TyyiccClcSK3IvRCDh0sKBc4_Sg roelly87.com: April 2017

Serial Catatan Harian Ojol

Serial Catatan Harian Ojol
Serial Catatan Harian Ojol

Minggu, 30 April 2017

Final Liga Champions 2016/17


Trofi Liga Champions


TANPA terasa, hari ini memasuki pengujung April. Yupz, besok, kalender sudah berganti jadi Mei. Itu berarti, 2017 ini sudah lewat sepertiganya. Ya, tidak terasa, waktu berjalan dengan cepat. Padahal, perasaan baru kemarin hingar bingar tahun baru menyemarakkan sepanjang malam. Eh, tiga pekan lagi malah sudah puasa.

Oke, saya sudahi mukadimahnya. Menjelang 2/3 tahun, saya memiliki banyak keinginan yang biasa ditulis di aplikasi note pada smartphone sebagai pengingat. Salah satuya dan yang terdekat, untuk menyaksikan final Liga Champions 2016/17 di Millennium Stadium, kota Cardiff, Wales, pada 3 Juni mendatang.

Kebetulan, saat ini tim favorit saya, Juventus sudah mencapai semifinal di turnamen antarklub terelite di Eropa. Rabu (3/5) pasukan Massimiliano Allegri akan melakoni leg pertama babak dua besar di markas AS Monaco.

Sepekan kemudian, giliran I Bianconeri yang menjamu wakil Prancis itu di Turin. Sebagai Juventini -julukan untuk fan Juventus- sejak 1994, tentu saya berharap Paulo Dybala dan kawan-kawan bisa juara Liga Champions musim ini.

Maklum, sudah 21 tahun saya dan jutaan Juventini di seluruh dunia menanti. Tepatnya, ketika Juventus juara Liga Champions pada 1995/96 usai menundukkan Ajax Amsterdam di Stadion Olimpico, Roma.

Setelah itu, saya harus puas menyaksikan Juventus jadi runner-up di empat kesempatan berbeda. Itu terjadi ketika dikalahkan Borussia Dortmund di final Liga Champions 1996/97, Real Madrid (1997/98), AC Milan (2002/03), dan Barcelona (2014/15).

Untuk bisa mengakhiri penantian panjang lebih dari dua dekade silam, Juventus wajib mengalahkan Monaco. Jika lolos ke final, si Nyonya Besar akan bertemu pemenang antara Real Madrid kontra Atletico Madrid di Millennium.

Syukur-syukur, saya bisa berada di stadion berkapasitas 74 ribu kursi tersebut. Yupz, di dunia ini tidak ada yang mustahil. Selama kita masih bernafas, tentu masih ada peluang untuk mewujudkan keinginan tersebut. Termasuk, untuk menyaksikan final Liga Champions 2016/17 di Cardiff.

Untuk Juventus, saya pernah menyaksikan pertandingannya saat tur ke Indonesia pada 2014 silam. Bahkan, saat itu saya berkesempatan untuk mewawancarai tiga pemainnya secara eksklusif. Itu jadi salah satu momentum terbaik dalam lebih dari seperempat abad hidup saya.

Kebanggaan itu bakal bertambah jika pada 3 Juni mendatang akhirnya saya berada di antara puluhan ribu penonton yang menyaksikan final Liga Champions. Tentu, saya berharap Juventus yang lolos ke babak pamungkas. Lawannya? Baik itu Madrid atau Atletico tidak masalah.***


*       *       *

Artikel #ODOP Sebelumnya

#Prolog One Day One Post (ODOP): Tantangan Sekaligus Motivasi
- #1 Si Doel Anak Sekolahan, Sinetron 1990-an yang Menginspirasi
- #2 Isra Mikraj sebagai Penanda Ramadan Akan Tiba
- #Ini Rahasia untuk Ngeblog Lebih Semangat
- #Gaji Pertama dan Pesan Orangtua
- #Table Soccer Pacu Kreativitas Masa Kecil
- #6 Sebulan Jelang Ramadan Tiba
- #7 Ke Singapura, Aku Kan Kembali

*       *       *
Artikel ini diikutsertakan dalam kegiatan One Day One Post (ODOP) bersama Komunitas ISB
Jakarta, 30 April 2017

Sabtu, 29 April 2017

Ke Singapura, Aku Kan Kembali


Patung Merlion yang jadi ikon Singapura
(Klik dan geser untuk perbesar foto)


INDONESIA memiliki hubungan yang unik dengan negara tetangga di kawasan Asia Tenggara (ASEAN). Khususnya, jika berkaitan dengan olahraga yang melibatkan Singapura, Malaysia, dan Thailand. Kita selalu bersaing ketat dengan ketiga negara tersebut.

Adakalanya, dibumbui dengan ramuan penyedap yang berlangsung sebelum pertandingan. Baik itu dalam sepak bola maupun bulutangkis. Namun, ketika pertandingan selesai, hubungan Indonesia dengan mereka tetap harmonis.

Ya, seperti kakak dengan adik dalam keluarga. Kalau dekat saling ejek, tapi jika berjauhan justru menyayangi. Teranyar, saya jadi saksi betapa harmoni hubungan Indonesia dengan salah satu negara ASEAN, Thailand.

Itu terjadi pada final leg pertama Piala AFF 2016 di Stadion Pakansari, Bogor. Dalam artikel itu, kedua suporter saling adu yel-yel sepanjang pertandingan. Namun, mereka tetap bersaudara yang terlihat pada foto http://www.roelly87.com/2016/12/sisi-lain-kemenangan-indonesia-atas.html.

Di antara negara ASEAN lainnya, saya beruntung pernah mengunjungi Singapura. Itu terjadi tiga tahun lalu ketika meliput turnamen sepak bola usia dini, The Junior School Soccer League (JSSL) Cup 2014. Saat itu, saya jadi saksi betapa harmonisnya hubungan antarnegara serumpun di Negeri Singa tersebut.

Kebetulan, di Singapura, terdapat empat bahasa resmi. Yaitu, Melayu, Inggris, Mandarin, dan Tamil (Sumber: http://www.singstat.gov.sg/statistics/latest-data). Jadi, ketika menjelajah di negara seluas 719 km persegi ini saya tidak khawatir untuk berinteraksi dengan masyarakat setempat. Sebab, dua bahasa di antaranya sedikitnya saya paham. Apalagi, penduduk Singapura sangat heterogen seperti di Indonesia.

Tak jarang, ketika sepekan saya di negara yang ditemukan petualang Inggris, Thomas Stamford Raffles ini saya banyak bertemu dengan rekan asal Jawa, Sunda, Minangkabau, dan sebagainya. Baik itu yang memang datang sebagai wisatawan atau yang sudah menetap beberapa lama di Singapura.

Apalagi, jika membicarakan tentang olahraga seperti bulutangkis dan sepak bola. Warga Singapura sangat antusias untuk membahas tim maupun atlet negaranya. Itu yang terjadi ketika saya bertemu dengan Fandi Ahmad, warga Singapura yang lama berkarier di Indonesia baik sebagai pemain maupun pelatih (http://www.roelly87.com/2014/10/fandi-ahmad-dan-tentang-mentalitas.html).

Teranyar, Indonesia meloloskan tiga andalannya di cabang bulutangkis pada semifinal Singapore Super Series 2017 (https://twitter.com/roelly87/status/852812356727984128). Yaitu, Anthony Sinisuka Ginting pada sektor tunggal putra dan ganda putra yang dengan dua wakil (Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon dan Berry Angriawan/Hardianto).


*       *       *
Pemandangan di Sungai Singapura

*       *       *
Saya foto dengan latar Patung Merlion

*       *       *
Kompleks Marina Bay Sands dengan kolam renang di atapnya

*       *       *
Pengunjung dikerjai saat membeli es krim di kedai Turki

*       *       *
Pusat perbelanjaan Riveride Point

*       *       *
Air mancur yang seperti menari di kawasan Riverside Point
*       *       *

Artikel #ODOP Sebelumnya

#Prolog One Day One Post (ODOP): Tantangan Sekaligus Motivasi
- #1 Si Doel Anak Sekolahan, Sinetron 1990-an yang Menginspirasi
- #2 Isra Mikraj sebagai Penanda Ramadan Akan Tiba
- #Ini Rahasia untuk Ngeblog Lebih Semangat
- #Gaji Pertama dan Pesan Orangtua
- #Table Soccer Pacu Kreativitas Masa Kecil
- #6 Sebulan Jelang Ramadan Tiba

*       *       *

*       *       *
Artikel ini diikutsertakan dalam kegiatan One Day One Post (ODOP) bersama Komunitas ISB
Jakarta, 29 April 2017

Jumat, 28 April 2017

Sebulan Jelang Ramadan Tiba


Ilustrasi suasana asar di Masjid Hidayatullah, Jakarta Selatan


HAL memalukan atau hal konyol dari diri sendiri yang bikin nyengir ketika mengingatnya. Demikian, tema One Day One Post (ODOP) hari keenam yang diselenggarakan Komunitas ISB. Di antara lima tema sebelumnya, topik hari ini yang paling berat.

Sebab, saya memikirkannya sejak dini hari WIB tadi hingga sore ini tapi masih belum ketemu alias ide masih mandek. Kebetulan, saya merupakan pribadi yang datar-datar saja. Alias, tidak terlalu berprestasi tapi juga tidak sampai (berbuat) memalukan.

Jadi, saya sampai mengernyitkan dahi untuk mengenang apa hal memalukan atau konyol yang bikin nyengir. Namun, karena sudah bertekad untuk membuat satu artikel setiap harinya pada event offline ini, saya harus komitmen.

Yupz, ODOP itu bukan keharusan, melainkan tantangan yang jadi motivasi (Artikel sebelumnya: http://www.roelly87.com/2017/04/one-day-one-post-odop-tantangan.html). Kecuali sakit -semoga kita sehat selalu, Aamiin- atau ada tugas kantor yang tidak memungkinkan untuk ngeblog, sudah pasti saya usahakan minimal membuat satu artikel perhari.

Hingga, menjelang magrib tadi, baru dapat ide. Tepatnya, usai wudu untuk melaksanakan salat magrib. Salah satu hal konyol yang kebetulan saya ingat terjadi belasan tahun silam ketika masih kecil.

Yaitu, saat wudu untuk salat zuhur atau asar. Biasanya, tanpa sengaja ketika sedang berkumur, air suka masuk ke tenggorokan. Tentu, jika tidak sengaja, puasanya pun tidak batal. Konyolnya lagi, adakalanya saya sering berlama-lama untuk kumur saat wudu.

Alhasil, ada beberapa air yang menetes ke tenggorokan. Bisa dipahami mengingat saat itu saya masih bocah. Godaan terkuat untuk puasa yang haus. Apalagi, ketika zuhur yang panasnya sangat terik. Beda lagi jika sudah memasuki asar yang cuaca agak sejuk dan sayang kalau batal karena buka tinggal tiga jam lagi.

Oh ya, sekadar informasi, ketika membuka website Kementerian Agama pada laman http://bimasislam.kemenag.go.id/, ternyata hari ini, 28 April 2017 bertepatan dengan 1 Syaban 1438 Hijriyah. Itu berarti, kurang dari sebulan lagi kita, umat muslim akan melaksanakan ibadah puasa.

Yupz, berdasarkan penanggalan Hijriyah, setelah bulan Syaban adalah Ramadan. Ternyata, berkat mencari ide untuk membuat artikel ini saya jadi tahu saat ini kurang dari sebulan lagi Ramadan tiba. Semoga kita dijaga kesehatan untuk menyambut kehadiran bulan suci tersebut. Aamiin.***


Artikel #ODOP Sebelumnya

#Prolog One Day One Post (ODOP): Tantangan Sekaligus Motivasi
- #1 Si Doel Anak Sekolahan, Sinetron 1990-an yang Menginspirasi
- #2 Isra Mikraj sebagai Penanda Ramadan Akan Tiba
- #Ini Rahasia untuk Ngeblog Lebih Semangat
- #Gaji Pertama dan Pesan Orangtua
- #Table Soccer Pacu Kreativitas Masa Kecil

*       *       *
Artikel Ramadan Lainnya

*       *       *
Artikel ini diikutsertakan dalam kegiatan One Day One Post (ODOP) bersama Komunitas ISB
Jakarta, 28 April 2017

Berkat Mesin Nescafe Dolce Gusto, Saya Seperti Punya Barista Pribadi di Rumah


Rekan blogger Liswanti Pratiwi mencoba membuat minuman dengan
mesin Nescafe Dolce Gusto Piccolo melalui aplikasi di smartphone


NESCAFE Dolce Gusto (NDG)? Wow... Mendengar nama itu yang terbayang dalam pikiran saya tentang mesin kopi instan ala cafe yang bisa dibuat di rumah. Syahdan, dulu saya sering mengkhayal punya barista pribadi di rumah.

Sepertinya keren deh. Apalagi, jika ada tamu yang datang, dengan mesin NDG membuat waktu untuk menyajikan kopi jadi terasa singkat. Bisa dipahami mengingat saya merupakan penggemar sepak bola.

Sudah pasti, untuk menyaksikan pertandingan di tv pada malam hari, kopi merupakan sahabat setia. Begitu juga ketika ada rekan yang bertandang ke rumah saya untuk nonton bareng (nobar).

Saya selalu menyediakan kopi hitam nan pekat dengan sedikit gula. Kenapa gulanya sedikit? sebab saya sendiri sudah manis Karena itulah seninya kopi.

Apalagi, setelah saya mengetahui, ternyata mesin NDG sudah lama beredar di Tanah Air. Bahkan, bentuknya sangat eksotis alias imut. Salah satunya, NDG Piccolo yang baru diluncurkan di Indonesia. Kebetulan, saya bersama rekan blogger berkesempatan jadi saksi dalam launching di Leon Cafe, Jakarta Selatan, Kamis (27/4) malam.

Momentum tersebut, tentunya tidak saya sia-siakan untuk mencoba mesin NDG Piccolo. Sebelumnya, saya sudah menginstal aplikasi Dolce Gusto Timer di smartphone pada laman https://play.google.com/store/apps/details?id=com.dolcegustofree.activity&hl=en.

Eh aplikasi? Untuk apa itu? Yupz, gunanya untuk mempersiapkan aneka minuman dari Dolce Gusto. Jadi, dengan aplikasi itu, kita bisa mengatur waktunya. Tinggal pilih deh, rasanya baik itu Classic yang merupakan andalan saya setiap malam, Cafe au Lait, Cappuccino, Choco Caramel, Espresso, atau favorit terbaru saya Latte Macchiato Caramel.

Berbagai cita rasa itu terdapat pada kapsul Dolce Gusto yang dijual terpisah. Alhasil, dengan NDG Piccolo dan kapsul Dolce Gusto, saya jadi bisa membuka mini-cafe di rumah. Termasuk, dengan memamerkannya pada rekan-rekan yang akan menyaksikan nobar semifinal Liga Champions pada pekan depan.

Dalam situs resminya di https://www.dolce-gusto.co.id, terdapat banyak varian mesin NDG. Ya, kita tinggal pilih saja yang sesuai kebutuhan dan kantong. Kantong? Yupz, sekadar informasi seperti yang saya lihat di website http://www.lazada.co.id/nescafe-dolce-gusto/, harga mesin NDG berkisar antara Rp 1,2 sampai 2,2 juta.

Mahal? Relatif sih menurut saya. Sebab, seperti kata pepatah, ada rupa ada harga. Alias, kita membayar mahal suatu barang yang memang pantas kita dapatkan. Jadi, menurut saya, dana yang saya keluarkan sekitar enam digit itu sangat kompetitif dengan kualitas dari mesin NDG tersebut.

Bisa dipahami mengingat dengan mesin NDG itu, membuat nobar sepak bola bersama rekan-rekan jadi lebih semarak. Pasalnya, dengan NDG Piccolo yang saya punya ini membuat kami lebih berkreasi saat bikin minuman manual seperti barista. Atau, memaksimalkannya dengan aplikasi Dolce Gusto Timer yang inovatif.

Yupz, bagi saya, Piccolo mesin yang cool! Bisa dipahami mengingat jika ngopi-ngopi ganteng –karena ngopi-ngopi cantik sudah mainstream- di kafe, harga pergelasnya di atas Rp 50 ribu. Belum lagi pengeluaran lain seperti ongkos, bensin sepeda motor, parkir, dan sebagainya.

Sementara, dengan NDG Piccolo, menurut perhitungan saya, secangkir tidak lebih dari Rp 10 ribu. Dengan rasa yang sama, tentu perbedaan harga tersebut lumayan tinggi. Apalagi, dengan NDG Piccolo saya bisa berkreasi ala barista untuk menciptakan kopi yang unik.


Nah, saya sudah merasakan berkat mesin Nescafe Dolce Gusto Piccolo, saya seperti punya barista pribadi di rumah. Bagaimana dengan pengalaman Anda?***

*        *        **        *        *
*        *        **        *        *
Aplikasi Dolce Gusto Timer yang bisa
diinstal gratis di Google Play
*        *        *
Aplikasi Dolce Gusto Timer kapasitasnya
ringan dan tidak memakan memori

*        *        *
Berbagai menu  minuman di aplikasi
 Dolce Gusto Timer

*        *        *
Dengan adanya durasi waktu kian
memudahkan kita saat membuat kopi atau minuman

*        *        **        *        *
*        *        **        *        *
Rekan blogger Teddy Rustandi mempraktekkan cara untuk mengisi cappucino
di mesin Nescafe Dolce Gusto Piccolo

*        *        *
Rekan blogger Lita Chanlai mempelajari cara pembuatan kopi atau minuman
beserta kapsulnya di mesin Nescafe Dolce Gusto Piccolo

*        *        **        *        *
*        *        **        *        *
Mesin Nescafe Dolce Gusto Piccolo tidak hanya mengundang perhatian kami
yang mengikuti peluncurannya di Leon Cafe saja. Melainkan di media sosial
seperti Twitter yang bahkan jadi Trending Topics nasional

*        *        **        *        *
*        *        **        *        *
Mesin Nescafe Dolce Gusto Piccolo disambungkan ke listrik

*        *        *
Mesin Nescafe Dolce Gusto Piccolo diisi dengan kapsul cappucino

*        *        *
Tunggu beberapa saat

*        *        *
Taraaaaa! Jadi deh, pagi yang cerah dengan secangkir kopi hasil kreasi sendiri
seperti punya barista pribadi di rumah

*        *        **        *        *
*        *        **        *        *

Ingin seperti saya berkreasi dengan mesin Nescafe Dolce
Gusto Piccolo? Simak tutorial di video ini

*        *        *
- Jakarta, 28 April 2017

Kamis, 27 April 2017

Table Soccer Pacu Kreativitas Masa Kecil

Saya bermain Table Soccer versi asli pada Maret lalu


SALAH satu pengalaman paling berkesan dalam seperempat abad lebih hidup saya ini ya ketika masih sekolah. Termasuk, saat masih memakai kemeja putih dengan celana pendek di atas dengkul. Dalam periode itu, meski sudah lewat belasan tahun, tapi memori saya masih menyimpan banyak pengalaman tentang membuat sesuatu yang kreatif.

Misalnya, ketika membuat Table Soccer (Table Football atau Foosball) dengan bahan-bahan seadanya. Yupz, jangan bayangkan dengan Table Soccer saat ini yang harganya mencapai jutaan rupiah dan berukuran standar lebih dari 120x61 cm. Melainkan, saat itu ukuran mini, sekitar 30x10 cm (setara dengan penggaris 30cm).

Bahan-bahannya pun hanya selembar papan bekas, kayu, paku, dan karet gelang! Itu semua saya dapat hasil mulung bersama teman-teman sebaya pada jam istirahat. Kebetulan, saat itu tidak jauh dari sekolah kami sedang ada pembangunan suatu rumah toko (ruko).

Jadi, di halaman depannya, terdapat berbagai barang rongsokan yang tak terpakai. Nah, dari lokasi tempat sampah itu muncul ide untuk membuat permaiann sepak bola meja. Maklum, pada dekade 1990-an, kami yang masih bocah sering mengunjungi wahana bermain seperti yang ada di mal.

Untuk berkunjung ke sana, berhubung kami masih kecil, hanya bisa sekali dua kali main. Salah satunya, Table Soccer yang memerlukan koin dengan ditukar -kalau tidak keliru- sekitar Rp 500 per koin. Jangan dibayangkan, uang Rp 500 dulu dan sekarang.

Sebab, saat itu, dengan Rp 500 sudah bisa beli semangkok bakso dan es teh manis. Bahkan, kalau tidak salah, ongkos angkot hanya Rp 50-100. Apalagi, dolar Amerika Serikat pun kursnya masih Rp 2.000-an. Alhasil, kami lebih sering ke wahana bermain yang ada di mal tersebut untuk sekadar memencet-mencet tombol saja tanpa menukar koin.

Dengan barang seadanya itu, pada suatu siang -tepatnya saya lupa- seusai pulang sekolah, kami tidak langsung kembali ke rumah. Melainkan kumpul di kantin untuk membuat Table Soccer. Semuanya, tidak ada yang beli, alias gratisan.

Termasuk, dengan paku yang tinggal "nyomot" saja dari ruko. Pun dengan alat panteknya, menggunakan batu-batu yang berada di taman dekat sekolah. Setelah semuanya tersedia, kami mulai bekerja sama. Ada yang mengukur garisnya, menggambar lapangan, membikin gawang dengan karet gelang yang diikatkan pada paku, hingga menyiapkan gundu (kelereng).

Kelereng? Yupz, gunanya sebagai bola yang akan disentil dari ujung ke ujung. Sementara, paku kami sebar hingga 22 buah. Yaitu, masing-masing 11 paku yang menyerupai pemain seperti di Table Soccer. Bedanya, Table Soccer versi kami tidak bisa digerakkan.

Melainkan, untuk bisa mencetak gol, kami harus gape -jago- menyentil gundu. Seperti bermain gundu biasa, bedanya dengan area terbatas yang di sekelilingnya terdapat paku sebagai penghalang.

Setelah jadi, kami bermain giliran. Yang kalah ganti dengan dibatasi siapa yang lebih dulu mencetak tiga gol. Table Soccer versi kami ini jadi permainan favorit kami saat istirahat atau seusai pulang sekolah.

Saking hebohnya, berkat kreativitias kami membuat kelas lainnya ikutan untuk membikin Table Soccer versi mereka. Bahkan, beberapa guru pun asyik menyimak permainan kami. Tak jarang di antara mereka ikutan nimbrung untuk bermain. Hanya, dulu saya belum memiliki kamera atau smartphone untuk mendokumentasikannya.

Tapi, jika reuni dan membicarakannya jadi nostalgia tersendiri yang membuat kami tertawa geli untuk mengingatnya (Artikel terkait: http://www.kompasiana.com/roelly87/kenangan-main-petak-umpet_552e0e476ea834cc2a8b45dd)

Ya, bagaimana pun, guru-guru kami punya masa kecil yang nyaris sama. Yaitu, bermain gundu. Sayangnya, sebagian dari guru kami sudah berpulang karena faktor usia. Begitu juga dengan beberapa teman sebaya yang kerap bermain Table Soccer sudah meninggalkan kami lebih dulu.

Meski begitu, kenangan bermain Table Soccer dengan papan dan gundu tetaplah abadi.

*       *       *
Artikel #ODOP Sebelumnya

#Prolog One Day One Post (ODOP): Tantangan Sekaligus Motivasi
- #1 Si Doel Anak Sekolahan, Sinetron 1990-an yang Menginspirasi
- #2 Isra Mikraj sebagai Penanda Ramadan Akan Tiba
- #Ini Rahasia untuk Ngeblog Lebih Semangat
- #Gaji Pertama dan Pesan Orangtua

Artikel Sekolah Sebelumnya
-Pengalaman Hari Pertama Mengantar Sekolah setelah 18 Tahun

*       *       *
Artikel ini diikutsertakan dalam kegiatan One Day One Post (ODOP) bersama Komunitas ISB
Jakarta, 27 April 2017

Rabu, 26 April 2017

Gaji Pertama dan Pesan Orangtua


Pemandangan matahari terbenam yang memesona di Bukit Langkisau


BIASANYA, saraf motorik manusia selalu mengingat sesuatu yang pertama. Entah itu kenangan, pacar, kendaraan, pekerjaan, hingga gaji. Termasuk, saya yang tidak pernah lupa dengan gaji pertama.

Itu terjadi satu dekade silam ketika pertama kali kerja di suatu perusahaan yang bergerak di bidang hasil perkebunan di ibu kota Jawa Barat. Tentu, sebelumnya saya sudah pernah bekerja atau minimal usaha sendiri. Baik itu berjualan koran secara asongan, freelance, dan sebagainya.

Ketika mendapat gaji pertama, saya langsung pulang ke kostan. Ya, biasa saja mengingat saat itu sedang merantau. Beberapa pekan kemudian saat libur dua hari, baru balik ke ibu kota untuk kumpul bersama keluarga. Nah, saat itulah gaji pertama saya langsung saya gunakan. Sebagian untuk Orangtua. Meski, mereka menolak karena tidak ingin meminta apa-apa dari anaknya.

"Kamu sudah kerja saja, kami sudah bangga. Simpan saja (gaji) kamu untuk ditabung," demikian kata Orangtua saya saat itu. Tapi, sebagai anak, tentu saya ingin memberi yang terbaik untuk Orangtua. Setelah diterangkan bahwa sebagian sudah ditabung, baru mereka mereka menerima.

Nah, pada momen ini, terjadi kejutan. Sebab, rencananya esok harinya saya mau membawa Orangtua dan adik untuk makan-makan di suatu restoran khas Sumatera Barat di kawasan Salemba, Jakarta Pusat. Namun, ketika siang, tiba-tiba di meja makan sudah tersaji gulai tunjang, jengkol sambalado, hingga favorit saya sambal teri petai. Wow...

Usut punya usut, ternyata gaji pertama yang saya berikan itu oleh Orangtua langsung dibelikan lauk-pauk kesukaan saya. Benar kata pepatah, kasih sayang Orangtua kepada anaknya itu sepanjang masa. Bahkan, ketika esok malamnya saya mau berangkat, mereka malah membuat masakan untuk bekal di jalan.

"Ini makanan kesukaan kamu untuk dimakan di bus. Jangan kebanyakan jajan ya. Tinggal di luar kota harus hemat. Uangnya ditabung," ujar Orangtua memberi pesan.

Apa yang disampaikan Orangtua jadi pedoman saya saat menerima gaji pada edisi berikutnya. Ini kisah gaji pertama saya, bagaimana dengan cerita Anda?

Artikel #ODOP Sebelumnya

#Prolog One Day One Post (ODOP): Tantangan Sekaligus Motivasi
- #1 Si Doel Anak Sekolahan, Sinetron 1990-an yang Menginspirasi
- #2 Isra Mikraj sebagai Penanda Ramadan Akan Tiba
- #Ini Rahasia untuk Ngeblog Lebih Semangat

*       *       *
Artikel ini diikutsertakan dalam kegiatan One Day One Post (ODOP) bersama Komunitas ISB
Jakarta, 26 April 2017

Selasa, 25 April 2017

Ini Tips Merawat Sepeda Motor

Ini Tips Merawat Sepeda Motor yang Semudah Senyum

Suasana diskusi bertema Merawat Motor Semudah Senyum yang
diselenggarakan Mobil123.com (Klik dan geser untuk perbesar foto)


BAGI saya, sepeda motor ibarat nyawa kedua sekaligus "pendamping hidup". Bisa dipahami mengingat dengan sepeda motor, saya bisa berkunjung dari satu stadion ke stadion lain, arena olahraga, dan berbagai tempat lainnya untuk kegiatan kerja. Termasuk, dalam berbagai acara blog yang berlokasi di Jakarta dan sekitarnya.

Itu mengapa, saya selalu berusaha merawatnya dengan sebaik mungkin. Termasuk rutin membawanya ke bengkel untuk servis, ganti oli, suku cadang, atau konsultasi dengan mekanik jika ternyata saya merasa ada yang kurang sreg terkait sepeda motor sehari-hari yang saya pakai.

Terkait sepeda motor, saya mendapat tambahan wawasan. Itu setelah saya mengikuti acara yang diselenggarakan Mobil123.com di The Hook Restoran, Jakarta Selatan, Selasa (25/4) siang. Dalam diskusi bertema "Merawat Motor Semudah Senyum" itu turut menampilkan beberapa narasumber yang kompeten.

Yaitu, Indra Prabowo selaku Managing Editor Mobil123.com, Agung Prabowo (Technical Specialist Integrated Lubrication Management Academy PT Pertamina Lubricants), Syafudin (Sales Region 3 PT Pertamina Lubricants), Intania Prionggo (Public Relation PT Pertamina Lubricants), dan Ipoet Kusumonegoro (Lady Biker).

Hari ini merupakan kali keenam saya mengikuti rangkaian acara yang diselenggarakan Portal Otomotif No 1 di Tanah Air tersebut setelah 2015, 2016, dan 2017 (empat kali). Itu berkat informasi dari Komunitas Indonesian Social Blogpreneur (Komunitas ISB).

Sebagai portal otomotif nomor satu di Indonesia, Mobil123.com memang tidak hanya berisi tentang penjualan atau tips dari roda empat saja. Melainkan juga mengenai sepeda motor dengan terdapat 28.688 list serta berbagai tips yang informatif dalam dunia roda dua.

Itu diungkapkan Agung yang membeberkan sembilan tips untuk merawat kendaraan. Termasuk, wajib menyediakan toolkit seperti kunci busi yang standar untuk antisipasi di perjalanan.

Di sisi lain, Ipoet malah lebih ekstrem. Itu karena putri dari Indra Warkop DKI ini menganggap sepeda motor sebagai pacar!

"Meski aku wanita, tetap rutin merawat Moge (motor gede). Baik itu saat diparkir atau ketika sudah dikendarai. Merawat motor harus penuh perhatian ibarat pacar sendiri," Ipoet, menambahkan.

Mengikuti event ini sukses menambah wawasan saya tentang sepeda motor. Maklum, itu merupakan satu-satunya kendaraan yang saya miliki. Tentu, saya harus merawat dan menjaganya sebaik mungkin supaya nyaman dipakai dalam keseharian.

9 Tips Merawat Sepeda Motor:

1. Cek Kondisi OliOli sangat penting perannya untuk melumasi komponen pada mensin, membersihkan kerak sisa pembakaran atau kotoran dari keausan komponen itu sendiri. Jika sudah berwarna kehitaman, ganti segera oli secara berkala dan gunakan rekomendasi pabrikan yang telah tersedia.

2. Cek Kondisi Aki
Jangan biarkan air accu melewati batas maksimum dan minimum. Tambahkan pada pagi hari, jangan biarkan aki lemah tidak segera diganti, pasalnya ada efek negatif terhadap kelistrikan. Khususnya motor modern saa ini dengan teknologi injeksi yang menyebabkan pembakaran tidak sempurna serta boros bahan bakar.

3. Periksa Rantai dan Gir
Jangan biarkan rantai terlalu kendor atau kekencengan. Cek kondisi gear jika sudah tajam segera diganti karena bisa mengakibatkan rantai lepas atau putus. Itu sangat berbahaya terhadap pengendara.

4. Periksa Kabel Koil dan Busi
Perhatikan kabel koil yang menghubungkan arus listrik ke busi, cepat ganti jika sudah terlihat retak dan berumur. Perhatikan busi jika sudah kotor, segera bersihkan atau ganti jika sudah umur sesuai yang di standar pabrikan. Busi merupakan sumber api yang vital dalam pembakaran sepeda motor.

5. Perhatikan Selang Bensin
Selang bensin juga rawan bocor karena umur, perhatikan jika sudah ada keretakan. Dan, rawan buntu apalagi jika sering memakai bensin bukan dari SPBU yang menyebabkan pembakaran tidak sempurna.

6. Panaskan Sepeda Motor Secukupnya
Panaskan mesin sebelum dijalankan cukup 1-2 menit agar tidak bensinnya tidak terbuang percuma. Untuk sepeda motor yang jarang dipakai, lakukan pemanasan rutin supaya oli tidak mengental. Lakukan penggantian olinya tidak memakai KM, tapi sesuai rekomendasi pabrikan pakai bulan/minggu.

7. Periksan Tekanan Angin Ban
Cek tekanan yang diizinkan sesuai ban yang dipakai. Jika terlalu keras akan tidak nyaman, tapi jika kurang tekanan akan boros bahan bakar.

8. Gunakan Part Sesuai Rekomendasi Pabrikan
Gunakan part sesuai rekomendasi pabrikan, termasuk oli yang dipakai. Tidak hanya berpatokan dalam merk/brand, tapi tingkatan mutu yang ada di manual maintenence yang terdapat di buku servis.

9. Jangan Lupa Cuci dan Salon Motornya
Rutin cuci sepeda motor agar terlihat seperti baru. Saat cuci, perhatikan bagian elektrik jangan disemprot kencang, termasuk bagian karburasi jika masih pakai serta knalpot agar airnya tidak masuk ke dalam mesin.

Mungkin tips ini sudah pernah kita lakukan mengingat aktivitas berkendara setiap harinya. Namun, tidak ada salahnya jika saya kembali menyebarkannya supaya diketahui khalayak ramai.

Sebab, inti dari ngeblog itu saling berbagi informasi (kalau bisa inspiratif). Kebetulan, saya sudah mengikuti acara yang diselenggarakan Mobil123.com hingga enam kali. Jadi, apa yang saya dapat dari diskusi bersama portal otomotif nomor 1 di Tanah Air dan narasumbernya itu selalu saya share di blog ini. Tujuannya, untuk menambah wawasan dan pengalaman baik saya pribadi maupun pembaca setia www.roelly87.com.***

*         *         *
Kendaraan operasional Mobil123.com

*         *         *
Kendaraan operasional Pertamina Lubricants

*         *         *
Indra Prabowo selaku Managing Editor Mobil123.com (kanan)

*         *         *
Intania Prionggo (Public Relation PT Pertamina Lubricants)

*         *         *
Agung Prabowo (Technical Specialist Pertamina Lubricants)

*         *         *
Ipoet Kusumonegoro dari perwakilan Lady Biker

*         *         *
Syafudin selaku Sales Region 3 Pertamina Lubricant (tengah)

*         *         *
Rekan blogger Dede Ariyanto bertanya kepada narasumber

*         *         *
Ipoet bercerita tentang kendaraan yang dianggap sebagai pacar

*         *         *
Berbagai produk dari Pertamina Lubricants

*         *         *
Foto bersama kru Mobil123.com dan narasumber

*         *         *

Artikel Terkait:
Ketika yang Kedua Belum Tentu Kalah Bagus dari Tangan Pertama
Mau Kredit Mobil yang Menguntungkan? Ini Tipsnya
Mobil123.com Edukasi Blogger Pentingnya Asuransi untuk Kendaraan
Mobil123.com Rilis Fitur Live Chat untuk Mudahkan Calon Pembeli
Solusi Mudah Cari Mobil di Mobil123.com

*         *         *
Jakarta, 25 April 2017

Ini Rahasia untuk Ngeblog Lebih Semangat


PENDAMPING hidup atau penyemangat saat ngeblog. Demikian, tema One Day One Post (ODOP) untuk hari ketiga yang diselenggarakan Komunitas ISB. Mengenai kriteria bisa itu lagu, cemilan, pajangan foto mantan atau bakal calon, wishlist, dan sebagainya.

Untuk saya pribadi, cenderung memilih yang pertama. Yaitu, menulis sambil mendengarkan lagu. Baik itu via MP3 di ponsel, youtube, atau radio. Untuk lagunya bisa itu pop, rock, metal, hingga dangdut! Yupz, sebagai musik asli Tanah Air, saya memang menggemari dangdut.

Kecuali jika ditampilkan dengan seronok yang membuat saya ilfil. Kebetulan, enam tahun silam saya pernah menulisnya di Kompasiana (http://www.kompasiana.com/roelly87/fenomena-dangdut-musik-asli-indonesia-bersaing-dengan-musik-pop_5508fd63813311a524b1e1b0).

Untuk musisi atau penyanyinya, saya merupakan penggemar Iis Dahlia sejak masih imut hingga kini sudah kepala empat tetap memesona. Selain itu, ada Rita Sugiarto, Cici Faramida, Itje Trisnawati, Camelia Malik, Evie Tamala, Ikke Nurjanah, hingga Elvy Sukaesih. Maaf, dalam daftar saya tidak ada tempat untuk penyanyi dangdut yang vulgar atau sekadar sensasi.

Sementara, untuk pria ada Rhoma Irama, Ahmad Rafiq, Muchsin Alatas, Jaja Miharja, hingga Meggy Z (alm). Yuzp, ketika sedang mati ide dalam menulis di blog, berbagai karya dari musisi dangdut pria dan wanita itu seperti jadi penyemangat. Itu karena lirik-lirik mereka yang puitis mampu memompa adrenalin untuk menyalurkan ide hingga lancar mengetik.

Selain dangdut, tentu banyak genre musik lain yang saya suka. Bahkan, dari 1.000 artikel lebih di blog yang saya tulis sejak 2009 (Kompasiana 667, www.roelly87.com 459), sekitar 10 persennya tentang musik. Entah itu opini maupun reportase. Jadi, agak mabok juga untuk menampilkan artikel terkait musik dalam postingan ini.

Apalagi, sejak mencuatnya Windy Ghemary yang merupakan jebolan Indonesian Idol 2014. Saya jadi lebih sering mendengarkan lagu dari wanita kelahiran 1993 ini. Terutama, pada malam hingga dini hari WIB yang merupakan fase produktif dalam ngeblog.

Windy (lagunya, maksudnya) jadi kerap menemani saya dalam mengetik bersama Iis, Ikke, Evie, dan sebagainya. Bisa dipahami mengingat Windy merupakan musisi serba bisa. Membawakan lagu yang mendayu-dayu oke. Begitu juga ketika suaranya dipaksa melengking dengan gaya rocker, pun tetap oke.

Meski saat ini belum memiliki album, namun Windy sudah merilis dua single di akun resmi youtube-nya. Yaitu, Masih Mencintaimu dan Gelisah Hati yang kerap saya simak di laman https://youtu.be/YZz0LZTqqWw.

Dengan mengetik sambil mendengarkan musik seperti saat ini yang saya lakukan sekitar menjelang pergantian malam hingga dini hari terbukti membuat pikiran lebih jernih. Yupz, memang saya biasanya aktif ngeblog sekitar pukul 23.00 WIB setelah selesai kerja hingga 05.00 WIB menjelang tidur.

Menulis sih cukup 30 menit hingga satu jam. Bahkan, untuk reportase acara yang sudah berlangsung, biasanya saya cuma beberapa menit. Yang lama itu untuk mencari foto dan mengeditnya karena bisa mencapai 2-3 jam. Maklum, untuk artikel reportase, saya memang kerap menampilkan lebih dari 10 foto yang saya ambil dari berbagai angle.

Itu belum termasuk mengunggah video di laman youtube yang bisa berjam-jam tergantung ukurannya. Nah, pada momentum itulah, mendengarkan lagu sukses menghilangkan kantuk sekaligus sebagai penyemangat.

Ini rahasia saya dalam ngeblog untuk lebih semangat. Bagaimana dengan Anda?***




*       *       *
Artikel #ODOP Sebelumnya

- #Prolog One Day One Post (ODOP): Tantangan Sekaligus Motivasi
- #1 Si Doel Anak Sekolahan, Sinetron 1990-an yang Menginspirasi
- #2 Isra Mikraj sebagai Penanda Ramadan Akan Tiba

*       *       *
Artikel ini diikutsertakan dalam kegiatan One Day One Post (ODOP) bersama Komunitas ISB
- Jakarta, 25 April 2017

Senin, 24 April 2017

Isra Mikraj sebagai Penanda Ramadan Akan Tiba


Masjid Raya Baitussalam di Pondok Kelapa, Duren Sawit, Jakarta Timur
(Foto: Dokumentasi pribadi/www.roelly87.com)


SETIAP tahun, tepatnya 27 Rajab pada Kalender Hijriah diperingati sebagai Isra Mikraj. Yaitu, momentum diturunkannya perintah salat lima waktu. Seperti yang saya kutip dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) versi daring, "Peristiwa perjalanan Nabi Muhammad saw. dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa, langsung ke Sidratulmuntaha (di langit ke tujuh) pada malam hari untuk menerima perintah salat lima waktu".

Tentu, setiap tahun peringatan Isra Mikraj selalu berubah karena perbedaan kalender Masehi dan Hijriah yang selisih 11 hari. Untuk 2017 ini, 27 Rajab jatuh pada hari ini, Senin (24/4). Sementara, tahun lalu diperingati pada 6 Mei.

Nah, apa sih makna dari Isra Mikraj itu? Sebagai muslim, tentu saya memahaminya karena sejak kecil sudah mempelajarinya. Namun, karena Isra Mikraj ini maknanya luas, jadi saya hanya bisa mengerti kulit-kulitnya saja.

Seperti yang tertera pada situs resmi kbbi.kemdikbud.go.id. Yaitu, turunnya perintah Tuhan kepada umat muslim untuk salat lima waktu yang disampaikan melalui Nabi Muhammad. Tentu, kita tidak bisa membahasnya secara logika.

Itu mengingat jarak dari Masjidil Haram di kota Mekah, Arab Saudi, dengan Masjidil Aqsa di Yerusalem, Israel, mencapai 1.238 km (maps.google.com). Dengan jarak tersebut, tidak mungkin ditempuh hanya dalam semalam.

Menurut berbagai aplikasi navigasi dan peta, membutuhkan perjalanan lebih dari 15 jam dengan melewati padang pasir. Apalagi, setelah tiba di Masjidil Aqsa, Nabi Muhammad "terbang" ke langit ketujuh. Jelas, untuk memahaminya tidak sekadar memakai nalar saja. Namun, dengan keimanan, tentu kita harus percaya.

Bagi saya pribadi, sejak kecil Isra Mikraj menjadi penanda akan datangnya Ramadan. Yupz, bulan yang sangat ditunggu umat muslim sedunia untuk menunaikan ibadah puasa yang merupakan Rukun Islam ketiga.

Dulu, ketika saya kecil, sekitar 1-2 bulan menjelang puasa, bunyi petasan sudah marak terdengar di berbagai kampung. Sementara, setelah 27 Rajab, biasanya di berbagai kampung kerap diselenggarakan peringatan Isra Mikraj.

Terutama, mendatangkan beberapa penceramah dengan mendirikan panggung yang diiringi grup musik nasyid. Termasuk, kehadiran ulama tersohor seperti Kh. Zainuddin MZ dan Jefri "Uje" Al Buchori yang keduanya kini sudah almarhum (Artikel sebelumnya di Kompasiana http://www.kompasiana.com/roelly87/mengenang-uje-dan-mz-di-bulan-ramadan_552c7f396ea834fa458b4650).

Biasanya, berbagai ulama itu hadir berceramah dua kali dalam setahun. Yaitu, untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad yang jatuh pada 12 Rabiul Awal dan Isra Mikraj. Hingga kini, kegiatan itu masih rutin dilakukan di tempat kami.

Ya, Isra Mikraj yang jatuh pada 27 Rajab memang mendekati puasa. Sebab, dalam Kalender Hijriah selanjutnya bulan Syaban, dan Ramadan. Akhir kata, Marhaban Yaa Ramadhan...***

*        *        *
Penjelasan Isra Mikraj di KBBI

*        *        *

Artikel Terkait:


Artikel Ramadan Lainnya: 

Minggu, 23 April 2017

Si Doel Anak Sekolahan, Sinetron 1990-an yang Menginspirasi


Reuni para pemain Si Doel Anak Sekolahan (Foto: Instagram/Mandra_ys)


Aduh sialan, nih Si Doel anak Betawi asli
Kerjaannye sembayang mengaji
Tapi jangan bikin die sakit hati
Die beri sekali, Huh.. orang bisa mati

LEBIH dari dua dekade silam, di Tanah Air ini siapa yang tidak pernah menyaksikan film Si Doel Anak Sekolahan (SDAS)? Sinetron yang dibintangi Rano Karno, Benyamin Sueb (alm), Cornelia Agatha, Maudy Koesnadi, Mandra Naih, dan aktor-aktris ternama lainnya ini sangatlah populer.

Sebagai sosok yang dibesarkan pada generasi 1990-an, tentu saya tidak ketinggalan menyaksikan sinetron SDAS ini. Bersama rekan sebaya, setiap kali SDAS tayang, kami sudah memantengin layar televisi. Dulu, salah satu kenikmatan duniawi itu ya, nonton tv. Baik itu sinetron, sepak bola, dan kartun pada Minggu pagi.

Bagi saya, SDAS ini salah satu sinetron yang sangat menginspirasi. Itu mengapa, lima tahun silam, saya pernah membuat tulisan di Kompasiana dengan judul Lima Sinetron Legendaris Indonesia (http://www.kompasiana.com/roelly87/lima-sinetron-legendaris-indonesia
_5519b565a33311491ab65997).

SDAS bersanding dengan Keluarga Cemara, Anak Seribu Pulau, Lorong Waktu, dan Tersayang (Ehm). Maklum, SDAS merupakan sinetron yang banyak memberi inspirasi bagi saya. Terutama, tentang bagaimana Kasdullah alias Doel yang diperankan Rano bisa meraih kesuksesan dari nol.

Ya, dari nol -"dari nol ya mas," tutur mbak petugas SPBU itu dengan manis sebelum mengangkat nosel Pertamax ke tangki kendaraan saya-. Alias, untuk kuliah, ayah Doel, Sabeni (Benyamin) harus menjual berhektar-hektar tanah warisan keluarganya.

Namun, perjuangan mereka tidak sia-sia karena sinetron ini memiliki ending yang manis. Sebab, setelah menyandang gelar sarjana dan mendapat pekerjaan yang layak pada akhirnya, Doel berhasil membuat keluarganya bangga. Terutama, perjuangan dari Sabeni dan Lela selaku sang bunda (Aminah Cendrakasih). Tuh kan, benar kata pepatah. untuk menghasilkan mutiara yang bersinar harus terjun ke dasar laut terdalam.

*        *        *

SELAIN faktor cerita yang sangat mengedukasi dengan banyak menonjolkan sisi humanis dalam keluarga, SDAS juga tidak lupa memberikan nuansa hiburan. Siapa yang tidak terpingkal-pingkal mendengarkan banyolan dari Mandra? Atau, siulan dari Karyo (Basuki), celotehan jenaka Atun (Suti Karno) dan Engkong Ali (Pak Tile)?

Dulu, ketika internet belum mewabah, pria mana yang tidak galau untuk memilih antara Sarah (Cornelia) dan Zaenab (Maudy)? Yang satu mahasiswi blasteran yang sangat cantik. Satunya lagi, wanita asli betawi nan ayu yang memang sejak kecil sudah dijodohkan dengan Doel.

Meski sudah lewat dua dekade dan kini kedua aktris itu sudah kepala empat, namun tetap memesona. Bahkan, baik Sarah dan Zaenab tidak kalah dengan bintang drakor seperti Im Yoon-ah (Yoona SNSD) atau Kim Seol-hyun. Mungkin, Barbie Hsu (Meteor Garden) dan Kim Hee-sun (The Myth) yang bisa dikomparasi dengan Sarah-Zaenab. Itu pun masih kalah anggun dengan Sarah-Zaenab.

SDAS tayang di televisi sejak 12 Maret 1994 hingga 2006 (Sumber: http://entertainment.kompas.
com/read/2016/10/03/092354010/rano.karno.cerita.si.doel.sebenarnya.belum.selesai). Dalam periode itu, banyak kisah menarik dari keluarga Sabeni yang tinggal di rumah adat betawi nan eksotis di kawasan Karang Tengah, Lebak Bulus, Jakarta Selatan ini.

Salah satunya pada tayangan di akun youtube berjudul Doa Almarhum Benyamin Sueb Si doel jadi gubernur akhirnya kesampean (https://www.youtube.com/watch?v=P4ri3L_YGwc). Saat itu, terjadi dialog antara ayah dan anak yang bikin penonton trenyuh.

Pasalnya, Sabeni habis-habisan jual tanah warisan dan banting tulang sebagai sopir angkot hanya untuk Doel. Harapan Sabeni sama seperti orangtua lainnya di dunia ini kepada sang anak. Biar bagaimanapun sulitnya, tentu orangtua selalu memberikan yang terbaik untuk sang buah hati.

“Coba aja (Doel) kayak si Pii, beh. Ga nyusahin babeh buat bayar sekolah. Hidup kita ga susah seperti sekarang," kata Doel menghampiri babehnya.

“Kok lo ngomong kayak gitu Doel?” jawab Sabeni yang tersadar dari lamunan.

“Habis saya malu beh. Babeh udah habis-habisan, tapi (Doel kuliah) belum kelar juga.

“Doel, biar babeh tukang ngomel. Namanye ama anak, biar kate kaki bakal kepala, kepale bakal kaki, demi lo, babeh ikhlas. Ini memang kemauan babeh, Doel. Bukan kecewain lo, bukan. Supaya lo pinter sekolahnya. Bisa jadi orang pangkat. Jangan kayak babeh jadi sopir. Atau lo ntar jadi tukang buah, tukang layangan, calo tanah. Bukan itu yang gue mau Dul. Sekali-kali lo jadi gubernur gitu.”

*        *        *
Artikel Terkait:

- Lima Sinetron Legendaris Indonesia (http://www.kompasiana.com/roelly87/lima-sinetron-legendaris-indonesia_5519b565a33311491ab65997/)

*        *        *
Artikel ini diikutsertakan dalam kegiatan One Day One Post (ODOP) bersama Komunitas ISB
- Jakarta, 23 April 2017