Suasana di lambung Garuda Indonesia (Sumber foto: Choirul Huda/ www,roelly87.com) |
"Liputan ke Sulawesi? Siap!" Demikian saya menjawab tugas dari kantor, pada dua pekan lalu.
AKHIRNYA, kepingan
Ya, dari lima pulau besar di nusantara (termasuk Jawa), empat di antaranya sudah saya singgahi. Mulai dari Kalimantan, Sumatera, dan kini Sulawesi. Impian selanjutnya, tentu saya juga ingin mengunjungi Papua demi melengkapi angan-angan yang tercipta belasan tahun silam. Hanya, untuk segera mencapainya memang butuh waktu. Entah kapan, yang pasti sebagai manusia harus optimistis!
Kali ini saya tidak ingin membicarakan pengalaman selama di Sidrap yang terletak sekitar 170 km dari ibu kota Sulsel, Makssar. Sebab, saya telah menuangkannya dalam lima artikel sebelumnya dan ada kemungkinan ditambah mengenai wisata serta kulinernya pada seri mendatang. Yang ingin saya tulis untuk postingan ini mengenai pengalaman selama di pesawat Garuda Airlines.
Tepatnya ketika perjalanan pulang dari Bandara Sultan Hasanuddin, Makassar, menuju Soekarno-Hatta (Jakarta) pada Minggu (8/2). Kenapa saya hanya mengulas saat pulangnya saja? Sebab, ketika pergi, Jumat (6/2), saya justru terlelap nyaris selama dua jam dalam penerbangan bernomor GA655. Itu karena jadwal keberangkatan yang memang masih pagi, pukul 05.05 WIB.
Nah, pas menuju Jakarta, saya dan rombongan media take-off sekitar pukul 17.45 Wita. Kebetulan, saya mendapat kursi di pojok samping jendela. Hingga, meski gelap karena menjelang malam, saya bisa leluasa memotret pemandangan di luar sana dan juga seisi ruangan pesawat!
Agak sedikit norak sih. Tapi tak mengapa mengingat sejak beberapa bulan lalu saya memang berencana membuat cerita mengenai perjalanan di blog ini. Itu setelah saya terinspirasi sejak mengikuti acara Fun Blogging Session 3 di Gedung Cyber, Kuningan, Jakarta Selatan, Sabtu (10/1).
Dalam diskusi yang digawangi tiga blogger tangguh (Ani Berta, Shinta Ries, dan Haya Alia Zaki) itu, terdapat materi yang memuat soal dokumentasi wisata. Dalam hati saya, berpikir, suatu saat mencoba untuk menerapkan "ilmu" dari mereka. Dan, hampir sebulan kemudian kesampaian!
* * *
Oh ya, bagaimana pengalaman bersama Garuda Indonesia? Sebenarnya biasa saja. Sebab, sejak dulu saya memang sering menggunakan maskapai berpelat merah ini. Baik ketika tugas dari kantor atau untuk urusan keluarga.
Meski, untuk kedua hal itu, saya tidak melulu menggunakan Garuda Indonesia. Pasalnya, dari sekitar 33-35 kali (tapatnya lupa, yang pasti di angka ganjil karena sempat pergi naik pesawat dan pulang dengan jalan darat) naik pesawat baik itu di dalam dan luar negeri, adakalanya, saya juga memakai maskapai lainnya. Ya, itu wajar lantaran tergantung kantor dan juga kondisi budget pribadi.
Bisa dipahami mengingat bagi saya, Garuda Indonesia itu tergolong mahal. Harganya itu, mungkin sekitar dua atau tiga kali lipat dibanding maskapai lain. Terutama jika dikomparasi dengan penerbangan yang low cost carrier (LCC). Namun, itu wajar. Sebab, menurut pepatah, ada harga ada rupa. Alias, kita membayar mahal atas apa yang memang kita inginkan.
Tanpa bermaksud lain saat membandingkannya dengan maskapai sejenis. Secara jujur, harus saya akui bahwa, Garuda Indonesia memang memiliki banyak keunggulan. Ini setelah saya komparasi berdasarkan pengalaman pribadi saat menggunakan kelas ekonomi yang tentu saja, harus apple to apple. Ya, Garuda Indonesia memiliki keunggulan dari segi pelayanannya.
Pertama, ketepatan waktu. Sebagai seorang yang mobile, faktor ini paling memengaruhi saya saat memilih Garuda Indonesia. Meski, harus diakui, jika saya pernah merasakan delay saat menggunakan maskapai yang berdiri pada 26 Januari 1949 ini bahkan hingga 30 menit. Hanya, itu tergolong wajar ketika mengetahui bahwa keterlambatan akibat faktor cuaca yang merupakan force majeur. Ya, bagaimanapun, keselamatan di atas segalanya.
Selanjutnya, tentu kenyamanan. Kursi kelas ekonomi yang tetap empuk disertai LCD TV layar sentuh sebagai hiburan. Belum lagi majalah dan koran gratis untuk dibaca dan dibawa pulang. Apalagi, penumpang disediakan makanan dan minuman yang menjadi nilai lebih. Maklum, sepanjang pengetahuan saya, maskapai lain kerap hanya menyediakan air mineral yang tentunya kurang berkesan.
Terakhir, tentu mengenai pengakuan internasional yang menjadi faktor pemikat. Ya, Garuda Indonesia merupakan maskapai Tanah Air pertama yang menjadi anggota Sky Team. Apa itu? Menurut situs resminya, Sky Team itu semacam aliansi maskapai internasional yang terdiri dari 20 perusahaan penerbangan.
Jadi, Garuda Indonesia yang bergabung dengan Sky Team pada 5 Maret 2014 ini sejajar dengan maskapai ternama di dunia. Termasuk Air France dari Prancis, Delta Airlines (Amerika Serikat), Korean Air (Korea Selatan), hingga KLM (Belanda).
Selain itu, akhir tahun lalu, Garuda Indonesia baru saja dinobatkan Skytrax -lembaga pemeringkat penerbangan independen- sebagai Maskapai Bintang Lima (5-Star Airlines). Tentu, pengakuan itu bukan sembarangan. Melainkan berdasarkan kriteria ketat yang membuktikan Garuda Indonesia memang layak menyandang gelar sebagai Maskapai Bintang Lima.
Tak lupa, sebagai penggemar sepak bola, saya juga harus mengapresiasi inisiatif mereka saat menjadi sponsor Liverpool! Ya, meski, saya bukan fan "The Reds". Namun, saya tetap bangga karena ada perusahaan Indonesia yang menjadi partner salah satu klub terbesar dunia. Indikatornya, Liverpool sukses meraih lima trofi Liga Champions yang saat ini setara dengan Bayern Muenchen dan hanya kalah dari AC Milan (tujuh), dan Real Madrid (10).
Ya, itu sekelumit di balik cerita saya bersama Garuda Indonesia. Bagaimana dengan Anda?
* * *
Narsis sejenak di Bandara Sultan Hasanuddin |
* * *
Waktunya ngemil sambil menyimak informasi melalui lcd di depan kursi... |
* * *
Ternyata, saya sedang berada di atas ketinggian 12 km! |
* * *
Terkesan dengan pelayanan pramugari yang ramah |
* * *
Menurut peta, saat itu saya tinggal setengah perjalanan lagi |
* * *
Estimasi jarak dari Makassar ke Jakarta |
* * *
Rileks sejenak dengan menyaksikan film gratisan: Batman, cuy...! |
* * *
Ada juga tentang film legenda hidup Liverpool, Michael Owen |
* * *
Baca koran gratisan yang memuat kisah blogger dengan narasumber Hazmi Srondol |
* * *
Sejuk menyaksikan senyum menawan dari tiga pramugari ini. Terima kasih... |
* * *
Catatan sebelumnya bersama Garuda Indonesia
- Fandi Ahmad dan Tentang Mentalitas Indonesia
- Garuda Wisnu Kencana yang Memesona
- Kawasan Indah Tak Terjamah di Sumatera Barat
- Kenangan Wisata ke Kawasan Pesisir Selatan, Sumatera Barat
- Batubara = Barang Tuhan bagi Rata?
* * *
Seri Suzuki Sebelumnya:
* * *
Keterangan:
- Foto-foto yang ada di artikel ini merupakan dokumentasi pribadi (Choirul Huda/ www.roelly87.com).
- Referensi dari beberapa sumber yang terdapat di artikel ini sudah dicantumkan pada kalimat terkait.
* * *
- Cikini, 25 Februari 2015