Setelah 6 Bulan Jadi Ojol, dari Sambilan hingga Full Time
NGGAK nyangka, 12 Januari lalu, saya tepat enam bulan jadi ojek online (ojol). Berawal dari sambilan usai pulang kerja di kantor sebelumnya, kini full time. Ya, mulai akhir bulan ini, saya resign sebagai jurnalis di salah satu media cetak ternama di Tanah Air ini.
Jadi ojol full, tentu beda dengan sambilan. Waktu operasionalnya pun lebih panjang. Dari sebelum matahari terbit hingga lewat di ufuk barat. Pendapatannya juga beda. Lebih banyak hehehe. Meski, jam kerjanya luwes. Tergantung, niat. Bisa dari pagi, siang, sore, malam, atau mulai dini hari. Ya, situasional.
Yang pasti, jadi ojol full itu benar-benar harus siap tempur. Beda dibandingkan dengan sambilan yang sekedarnya. Sebab, jadi ojol full itu harus giat. Jika tidak, sulit mendapat pemasukan. Secara, tidak ada lagi yang ditunggu setiap tanggal 28. He he he.
Bisanya, jelang ngojek, saya sudah melengkapinya dengan berbagai persiapan. Itu meliputi:
1. Doa
Ya, banyak-banyakin doa. Agar, gampang cari orderan (gacor). Secara, ojol di ibu kota bukan hanya saya saja. Melainkan, puluhan ribu atau bahkan ratusan. Jadi, harus sigap ketika orderan masuk. Tetutama, jika orderan perdana, haram hukumnya diabaikan, apalagi di-cancel. Sebab, bisa anyep (senyap) berjam-jam. Ini berdasarkan pengalaman pribadi dan sharing sesama ojol.
2. Cek kendaraan
Biasanya, saya lihat indikator bahan bakar minyak (bbm) di dashboard sepeda motor. Selanjutnya, cek angin pada ban depan dan belakang. Lalu, rem, agar perjalanan aman dan nyaman. Untuk mesin, saya tidak paham. Yang pasti, jika sepeda motor agak gimana gitu, langsung saya larikan ke rumah sakit, eh bengkel resmi terdekat. Namun, jika ramai, terpaksa bengkel jalanan, yang sudah saya kenal.
3. Siapkan Peralatan
Jas hujan selalu tersedia dua. Yang seragam, atasan dan bawahan, serta mantel. Helm pun dua, untuk saya dan penumpang. Selanjutnya masker.
4. Pastikan Perlengkapan
Jika berangkat pagi, saya selalu bawa kopi di tumbler dan air mineral. Ya, bawa dari rumah untuk menekan pengeluaran. Kecuali jika ngojek malam. Kebetulan, sepeda motor saya sekarang matic, jadi bisa bawa banyak atribut. Beda dengan sebelumnya, tipe sports.
5. Sedia payung sebelum hujan
Maksudnya uang untuk antisipasi di jalan. Minimal 500 ribu, untuk beli bensin dan jaga-jaga ban bocor atau motor mogok. Bagaimanapun, di jalan, kita ga tahu apa yang terjadi. September lalu, sepeda motor saya pernah mogok di kawasan Sarinah, Jakarta Pusat. Ketika itu, masih yang lama dan besar. Sehingga, susah untuk didorong. Beruntung, ada rekan-rekan sesama jurnalis yang masih ngumpul di sekitar Medan Merdeka Barat, hingga dengan dua sepeda motor bisa menyetut kendaraan saya yang ternyata akinya habis. Selain uang tunai dan kartu atm (debit), saya juga sediakan uang elektronik. Itu meliputi saldo gopay pribadi dan driver. Untuk saldo driver, biasanya selalu tersedia 500 ribu-1 juta yang digunakan untuk GoFood dan GoShop. Maklum, di aplikasi driver saya tersedia empat opsi harga maksimal orderan, mulai dari Rp 50 ribu, 100 ribu, 200 ribu, hingga Semua. Nah, biasanya saya pilih yang terakhir. Simpel saja, dengan orderan tak terbatas, kesempatan dapat orderan pun makin besar dibanding harus yang 200, 100, apalagi 50. He he he.
Sejauh ini, rekor orderan tertinggi pada November lalu yang mencapai 820 ribu. Tunai pula! Untungnya, bukan order fiktif (opik). Kalo opik, rempong. Next, akan saya ceritakan dalam artikel lain.
https://www.instagram.com/p/B5TTaGBgnAK/?igshid=17ewaigm6azp9
Artikel sebelumnya:
- Narik Go-Jek Pakai Suzuki GSX R-150
- Pengalaman Daftar Driver Go-Ride Gojek
- Jakarta, 27 Januari 2020