TyyiccClcSK3IvRCDh0sKBc4_Sg roelly87.com: Januari 2019

Serial Catatan Harian Ojol

Serial Catatan Harian Ojol
Serial Catatan Harian Ojol

Minggu, 20 Januari 2019

Ke Yogyakarta, Aku Kan Kembali




2019 sudah berlangsung nyaris 20 hari. Nah, dalam 340 hari ke depan, banyak agenda yang sudah menanti saya. Baik itu pekerjaan, silaturahmi, hingga liburan.

Yupz, hidup ini harus seimbang. Liburan jadi sarana saya untuk mengekspresikan diri. Kebetulan, saya menggemari petualangan.

Nah, tahun ini, salah satu agenda saya bertualang di Daerah Istimewa Yogyakarta. Maklum, saya belum pernah singgah lagi di Jogja sejak pertengahan 2016.

Ketika itu, dalam rangka tugas kantor yang selesainya digunakan untuk bertualang bersama rekan seprofesi di berbagai kawasan wisata. Terutama, yang bersejarah.

Yupz, Yogyakarta, baik provinsi maupun kota memang memiliki kenangan tersendiri bagi saya. Bahkan, saking antusiasnya, dulu saya pernah jalan kaki belasan kilometer menjelang sahur ramadan.

Apalagi, banyak destinasi menarik yang bisa disambangi di Jogja. Yupz, selain terkenal dengan julukan kota pelajar, Yogya juga identik dengan kota budaya dan kota wisata. Oh ya, saya tambahkan satu lagi Kota kuliner!

Intinya, keliling kota Yogyakarta itu tidak cukup hanya 1-2 hari. Alias, minimal 3 hari untuk bisa menikmati segala keindahan alamnya, budaya, dan kuliner.

Terlebih, bertualang ke Yogyakarta bisa dibilang bersahabat dengan kantong. Sebab, makanan dan minuman harganya terjangkau. Pun demikian dengan hotel. Bagaimana dengan biaya perjalanan?

Mudah, tinggal buka PegiPegi.com saja. Yaitu, perusahaan yang melayani pemesanan hotel, tiket pesawat, dan tiket kereta api melalui situs web, serta aplikasi gratis di Android dan iOS.

Nah, untuk tiket pesawat ke Jogja, di PegiPegi tersedia berbagai maskapai yang bisa kita gunakan. Ingin yang kelas ekonomis atau bisnis, pilihan ada pada kita.

Yang menarik, di PegiPegicom itu banyak promo. Apalagi, aksesnya mudah. Pun demikian dengan keamanan. Setiap halaman PegiPegicom sudah diproteksi SSL Secured yang menjamin 100% aman bertransaksi.



Nah, untuk Yogyakarta, kebetulan saya sudah lima kali berkunjung. Dua bersama keluarga karena kami memiliki kerabat di kawasan Demangan. Serta masing-masing sekali saat sekolah, menghadiri pernikahan, dan liputan kantor.

Bagi saya, Yogyakarta tetaplah Yogyakarta yang tidak berubah sejak saya kanak-kanak hingga rekan sebaya sudah memiliki anak lagi. Kota ini tidak sepadat Jakarta, Bandung, Surabaya, atau Bogor. Namun, kemacetan tetap ada yang justru bikin ngangenin. Wajar saja mengingat statusnya sebagai salah satu kota besar di Tanah Air.

Itu mengapa, bertualang di Yogyakarta tidak harus menggunakan kendaraan atau ojek online. Saya pribadi menyukai jalan kaki. Terutama, untuk menyusuri Malioboro.

Sepanjang perjalanan, saya bisa mengabadikan berbagai pemandangan menarik melalui kamera yang selalu saya bawa setiap pergi. Baik itu untuk memotret interaksi penduduk, gedung bersejarah, hingga ornamen unik di sisi jalan.

Atau, jika sore hari, saya kerap menggunakan jasa becak kayuh. Duduk di bawah atap terpal sambil diterpa semilir angin untuk menikmati eksotisnya Jogja.

Oh ya, di kota Yogyakarta banyak tempat wisata bertema kampung. Mulai dari Kampung Wisata Tahunan, Taman Sari, Kauman, dan banyak lagi.



Untuk kuliner, jangan ditanya. Nyaris di setiap titik terdapat restoran atau rumah makan serta lesehan Sudah pasti, gudeg jadi menu andalan.

Kebetulan, saya juga suka dengan menu ini. Selain itu, ada sego atau nasi kucing. Ini juga sih favorit. Namun, sudah tidak aneh. Sebab, di Jakarta pun sering saya santap. Misalnya, ketika mampir ke Blok M atau Pejompongan.

Nah, selain gudeg dan nasi kucing, menu favorit saya jika mampir ke Yogyakarta tentu saja Sate Klathak. Dalam beberapa kesempatan, saya sering mencicipnya.

Terutama, malam hari Salah satu yang bisa saya rekomendasikan ada pada warung di dekat Stasiun Tugu yang mengarah ke salah satu kantor redaksi harian tertua di negeri ini. Porsinya pas, rasanya juga tidak amis mengingat bahan dasarnya kambing.

Ah, nostalgia tentang Yogyakarta dari segi kuliner, wisata, hingga budaya, benar-benar memantik gairah untuk kembali...



- Jakarta, 20 Januari 2019

Jumat, 18 Januari 2019

Ketika Preman Pensiun Juga Manusia


Salah satu adegan dalam Film Preman Pensiun (Foto: Dokumentasi MNC Pictures)



PEPATAH mengatakan, persahabatan merupakan harta paling berharga bersama keluarga. Itu mengapa, demi dua hal itu, banyak yang rela untuk melakukan segalanya.

Termasuk, kembali dari dunia preman. Preman?

Eittt! Itulah, yang dialami Epy Kusnandar saat memerankan Kang Mus alias Muslihat dalam Film Preman Pensiun.

Yupz, film ini sudah tayang di bioskop Tanah Air sejak 17 Januari lalu. Sejauh ini, responsnya luar biasa. Faktor pemeran, cerita, nostalgia, hingga pengambilan gambar pun sangat ciamik.

Maklum, Preman Pensiun diangkat dari sinetron legendaris pada 2015 silam. Dengan sedikit perubahan dengan penyesuaian dari layar kaca ke layar lebar, film yang diproduksi MNC Pictures ini mampu menjawab kebutuhan masyarakat.

Bisa dipahami mengingat pada awal tahun, biasanya dunia perfilman kita digempur Hollywood. Nah, Preman Pensiun ini sangat tepat jika Anda ingin menikmati aksi memesona dari sineas lokal.

*       *       *

MASA tenang yang dialami Kang Mus dalam tiga tahun terakhir mulai terusik. Penyababnya, terkait pengeroyokan yang berujung tewasnya Dayat, adik ipar Kang Gobang (Muhammad Jamasari), di Pasar Baru. Insiden itu memantik kembalinya para preman yang sebelumnya memasuki masa tenang.

Terutama setelah meninggalnya Kang Bahar (Didi Petet, alm). Nah, Kang Mus ini yang mewarisinya. Meski, sehari-hari kini berdagang kicimpring. Selain keduanya, Preman Pensiun ini masih memiliki mayoritas karakter dari sinetronnya.

Misalnya, Bos Jamal (Ikang Sulung), Dikdik (Andra Manihot) yang berjualan jaket, Bohim (Kristiano Purwa) sablon, Kang Gobang sebagai peternak lele, Kang Murad (Deny Firdaus Rachmad), Firman Syahfitra alias Kang Pipit (Icha Naga), Kang Dikdik (Andra Manihot), Kang Ujang (Moch Fajar Hidayatullah), Mang Uu (Yusup Herdiana), dan lainnya.

Sebagai preman, tepatnya mantan preman, Kang Mus tentu nyaris setiap hari bergelut dengan baku hantam. Namun, dia belum pernah membunuh orang.

Kalau pun ada konflik, dulu biasanya diselesaikan dengan jantan. Itu mengapa, Kang Mus jadi dilema ketika menghadapi masalah ini.

Usut punya usut, ternyata pembunuhnya Darman dan kawan-kawan yang sudah mereka kenal. Apakah layar bioskop tutup dengan terungkapnya sang jagal? 

Eitttt, tidak semudah itu! Faktanya, Darman hanya pion. Sebab, ada dalang di balik kejadian tersebut.

Siapa itu? Sebagai bocoran, aktornya merupakan geng mereka sendiri. Sesama mantan anak buah Kang Mus yang harusnya juga sudah pensiun.

Kang Mus pun berusaha menengahi agar perang saudara tidak melebar. Hanya, Gobang sudah terlanjur datang membawa dendam. Sikapnya satu, "Darah dibayar darah Nyawa dibayar nyawa!"

Nah, bagaimana dengan sang dalang?

*       *       *

PREMAN Pensiun merupakan film dengan genre drama komedi. Film yang disutradarai Aris Nugraha ini memiliki durasi 94 menit dengan batas usia 13 tahun ke atas. Sebagai penggemar film, baik itu lokal, barat, mandarin, bollywood, dan sebagainya, tentu Preman Pensiun mendapat tempat tersendiri

Ditilik dari alurnya, film ini sederhana. Nah, justru kesederhanaan itu yang jadi ciri khas. Apalagi, tidak mudah melanjutkan cerita dari sinetron ke layar lebar. Namun, Preman Pensiun sukses melakukannya dengan baik.

Ibaratnya, film ini gado-gado. Ada ketegangan, pilu, dramatis, hingga mengocok perut. Itu berkat akting para pemain yang alami.

Jangan tanya dengan Epy yang sudah malang melintang di dunia sinema Tanah Air. Pun dengan aksi Pipit-Murad yang aksi tengil nan lugu bikin dinginnnya bioskop jadi terasa hangat.

Satu catatan saya tentang Preman Pensiun hanya satu. Yaitu, durasi yang pendek.

Yupz, ibarat sepak bola, hanya 2x45 menit plus injury time 4 menit. Padahal, menunggunya lumayan lama. He he he...

Jadi ga sabar nunggu sekuel Preman Pensiun 2!***


Yupz! Film Preman Pensiun sudah tayang sejak 17 Januari lalu



Film Preman Pensiun versi www.roelly87.com
Cerita: 8/10
Pameran utama: 9/10
Pameran pembantu: 8/10
Alur: 7/10
Konflik: 8/10
Musik: 7/10
Durasi: 7/10
Keseluruhan: 8,5/10

Catatan: Lembaga Sensor Film (LSF) mengklasifikasi Film Preman Pensiun sebagai 13+. Dalam arti, untuk anak di bawah umur harus didampingi Orangtua.

*       *       *
- Jakarta, 18 Januari 2019