Barat. Ya, lima tahun bukan waktu sedikit untuk sebuah gadget yang selalu berganti mode nyaris setiap waktu. Tapi, saya tetap tidak berganti selera dengannya.
* * *
Sebelumnya
- Lima Ponsel Legendaris
- Pengalaman Belanja di Toko Online
Beberapa seri yang ikonik bagi saya:
3310 = debut saya memegang ponsel
2100 = cover belakang bisa dipasang foto
7650 = ponsel pertama yang terintegrasi kamera
3650 = bisa merekam video sekaligus keypadnya unik
6300 = casing elegan
5700 = keypad bsia diputar
2505 = fashion abis bermodel kerang yang menjadi pusat perhatian
5610 = awal saya kenal internet memakai ponsel ini
5730 = nyaris sempurna
Beberapa seri yang gagal terbeli
9210 = communicator awal yang tergolong unik dengan menelepon dari belakang
9500 = nyaris terbeli jika tidak ada sesuatu untuk ponsel yang hampir sempurna ini
N95 = kalah saing dengan 5730 karena harganya dua kali lipat
NGage QD = keduluan beli playstation
N93i = salah satu ponsel kamera terbaik di zamannya
N73 = versi premium dari 3230 alias kemahalan
* * *
Beberapa ponsel Nokia "jadul" yang tersisa (roelly87) |
* * *
* * *
- Cikini, 27 November 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Maaf ya, saat ini komentarnya dimoderasi. Agar tidak ada spam, iklan obat kuat, virus, dan sebagainya. Silakan komentar yang baik dan pasti saya kunjungi balik.
Satu hal lagi, mohon jangan menaruh link hidup...
Terima kasih :)