TyyiccClcSK3IvRCDh0sKBc4_Sg roelly87.com: Agustus 2018

Serial Catatan Harian Ojol

Serial Catatan Harian Ojol
Serial Catatan Harian Ojol

Jumat, 31 Agustus 2018

Catat, Mamma Mia! Hadir di Jakarta hingga 9 September


Salah satu cuplikan dari Mamma Mia! yang memesona
(Klik foto untuk perbesar atau geser untuk melihat gambar lainnya)

AKHIRNYA, yang ditunggu-tunggu pun tiba. Ya, penantian panjang nyaris delapan bulan itu pun terbayar tuntas.

Tepatnya dengan menyaksikan penampilan memesona dari drama musikal Mamma Mia!. Saya mengetahuinya sejak menghadiri jumpa pers pada 7 Maret lalu. Sebelumnya, saya hanya tahu Mamma Mia! itu drama musikal yang membawakan berbagai lagu favorit dari musisi legendaris ABBA.

Namun, ternyata keliru. Sebab, Mamma Mia! lebih dari sekadar nostalgia. Kebetulan, saya besar pada era 1990-an. Tentu, saya lebih mengenal November Rain-nya Guns N' Roses, You're Still the One (Shania Twain) atau di dalam negeri seperti Dewa 19, Padi, Nike Ardilla, dan sebagainya.

Sementara, ABBA sudah populer sejak 1970-an silam. Bersanding dengan Queen, Led Zeppelin, dan sebagainya. Kendati, banyak lagu-lagu dari band asal Swedia ini yang di-cover musisi generasi selanjutnya. Misalnya, Sherina Munaf yang membawakan I Have a Dream bersama Westlife.

*         *         *
SELASA (28/8) jadi salah satu hari yang tak terlupakan bagi saya. Pertama, mendapat apresiasi dari Bank Central Asia (BCA) terkait reportase. Oh ya, BCA ini merupakan official bank partner Mamma Mia!.

Siangnya, menyaksikan perjuangan wakil Indonesia yang mendapat dua medali emas Asian Games 2018 lewat cabang olahraga (cabor) bulu tangkis. Yaitu, Jonatan Christie melalui tunggal putra dan Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon (ganda putra). Sebagai penggemar olahraga, saya bangga dengan pahlawan tepok bulu yang mampu mempersembahkan yang terbaik untuk Indonesia.

Malam harinya, saya berkesempatan menyaksikan drama musikal Mamma Mia! Bahkan, sebelumnya, saya dan rekan-rekan blogger serta jurnalis mendapat kehormatan untuk mengikuti Media Day. Yaitu, cuplikan pertunjukan Mamma Mia! lengkap dengan para pemain, kostum, dan set panggung yang akan digunakan saat tampil.

Pada sesi ini, kami diberikan keistimewaan untuk mengambil gambar. Sementara, ketika tampil, demi menjaga ketenangan saat menonton dari bunyi kamera, hanya diperbolehkan memotret sebelum atau sesudah pertunjukan.

Bagi saya, jelas ini suatu kebanggaan. Kebetulan, saya menyukai berbagai pertunjukan seni. Mulai dari wayang hingga konser. Misalnya, Rockestra yang mempertemukan Dewa, Slank, dan Gigi (Generasi 90-an pasti khatam ketiga band legendaris ini), 100 Tahun Ismail Marzuki, Bon Jovi, Super Junior! dan sebagainya.

Tak heran jika saya pun sangat antusias untuk menyaksikan MammaMia!. Selain nostalgia berbagai lagu ABBA, saya sangat kagum dengan set panggung. Dekorasinya minimalis, tapi efisien. Terlebih, dengan permainan cahaya yang visualisasinya seperti mengajak penonton untuk menemani Sophie Sheridan di panggung.

*         *         *

ANDA penasaran dengan pengalaman yang saya rasakan? Silakan menyaksikannya sendiri. Mamma Mia! merupakan salah satu pertunjukan musikal paling sukses di dunia. Keberadaannya sudah berlangsung selama 19 tahun di West End, London.

Hingga kini,  pertunjukan tersebut telah ditonton lebih dari 60 juta orang di seluruh dunia. Bahkan, dipentaskan melalui 60 produksi dalam 16 bahasa yang berbeda.

Termasuk, di Indonesia yang berlangsung sejak 28 Agustus lalu hingga 9 September mendatang di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki (TIM). Alias, masih ada lebih dari sepekan bagi Anda untuk menyaksikan pertunjukan yang membawakan berbagai lagu favorti dari musisi legendaris ABBA.

Sebagai gambaran, Mamma Mia! sudah jadi pertunjukan yang dicintai di seluruh dunia dengan musikalitas yang ceria dan nuansa Yunani cerah. Beberapa lagu yang dibawakan seperti Dancing Queen dan I Have a Dream akan mengajak penonton untuk bernyanyi bersama, bernostalgia, dan menghayati kisahnya.

"Kami sangat senang Mamma Mia! dapat hadir di Jakarta. Kami menghadirkan seluruh kru produksi yang terlibat di West End London yang terdiri dari pemain, musisi, serta di balik layar," kata Associate Producer tur Mamma Mia! Nick Grace, dalam diskusi dengan blogger dan jurnalis

"Seluruh produksi yang kami bawa ke Jakarta dari pencahayaan, suara, pemandangan, hingga kostum merupakan elemen-elemn yang saling mendukung. Sekaligus, untuk memastikan apa yang penonton lihat nanti sama persis dengan yang ada di London."

Dalam jumpa pers itu, turut hadir Marketing Director SGE (Sorak Gemilang Entertainment) Mervi Sumali, Lucy May Braker (pameran Shopie), Helen Hobson (Donna Sheridan), Daniel Crowder, Matthew Rutherford, Tamlyn Hendersen (tiga ayah), dan Pillip Ryan (aktor).

"Kami mewakili seluruh pemain dan kru Mamma Mia! sangat bersemnagat untuk tampil di Jakarta. Sekaligus diberi kesempatan untuk menunjukkan produksi yang luar biasa untuk kali pertama di Indonesia. Kami akan memberikan waktu yang tak terlupakan bagi para penonton melalui cerita dan musik yang riang," Shopie, menjelaskan.

*         *         *
SEBAGAI gambaran, Mamma Mia! mengisahkan tentang cinta lintas generasi yang terpusat pada kehidupan ibu dan anak. Drama Musikal ini merupakan karya sensasional dari Judy Craymer yang ditulis Catherine Johnson, Phyllida Lloyd (sutradara), Anthony Van Laast (koreografi), dan Benny Andersson dan Bjorn Ulvaes (musik dan lirik).

Di Tanah Air, Mamma Mia! melakukan tur bekerja sama dengan SGE Juga didukung BCA untuk pembayaran tiket dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Mamma Mia! berdurasi 2 jam 35 menit dengan jeda istirahat 20 menit.***


Sekilas Informasi:

Harga Tiket:

Kategori
VIP
Platinum
Gold
Silver

Normal
Rp 2.650.000
Rp 2.350.000
Rp 1.650.000
Rp 850.000

Keterangan: Harga di atas sudah termasuk pajak hiburan dan belum termasuk biaya admin tiket 3,3%

Waktu Pertunjukan:
28 Agustus hingga 9 September (16 kali)
Selasa - Kamis: 20.00 WIB
Sabtu: 14.30 dan 19.30 WIB
Minggu: 13.00 dan 18.30 WIB

Info pemesanan:
Websitewww.mammamiajkt.com
Telepon: 0813 2587 5388
Langsung di TempatTeater Jakarta, TIM
Instagram@Sgelive.id

*         *         *
Tiga rekan blogger mengabadikan momen dengan latar Mamma Mia!

*         *         *
Sophie Sheridan membahas terkait penampilan seluruh pemain dan kru yang
diboyong langsung dari Inggris

*         *         *
Diskusi hangat terkait konser bersama rekan-rekan blogge dan jurnalis

*         *         *
Mamma Mia! siap dimulai

*         *         *
I Have a Dream dari ABBA jadi lagu pamungkas yang mengiringi drama
musikal ini

*         *         *
Visualisasi dan tata cahayanya luar biasa

*         *         *
Mamma Mia! menggelar pertunjukan di Jakarta sejak 28 Agustus hingga
2 September mendatang

*         *         *
Mamma Mia! sudah dipentaskan melalui 60 produksi dalam 16 bahasa berbeda

*         *         *
Tahun ini merupakan kali pertama Mamma Mia! hadir di Jakarta yang mendapat
sambutan hangat dari penonton

*         *         *

*         *         **         *         **         *         **         *         *
*         *         **         *         *
- Jadi Saksi Sejarah Bersama MAMMA MIA!

*         *         *
- Jakarta, 31 Agustus 2018

Selasa, 28 Agustus 2018

Fajar/Rian Itu Buaya, tapi Kevin/Marcus Penyayang Binatang


Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto (Foto TopSkor.id/Sri Nugroho)


HASRAT Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto untuk mencicipi medali emas Asian Games 2018, harus tertunda. Setidaknya, hingga empat tahun mendatang, di Hangzhou, Cina.

Itu akibat dikalahkan sahabat sekamarmya di pelatnas Cipayung, Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon. Dalam All Indonesian Final pada cabang olahraga (cabor) bulu tangkis ganda putra itu, Fajar/Rian menyerah 21-13, 18-21, 22-24.

Tidak hanya mereka saja yang kecewa dengan kekalahan skor tipis di Istana Olahraga (Istora) Gelora Bung Karno, siang tadi. Melainkan juga, fan fanatik Fajar/Rian.

Ya, ganda putra yang akrab disapa Fajri itu memang sudah berduet sejak 2014 yang setahun lebih awal dari Kevin/Marcus. Wajar, jika Fajar/Rian pun memiliki fan yang lumayan banyak dari penjuru Tanah Air.

"Nyesek sih, kalah tipis. Setipis senyum Rian," ujar Florencia Maulida, saat ditemui TopSkor.id usai keluar dari Istora, Selasa (28/8).

Dara 24 tahun ini mengaku sebagai penggemar setia Fajri. Kendati, secara prestasi, idolanya itu masih tertinggal dari Kevin/Marcus yang sejak 2017 merajai blantika tepok bulu.

"Ya, habis gimana. Sudah kadung suka sama mereka. Fajri itu, kalem. Mainnya tenang meski ga sedingin Hot Daddies," Florencia merujuk pasangan senior peraih emas Asian Games 2014, Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan.

Fakta tersebut diakui kawannya Nunik Armavati. Mereka menilai, apa yang dilakukan Fajar/Rian sudah sangat luar biasa.

"Di semifinal sukses mengalahkan ranking dua dunia (Li Junhui/Liu Yuchen). Ini sangat positif. Saya yakin, empat tahun lagi Fajar/Rian yang meraih medali emas," Nunik, menambahkan.

"Kelamaan. Dua tahun lagi di (Olimpiade 2020) Tokyo, juga bisa. Syaratnya, pada poin-poin krusial, Fajar/Rian harus fokus," timpal Florencia, cepat.

Pernyataan penggemar Lee Yong Dae ini beralasan. Dalam komentarnya seusai pertandingan, Fajar/Rian menegaskan kekalahan di final Asian Games 2018 ini jadi motivasi demi lebih baik lagi pada event akbar selanjutnya.

"Fajar/Rian itu seperti buaya. Tenang, tenang, tapi siap menerkam mangsa. Nyaris saja, (Kevin/Marcus) bisa dikalahkan," tutur Florencia yang tak henti memainkan gadgetnya meski sambil jalan. 

Bahkan, beberapa kali, sosok yang mengaku tidak jomblo melainkan belum dapat jodoh yang tepat ini kegirangan. Setelah ditelisik, ternyata di layar smartphone-nya terpampang trending topic twitter untuk frasa FajRi.

"Sayangnya, Kevin/Marcus penyayang binatang. Jadi, seganas apa pun buayanya, tetap bisa dijinakkan," Nunik berseloroh sembari menowel Florencia.

Faktanya, dari berbagai sisi, untuk saat ini Kevin/Marcus memang di atas Fajar/Rian. Termasuk, ketika TopSkor.id membuat polling di twitter.

76 persen warganet percaya, Kevin/Marcus yang memenangkan All Indonesian Final. Alias, hanya 24% yang mengunggulkan Fajar/Rian.

"Ya, mereka kurang beruntung hari ini. Selamat untuk Kevin/Marcus. Meski (Fajar/Rian) kalah, tapi tetap bangga. Apalagi, terjadi All Indonesian Final yang berarti memastikan medali emas Asian Games 2018," lanjut Florencia sambil menggaet Nunik yang mendadak tidak jadi ke arah Jalan Jenderal Sudirman, tapi menuju Asian Games 2018 Official Merchandise Super Store.

Alias, toko suvenir resmi pesta olahraga antarnegara Asia. "Bulu tangkis kan sudah selesai. Saatnya belanja kenang-kenangan Asian Games 2018. Kan, belum tentu 10-20 tahun lagi, Indonesia kembali jadi tuan rumah," tutur Florencia dengan senyumnya yang renyah.***

- Jakarta, 28 Agustus 2018
(Artikel ini sebelumnya dimuat di www.TopSkor.id)

Senin, 27 Agustus 2018

Kevin/Marcus Itu Racun, tapi Rasa Stroberi!


Foto bersama tim beregu putra Indonesia usai mendapatkan medali perak
Asian Games 2018

ANTUSIASME penonton untuk mendukung setiap wakil Indonesia yang bertanding di Asian Games 2018 ini sangat luar biasa. Itu terlihat di kawasan Komplek Gelora Bung Karno (GBK), Senayan, Jakarta Pusat.

Sejak pagi,  sudah banyak masyarakat yang mendatangi komplek olahraga terbesar di Tanah Air. Maklum Senin (27/8) ini terdapat beberapa pertandingan yang melibatkan wakil Merah-Putih di Komplek GBK.

Mulai dari Karate di Jakarta Convention Center (JCC), Squash (Squash Arena), Voli (Voli Arena), Basket 5x5 (Basket Hall), dan bulu tangkis (Istana Olahraga). Setiap cabang olahraga (cabor) memiliki penggemar masing-masing.

Salah satunya, bulu tangkis yang hari ini mempertandingkan tunggal putra dan ganda putra. Terdapat empat wakil Indonesia yang akan bertanding mulai pukul 12.30 WIB.

Namun, mayoritas masyarakat sudah memadati GBK sejak pagi. Termasuk, Nindya Arifin, yang bersama empat rekannya sudah tiba dari pukul 09.00 WIB.

“Ga sabar nunggu Mpin main. Semoga bersama Sinyo bisa lolos ke final besok,” kata Nindya, saat ditemui TopSkor.id di GBK sambil menyebut panggilan akrab untuk Kevin Sanjaya Sukamuljo dan Marcus Fernaldi Gideon.

Kebetulan, mahasiswi asal Jagakarsa ini memarkirkan kendaraannya di salah satu pusat perbelanjaan di Pintu Satu Senayan. Dari mal yang bersebelahan dengan gedung Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan itu, Nindya jalan kaki menuju Istora.

“Capek sih. Lumayan jauh. Namun, gimana lagi. Yang penting, sebagai masyarakat kami berusaha untuk mendukung wakil Indonesia bertanding. Semoga bulu tangkis bisa mewujudkan target emas,” Nindya, menambahkan.

Sepanjang pesta olahraga antarnegara Asia ini berlangsung, GBK memang steril terhadap kendaraan. Kecuali bagi atlet, ofisial, Presiden dan Wakil Presiden serta tamu VIP

Namun, Panitia Nasional Penyelenggara Asian Games XVIII/2018 (INASGOC) menyediakan kantong-kantong parkir bekerja sama dengan sejumlah pihak. Baik itu di mal, Kementerian Pemuda dan Olahraga, SCBD, dan sebagainya.

“Bangkrut kita kalo tiap hari kayak gini. Bayangkan, per jamnya saja berapa Ini nonton dari pagi sampai malam. Namun, tidak apa-apa Asian Games 2018 ini kan kali kedua Indonesia jadi tuan rumah setelah 1962. Butuh 56 tahun lho. Mungkin, Indonesia jadi tuan rumah lagi pas kita-kita sudah jadi nini-nini,” lanjut Nindya, semringah yang memberi warna dalam perjalanan menuju Istora.

“Emas bisa lah dua dari bulu tangkis. Ganda putra dan tunggal putra masing-masing satu. Semoga bisa All Indonesian Final di dua nomor itu,” Yanti Oktavia, rekan Nindya, menimpali.

Ya, selain Kevin/Marcus, ada Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto yang tampil di ganda putra. Sementara, untuk tunggal putra diwakili Anthony Sinisuka Ginting dan Jonatan Christie.

“Jojo (Jonatan) itu ganteng banget. Senyumnya bikin meleleh,” Wiwin Laksana, salah satu dari rombongan mereka buka suara.

“Biasa saja. Gw sih lebih tertarik lihat (Carolina) Marin. Sayangnya dia ga tampil,” Agus Rukmana,  salah satu dari dua pria yang berada di rombongan tersebut menimpali.

“Yeee, lo mah cowo. Liatnya yang bening-bening terus. Lagian, Marin mah Spanyol. Ga mungkin (tampil) di Asian Games,” Yanti, mengomentari.

“Kalo gw sih siapa saja yang penting bisa mengharumkan Indonesia. Etapi kalo bisa sih Kevin/Marcus juara. Maaf ya, untuk penggemar Fajar/Rian,” Nindya, kembali buka suara.

“Bagi gw, Kevin/Marcus itu racun,  tapi rasa stroberi. Nonton pertandingan mereka selalu deg-degan. Namun, justru bikin nagih,” dara 21 tahun ini melanjutkan dengan ekspresi datar yang membuatnya diserbu kawan-kawannya dengan balon tepuk dari sponsor.

“Emang ngeselin sih Mpin sama Sinyo. Namun, ga seru nonton mereka. Setiap lewat perempat final, Kevin/Marcus sudah autowin,” Adi Anggoro yang sejak tadi sibuk dengan smartphone-nya akhirnya angkat bicara.

“Fajar/Rian boleh juga. Kalem tapi mematikan,” lanjut Yanti.

Tak terasa, perbincangan hangat dengan mereka membuat perjalanan terasa singkat TopSkor.id pun berpisah dengan kelima mahasiswa dari salah satu perguruan tinggi Jakarta Pusat tersebut.

Mereka menuju gate penonton dan TopSkor.id ke arah media. Tak lama usai mengucapkan terima kasih karena bersedia diwawancarai sepanjang jalan, terdengar sayup-sayup kehebohan dari kelimanya.

“Kevin/Marcus kan dibilang autowin. Berarti menang di semifinal.”

“Juaranya Fajar/Rian.”

“Misaki (Matsutomo)/Ayaka (Takahashi) juga boleh.”

“Ih gw dora aja deh (Chen Qingchen/Jia Yifan).”

“Jojo 100%.”

“Ginting lah.”

“Biar adil, siapa pun yang juara, pak Haryanto paling konsisten. Habis, setiap hari beliau selalu di Istora sih.”

“Setuju.”***

- Jakarta, 27 Agustus 2018
(Artikel ini sebelumnya dimuat di www.TopSkor.id)

Jumat, 24 Agustus 2018

20 Tahun Tissot Jadi Pencatat Waktu di Asian Games


Rekan blogger Zata Ligouw sedang mengabadikan keindahan empat jam tangan
Tissot edisi khusus Asian Games 2018
(Klik untuk perbesar foto dan geser untuk melihat gambar lainnya)


ADAGIUM lawas mengatakan, "Waktu adalah uang". Yupz, meski tidak meyakini, tapi saya percaya dengan pepatah kuno tersebut. Sebab, ketepatan waktu merupakan hal yang mutlak.

Misalnya, sebagai jurnalis olahraga atau blogger, saya tidak pernah main-main dengan waktu. Tepat waktu jadi kunci dalam berbagai hal. Baik itu dalam kehidupan sehari-hari, profesi, keluarga, dan lainnya.

Nah, terkait waktu, saya jadi ingat dengan Tissot. Yaitu, merek jam tangan tradisional nomor satu dari Swiss. Tissot merupakan produsen arloji ternama. Kualitasnya tidak pernah diragukan. Selain itu, Tissot juga kerap jadi penanda dalam suatu event akbar olahraga. Termasuk, Asian Games yang sudah berlangsung sejak 1998 hingga kini.

Nah, saat ini, Tissot memperingati dua dekade kerja sama dengan Dewan Olimpiade Asia (OCA). Yaitu, sebagai official timekeeper Asian Games 1998, 2002, 2006, 2010, 2014, dan 2018. Sejak saat itu, perusahaan yang didirikan Charles-Felicien Tissot dan Charles-Emile Tissot pada 1853 ini jadi acuan waktu dalam setiap pertandingan. Baik itu kepada atlet, wasit, ofisial,  pelatih, hingga penonton, untuk menyimak catatan waktu atau rekor.

Bisa dipahami mengingat Tissot dan Asian Games mementingkan nilai yang sama. Itu meliputi tradisi, presisi, dan passion. Seperti merek jam tangan, Asian Games yang diadakan setiap empat tahun sekali ini memiliki kekayaan sejarah sejak diselenggarkan kali pertama pada 1951.

*        *        *

ASIAN  Games merupakan acara tertua serta paling bergengsi dalam kalender OCA. Asian Games diikuti banyak peserta dari berbagai negara di Asia yang merupakan ajang kompetisi berbagai cabang olahraga terbesar kedua di kolong langit setelah Olimpiade.

"Asian Games mencerminkan semangat Tissot yang terlihat dari keberagaman dan dinamisme. Ajang sekelas ini juga memungkinkan Tissot menunjukkan kualitas pencatatan waktu yang sempurna dan akurat untuk membuktikan kualitas produk kami," kata Presiden Tissot Francois Thiebaud.

Menurutnya, pengalaman sebagai pencatat waktu resmi Asian Games sejak 1998 jadi alasan bagi Tissot untuk terus meningkatkan kualitas. Perusahaan yang bermarkas di Le Locle, Swiss, ini ingin memberikan presisi yang lebih baik serta lebih banyak inovasi.

"Ini seperti yang kami lakukan untuk jam buatan kami. 'Innovators dengan tradisi' merupakan motto kami. Hal ini yang terus kami lakukan," Thiebaud, menambahkan yang didampingi peraih emas Olimpiade 2016 Rio de Janeiro, Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir.

Nah, dalam rangka merayakan 20 tahun kemitraan dengan OCA untuk Asian Games, Tissot dengan bangga mempersembahkan empat jam tangan Limited Edition. Edisi khusus ini hanya dibuat demi Asian Games 2018.

- Tissot T-Touch Expert Solar
Perjalanan Tissot dalam tactile technology sangat sukses dan jadi leader di dunia. Sejak kali pertama diluncurkannya jam tangan dengan layar sentuh, Tissot T-Touch pada 1999 Ini jadi langkah penting dalam dunia pembuatan jam tangan yang memberikan berbagai fungsi yang memudahkan berbagai kegiatan. Technology layar sentuh menyediakan berbagai fungsi, antara lain meteo, kompas, altimeter, alarm, chronograph,  dan lainnya.

- Tissot Chrono XL Classic
Jam chronograph dengan diameter 45mm merupakan model terbaru dalam koleksi Tissot.

- Tissot PR 100 Gent and Tissot PR 100 Lady
Dengan precision and robustness (ketepatan dan kekuatan) sejak kali pertama diluncurkan pada 1984, PR 100 selalu jadi best-seller dan sangat diandalkan penggunanya.

*        *        *

DEMIKIAN fakta yang saya rangkum usai menghadiri press conference "Celebrating the 18th Anniversary Partnership of Tissot and Asian Games" di Hotel Mulia, Jakarta Pusat, Minggu (19/8). Alias, hanya beberapa jam setelah menyaksikan pembukaan Asian Games 2018 di Stadion Utama Gelora Bung Karno.

Dua acara yang berlangsung dengan selang jam itu jadi salah satu periode menarik saya sepanjang tahun ini. Untuk Tissot, saya tidak asing lagi. Sebagai penggemar olahraga, saya kerap menyaksikan Tissot sebagai sponsor utama dalam berbagai event major. Misalnya, MotoGP, Superbike, Tour de France, hoki, hingga NBA .

Tissot juga merupakan andalan berbagai pesohor di muka bumi. Mulai dari pembalap F1, Marc Marquez, Jorge Lorenzo (MotoGP), Tony Parker (NBA), hingga Liu Yi Fei (pameran Mulan).

Tak heran, dalam 165 tahun keberadaannya, Tissot jadi salah satu merek jam tangan ternama di dunia. Brand yang terkenal premium ini terjual di lebih dari 160 negara, termasuk di Indonesia. Nah,di Tanah Air, Tissot bisa ditemukan pada 106 gerai. Mulai dari Tissot Boutique Plaza Indonesia, Jakarta Pusat, hingga gerai atau butik lainnya di berbagai kota di Indonesia.


Tertarik jadi bagian dari eksklusivitas bersama Tissot? Simak info di bawah ini:
Website: www.tissotwatches.com
Twitter: twitter.com/tissot
Facebook: facebook.com/Tissot
Instagram: instagram.com/tissot_official
Youtube: youtube.com/tissot

*        *        *
Rekan blogger Anita Mayaa terpikat dengan Tissot PR 100 Lady yang memesona

*        *        *
Saya pun penasaran ingin melihat lebih dekat dengan limited edition Tissot
untuk Asian Games 2018 (Foto: Imawan Anshari)

*        *        *
Tissot T-Touch Expert Solar yang sangat elegan

*        *        *
Presiden Tissot Francois Thiebaud menjelaskan kepada kami arti ketepatan waktu
yang diintepretasikan Tissot lewat berbagai inovasi pada jam tangan

*        *        *
Thiebaud memberikan miniatur lonceng kepada Tontowi Ahmad dan Liliyana
Natsir sebagai simbol ketepatan waktu

*        *        *
Tontowi/Liliyana merupakan andalan Indonesia untuk merebut medali emas
di Asian Games 2018 lewat cabang olahraga bulu tangkis ganda campuran

*        *        *
Rekan blogger Nur Said mendapat doorprize jam tangan Tissot edisi khusus
 Asian Games 2018

*        *        *
Foto bersama Thiebaud dan blogger. Asli, pria asal Swiss ini sangat ramah
dan bersahaja dalam melayani diskusi

*        *        *
Tissot mencatat waktu dalam cabang olahraga renang di Asian Games 2018
yang berlangsung di Stadion Akuatik, Gelora Bung Karno

*        *        *
Berbagai aksi pemain terbaik Indonesia dalam mencetak skor di bulu tangkis
dicatat Tissot dengan akurat di Istana Olahraga, Gelora Bung Karno

*        *        *

- Jakarta, 22 Agustus 2018

Senin, 20 Agustus 2018

Timnas Menang, Jurnalis Olahraga Ikut Bergoyang


Selebrasi rekan-rekan jurnalis saat nonton bareng kemenangan Indonesia
atas Hong Kong 3-1. (Foto: TopSkor.id/Choirul Huda)

TERIAKAN Indonesia menggema di Main Press Center (MPC) Jakarta Convention Center, Senin (20/8). Tepatnya, saat tim nasional (timnas) Indonesia mengalahkan Hong Kong 3-1 pada pertandingan keempat Grup A Asian Games 2018.

Drama terjadi pada duel di Stadion Patriot Chandrabhaga ini. Itu karena skuat asuhan Luis Milla tertinggal lebih dulu dari Hong Kong.

Yaitu, ketika Lau Hok Min membobol gawang Andritany Ardhiyasa pada menit ke-38. Namun, tertinggal lebih dulu tidak membuat skuat Garuda panik.

Sebaliknya, Indonesia tampil tenang. Hingga, usai turun minum sukses menggelontorkan tiga gol tanpa balas lewat Irfan Jaya pada mneit ke-46, Stefano Lilipaly (85), dan Hanif Abdurrauf (90).

“Dramatis. Itu satu kata yang tepat menggambarkan pertandingan ini,” kata jurnalis Beritasport.co, Arfa Gandhi.

Reporter 30 tahun itu sedang menyaksikan nonton bareng (nobar) di MPC JCC bersama puluhan jurnalis lainnya. Suasana sempat hening ketika Andritany memungut bola.

Namun, situasi berbalik histeris saat Irfan mencetak gol. Puncaknya ketika Lilipaly membalikkan situasi yang diakhiri Hanif membuat seisi ruangan pecah.

“Ini Indonesia. Harus seperti ini bermainnya. Saya harap Milla mampu melanjutkan tren impresif ini pada 16 besar,” Boy Seseli dari Breakingnews.id, menambahkan.

Hansamu Yama dan kawan-kawan akan menghadapi Uni Emirat Arab pada babak perdelapan final. Di atas kertas, Indonesia berpeluang melibas wakil Timur Tengah tersebut.

“Saya sih optimistis. Apalagi, Indonesia tuan rumah. Dukungan dari fan bakal membuat pemain tampil menggila,” lanjut Martinus dari MNC Sport.

Sepanjang sejarahnya, pencapaian terbaik Indonesia pada Asian Games 1958. Ketika itu, ditangani Toni Pogacnik yang berhasil mengantar Skuat Garuda meraih medali perunggu usai pada perebutan tempat ketiga membantai India 4-1.

“Untuk mengulangi pencapaian 70 tahun silam menurut saya tetap ada kemungkinan. Dalam sepak bola, apa pun bisa terjadi,” Rayza Nirwan yang menjaga desk sepak bola Bisnisnews.id memberi analisis.

“Hanya, tinggal bagaimana kita mampu mengatasi tekanan. Maklum, sebagai tuan rumah, justru tekanan tambah besar. Namun, jika mampu mengatasinya, justru itu jadi motivasi. Yang penting, harus step by step 16 besar dulu, lalu perempat final, dan seterusnya,” kata Rayza, optimistis.

Disela-sela nobar salah satu staf media Panitia Nasional Penyelenggara Asian Games XVIII/2018 (INASGOC) Ardy Alvez menemukan lensa yang tergeletak di MPC. Ternyata, lensa seharga Rp 120 juta ini milik Zhou Wei (Cina) dari Yangcheng Evening News.

*           *           *

Artikel ini sebelumnya dimuat di TopSkor.id (https://www.topskor.id/detail/80260/Timnas-Menang-Jurnalis-Olahraga-Ikut-Bergoyang)

- Jakarta, 20 Agustus 2018

Selasa, 07 Agustus 2018

Ini Pesan Menkes kepada Blogger


Menteri Kesehatan Nila Farid Moeloek dalam sembutan peluncuran
ASEAN Car Free Day
(Klik untuk perbesar gambar atau geser untuk melihat foto lainnya)



"IBU, kami dari blogger izin untuk foto bersama," kata saya kepada Menteri Kesehatan Nila Farid Moeloek usai peluncuran Hari Tanpa Kendaraan Bermotor ASEAN (ASEAN Car Free Day) pada 5 Agustus lalu.

Wanita kelahiran 11 April 1949 ini dengan antusias menjawab, "Oh, ayo mas. Sini ajak blogger lainnya selfie (swafoto)."

"Siap bu. Kami yang hadir di sini dari blogger," saya mengenalkan diri.

"Ya, era sekarang blogger punya peranan penting. Bahkan, mengabarkan sesuatu lebih cepat dari media. Karena blogger lebih update dengan situasi sekitar dan informasi terkini. Mari, kita sama-sama menyebarkan berita positif termasuk tentang Hari Tanpa Kendaraan Bermotor ASEAN ini kepada masyarakat," Nila, memberi pesan.

Yupz, saya setuju dengan pernyataan Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) tersebut. Pada era keterbukaan informasi ini, blogger (dan jurnalis warga) bisa menyampaikan informasi terkini Bersanding dengan media mainstream.

Misalnya, ketika terjadi bencana Blogger dan jurnalis warga mengunggah situasi secara real time di media sosia (medsos). Tak jarang, foto atau video unggahan tersebut dikutip media mainstream. Meski bukan ditujukan sebagai pengganti jurnalis profesional, peran blogger saat ini sudah bisa bersanding.

Termasuk, ketika ada acara baik yang diselenggarakan. Kementerian, instansi pemerintah, hingga swasta. Kebetulan, saya pernah merasakan ketika jadi bagian dari blogger yang diajak Kementerian Sekretariat Kabinet untuk meninjau Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Entikong .

Itu mengapa, Nila sangat antusias saat mengetahui ada blogger yang turut meliput Hari Tanpa Kendaraaan Bermotor ASEAN. Istri dari Farid Anfasa Moeloek yang menjabat sebagai Menkes pada 1998-1999 ini berharap blogger bersama media mainstream ikut gencar menyebarkan berita positif kepada masyarakat.

"Kementerian Kesehatan sangat mendukung program ini karena sejalan dengan semangat Gerakan Masyarakat Kehidupan Sehat atau Germas. Sebagaimana kita ketahui, praktek gaya hidup sehat seperti olahraga merupakna bagian dari upaya pencegahan penyakit karena menjadikan tubuh kita lebih bugar dan pikiran lebih positif," ujar Nila dalam sambutannya di Ruang Heritage Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Jalan Medan Merdeka Barat No 3, Jakarta Pusat, Senin (5/8).

Dalam kesempatan itu, turut hadir beberapa nara sumber terkait. Yaitu, Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kesehatan Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Sigit Priohutomo, Kepala Biro Kerja Sama Luar Negeri Kementerian Kesehatan Acep Soemantri, dan Sekretaris Jenderal ASEAN Dato Lim Jock Hoi.

Lebih lanjut, Nila menyampaikan harapan agar peluncuran ASEAN Car Free Day sekaligus dapat menyediakan ruang gerak yang luas bagi kolaborasi multi-sektor yang solid di tingkat nasional dan Asia Tenggara. Itu dalam rangka mempromosikan gaya hidup sehat dan menciptakan masyarakat yang damai, inklusif,  tangguh, sehat,dan harmonis.

Nila melalui Kementerian Kesehatan turut memperkenalkan logo ASEAN Car Free Day yang akan digunakan pada tingkat regional ASEAN. Logo ini dimaksud mewakili tekad ASEAN untuk bekerja sama dalam meningkatkan kualitas udara yang bersih pada negara-negara anggota. Apalagi, Indonesia mendapat kepercayaan lead country untuk mencanangkan ASEAN Car Free Day.

"Pertama kalinya dalam sejarah ASEAN, kita mencanangkan Hari Bebas Kendaraan Bermotor di ASEAN Ini merupakan sebuah kehormatan bagi Indonesia yang mendapat kepercayaan dari masyarakat ASEAN," Nila, menambahkan.

Dalam sejarahnya, Indonesia memang negara pertama di Asia Tenggara yang menerapkan Car Free Day. Itu berlangsung sejak diresmikan pada 2002 silam di Jakarta. Selanjutnya, kegiatan serupa dilaksanakan di berbagai daerah lainnya di Tanah Air.

"Awalnya, Car Free Day dilakukan sebulan sekali. Melihat antusiasme yang besar dari masyarakat, Hari Bebas Kendaraan ditambah jadi dua kali dalam sebulan yang akhirnya kini setiap pekan. Keberadaan Car Free Day ini berhasil mendorong masyarakat untuk melakukan aktivitas fisik," kata Nila, optimistis.***

*          *          *
Yupz, sebagai blogger, mari kita sama-sama sebarkan berita positif

*          *          *
Sesi diskusi nara sumber dengan rekan blogger terkait Asean Car Free Day

*          *          *
Nila dan nara sumber lainnya memamerkan bendera ASEAN dan
pin logo ASEAN Car Free Day

*          *          *
Foto bersama blogger dan bu menteri

*          *          *
Sebagai blogger, saya terpacu untuk menerapkan pesan dari bu menteri

*          *          *
- Jakarta, 7 Agustus 2018