TyyiccClcSK3IvRCDh0sKBc4_Sg roelly87.com

Serial Catatan Harian Ojol

Serial Catatan Harian Ojol
Serial Catatan Harian Ojol

Jumat, 17 Januari 2025

Bukan Bundaran HI, harusnya Monumen Selamat Datang

Bukan Bundaran HI, harusnya Monumen Selamat Datang


Stasiun MRT Bundaran HI Bank DKI
(@roelly87)

BUNDARAN Hotel Indonesia (HI) merupakan tempat atau kawasan yang paling populer. Tidak hanya di Jakarta saja, melainkan hingga penjuru Tanah Air.

Bundaran HI bersanding dengan Monumen Nasional (Monas), Jembatan Semanggi, dan Wisma BNI 46. Keempatnya jadi icon Jakarta dan Indonesia pada era modern.

Beberapa alasannya:

- Monas: Lambang kota Jakarta, tempat rekreasi seluruh lapisan masyarakat, wisata edukasi di dalam bangunannya. (Artikel terkait: https://www.roelly87.com/2017/08/count-down-asian-games-2018.html)

- Bundaran HI: Tempat ngumpul masyarakat, baik saat beraktivitas dalam Hari Tanpa Kendaraan Bermotor, merayakan momen spesial seperti Malam Tahun Baru, hingga menyuarakan aspirasi.

- Jembatan Semanggi: Simpang paling popuper di Tanah Air, penunjuk arah bagi pengendara dari luar Jakarta untuk mencapai lokasi.

- Wisma BNI 46: Gedung paling ikonik di penjuru nusantara. Meski tidak lagi menyandang status bangunan tertinggi di Indonesia, tapi Wisma BNI 46 lebih populer karena bentuknya yang ga sekadar kotak dibanding gedung lainnya.

(Artikel terkait: https://www.kompasiana.com/roelly87/5509ef87a333116c7b2e3b97/menelusuri-jejak-7-patung-bersejarah-di-jakarta?page=all#sectionall)

Kalo di luar negeri, seperti Menara Eiffel di Paris, Prancis, Patung Liberty (New York, Amerika Serikat), Big Ben (London, Britania Raya), hingga Menara Kembar Petronas (Kuala Lumpur, Malaysia).

Sebagai ojek online (ojol), bagi saya Bundaran HI merupakan kawasan yang menarik. Alasannya, tentu karena di area ini banyak orderan.

Baik itu antar penumpang, makanan hingga paket atau barang. Itu karena di kawasan ini terdapat beberapa pusat perbelanjaan ternama, berbagai gedung perkantoran baik pemerintah maupun swasta, hingga ruang singgah untuk naik atau turun angkutan umum.

Itu meliputi Stasiun Moda Raya Terpadu Jakarta (MRT) dan Halte Bus Raya Terpadu (BRT) Transjakarta. Tak jauh dari kawasan ini, kurang dari satu kilometer arah selatan, ada zona integrasi transportasi publik Dukuh Atas. 

Yaitu, Stasiun Sudirman Baru yang melayani Commuter Line serta Kereta Ekspres Bandara Soekarno-Hatta, dan Stasiun Lintas Rel Terpadu Jabodebek (LRT).

(Artikel terkait: https://www.roelly87.com/2017/08/ubahjakarta-mrt-jakarta-bekerja-bersama.html)

Nah, terkait Bundaran HI, posisinya yang strategis dan sangat potensial membuat dua perusahaan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) turut memberikan Exclusive Naming Right. Yaitu, hak penamaan eksklusif yang dijual kepada perusahaan, baik swasta, BUMD  atau BUMN. 

Dimulai pada 2023 lalu dengan PT Transportasi Jakarta memberikannya kepada PT Astra Internasional untuk halte ikonik di Jalan M.H. Thamrin, tersebut. Alhasil, tempat naik dan turun penumpang itu bertambah namanya jadi Halte Bundaran HI Astra.

Setahun berselang, PT MRT Jakarta memberikan Exclusive Naming Right kepada Bank DKI. Kini namanya jadi Stasiun MRT Bundaran HI Bank DKI.

Sebelumnya, Bank DKI juga bekerja sama dengan PT Transportasi Jakarta terkait hak penamaan ekslusif. Yaitu menjadi Halte Senayan Bank DKI yang berlokasi di Jalan Jenderal Sudirman.

Di sisi lain, Astra sudah lebih dulu bermitra dengan PT MRT Jakarta untuk Exclusive Naming Right. Yaitu, Stasiun MRT Setiabudi Astra yang diumumkan 2019 silam bersama tiga perusahaan lainnya.

Nah, terkait pemberian hak nama eksklusif untuk halte dan stasiun di Bundaran HI, ini bagi saya sangat membingungkan. Sebab, ini seperti suatu brand atau merek ditimpa brand.

Itu karena HI merupakan akronim Hotel Indonesia. Penginapan bintang lima yang masuk kategori cagar budaya karena sudah dibuka sejak 1962 silam.

Pada 2009 lalu, namanya berganti jadi Hotel Indonesia Kempinski Jakarta yang dikelola PT Djarum dengan mengajak Kempinski, perusahaan jaringan hotel mewah asal Swiss.

Jadi, apa korelasinya?

Yupz, saya menulis artikel ini berawal dari info di Twitter (X) pada 5 Oktober lalu. 

-Btw, saya lebih enak nulisnya twitter ketimbang X apalah gitu-

Tepatnya, saat akun TXT Transportasi Umum mencuit, "MRT Jakarta : Stasiun Bundaran HI Bank DKI ✅".

Saya pun turut nimbrung dengan komentar, "kenapa ga Stasiun Tugu Selamat Datang Bank DKI ya? lebih resmi. secara, meski lebih populer, tapi Bundaran HI kan merek/brand, kesannya aneh, udah nama hotel + bank..." (Sumber: https://x.com/roelly87/status/1842649320853803345?t=2qBtTG1_VH9PkAXXp3LGTw&s=19)

Dalam tautannya, ternyata ada beberapa warganet yang turut mempertanyakan Exclusive Naming Right tersebut. Ya, branding ditimpa branding. 

Menurut hemat saya, lebih bijak kalau penggunaan kata Bundaran HI dalam hak penamaan eksklusif bisa diganti. Misalnya, jadi Tugu Selamat Datang, Monumen Selamat Datang, Patung Selamat Datang, atau Air Mancur Selamat Datang. 

Toh, nama resmi yang tertulis dalam beberapa laman pemerintah, bukan kata Bundaran HI. Melainkan disematkannya Selamat Datang, baik itu pada tugu, monumen, hingga patung:

- https://badansertifikasikadindkijakarta.or.id/tampil_tips-197-monumen-selamat-datang.html

- https://esi.kemdikbud.go.id/wiki/Tugu_Selamat_Datang

- https://gni.kemdikbud.go.id/pameran-virtual/poros/karya/monumen-selamat-datang

- https://dprd-dkijakartaprov.go.id/20-patung-dan-monumen-cagar-budaya-di-jakarta/

- https://indonesia.go.id/ragam/budaya/politik/sejarah-perjalanan-bekal-bangsa-hadapi-tantangan-zaman

- https://x.com/DKIJakarta/status/1733063114718134320?t=zyLdaf0XtyxHXwJtKyrdMg&s=19

- https://dprd-dkijakartaprov.go.id/beberapa-hal-identik-dengan-kota-jakarta/


*       *       *

Halte BRT Bundaran HI Astra
(@roelly87)


HANYA, mengganti kata Bundaran HI jadi Monumen/Tugu/Patung Selamat Datang dalam hak penamaan eksklusif di stasiun atau halte, tentu bukan perkara mudah. Apalagi, nanti jumlah kata, kalimat, dan pengucapan jadi lebih panjang.

Ga terlalu populer juga dibanding Bundaran HI. Misalnya, Halte Tugu Selamat Datang Astra. Atau, Stasiun Monumen Selamat Datang Bank DKI. 

Juga terkait kontrak yang sudah berlaku antara kedua BUMD tersebut dengan penyewa. Ya, ribet lah, birokrasinya. Pasti itu.

Kalo kata Dominic Toretto, "This is Jakarta!"

#Eaa!

Namun, andai saya sebagai petinggi di Astra atau Bank DKI, tentu akan meminta PT Transportasi Jakarta atau PT MRT Jakarta, untuk memodifikasi penamaan tersebut.

Secara, biaya untuk membeli hak penamaan eksklusif di Stasiun MRT atau Halte Transjakarta, tidak murah. Kontraknya per tahun bisa mencapai miliaran. 

Btw, itu uang semua. Bukan kertas atau daun yang tinggal metik dari pohon.

Secara, ga enak juga udah bayar mahal, tapi branding perusahaan ditimpa merek lain. Hanya, jika Astra dan Bank DKI ga mempermasalahkan, alias legawa, ya sudah.

Setidaknya, saya dan masyarakat lainnya, mungkin merasa agak janggal jika memperhatikan penamaan Halte Transjakarta dan Stasiun MRT yang berada di kawasan Bundaran HI.


- Jakarta, 17 Januari 2025


*       *       *


Sumber Referensi: 

- https://m.antaranews.com/berita/4535426/tiga-halte-transjakarta-sudah-kantongi-hak-penamaan

- https://www.kompas.com/properti/read/2024/10/09/063000721/kini-stasiun-mrt-bundaran-hi-sandang-nama-bank-dki

- https://news.detik.com/berita/d-7433743/kriteria-transj-tempatkan-naming-rights-baru-di-halte-gbk-ramai

 - https://www.tempo.co/ekonomi/empat-perusahaan-dapat-hak-nama-stasiun-mrt-757749



 

Sabtu, 11 Januari 2025

Respek untuk Minimarket yang Memperkerjakan Penyandang Disabilitas

(Cataran Harian Ojol 2025 #1)

Respek untuk Minimarket yang Beri Kesempatan Difabel sebagai Karyawan

Belanja di minimarket bersama anak sepupu
(Foto: Dokumentasi pribasi/@roelly87)



SIANG itu, cuaca cukup sejuk. Semilir angin menambah suasana kian positif. 

Apalagi, Sabtu (11/1), jalanan cukup lenggang. Secara, banyak perusahaan dan kantor pemerintahan yang libur. 

Meski, beberapa sektor tetap menjalankan usaha. Termasuk, saya sebagai ojek online (ojol). 

Pun demikian karyawan di mal, minimarket, bengkel, hingga para pedagang, tetap mencari nafkah. Juga, tak lupa tenaga kesehatan (nakes) yang selalu standby di Puskesmas, Rumah Sakit, Klinik, dan sebagainya.

Saya membonceng anak sepupu untuk mencari cemilan di minimarket. Kebetulan, saya biasa ngojol sore hingga subuh. 

Jadi, siangnya bisa saya gunakan untuk aktivitas lain. Salah satunya, mengajak bocil jalan-jalan dengan sepeda motor. 

Baik beli cemilan di minimarket, beli mainan di pedagang keliling, hingga keliling pasar malam. Ya, aktivitas saya sebagai ojol pada Sabtu, Minggu, dan tanggal merah memang tidak begitu ramai dibanding hari kerja.

Saya pun tiba di minimarket AlfaM*** di Jalan Duri Selatan 1, Tambora, Jakarta Barat. Bocil itu langsung berlari riang menuju deretan rak yang berisi biskuit, ciki, hingga cemilan.

Sementara, saya mengawasinya dari samping. Mengingat minimarket ini tidak begitu luas. Jadi, saya jaga-jaga, agar anak sepupu tidak menyenggol barang yang sedang dipajang. 

Salah satunya, deretan sirup. Ya, mendekati Ramadan 1446 H/2025 yang kemungkinan jatuh akhir Februari ini membuat banyak minimarket sudah mengeluarkan aneka makanan dan minuman untuk menyambut puasa.

Tidak hanya sirup, melainkan biskuit, nastar, hingga kurma pun sudah tersedia. Wah, ga sabar nunggu pengumuman 1 Ramadan nanti saat menyimak sidang Isbat.

Yuhuuu!

"Koko, yang kecil ga ada," ujar anak sepupu sambil menunjuk deretan biskuit kesukaannya. Di rak tersebut, kebetulan hanya tersedia ukuran yang besar.

Saya pun turut mencari di rak sebelah. Juga ga ada untuk biskuit merek *** yang ukuran kecil.

Lalu, saya menuju pramuniaga di depan rak berisi kopi dan teh. Pramuniaga itu kemungkinan lagi cek barang atau apa gitu. 

Terlihat dari tangannya memegang buku kecil dan pena. Saya pun menanyakan ketersesiaan jenis biskuit yang jadi favorit anak sepupu.

Karyawan itu menghampiri ke rak berisi biskuit. Setelah ikut mencari dan mengecek memberi tahu saya bahwa biskuit yang ukuran kecil sedang kosong.

Saya awalnya ga ngeh. Namun, pas pramuniaga itu menjelaskan dengan bahasa isyarat via kedua tangan, saya baru paham.

Ternyata, wanita berhijab biru itu penyandang disabilitas. Terlihat dari nametag di pakaiannya.

Kebetulan, saya sedikit ngerti bahasa isyarat. Secara, saya sering nongkrong dengan rekan-rekan ojol yang juga menyandang disabilitas. (Postingan IG: https://www.instagram.com/p/CdYigTcPbW4/?igsh=Nmd6MXptb2Nwbmg4)

Ya, keterbatasan tidak jadi alasan mereka untuk tetap berusaha. Berbanding terbalik dengan kang parkir liar, pak ogah, hingga anggota ormas, yang memiliki fisik sempurna tapi malas untuk berusaha. 

Sampah!


Baca lagi artikel terkait PARA PEMALAS:

- https://www.roelly87.com/2024/08/psk-dan-gigolo-lebih-mulia-daripada.html

- https://www.roelly87.com/2024/03/terima-kasih-orang-baik-3.html

- https://www.roelly87.com/2024/04/wabah-pak-ogah-merajalela-polisi-bisa.html

- https://www.roelly87.com/2024/06/polri-ultah-ke-78-maaf-mahkota-kalian.html

- https://www.roelly87.com/2023/07/manusia-lebih-anjing-daripada-anjing.html

- https://www.roelly87.com/2023/10/tentang-pedagang-asongan-di-simpang.html

- https://www.kompasiana.com/roelly87/55091051a33311f6432e3af3/ramadhan-ketika-sang-bos-konveksi-kepusingan-ditagih-thr-pemuda-kampung

- https://www.kompasiana.com/roelly87/54f71562a3331100258b4893/mengusir-pak-ogah-solusi-atau-benci


Di sisi lain, bekerja apa pun profesinya dan di mana saja, tetap dilakoni dengan semangat oleh rekan-rekan ojol difabel ini.

Berkat ngumpul bersama mereka, alhasil, sedikit-sedikit saya lumayan paham untuk komunikasi dengan bahasa isyarat. Pun demikian yang saya lakukan dengan pramuniaga minimarket ini.

Saya dengan khidmat menyimak keterangan yang disampaikan beliau terkait ada beberapa biskuit kemasan kecil, tapi beda merek dari yang diinginkan anak sepupu. Saya pun mengiyakan.

Lalu, mengucapkan terima kasih atas informasinya. Pramuniaga itu pun membalas dengan penuh simpatik.

Saat pembayaran, saya bertanya ke kasir terkait keberadaan karyawan penyandang disabilitas di minimarket ini. Ternyata, jawabannnya membuat saya kaget hingga sangat respek dengan perusahaan tersebut.

Pasalnya, kata sang kasir, minimarket itu sudah dua tahun lebih memperkerjakan beberapa penyandang disabilitas. Salut banget.

Kebetulan, saya tidak terlalu sering pergi ke minikarket. Paling kalo ajak anak sepupu aja.

Atau, jika sendiri saat beli keperluan mandi seperti pencukur jenggot, shampo botolan, hingga kopi bubuk yang dilakukan beberapa bulan sekali. Jadi, saya ga terlalu memperhatikan keberadaan karyawan penyandang disabilitas di minimarket itu.

Ya, intinya salut dengan setiap perusahaan yang memperkerjakan rekan-rekan difabel. Apa pun itu unit usahanya, baik perkantoran, minimarket, restoran, dan sebagainya.

Sebab, bagaimana pun, penyandang disabilitas itu sama seperti kita-kita. Mereka punya hak dan tanggung jawab yang serupa di penjuru Tanah Air.

Ya, kekurangan bukan jadi penghalang bagi mereka untuk berusaha. Semoga ke depannya, apa yang dilakukan minimarket seperti AlfaM***, IndoM****, hingga supermarket lainnya bisa menambah lagi kesempatan kerja untuk rekan-rekan difabel.

Aamiin!


- Jakarta, 11 Januari 2025

Sabtu, 26 Oktober 2024

Terjebak di Toilet SPBU Kuningan

Terjebak di Toilet SPBU KuninganTerjebak di Toilet SPBU Kuningan


Situasi di toilet SPBU Kuningan
(Foto: Dokumentasi pribadi/@roelly87)


LIMA tahun sudah saya berprofesi sebagai ojek online (ojol). Dalam periode itu, rasanya campur aduk. 

Ada suka, duka, tawa, pilu, dan sebagainya.

Beberapa di antaranya, bisa disimak dalam catatan harian ojol di blog ini sejak kali pertama daftar pada 2019 silam. 

Namun, yang konyol, baru saya alami. Tepatnya, Jumat (25/10) di SPBU COCO Kuningan 31.129.02, Jalan Rasuna Said, Jakarta Selatan.

Ini salah satu SPBU favorit saya. Pertama, letaknya strategis di jantung ibu kota. 

Bisa bayar nontunai, QRIS dengan berbagai dompet digital. Alias, kalo ga megang cash, saya tetap dapat isi bensin di sini. 

Beda dengan mayoritas SPBU lainnya di Jabodetabek yang jarang menerima pembayaran nontunai. Selain itu, ada ATM dan isi angin gratis.

Dan, tak kalah pentingya, toilet yang tidak berbayar. Alias, gretongan.

Ga ada tuh, penjaganya seperti di SPBU Pertamina lainnya, baik yang COCO atau franchise. Atau, meski sudah dipasang selebaran "Toilet Gratis" tapi masih dikasih opsi kotak amal/kencrengan di depan pintu masuk.

Mayoritas SPBU Pertamina memang toiletnya berbayar. Padahal, sudah ada himbauan gratis. 

Namun, namanya manusia ya mana mau rugi. Misalnya, yang sering saya alami di SPBU Daan Mogot, Zainul Arifin, Abdul Muis, Gatot Subroto, Pasar Minggu, PIK, dan banyak lagi.

Itu mengapa, SPBU Kuningan ini jadi favorit saya dan juga rekan-rekan ojol lainnya. Kami berasa rugi harus bayar Rp 2.000 untuk oknum petugas yang malas, ga mau cape kerja tapi cuma ingin uangnya aja seperti kang parkir liar, pak ogah, anggota ormas, dan makhluk sampah lainnya. 

Mending kalo rajin bersihin. Ini, rata-rata toilet bayat yang ada penunggunya malah kotor dan jorok.

Kerja woi, tangan di atas lebih baik ketimbang jadi patung depan toilet nungguin kotak amal! Ha... Ha... Ha...

Kasih Rp 2.000 penjaga toilet SPBU ga bikin Anda miskin. Demikian kata orang tolol.

Padahal, sudah ada aturannya sejak 2021  bahwa setiap toilet SPBU wajib gratis. Itu terkait bentuk layanan kepada pengendara yang isi BBM.

Faktanya?

Toilet SPBU di Jakarta yang benar-benar gratis, hanya segelintir. Salah satunya, di Rasuna Said.

Hanya, sebagaimana proyek atau apa yang dibangun pemerintah ya gitu deh. Bisa membuat tapi ga pandai merawat. 

Pemerintah, gitu lho!


*       *       *


MALAM itu, saya sangat mules. Akibat beberapa jam sebelumnya makan seblak di kawasan Tebet dengan full topping, termasuk tulang ayam yang renyah.

Sambalnya? Top level. Alias pedas banget.

Saya memang penikmat pedas. Makan apa pun kalo ga pedas, terasa kurang. 

Meski itu santapan mewah dan mahal di restoran ternama, tapi kalo ga ada sambal ya hambar. Mending makan di pinggir jalan atau warung emperan seperti seblak yang cukup Rp 15.000 sudah melimpah.

Usai mengantar pesanan di daerah Setiabudi, saya melipir ke SPBU Rasuna Said. Suasana masih ramai meski sudah larut. 

Mungkin efek Jumat, hari terakhir kerja yang besoknya libur Sabtu dan Minggu.

Toiletnya ada dua. Pria dan wanita.

Yang pria dipisah untuk buang air besar (bab) dan buang air kecil atau pipis. 

Bab berisi dua bilik kamar dengan pilihan jongkok dan duduk. Untuk pipis ada tiga urinoar.

Kondisi sepi. Tancap gas.

Saya pun masuk ke toilet jongkok di ujung. Cek keran, airnya nyala. Oke.

Ga lama berselang, di sebelah ada yang masuk. Tapi, kok heboh.

"Airnya ga nyala nih," teriaknya.

"Saya juga mau cebok ga bisa," kata pengunjung toilet lainnya yang baru selesai pipis. 

"Lah, saya kira di tempat wudu aja. Tadi ke sana kering. Ga tahunya, di sini sama aja," timpal yang baru masuk.

Hmm...

Kok, perasaan saya jadi ga enak.

Saya tekan selang, bergeming. Bahkan, setetes pun, ga keluar.

Pencet flush di atas toilet jongkok, sama. 11 dan 12.

"Matilah, gw!" ujar saya dalam hati. Sebab, saya masih berlangsung bab dan belum sempat dibilas.

Dibilang panik sih ga. Tapi, disebut ga panik ya ga juga.

Maklum, seumur-umur ke toilet SPBU, ini pengalaman perdana airnya ga keluar. Cuaca yang dingin habis hujan jadi ga berefek akibat insiden ini.

Bulir keringat sebesar jagung pun menghinggapi wajah saya. Bingung juga, euy.

Namun, saya berusaha untuk tenang. Saya tanya sebelah, katanya semua toilet pria dan wanita, wastafel, serta tempat wudu ga keluar airnya.

Udah dikonfirmasi petugas SPBU. Rata, ga ada air.

Yang lain juga udah tanya petugas SPBU. Jawabannya sama.

Entah airnya habis atau error. 

Waduh...

Saya berinisiatif buka google maps terkait info SPBU ini. Siapa tahu bisa menghubingi manajernya langsung.

Ada nomor telepon, 0211500000.

Namun, saya coba hubungi ga bisa. Aneh!

Ga mungkin juga saya telepon pemadam kebakaran. Satu-satunya instansi terbaik di negeri ini yang anggotanya benar-benar kerja.

Instansi lain? Ebuset, ga ada yang guna!

Akhirnya saya buka website pertaminaretail(com). Ga ada info juga terkait SPBU tersebut.

Di bawah website-nya, ada callcenter 135. Saya hubungi dong.

Hanya, jawabannya normatif. Petugasnya bilang ga punya nomor telepon pengelola SPBU tersebut. Meminta saya untuk menunggu untuk dilanjutkan keluhannya.

Hanya, obrolan terputus. Durasi telepon 5 menit, 4 detik. Saya cek pulsa, sisa Rp 970 dari 7.900. Alias, telepon ga guna itu memakan pulsa saya hingga Rp 6.930!

Apes dah.

Kirain gratis. Ternyata, telepon callcenter Pertamina kena pulsa.

Pantas, perusahaan besar ini rugi terus dibanding negara tetangga yang untung besar. Manajemennya buruk.

Masyarakat mau hubungi aja wajib bayar. Harusnya, callcenter itu bebas pulsa.

Begini nih perusahaan milik negara kalo dijalankan orang yang ga kompeten. Padahal, Petronas milik Malaysia yang usianya jauh lebih muda, untung besar.

Indonesia Emas?

Cemas, kali... Hahaha!

Hampir setengah jam terjebak di toilet membuat saya kesal. Mau keluar, jelas ga bisa karena usai bab belum dibilas. 

Bertahan di dalam, ga guna juga. Ha ha ha. Apes!

Situasi ini mengingatkan saya saat dulu membaca novel Romance of the Three Kingdoms. Tepatnya, ketika Cao Cao galau usai kalah dari aliansi Sun Quan - Liu Bei dalam pertempuran Tebing Merah. 

Maklum, doi bingung. Mau lanjut nyerang ke selatan, tapi pasukannya tinggal sedikit.

Hendak kembali ke Xuchang, ibukota Dinasti Han, tapi malu. Itu akibat Cao Cao sudah pede ingin meratakan Wu dan menangkap Liu Bei.

Pada akhirnya, opsi kedua yang dipilih Cao Cao. Sekaligus, menandai akhir dari invasi ke selatan dalam hidupnya.

Situasi ini juga berkolerasi dengan yang dialami Presiden Prabowo Subianto terkait IKN dan Makan Bergizi Gratis yang sudah dicetuskan sejak kampanye. Mau diteruskan, tapi APBN menipis.

Ga dilanjutkan, udah kadung malu. Secara, temanya saat kampanye berkelanjutan dari pemerintahan Joko Widodo (Jokowi)

Hasilnya?

Entahlah.

Makanya, kalo kampanye jangan muluk-muluk. Janji-janji surga, ini gratis, itu gretongan. Ketika sudah menjabat, akhirnya kepusingan untuk melaksanakannya. 

Ini tidak hanya dialami Prabowo saja. Melainkan, calon kepala daerah lainnya dalam pilkada serentak bulan depan.

Sebagai rakyat, kita wajib menagih janji mereka. Kawal terus programnya, agar jangan melenceng.

Eh, ini soal terjebak di toilet ya. Kenapa harus dikaitkan dengan politik?

Yupiii! Secara, politik itu memang bagian dalam kehidupan bernegara.

Kita ga boleh apolitis. Sebagai warga negara, punya hak untuk bersuara sesuai UUD 1945.


*       *       *

SAYA percaya keajaiban itu nyata. Contohnya, dalam sepak bola ketika secara dramatis Manchester United juara Liga Champions 1998/99 diikuti Liverpool pada 2004/05.

Momen apakah itu? Intinya, juara lah.

Silakan googling. Btw, saya Juventini alias fan Juventus.

Lanjut. Dalam keseharian, keajaiban itu bisa dalam bentuk pertolongan.

Ini yang dialami saya usai kebingungan menghadapi air yang tidak menyala di toilet SPBU.

Ketika masih bergulat dengan pemikiran bagaimana bisa keluar dari situasi konyol ini, pintu toilet diketuk. Malaikat tak bersayap yang tidak saya lihat mukanya pun hadir.

"Bang, udah cebok belom?"

"Belom bro. Gw masih di dalam. Airnya ga nyala."

"Ini bang, gw bawa air mineral botol. Cukup untuk bilas."

"Siap, bro. Makasih ya."


Saya pun membuka dikit pintu toilet. Tampak tangan menjulurkan sebotol air mineral ukuran besar. 

Masih disegel. Dingin pula.

Kayaknya, bro ini baru beli di minimarket yang ada di SPBU. Sontak, saya langsung menyambut botol tersebut.

"Berapa bro?"

"Ga usah bang."

"Eh, jangan bro. Ini gw bayar," kata saya sambil menarik selembar uang Rp 10.000 untuk ganti air tersebut.

"Ga apa-apa bang. Pake aja. Maaf itu dingin ya. Adanya kayak gitu aja," ucap orang tersebut sambil keluar.

Lah, saya pun bingung. 

Mau kejar, tapi lagi ga mengenakan pakaian. Alias telanjang karena baru selesai bab. 

Ga dikejar, ga enak karena sudah dibeliin air mineral botol ukuran besar. Saya juga punya hati. 

Udah dibeliin air mineral, masa ga bayar. Jadi, saya pun langsung bilas.

Sumpah kaget juga. Secara air mineral botolnya benar-benar dingin. 

Selesai, saya langsung keluar. Cari malaikat tak bersayap tersebut.

Hanya, nihil. Sebab, udah tengok kanan dan kiri, ga ketemu. 

Di parkiran motor juga ga ada. Pun demikian saat saya tanya ke pengunjung toilet yang hendak masuk. 

Saya hendak nanya ke beberapa petugas SPBU yang sedang mengisi BBM ke kendaraan. Namun, ga enak. Secara, mereka sibuk. Belum tentu memperhatikan situasi di toilet.

Yasudahlah. Yang bisa saya lakukan saat itu memotret sekeliling toilet di SPBU.

Terima kasih untuk orang baik yang sudah membelikan air mineral botol kemasan besar. Anda adalah malaikat tak bersayap bagi saya.


*       *       *

Info SPBU berdasarkan
Google Maps


*       *       *

Nelepon Callcenter ga guna
malah buang pulsa Rp 6.930!


*       *       *

SPBU Coco Pertamina Kuningan


*       *       *


*       *       *


*       *       *




- Jakarta, 26 Oktober 2024


*       *       *


Artikel Terkait


Catatan Harian Ojol

- Dan Terjadi Lagi... Pelecehan Seksual terhadap Ojol

- Penumpang Kecebur Got dan Motor Hampir Mogok: Drama Banjir 22 Maret

- Daftar Mal Elite di Jakarta dan yang Gratiskan Parkir untuk Ojol

- Menara Kadin yang Memanusiakan Manusia

- Tidak Ada Toleransi untuk Perokok

- Lawan Arogansi di Jalanan: Jangan Pernah Benarkan Hal yang Salah!

- Risiko Ojol Antar Makanan pada Dini Hari

- BlackPink di Mata Ojol

- Ditolak Ojol: Bertepuk Sebelah Tangan

- Manusia Lebih Anjing daripada Anjing

- Sisi Lain Konser Coldplay: Mistik, Sedih, Haru, dan Bahagia

- Anak Perwira Dijambret di Samping Polda Metro Jaya

- Polri Ultah ke-78, Maaf Mahkota Kalian Masih Transit di DC Cirebon

- Punya 2 Paspor, untuk Apa?

- Pengalaman Daftar Driver Go-Ride Gojek

- Narik Go-Jek Pakai Suzuki GSX R-150

- Setelah 6 Bulan Jadi Ojol, dari Sambilan hingga Full Time

- PI, PP, dan TA, Ini Daftar Mal yang Kurang Bersahabat dengan Ojol

- Tidak Ada Polisi 40%, Ini Alasan Penumpang Enggan Pakai Helm

- Jadi Agen GoPay, Rahasia di Balik Gacor Ngebid Saat PSBB

- Vermuk? 70% Gojekers Setuju, tapi...

- Berapa Modal Jadi Ojol?

- Kamus Besar Bahasa Ojol

- Orderan pada Malam yang Ganjil

- Kompromi dengan Keadaan

- Bikin SIM C Hanya Keluar Rp 155 Ribu, Ini Caranya!

- Kenapa Ojol Wajib Divaksin?

- Terima Kasih Orang Baik

- Terima Kasih, Orang Baik! (2)

- Terima Kasih, Orang Baik (3)

- Wabah Pak Ogah Merajalela, Polisi Bisa Apa?

- Niat Mulia Ajak Boikot tapi Caranya Salah

- PSK dan Gigolo Lebih Mulia daripada Kang Parkir Liar



Semesta Ekalaya 

- Ceritera dari SPBU Kosong

- Ada Rawarontek di Balik Keberingasan Begal

- Mangga Besar Punya Cerita

- Antara Aku, Kau, dan Mantan Terindah

- Sebuah Kisah Klasik yang Tak Berujung

- Di Suatu Desa dengan Penumpang Random

- Karena Customer adalah Raja

- Kisah Wanita dengan Blazer Hitam I

- Kamaratih




Kamis, 10 Oktober 2024

Trade Expo Indonesia 2024 dan Momentum UMKM untuk Perluas Pasar ke Luar Negeri

Trade Expo Indonesia 2024 dan Momentum UMKM untuk Perluas Pasar ke Luar Negeri


Suasana di booth Astra yang
menampilkan produk andalan UMKM
binaan YDBA dan DSA
(Foto: dokumentasi pribadi/@roelly87)



TIDAK hanya sekadar jadi tuan rumah di negeri sendiri, melainkan harus memperkuat ekspor produk unggulan ke luar negeri. Demikian pernyataan Presiden Joko Widodo usai membuka Trade Expo Indonesia (TEI) 2024 di Indonesia Convention Exhibition, Kabupaten Tangerang, Rabu (9/10).

Ya, pameran dagang tahunan yang kini memasuki edisi ke-39 itu diselenggarakan empat hari hingga Sabtu (12/10). Sekaligus jadi edisi pamungkas bagi pria yang akrab disapa Jokowi ini sebelum menyerahkan estafet kepemimpinan kepada Prabowo Subianto pada 20 Oktober.

Itu mengapa, Jokowi sangat berharap pada TEI 2024, agar pelaku usaha, baik skala besar, menengah, hingga UKM dan UMKM untuk bisa melebarkan sayapnya ke luar negeri.

Maklum, TEI 2024 diikuti 1.460 peserta pameran (exhibitor) dari penjuru Tanah Air. Termasuk, PT Astra International yang menampilkan produk andalan binaan Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA) dan Desa Sejahtera Astra (DSA).

"Kita sebagai negara besat dengan pasar yang juga besar terkait jumlah penduduk mencapai 280 juta jiwa. Itu terbesar keempat di dunia," kata Jokowi dalam sambutannya. 

"Jadi, kita harus mampu melindungi pasar domestik, menguasai pasar dalam negeri. Juga, jarus merambah secara luas ke pasar luar negeri."

Pria asal Solo itu juga optimistis, pelaku usaha berbagai skala di Indonesia, bisa lebih adaptif. Yaitu, tidak hanya memasarkan secara konvensional saja, melainkan juga digital seiring perkembangan zaman.

"Saya menyambut baik Trade Expo Indonesia yang ke-39 ini sebagai pameran produk ekspor yang terbesar di Tanah Air. Yang dilakukan secara hybrid, baik offline dan virtual, untuk memasarkan produk-produk unggulan kita ke pasar dunia," Jokowi, menambahkan.

Menurutnya, TEI 2024 ini jadi momentum untuk mendorong pertumbuhan ekspor yang lebih tinggi. Sekaligus, meningkatkan kualitaa dan daya saing produk dalam negeri agar bisa merambah pasar yang lebih lagi.

Saya sependapat. Bisa dipahami mengingat TEI 2024 yang berlangsung empat hari ini dihadiri banyak calon pembeli.

Berdasarkan data Kementerian Perdagangan yang saya kutip akhir September lalu, calon pembeli sudah mencapai 6.226 orang. Mereka yang terdaftar berasal dari 107 negara.

Tentu, saat TEI 2024 berlangsung sekarang, jumlahnya kian bertambah. Ini jadi nilai positif bagi para pelaku usaha yang mengikuti pameran, untuk bisa melebarkan sayapnya ke luar negeri.

Termasuk, dari kalangan UMKM. Sebagai bloger, saya tidak asing dengan mereka yang berkecimpung dalam Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.

Sebab, saya sering mengulas mereka, baik di blog pribadi ini, www.roelly87.com, atau Kompasiana (www.kompasiana.com/roelly87).

Terlebih, sejak mengenal lebih luas terkait Astra pada 2016 silam. Saat itu, saya baru tahu bahwa perusahaan yang berdiri pada 1957 ini tidak hanya terkait otomotif saja, melainkan banyak banget. 

Untuk lebih jelasnya, bisa dibaca pada artikel bulan lalu, https://www.roelly87.com/2024/09/astra-ydba-umkm-dan-kontribusi-untuk.html.

Pada saat yang sama, berprofesi sebagai ojol (ojek online) membuat saya kian akrab dengan pelaku UMKM. Baik itu saat mengantar penumpang, kirim makanan, paket, dan sebagainya.

Terlebih, saat Pandemi Covid 19. Bisa dibilang, pelaku UMKM adalah pahlawan. 

Sebab, ketika banyak mal, pusat perbelanjaan, restoran, dan sejenisnya tutup, mereka berusaha untuk tetap buka. Dampaknya bagi saya sangat signifikan. 

Pasalnya, saat itu saya tidak bisa mengambil orderan penumpang akibat PSBB, alias hanya dapat mengantar makanan dan barang. Di sisi lain, mal, pusat perbelanjaan seperti di Glodok, Pasar Pagi, dan Mangga Dua, mayoritas tutup. 

Alhasil, berkat keberadaan pelaku UMKM seperti resto rumahan dan pinggir jalan, berhasil membuat saya keluar dari situasi sulit.


*       *       *


SUASANA di ICE sangat ramai. Bahkan, siang itu di jalanan tampak merayap antrian mobil yang ingin memasuki gedung konvensi dan pameran terbesar di Indonesia ini.

Usai menukar ID Card, saya pun masuk ke Hall 3A yang terdapat booth Astra. Seperti yang sudah saya ulas di awal tulisan, grup usaha yang bermarkas di Menara Astra, Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta Pusat ini menampilkan produk andalan binaan UMKM YDBA dan DSA. 

Itu meliputi produk kuliner, kerajinan, dan olahan. Terdapat 12 produk andalan dari DSA, mulai Kopi Gayo hingga Mete asal Manggarai. 

Sementara, YDBA menerjunkan 7 mitra binaan UMKM dengan berbagai produknya yang beraneka ragam, yaitu: 

- Ing Pawon

- Herbor.id

- Abon PS Mas

- Nena Collection

- Hofi

- Karienina

- Nicole's Nature

Saya pun berkeliling booth Astra untuk menyimak lebih dalam hasil produksi UMKM binaan YDBA dan DSA. Termasuk, mencicipi berbagai cemilan menarik.

Misalnya, abon rasa sapi dan ayam, serta serundeng dari Abon PS Mas. Cemilan dengan berbagai varian rasa ini begitu menggoda. 

Apalagi, harganya tergolong kompetitif. Mulai dari Rp 15 ribu. 

Bahkan, kita bisa dapat diskon harga jika pembayaran melalui Astrapay. Yaitu, dompet digital besutan PT. Astra Digital Arta yang masuk salah satu dari tujuh lini usaha Astra.

Ya, Astra ini bisa disebut palugada, alias memiliki ekosistem. Semua ada dan terintegrasi dengan baik hingga memudahkan masyarakat dalam bertransaksi. 

Misalnya, mau beli sepeda motor, mobil, hingga asuransi. Spare part pun banyak disediakan dari pelaku UMKM.

Hebatnya, mereka ga sekadar berbisnis saja. Melainkan, turut membantu UMKM dan warga setempat dalam sembilan yayasannya, termasuk YDBA.

"Silakan mas, kalo mau mencoba abonnya. Ada rasa ayam dan sapi. Untuk selera, bisa yang pedas atau original," ujar pria yang jaga di stand bertuliskan PS Mas.

Saya tertarik untuk mencicipi. Secara, abon memang cemilan yang saya suka. Baik itu dimakan langsung sebagai cemilan atau dicampur nasi. Sedap, euy.

"Mantep mas. Rasanya membekas banget. Ga pudar meski udah berselang beberapa menit," tutur saya usai mencicipi abon PS Mas rasa sapi.

Kalimat itu bukan hiperbola. Namun, sebagai penggemar abon, itu memang fakta.

"Berapaan satunya mas?"

"Yang (ukuran) 80 gram, Rp 20.000. Sama untuk (rasa) sapi atau ayam," pria bernama Hammam Abdurrasyid itu menjelaskan.

"Untuk ukuran segitu, kompetitif juga harganya. Rasanya juga mantul mas. Berasa banget paduan rempah-rempah tradisionalnya," saya memberi testimoni.

"Iya, mas. Ini resep spesial asli sejak 1993. Kami dari Solo, Jawa Tengah. Selain abon, ada berbagai produk lainnya, yaitu serundeng kelapa, dendeng sapi, dan klengkam kentang, yang merupakan oleh-oleh khas Solo," ucap Hammam.

Sebagai ojol yang masuk golongan nokturnal, alias aktif malam hari, saya memang suka ngemil. Asupan makanan ringan membantu saya untuk tetap bugar sepanjang perjalanan.

Itu mengapa, saya sangat antusias mengelilingi booth Astra. Termasuk, menyesap kopi pasak bumi plus gula aren yang masih panas saat dituang dari teko.

Eh, gula aren? Bukannya itu gula merah? Unik juga kalo dicampur kopi. 

Apalagi, ditambah dengan pasak bumi yang merupakan tanaman seperti jahe dengan banyak khasiat, salah satunya untuk mengontrol kadar gula dalam darah. Menarik euy!

"Ini kopi rasa jamu. Secara, mengandung akar pasak bumi yang kami jadikan minuman berkhasiat," kata Arsani, pemilik Hofi, salah satu UMKM binaan YDBA.

Di rak yang tersusun rapi, ada berbagai kopi dalam bentuk sachet dengan berbagai kemasan dan rasa. Selain kopi pasak bumi plus gula aren, saya turut mencicipi varian kopi kayu manis dan kopi temulawak.

Ini pengalaman baru bagi saya. Saya memang tiap hari minum kopi 1-3 gelas. Hanya, itu kopi bubuk standar kemasan sachet yang sudah ditumbuk. Atau, kopi hitam beli di pedagang keliling disela-sela ngojol.

Untuk rasa, saya sama sekali awam. Bagi saya, kopi ya sama aja. 

Kecuali, kopi mix yang pantang saya minum sebelum makan atau sarapan akibat trauma dulu pernah kena maag hingga perut berasa diaduk-aduk. Kapok dah seharian tiduran gara-gara secangkir kopi.

Ha... Ha... Ha...

Itu mengapa, saya penasaran untuk mengenal lebih dalam kopi rasa jamu di stand Hofi. Termasuk, menanyakan efek sampingnya. 

Ya, pengalaman buruk saat minum kopi mix padahal perut masih kosong membuat saya jadi lebih kritis. 

"Seluruh produk kami sudah bersertifikasi halal. Juga izin dari BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan)," Arsani, menerangkan.

"Jadi, sebagai minuman berkhasiat, bisa dinikmati sesuai ketentuan. Untuk yang ini (kopi pasak bumi plus gula aren), ada keterangan di label belakang, agar tidak dikonsumsi anak-anak, wanita hamil atau menyusui."

Mendengar penjelasan tersebut membuat saya yakin akan khasiat dan efek sampingnya. Dalam kesempatan tersebut, Arsani juga mengungkapkan, pentingnya pelaku UMKM untuk mengurus perizinan BPOM dan halal, agar bisa mendapat kepercayaan dari konsumen.

"Saat ini, kami sudah menjual produk tidak hanya di Kalimantan saja, tapi juga ke seluruh Tanah Air. Selain itu, kami turut memaksimalkan dengan penjualan di market place," ucap Arsani yang gabung dengan YDBA sebagai salah satu mitra UMKM sejak 2018.

Dengan paritisipasinya di TEI 2024 ini, Arsani optimistis Hofi dapat memperlebar pasar ke luar negeri. Saya lihat, banyak calon buyer dari negara luar yang turut penasaran mencicipi kopi rasa jamu dengan aroma khas yang unik ini.

Ya, semoga dengan diselenggarakannya Trade Expo Indonesia 2024 ini, berbagai produk UMKM binaan Astra lewat YDBA dan DSA bisa menambah pasar hingga mancanegara.***


Referensi: 

- https://setkab.go.id/presiden-jokowi-buka-trade-expo-indonesia-ke-39-dorong-produk-lokal-berdaya-saing-global/

- https://dinkes.kalteng.go.id/berita/dinas-kesehatan-prov-kalteng-gelar-sosialisasi-penggunaan-obat-tradisional-yang-aman-dan-bermanfaat/

- https://www.kemendag.go.id/berita/siaran-pers/sudah-6226-calon-pembeli-mendaftar-di-tei-2024-negara-nontradisional-jadi-mayoritas-pembeli-mancanegara


*        *        *

Owner Hofi, Arsani, sedang menyiapkan
kopi rasa jamu yang berkhasiat 


*        *        *

Berbagai produk minuman serbuk instan berkhasiat dari Ing Pawon


*        *        *

Ada jerapah atau dinosaurus? Lucu, euy!


*        *        *




*        *        *

Abon yang cocok untuk cemilan
atau campur nasi


*        *        *

Empon-empon adalah minuman
khas betawi berbahan baku jahe,
kayu secang, dan rempah-rempah


*        *        *

Kopi rasa jamu dengan aroma
yang unik dan berkhasiat


*        *        *


*        *        *


*        *        *


*        *        *


*        *        *


- Jakarta, 10 Oktober 2024


*        *        *


Artikel Terkait


========== YDBA: ==========


- Astra, YDBA, UMKM, dan Kontribusi untuk Negeri (https://www.roelly87.com/2024/09/astra-ydba-umkm-dan-kontribusi-untuk.html)


- YDBA Selenggarakan Konvensi QCC UKM Edisi Ketiga (https://www.roelly87.com/2018/09/konvensi-qcc-ukm-mitra-ydba-2018.html)


- YDBA Siap Libatkan UKM untuk Sukseskan Asian Games 2018 (https://www.roelly87.com/2017/12/ydba-ukm-asian-games-2018.html)


- Berangkatkan 22 UMKM ke Jepang, YDBA Lanjutkan Beri Kail Bukan Ikan (https://www.roelly87.com/2017/09/berangkatkan-22-umkm-ke-jepang-ydba.html)


- Konvensi QCC 2017 Dorong Mitra YDBA untuk Mandiri dan Lebih Kompetitif (https://www.roelly87.com/2017/08/ydba-konvensi-qcc-2017-yuk-ngimprove.html)


- Rayakan HUT ke-37, YDBA Luncurkan HebatnyaUKM.org (https://www.roelly87.com/2017/07/ydba-luncurkan-hebatnyaukmorg.html)


- 7 Alasan Harus Memiliki Daihatsu Sigra (https://www.roelly87.com/2016/08/7-alasan-harus-memiliki-daihatsu-sigra.html)




========== ASTRA: ==========


- Bukber Blogger Perdana sejak Pandemi (https://www.roelly87.com/2023/04/bukber-blogger-perdana-sejak-pandemi.html)


- Ada AstraPay di Balik Solusi Pembayaran Digital yang Terpercaya (https://www.roelly87.com/2021/09/ada-astrapay-di-balik-solusi-pembayaran.html)


- Pengalaman Perdana Ikut Bukber Astra (https://www.roelly87.com/2017/06/pengalaman-perdana-ikut-bukber-astra.html)


- Astra Berusia 60 Tahun, Selanjutnya? (https://www.roelly87.com/2016/08/astra-berusia-60-tahun-selanjutnya.html)


- Peringati HUT ke-60, Astra Kembali Selenggarakan SATU Indonesia Awards 2017 (https://www.roelly87.com/2017/03/satu-indonesia-awards-2017.html)


- Yuk, Berkunjung ke Museum Astra (https://www.roelly87.com/2016/11/yuk-berkunjung-ke-museum-astra.html)


- Astra Umumkan Tujuh Penerima SATU Indonesia Awards 2016 (https://www.roelly87.com/2016/10/satu-indonesia-awards-2016.html)


- Apresiasi Astra untuk Guru dan Sekolah di Tanah Air pada Hari Guru Nasional (https://www.roelly87.com/2016/11/apresiasi-astra-untuk-guru-dan-sekolah.html)


- Memetik Inspirasi Bersama Astra (https://www.roelly87.com/2016/12/memetik-inspirasi-bersama-astra.html)


- Sensasi Menanam Gaharu Bersama Astra di Bukit Kasur Cianjur (https://www.roelly87.com/2016/12/sensasi-menanam-gaharu-bersama-astra-di.html)


- (Esai Foto) Petualangan Akhir Tahun Bersama Astra (https://www.roelly87.com/2016/12/petualangan-akhir-tahun-bersama-astra.html)


- Ini Alasan Astra Sediakan 4 Mobil untuk Hadiah Lomba Foto Astra dan Anugerah Pewarta Astra 2017 (https://www.roelly87.com/2017/08/Lomba-Foto-Astra-dan-Anugerah-Pewarta-Astra-2017.html)


- Di Balik Julukan Pahlawan Lembah Hijau Rumbia (https://www.roelly87.com/2016/12/di-balik-julukan-pahlawan-lembah-hijau.html)


- Astra Sponsori Asian Games 2018 (https://www.roelly87.com/2017/12/astra-sponsori-asian-games-2018.html)


- Yuk, Proteksi Diri dan Keluarga Bersama happyOne.id (https://www.roelly87.com/2018/10/yuk-proteksi-diri-dan-keluarga-bersama.html)




========== OTOMOTIF: ==========


- Kenapa Harus Rutin Ganti Oli? (https://www.roelly87.com/2024/04/kenapa-harus-rutin-ganti-oli.html)


- Menikmati Sensasi Perjalanan Bersama "Si Biru" Grand New Avanza (https://www.roelly87.com/2015/11/menikmati-sensasi-perjalanan-bersama-si.html)


- Magnet Grand New Veloz dan Grand New Avanza di GIIAS 2015 (http://www.roelly87.com/2015/08/magnet-grand-new-veloz-dan-avanza-di.html)


- Belajar Disiplin (Lagi) Berkat Mengunjungi Pabrik Toyota TMMIN (http://www.kompasiana.com/roelly87/belajar-disiplin-lagi-berkat-mengunjungi-pabrik-toyota-tmmin_5587d7351393730519daf31b)


- Sisi Lain Toyota (TMMIN): Tidak hanya Memproduksi Mobil (http://www.kompasiana.com/roelly87/sisi-lain-toyota-tmmin-tidak-hanya-memproduksi-mobil_5578f28edf22bd0c1c302200)


- Keceriaan di Booth Daihatsu GIIAS 2016 (https://www.roelly87.com/2016/08/keceriaan-di-booth-daihatsu-giias-2016.html)


- Kopdar Kokgituya.com yang Menambah Pengetahuan Blogger (https://www.roelly87.com/2015/08/kopdar-kokgituyacom-yang-menambah.html)


- Mengintip Produksi Innova dan Fortuner di TMMIN Karawang Plant 1 (https://www.roelly87.com/2017/10/mengintip-produksi-innova-dan-fortuner.html)





















Senin, 23 September 2024

Yang Liu

 Yang Liu


Ilustrasi Patung Guan Yu
(Foto: Dokumentasi pribadi/@roelly87)


YANG Liu.

Begitu penuturan gadis berkuning langsat itu kepadaku dalam sebuah pertemuan di toko buku. Aku sempat terhenyak mendengar namanya yang sedikit asing, Yang Liu. 

Entah itu nama samaran atau aslinya bermarga Yang. Namun, yang kutahu dia hanya tersenyum seolah membaca pikiranku yang seakan hendak bertanya.

"Ya. Namaku Yang Liu. Ada yang salah?"

Hingga beberapa bulan selanjutnya saat liburan ke Kota Kembang, aku baru tahu arti nama tersebut dari seorang kenalan di dunia nyata. Ternyata, itu hanya nama pena. 

Alias. Berbeda dengan satu nama lagi yang dulu terdengar asing, namun asli, Liong Wei atau akrab kupanggil Lenny.

Yang Liu adalah nama lain dari suatu bumbu dalam masakan Cina. Aku sendiri tentu tidak tahu. 

Namun, famili dan leluhur keluargaku yang berasal dari Yunnan, jelas mengetahuinya. Ada apa dengan (nama) Yang Liu?


*      *      *


"JANGAN pernah bermain api kalau tidak ingin terbakar. Saat kecil, api itu kawan. Ketika besar berbalik jadi lawan," Laras, rekan kerjaku coba mengingatkan.

"Hanya mengagumi. Untuk saat ini tidak lebih dari itu," tuturku mencoba berkilah.

"Hai, 'untuk saat ini' kan? Bagaimana kalau besok, lusa, minggu depan, atau selanjutnya kamu malah tertarik kepadanya?"

"Entahlah. Tapi, aku berharap lebih baik perasaan ini terhadapnya padam daripada memudar."

"Jangan berandai-andai. Gadis itu seperti bunga yang dipenuhi duri penuh racun. Cepat atau lambat, kamu akan tertusuk duri hingga keracunan."

"Mungkin, ga sejauh itu kali. Bukankah kalian hampir mirip satu sama lain."

"Lha, kenapa tidak? Aku pertaruhkan segala yang kupunya, bahwa Yang Liu itu memang beracun. Percayalah."

"Tentu aku memercayaimu. Tapi, biarkan aku juga memercayai perasaanku sendiri. Setidaknya, untuk saat ini."

"Terserah..."


*      *      *


SEPANJANG hidup, aku menyukai banyak bunga. Di antara deretan empat bunga yang paling indah di dunia ini, Kimilsungia, Seroja, Anyelir, dan Magnolia. 

Aku mengagumi nama yang pertama. Hanya, bunga tersebut sudah kadung melekat dan menjadi simbol sebuah negara di Asia Timur, hingga membuatku mencari yang lain. 

Ya, Magnolia, entah kenapa aku terpikat setiap menatapnya.

Sebenarnya, meski indah, bunga tersebut biasa saja. Setidaknya jika dibandingkan dengan Seroja, Anyelir, bahkan Kimilsungia. 

Namun, indra perasa tentu memiliki alasan tertentu. Dan, alasan terbaik dalam menemukan suatu jawaban adalah tidak ada alasan sama sekali. 

Murni karena mengagumi.

Itu pula yang aku alami terhadap Yang Liu. Selain parasnya yang menawan dan gaya bahasa ceplas-ceplos. 

Biasa saja, dan tidak ada yang lain.

Kawasan pecinan di Pasar Pagi menjadi saksi bisu pertemuanku yang kedua dengan Yang Liu. Bisik-bisik mulai menjalar di antara pedagang yang dipenuhi etnis minoritas. 

Tak ketinggalan dari mulai penjual hio, petasan, arak, hingga kue bulan sekalipun di los seberang turut memandang sinis kepada kami.

"Ssst... Dia sama yang baru."

"Ya, calon korban, atau mau dikorbanin lagi?"

"Semoga tidak jadi seperti yang dulu-dulu."

"Ah, belum tentu dia seperti itu. Itu kan hanya rumor, faktanya kan rezeki, jodoh, dan kematian yang mengatur Thian. Kita jangan usilan, mending kembali bekerja."


*      *      *


SEJAK itu, aku rutin menemuinya. Tak kuperdulikan apa kata mereka tentang Yang Liu, yang ironisnya tetangga sejak kecil. Terlepas latar belakangnya baik atau buruk. 

Toh, aku senang berteman dengan Yang Liu. Termasuk ketika menunggui di rumahnnya seusai pulang dari sembahyang di sebuah kelenteng.

Saat itu, ada seorang perempuan setengah baya menghampiriku. Tanpa tedeng aling-aling, beliau yang mengaku sebagai ahli nujum memintaku agar jangan mendekati Yang Liu. 

Sebuah permintaan yang nyaris mustahil kukabulkan. Bagaimanapun, aku punya hak untuk berteman dengan siapa saja tanpa dirintangi. 

Itu wilayah pribadi. 

Privasi.

"Terserah Anda kalau tidak percaya. Yang pasti, sebagai sesama manusia, saya sudah mengingatkan," ujar perempuan yang menyebut dirinya sebagai suhu, atau guru spiritual itu kepadaku. 

Saat itu, aku hanya mengangguk tanda menerima nasihatnya. Dan, dalam hati tentu saja menolak, sebab aku tidak ingin disetir orang lain.

"Sebelum pergi, saya ingin memberi sesuatu sebagai penangkal. Saya harap Anda menerimanya."

"Terima kasih, suhu."

"Satu hal lagi, lihatlah altar persembahan itu. Bukankah ada yang aneh dengan patung Guan Yu?"

"Ya Bu. Di kediaman kami, Patung itu memegang golok dengan tangan kanan. Tapi, di sini malah sebaliknya."

"Nah itulah. Yang penting Anda harus hati-hati," katanya sambil memberikan selembar daun yang penuh aksara.


*      *      *


PATUNG Guan Yu. Siapa yang tak mengenal tokoh dalam sejarah Cina, tepatnya pada dinasti Han di abad kedua. 

Dalam literatur klasik "Romance of the Three Kingdoms", Guan Yu dijuluki sebagai Dewa Perang. Sosok yang dikenal memiliki janggut indah itu melambangkan kesetiaan.

Tak heran bila saat menonton film mandarin atau Hong Kong, aku kerap melihat patung Guan Yu dengan tangan kanan memegang golok di altar persembahan di kantor polisi. 

Tapi, bila patung tersebut memegang golok di tangan kiri, berarti yang memujanya dari kalangan mafia atau triad.

Jadi...


*      *      *


"KAMU tentu sudah mendengar perkataan mereka. Khususnya dari perempuan usilan yang mengaku sebagai suhu?" Yang Liu membuka pembicaraan saat kami menikmati indahnya suasana sore di pantai utara ibu kota.

"Aku hanya mendengarkan perkataan mereka. Mungkin masuk telinga kiri keluar telinga kanan," ucapku.

"Lalu, Kamu percaya?"

"Aku sekadar mendengarkan ucapan orang yang lebih tua. Mengenai benar atau tidak. Di dunia ini aku hanya percaya kepada Tuhan. Sebagaimana dirimu memercayai adanya Thian."

"Ini pernyataan atau pertanyaan?"

"Dua-duanya tapi juga bukan dua-duanya."

"Bagus. Kamu berkata dengan jujur meski tidak berterus terang."

"Rambut manusia boleh sama hitam. Tapi pikiran, siapa yang tahu?"

"Ha ha ha..." Yang Liu tertawa dengan renyah. Tampak lesung pipit di pipi kirinya seperti keberadaan Venus yang berkilauan menjelang pagi hari. 

Usai menyeruput es kelapa, sejenak Yang Liu, melanjutkan ucapannya.

"Terus terang, sejak lahir aku seperti dinaungi bintang kematian. Tiada seorang pun yang dekat denganku bisa bertahan lama. Termasuk suamiku..."

"Maksudnya?"

"Langsung saja. Tiga kali aku menikah. Tiga kali pula aku harus kehilangan suamiku."

"Hubungannya denganku?"

"Entahlah. Tapi, menurut ramalan, kutukan itu akan punah setelah pernikahan keempat. Itu sebagai jumlah penggenapan agar aku terlepas selamanya."

"Bukankah bagi kalian angka empat itu melambangkan kesialan?"

"Ya. Bisa jadi sebagai ambiguitas. Sebab, semenjak dulu aku diajarkan, jika terkena bisa ular. Obat paling mujarab adalah gigitan dari hewan yang memiliki kadar bisa lebih keras dibanding ular."

"Racun dilawan dengan racun?"

"Tepatnya begitu," ujar Yang Liu menarik nafas dalam-dalam sambil memainkan rambutnya yang tergelung indah bak Magnolia yang sedang mekar.


*      *      *


SETELAH itu, aku larut dalam rutinitas sehari-hari yang kian menggunung. Begitu juga Yang Liu yang sibuk dengan pekerjaannya sebagai penata rias. 

Hingga tujuh hari sejak pertemuan di tepi laut itu, aku mendapat kabar dari seseorang yang kukenal dekat, Laras.

"Aku tidak tahu harus sedih atau bahagia saat memberitahu hal ini."

"Tentang Yang Liu?"

"Dia akhirnya kembali ke asalnya. Hidup manusia berasal dari tanah, begitu juga dengan Yang Liu."

"Jadi, Yang Liu sudah..."

"Ya. Sekarang sedang dilaksanakan upacara pelepasannya"

"Kenapa dirimu tak memberitahu lebih awal?"

"Tragedi itu terjadi semalam. tepat di hari pernikahannya. Ketika suaminya yang buronan menjadikan Yang Liu sebagai tameng dari sergapan pistol petugas keamanan. Aku sedih menyaksikan akhir tragis Yang Liu. Di sisi lain, aku bahagia karena Yang Liu akhirnya terbebas dari penderitaan batin," tutur Laras dengan memelukku.

"Kenapa kamu harus bahagia? Bukankah kalian kakak-beradik." aku menjawab tegas sambil menepis tangannya. 

Prosesi kematian Yang Liu sedang berlangsung. Setidaknya, aku ingin menemuinya satu kali sebelum Yang Liu kembali menyatu dengan bumi.

Sementara, Laras hanya terdiam. Entah apa yang ada di pikirannya. 

Hanya, satu misteri yang masih membayangiku saat mendengar ucapan Laras: Bahagia.


*      *      *


Keterangan: Referensi tulisan ini berdasarkan novel Yang Liu karya salah satu penulis favorit saya, Lan Fang. Sayangnya, beliau terlalu cepat meninggalkan dunia ini sebelum saya mengenal tulisannya lebih jauh.


- Jakarta, 21 September 2013


*      *      *

*      *      *

*      *      *


PS: Cerpen ini dibuat 11 tahun silam di https://www.kompasiana.com/roelly87/552cb1186ea834f3478b45c5/yang-liu?page=all#section2 yang di-post ulang di blog ini dengan menambahkan ilustrasi Patung Guan Yu setelah tak sengaja melihatnya di kawasan PIK, Jakarta Utara (21/9/2024)