|
Suasana dalam workshop Menulis dengan Cinta Bersama Dini Fitria - Batch 2
(Klik untuk perbesar foto dan geser untuk melihat foto lainnya) |
SEBAGAI blogger, bisa dikatakan saya nyaris mendapat apa yang diimpikan. Yupz, itu cukup bermodalkan tulisan disertai foto, video, dan (terkadang) infografis.
Mulai blusukan ke kawasan terpencil, naik mobil dinas menteri, ketemu public figure idola, hingga merasakan menginap di kapal pesiar untuk menjelajah Wales.
Yupz, Wales. Suatu negeri di utara Eropa! Itu semua gratis. Cukup modal kuota internet (itu pun setiap bulannya gratis hingga unlimited), laptop, smartphone (pemberian salah satu produsen), dan kamera (juga pemberian).
Tanpa bermaksud riya, faktanya demikian.
Namun, adagium lawas mengatakan, mutiara yang indah tidak berserakan di pantai. Alias, harus menyelam hingga ke dasar samudera. Pun demikian dengan saya yang mulai menggeluti dunia blog sejak sembilan tahun silam.
Tepatnya, pada awal 2009 ketika ngeblog sebagai obat untuk mengatasi kejenuhan mata memandang deretan angka di microsoft excel atau access yang njelimet tapi penting. Setelah itu, saya mulai hobi ngeblog dengan membuat beberapa akun baik platform mandiri atau keroyokan.
Puncaknya, pada 2015 ketika mengikuti acara yang diselenggarakan
Ani Berta bersama dua mentor lainnya. Sejak itu saya sadar, ngeblog bukan sekadar hobi saja. Melainkan, dapat dimaksimalkan lebih lanjut.
Pepatah menilai, dekat cat bakal terciprat tinta. Pun demikian dalam berteman, baik di dunia nyata maupun maya. Menjalin relasi yang baik jadi kunci untuk konsisten sebagai blogger. Minimal, hingga detik ini.
* * *
MENTARI siang itu bersinar dengan terik. Dari kawasan Senayan, Jakarta Pusat, Selasa (6/3) saya menuju kantor
Blibli.com di Jalan KS Tubun, Slipi, Jakarta Barat. Di google map, jaraknya tidak lebih dari dua jari yang bisa ditempuh kurang dari sepembakaran hio.
Nyatanya, teori dan praktik di lapangan berbeda. Sebab, butuh lebih dari seperminuman teh untuk bisa sampai di lokasi. Itu pun dengan lepek-lepek lebih dulu akibat macet total di persimpangan Slipi-Palmerah. Hingga, jangankan sepeda motor untuk lewat, pejalan kaki pun bahkan harus mepet-mepet.
Ketika sampai, sudah banyak rekan-rekan blogger yang memadati lantai enam dari markas toko online terlengkap dan terpercaya di Tanah Air ini. Termasuk, Ani yang sangat sibuk bersama penggawa
Indonesian Social Blogpreneur (
Komunitas ISB) untuk mempersiapkan ini dan itu.
Ani pula yang memberi informasi kepada saya terkait workshop
Menulis dengan Cinta Bersama Dini Fitria - Batch 2. Kebetulan, dalam beberapa pekan ini saya kurang update terkait dunia blog di media sosial.
Alias, buka facebook, twitter, atau instagram, hanya sesekali saja karena kesibukan di lapangan jelang Asian Games 2018. Beruntung, beberapa hari sebelumnya, Ani turut mengabari via whatsapp. Ini kali kedua saya mengikuti event dari Komunitas ISB terkait Dini.
Tepatnya, pada ramadan lalu ketika mantan reporter dengan senyum memesona itu meluncurkan novel ketiganya,
Islah Cinta (Artikel sebelumnya:
Novel Islah Cinta Bikin Saya Ingin Keliling Dunia). Namun, kali ini Dini menulis dalam skala luas, alias tidak hanya di novel, melainkan juga di blog pribadi.
* * *
SEBELUMNYA, Public Relations & Community Manager PT Global Digital Niaga (induk Blibli.com)
Christine Lie Hartati memberi sambutan menarik. Itu terkait informasi promo
My Big Wish pada Februari-Maret ini.
Yaitu, setiap belanja dapat token yang bisa ditukarkan dengan berbagai hadiah spesial. Termasuk, grand prize impian dengan liburan sepanjang tahun, nonton final kompetisi sepak bola terbesar di kolong langit yang diselenggarakan di Rusia, Mitsubishi Xpander, dan banyak lagi.
Termasuk, saya yang berharap tahun ini bisa ke Rusia. Menyaksikan pertandingan sepak bola terakbar ini jadi salah satu impian terbesar saya. Nah, jika Anda tertarik bisa menyimak infonya di
blib.li/bigwish-blog.
Sebagai salah satu konsumen setia Blibli.com, tentu saya sangat menyambut antusias yang dipaparkan Christine. Apalagi, saya juga bisa mendapat informasi terkait partisipasi Blibli.com di dunia olahraga untuk tugas kantor.
Yupz, Blibli.com memang dikenal sebagai perusahaan lokal yang mendukung kegiatan olahraga Indonesia. Jika Anda menyaksikan seragam yang dikenakan Kevin Sanjaya dan kawan-kawan saat tampil di berbagai turnamen bulu tangkis, tentu sangat familiar.
Termasuk, ketika menjuarai Indonesia Masters 2018 (Artikel sebelumnya:
Sisi Lain Indonesia Masters 2018). Sebab, Blibli.com memang sebagai pemasok kostum untuk Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI). Bahkan, tahun ini ada tujuh yang disponsorinya.
"Termasuk, event besar olahraga tahun ini. Apa itu? Ada deh. Nanti kami beri tahu lebih lanjut," ujar Christine tersenyum simpul ketika saya temui.
Setelah itu, ada pemaparan dari Supervisor
Zoya Cosmetics Haniarti Hasan. Sebagai pria, saya kurang begitu paham terkait kosmetik. Bahkan, paling malas jika (dulu) harus menemani pacar belanja alat-alat make-up.
Namun, seiring waktu berlalu, saya menyadari pentingnya untuk lebih mengenal kosmetik. Yuppz, ini berguna jika suatu saat
si dia minta rekomendasi. Apalagi, Zoya dikenal sebagai produsen perlengkapan kecantikan ternama di nusantara. Jadi, saya bisa mendapatkan gambaran terkait alat kecantikan yang kelak berguna untuknya.
* * *
BAGI saya, menulis itu bukan pekerjaan sukar. Secara, setiap hari, saya menulis hingga 15 artikel untuk versi cetak atau online. Justru, yang sulit itu mengedit milik rekan di kantor. Saking sulitnya, ketimbang berpusing ria menghadapi SPOK yang tidak jelas, kadang saya cenderung memilih Ctrl+D pada lembaran word. Selanjutnya, menulis ulang dengan tidak mengurangi inti dari yang dituliskan tersebut.
Hanya, yang ditekankan Dini tentu bukan terkait olahraga. Melainkan, tentang menulis feature. Itu ditegaskan dari sosok yang berpengalaman di dunia jurnalistik pada dua tv nasional ternama di negeri ini.
"Konsistensi merupakan salah satu kunci kesuksesan untuk berkarya," Dini mengawali sambutannya di hadapan kami, puluhan blogger.
Oh ya, sejak kali pertama menginjakkan kaki di kantor Blibli ini, perasaan saya agak mengganjal dengan Dini Fitria. Saya sampai lama mengingat-ingat namanya. Perasaan sering mendengar di televisi atau baca beritanya di media online.
Namun, bukan terkait novel, melainkan di film, sinetron, hingga FTV. Usut punya usut, usai berpikir keras lebih dari sepernanakan nasi, saya baru ngeh. Ternyata, hanya nama belakang yang sama (Fitria). Untuk nama depan dan kehidupan pribadi, sangat berbeda antara Dini dengan Roro.
* * *
MENULIS dengan Cinta. Kenapa menulis harus dengan cinta? Bukannya, Cinta hanya untuk Rangga seorang? Eits...
Menurut Dini, menulis itu harus dengan cinta, hati, dan perasaan. Gampangnya, menulis itu harus sungguh-sungguh. Ya, saya percaya dengan apa yang dipaparkannya.
Kebetulan, sudah saya terapkan dalam berbagai aktivitas, baik pekerjaan, ngeblog, atau sampingan. Bahkan, ketika itu temanya tidak saya mengerti, tepatnya kurang disukai karena bersifat subyektif. Namun, demi profesionalitas, saya wajib memberikan yang terbaik untuk tulisan tersebut.
Urusan hasilnya menurut atasan atau pemberi dana tersebut bagus atau tidak, itu di luar kekuasaan saya. Yang pasti, sebagai pihak yang diberi tugas, saya berusaha mempersembahkan yang terbaik.
Yang berkesan, Dini turut berbagi pengalaman untuk menulis feature stories. Bagi saya, ini menarik. Sebab, feature stories atau ficer memang selalu lebih asyik digali. Misalnya, di tempat saya bekerja, ini bukan terkait artikel berat (hard news) atau ringan (soft news). Melainkan, untuk mengulik sisi lain dari obyek tersebut dengan gaya berututur.
Tidak harus faktual, dengan 5W+1 H pada paragraf awal, yang penting harus fakta. Saya sering menuliskannya di tempat kerja jika bertemu dengan narasumber yang menarik digali atau usai tugas ke luar kota.
Memang, feature stories ini memakan waktu lama, apalagi jika dimuat untuk edisi cetak yang harus berbagi ruang dengan foto, grafis, atau terkait halaman yang terbatas. Beda lagi jika menuliskannya pada versi online, yang lebih mudah karena bisa memuat hingga ribuan karakter tanpa khawatir dibatasi halaman.
Dini menyebut, ada beberapa faktor membedakan antara feature stories dengan artikel hard atau soft. Misalnya, view, gaya bahasa, alur cerita, hingga rasa. Yupppi, setuju banget. Sebab, berdasarkan pengalaman saya, membaca suatu artikel itu nyaris sama, baik itu penyampaian atau sudut pandang. Yang membedakan, rasa dari yang digariskan sang penulis.
Penggemar karya NH Dini, Pramoedya Ananta Tour, Ahmad Tohari, dan Jane Austin ini pun membagikan rahasia untuk menulis feature stories.
- Bertutur
- Deskriptif: dalam menggambarkan suatu profil atau peristiwa tertentu secara gamblang
- Informatif
- Gaya penulisan: Indah memikat, naratif, prosais, imajinatif
- No need exactly 5W+1H
- Human of interest
Sebagai blogger yang berusaha untuk terus belajar dalam dunia tulis-menulis, tentu apa yang disampaikan Dini sangat berharga. Bisa dipahami mengingat materinya sangat istimewa. Sebab, hanya kami yang berada di kantor Blibli.com untuk mengikuti Komunitas ISB workshop batch 2 ini yang mendapatkannya!
"Feature itu bukan fiksi, tapi fakta. Hanya, dalam tulisan itu, ada emosi atau rasa yang menyertai. Feature is all about emotions, (feature) is taste," Dini, menjelaskan.
Menurut sosok yang juga berprofesi sebagai produser ini, mayoritas masyarakat di Indonesia suka gaya bahasa bertutur ala didongengin. Itu terkait minimnya pengetahuan literasi. Alhasil, jarang yang membaca buku dan lebih sering dibacakan dengan gaya bercerita. Bisa dipahami mengingat gaya bertutur itu mudah diterima karena dapat diceritakan dengan detail.
"Nah, untuk rekan-rekan blogger yang ingin menulis feature stories, ini gampang. Yang penting, kita harus terbiasa membaca untuk memperkaya diksi dalam tulisan," lanjut pemilik akun instagram @dinifitria_author ini.
Mendengar penjelasan Dini itu membuat saya seperti diguyur dengan seember air dingin. Yupz, adakalanya, dalam menulis saya kerap alpa. Alias, lebih menitikberatkan objek atau peristiwa itu tanpa menggali lebih dalam dari apa yang terjadi. Ibaratnya, sejauh ini saya hanya sebatas jadi pemadam kebakaran saja.
"Menulis itu soal rasa yang juga punya tanggung jawab. Jadi, buatlah tulisan yang bermanfaat untuk pembaca," ucap Dini usai menerangkan terkait story telling.
Benar sekali. Menulis itu bak memiliki dua mata pedang. Alias, kita harus benar-benar menuliskannya dengan fakta. Bahkan, pengalaman saya pribadi, fakta yang disertai data lengkap dari sumber ketiga tidak cukup. Sebab, di lapangan kondisinya tidak lagi 1+1=2. Namun, ya begitulah. Tentu, kita tidak bisa membahagiakan semua orang...
Intinya, air bisa membuat perahu berlayar. Namun, juga dapat menenggelamkannya. Sebagai penulis, khususnya blogger, harus bertanggung jawab dengan isi tulisan itu sendiri seperti yang disampaikan Dini dengna lugas.
Yupz... Sore itu, bertambah lagi wawasan saya terkait dunia blogger.
***
* * *
|
Trilogi Cinta karya Dini Fitria |
* * *
|
Rekan sekaligus mentor Ani Berta, rekan mengawali workshops ini |
* * *
|
Public Relations & Community Manager Blibli.com Christine Lie Hartati |
* * *
|
Sesi beauty class dari Zoya Cosmetics yang melibatkan rekan blogger |
* * *
|
"Anggap saja rumah sendiri. Mau kopi tinggal seduh," kata salah satu karyawan
Blibli.com memberi penawaran yang langsung saya sambut dengan senang hati |
* * *
|
Dini Fitria berbagi kiat menulis di hadapan puluhan blogger |
* * *
|
Suatu pengalaman berharga bisa mengikuti acara yang diselenggarakan
Komunitas ISB bersama Dini Fitria, Blibli.com, dan Zoya Cosmetics |
* * *
* * *
-
Jakarta, 8 Maret 2018