TyyiccClcSK3IvRCDh0sKBc4_Sg roelly87.com: September 2024

Serial Catatan Harian Ojol

Serial Catatan Harian Ojol
Serial Catatan Harian Ojol

Senin, 23 September 2024

Yang Liu

 Yang Liu


Ilustrasi Patung Guan Yu
(Foto: Dokumentasi pribadi/@roelly87)


YANG Liu.

Begitu penuturan gadis berkuning langsat itu kepadaku dalam sebuah pertemuan di toko buku. Aku sempat terhenyak mendengar namanya yang sedikit asing, Yang Liu. 

Entah itu nama samaran atau aslinya bermarga Yang. Namun, yang kutahu dia hanya tersenyum seolah membaca pikiranku yang seakan hendak bertanya.

"Ya. Namaku Yang Liu. Ada yang salah?"

Hingga beberapa bulan selanjutnya saat liburan ke Kota Kembang, aku baru tahu arti nama tersebut dari seorang kenalan di dunia nyata. Ternyata, itu hanya nama pena. 

Alias. Berbeda dengan satu nama lagi yang dulu terdengar asing, namun asli, Liong Wei atau akrab kupanggil Lenny.

Yang Liu adalah nama lain dari suatu bumbu dalam masakan Cina. Aku sendiri tentu tidak tahu. 

Namun, famili dan leluhur keluargaku yang berasal dari Yunnan, jelas mengetahuinya. Ada apa dengan (nama) Yang Liu?


*      *      *


"JANGAN pernah bermain api kalau tidak ingin terbakar. Saat kecil, api itu kawan. Ketika besar berbalik jadi lawan," Laras, rekan kerjaku coba mengingatkan.

"Hanya mengagumi. Untuk saat ini tidak lebih dari itu," tuturku mencoba berkilah.

"Hai, 'untuk saat ini' kan? Bagaimana kalau besok, lusa, minggu depan, atau selanjutnya kamu malah tertarik kepadanya?"

"Entahlah. Tapi, aku berharap lebih baik perasaan ini terhadapnya padam daripada memudar."

"Jangan berandai-andai. Gadis itu seperti bunga yang dipenuhi duri penuh racun. Cepat atau lambat, kamu akan tertusuk duri hingga keracunan."

"Mungkin, ga sejauh itu kali. Bukankah kalian hampir mirip satu sama lain."

"Lha, kenapa tidak? Aku pertaruhkan segala yang kupunya, bahwa Yang Liu itu memang beracun. Percayalah."

"Tentu aku memercayaimu. Tapi, biarkan aku juga memercayai perasaanku sendiri. Setidaknya, untuk saat ini."

"Terserah..."


*      *      *


SEPANJANG hidup, aku menyukai banyak bunga. Di antara deretan empat bunga yang paling indah di dunia ini, Kimilsungia, Seroja, Anyelir, dan Magnolia. 

Aku mengagumi nama yang pertama. Hanya, bunga tersebut sudah kadung melekat dan menjadi simbol sebuah negara di Asia Timur, hingga membuatku mencari yang lain. 

Ya, Magnolia, entah kenapa aku terpikat setiap menatapnya.

Sebenarnya, meski indah, bunga tersebut biasa saja. Setidaknya jika dibandingkan dengan Seroja, Anyelir, bahkan Kimilsungia. 

Namun, indra perasa tentu memiliki alasan tertentu. Dan, alasan terbaik dalam menemukan suatu jawaban adalah tidak ada alasan sama sekali. 

Murni karena mengagumi.

Itu pula yang aku alami terhadap Yang Liu. Selain parasnya yang menawan dan gaya bahasa ceplas-ceplos. 

Biasa saja, dan tidak ada yang lain.

Kawasan pecinan di Pasar Pagi menjadi saksi bisu pertemuanku yang kedua dengan Yang Liu. Bisik-bisik mulai menjalar di antara pedagang yang dipenuhi etnis minoritas. 

Tak ketinggalan dari mulai penjual hio, petasan, arak, hingga kue bulan sekalipun di los seberang turut memandang sinis kepada kami.

"Ssst... Dia sama yang baru."

"Ya, calon korban, atau mau dikorbanin lagi?"

"Semoga tidak jadi seperti yang dulu-dulu."

"Ah, belum tentu dia seperti itu. Itu kan hanya rumor, faktanya kan rezeki, jodoh, dan kematian yang mengatur Thian. Kita jangan usilan, mending kembali bekerja."


*      *      *


SEJAK itu, aku rutin menemuinya. Tak kuperdulikan apa kata mereka tentang Yang Liu, yang ironisnya tetangga sejak kecil. Terlepas latar belakangnya baik atau buruk. 

Toh, aku senang berteman dengan Yang Liu. Termasuk ketika menunggui di rumahnnya seusai pulang dari sembahyang di sebuah kelenteng.

Saat itu, ada seorang perempuan setengah baya menghampiriku. Tanpa tedeng aling-aling, beliau yang mengaku sebagai ahli nujum memintaku agar jangan mendekati Yang Liu. 

Sebuah permintaan yang nyaris mustahil kukabulkan. Bagaimanapun, aku punya hak untuk berteman dengan siapa saja tanpa dirintangi. 

Itu wilayah pribadi. 

Privasi.

"Terserah Anda kalau tidak percaya. Yang pasti, sebagai sesama manusia, saya sudah mengingatkan," ujar perempuan yang menyebut dirinya sebagai suhu, atau guru spiritual itu kepadaku. 

Saat itu, aku hanya mengangguk tanda menerima nasihatnya. Dan, dalam hati tentu saja menolak, sebab aku tidak ingin disetir orang lain.

"Sebelum pergi, saya ingin memberi sesuatu sebagai penangkal. Saya harap Anda menerimanya."

"Terima kasih, suhu."

"Satu hal lagi, lihatlah altar persembahan itu. Bukankah ada yang aneh dengan patung Guan Yu?"

"Ya Bu. Di kediaman kami, Patung itu memegang golok dengan tangan kanan. Tapi, di sini malah sebaliknya."

"Nah itulah. Yang penting Anda harus hati-hati," katanya sambil memberikan selembar daun yang penuh aksara.


*      *      *


PATUNG Guan Yu. Siapa yang tak mengenal tokoh dalam sejarah Cina, tepatnya pada dinasti Han di abad kedua. 

Dalam literatur klasik "Romance of the Three Kingdoms", Guan Yu dijuluki sebagai Dewa Perang. Sosok yang dikenal memiliki janggut indah itu melambangkan kesetiaan.

Tak heran bila saat menonton film mandarin atau Hong Kong, aku kerap melihat patung Guan Yu dengan tangan kanan memegang golok di altar persembahan di kantor polisi. 

Tapi, bila patung tersebut memegang golok di tangan kiri, berarti yang memujanya dari kalangan mafia atau triad.

Jadi...


*      *      *


"KAMU tentu sudah mendengar perkataan mereka. Khususnya dari perempuan usilan yang mengaku sebagai suhu?" Yang Liu membuka pembicaraan saat kami menikmati indahnya suasana sore di pantai utara ibu kota.

"Aku hanya mendengarkan perkataan mereka. Mungkin masuk telinga kiri keluar telinga kanan," ucapku.

"Lalu, Kamu percaya?"

"Aku sekadar mendengarkan ucapan orang yang lebih tua. Mengenai benar atau tidak. Di dunia ini aku hanya percaya kepada Tuhan. Sebagaimana dirimu memercayai adanya Thian."

"Ini pernyataan atau pertanyaan?"

"Dua-duanya tapi juga bukan dua-duanya."

"Bagus. Kamu berkata dengan jujur meski tidak berterus terang."

"Rambut manusia boleh sama hitam. Tapi pikiran, siapa yang tahu?"

"Ha ha ha..." Yang Liu tertawa dengan renyah. Tampak lesung pipit di pipi kirinya seperti keberadaan Venus yang berkilauan menjelang pagi hari. 

Usai menyeruput es kelapa, sejenak Yang Liu, melanjutkan ucapannya.

"Terus terang, sejak lahir aku seperti dinaungi bintang kematian. Tiada seorang pun yang dekat denganku bisa bertahan lama. Termasuk suamiku..."

"Maksudnya?"

"Langsung saja. Tiga kali aku menikah. Tiga kali pula aku harus kehilangan suamiku."

"Hubungannya denganku?"

"Entahlah. Tapi, menurut ramalan, kutukan itu akan punah setelah pernikahan keempat. Itu sebagai jumlah penggenapan agar aku terlepas selamanya."

"Bukankah bagi kalian angka empat itu melambangkan kesialan?"

"Ya. Bisa jadi sebagai ambiguitas. Sebab, semenjak dulu aku diajarkan, jika terkena bisa ular. Obat paling mujarab adalah gigitan dari hewan yang memiliki kadar bisa lebih keras dibanding ular."

"Racun dilawan dengan racun?"

"Tepatnya begitu," ujar Yang Liu menarik nafas dalam-dalam sambil memainkan rambutnya yang tergelung indah bak Magnolia yang sedang mekar.


*      *      *


SETELAH itu, aku larut dalam rutinitas sehari-hari yang kian menggunung. Begitu juga Yang Liu yang sibuk dengan pekerjaannya sebagai penata rias. 

Hingga tujuh hari sejak pertemuan di tepi laut itu, aku mendapat kabar dari seseorang yang kukenal dekat, Laras.

"Aku tidak tahu harus sedih atau bahagia saat memberitahu hal ini."

"Tentang Yang Liu?"

"Dia akhirnya kembali ke asalnya. Hidup manusia berasal dari tanah, begitu juga dengan Yang Liu."

"Jadi, Yang Liu sudah..."

"Ya. Sekarang sedang dilaksanakan upacara pelepasannya"

"Kenapa dirimu tak memberitahu lebih awal?"

"Tragedi itu terjadi semalam. tepat di hari pernikahannya. Ketika suaminya yang buronan menjadikan Yang Liu sebagai tameng dari sergapan pistol petugas keamanan. Aku sedih menyaksikan akhir tragis Yang Liu. Di sisi lain, aku bahagia karena Yang Liu akhirnya terbebas dari penderitaan batin," tutur Laras dengan memelukku.

"Kenapa kamu harus bahagia? Bukankah kalian kakak-beradik." aku menjawab tegas sambil menepis tangannya. 

Prosesi kematian Yang Liu sedang berlangsung. Setidaknya, aku ingin menemuinya satu kali sebelum Yang Liu kembali menyatu dengan bumi.

Sementara, Laras hanya terdiam. Entah apa yang ada di pikirannya. 

Hanya, satu misteri yang masih membayangiku saat mendengar ucapan Laras: Bahagia.


*      *      *


Keterangan: Referensi tulisan ini berdasarkan novel Yang Liu karya salah satu penulis favorit saya, Lan Fang. Sayangnya, beliau terlalu cepat meninggalkan dunia ini sebelum saya mengenal tulisannya lebih jauh.


- Jakarta, 21 September 2013


*      *      *

*      *      *

*      *      *


PS: Cerpen ini dibuat 11 tahun silam di https://www.kompasiana.com/roelly87/552cb1186ea834f3478b45c5/yang-liu?page=all#section2 yang di-post ulang di blog ini dengan menambahkan ilustrasi Patung Guan Yu setelah tak sengaja melihatnya di kawasan PIK, Jakarta Utara (21/9/2024)








Minggu, 15 September 2024

Astra, YDBA, UMKM, dan Kontribusi untuk Negeri

Astra, YDBA, UMKM, dan Kontribusi untuk Negeri

Agus Mulyana, salah satu pelaku UMKM
binaan YDBA dalam diskusi dengan bloger
(Foto: Dokumentasi pribadi/@roelly87)



ASTRA Indonesia (PT Astra International Tbk) itu rajanya otomotif.

Ngomongin soal Astra, pasti tentang mobil

Bicarain Astra, ga jauh dari sepeda motor.

Ngebahas Astra, ada truk, alat berat, atau kendaraan lainnya.

Terkait Astra, jangan lupa dengan spare part.

Astra itu... Astra ini... Astra dari hulu ke hilir tentang...

Ya, bagi masyarakat awam, termasuk saya, jika mendengar kata Astra, pasti yang terlintas adalah tentang dunia otomotif. Wajar saja.

Stigma Astra = Otomotif emang ga salah. Secara, perusahaan yang berdiri pada 1957 ini memang dikenal sebagai produsen atau penyalur berbagai kendaraan di Tanah Air.

Misalnya, motor dengan merek Honda yang sangat populer di penjuru nusantara. Salah satu tipenya jadi andalan saya sehari-hari untuk mencari nafkah sebagai ojek online (ojol).

Untuk mobil, ada Toyota. Siapa yang ga kenal dengan kendaraan merek ini hingga dijuluki sejuta umat?

Jangan lupa dengan Daihatsu, Isuzu, Peugeot, BMW, dan Lexus, yang masuk jaringan Astra. 

Yupz, perusahaan yang berkantor pusat di Menara Astra, Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta Pusat ini memang dikenal sebagai produsen, perakit, dan penyalur kendaraan. 

Namun, Astra tidak hanya tentang motor dan mobil saja.

Faktanya, mereka memiliki lebih dari 200 anak usaha yang terbagi dalam tujuh sektor. Itu meliputi:

- Otomotif

- Jasa Keuangan

- Alat Berat, Pertambangan, Konstruksi, dan Energi

- Agribisnis

- Infrastruktur dan logistik

- Teknologi Informasi

- Properti

Ya, ada diversifikasi pada lini usaha Astra. Kebetulan, sebagai bloger, saya kerap menulis berbagai artikel terkait mereka.

Mulai dari asuransi, pembayaran digital, pembiayaan kendaraan, dan sebagainya. Banyak artikel yang sudah saya buat, baik di blog pribadi ini, www.roelly87.com atau Kompasiana (kompasiana.com/roelly87).

Di sisi lain, Astra juga dikenal sebagai perusahaan yang banyak memberi kontribusi untuk masyarakat di negeri ini. Mereka memiliki sembilan yayasan yang bergerak di berbagai bidang, yaitu:

- Yayasan Toyota dan Astra (YTA)

- Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA)

- Yayasan Astra Bina Ilmu-Politeknik Astra (YABI)

- Yayasan Astra Honda Motor (YAHM)

- Yayasan Amaliah Astra (YAA)

- Yayasan Karya Bakti United Tractors (YKBUT)

- Yayasan Pendidikan Astra Michael D. Ruslim (YPA-MDR)

- Yayasan Astra Agro Lestari (YAAL)

- Yayasan Insan Mulia Pama (YIMP)


Selain sembilan yayasan itu, Astra juga rutin berkolaborasi dengan masyarakat. Misalnya, dalam 4 Gerakan Indonesia untuk Sehat, Cerdas, Hijau, dan Kreatif.

Perusahaan yang didirikan William Soerjadjaja ini pun setiap tahunnya rutin menyelenggarakan Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards. Yaitu, apresiasi untuk generasi muda yang memberikan kontribusi positif bagi masyarakat di bidang kesehatan, pendidikan, lingkungan, kewirausahaan, dan teknologi.

Tak lupa, ada Kampung Berseri Astra dan Desa Sejahtera Astra. Kebetulan, pada 2018 lalu, saya pernah mengunjunginya bersama puluhan rekan bloger di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, Jakarta. (https://www.roelly87.com/2023/04/bukber-blogger-perdana-sejak-pandemi.html)

Btw, untuk kali ini saya mau menulis tentang Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA). Kebetulan, kemarin, Jumat (13/9) saya turut mengunjungi Galeri YDBA untuk mengenal lebih dekat terkait peran Astra terhadap UMKM di Tanah Air.


*        *        *




SIANG itu, matahari bersinar malu-malu. Dari arah barat ibu kota saya menuju timur. 

Masih di Jakarta Utara sih, tepatnya Jalan Gaya Motor 1 No 10, Sunter, Tanjung Priok, yang merupakan kantor YDBA, bersebelahan dengan markas lama Astra.

Di lokasi tersebut juga ada Galeri YDBA. Saya tidak asing dengan kawasan tersebut, karena sering mengunjunginya sebelum Pandemi Covid 19.

Udah lumayan lama juga sih, terakhir 2018 silam. Untung, saya datang masih belum terlalu siang, jadi jalanan belum begitu macet. 

Beda dengan pulangnya, yang di sekitar Sunter padat akibat pakir kendaraan yang ingin menghadiri konser di Jakarta International Stadium (JIS).

Btw, saya baru ingat acaranya Jumat. Sedikit drama juga sih sebelum berangkat.

Sebagai makhluk nokturnal, saya biasa tidur pagi. Aktif mencari nafkah sebagai ojol biasanya sore hingga subuh.

Ya, saya mirip Manusia Kelelawar lah yang beroperasi malam hari di Gotham City. Ha... Ha... Ha...!

Nah, kemarin saya tidur sekitar pukul 07.00 WIB. Terbangun akibat panggilan telepon yang terus-terusan.

Awalnya ga diangkat, maklum nomor ga dikenal. Saya paling malas kalo angkat nomor yang ga ada di kontak.

Biasanya pihak bank yang rutin menawarkan kartu kredit, pinjaman online (pinjol) resmi, asuransi, KPR, hingga travel Kadang mikir, mereka ini aneh juga.

Udah tahu saya cuma ojol, tapi sering nawarin yang bukan untuk kapasitasnya. Ha... Ha... Ha...

Pas saya angkat, ternyata dari teman. Penting. Oke.

Lanjut mau tidur. Tapi ga bisa.

Lirik jam, menunjukkan pukul 08.55 WIB. Cek notif di WA, rame tapi normatif.

Baru inget, kemarin ada info di Grup Content Creators Astra untuk silurahmi ke Galeri YDBA. Katanya besok.

Saya pikir, besok itu Sabtu (14/9). Ga mungkin ada event bloger Jumat siang, karena untuk pria yang muslim terpotong Salat Jumat.

Biasanya Sabtu, Minggu, atau libur. Tapi, saya salah.

Eh, dipikir-pikir malah kepikiran.

Ternyata, Jumat! Nah, lho...

Beneran. Saya cek jadwalnya jam 10.00 WIB!

Waduh... 

Tidur baru 1,5 jam. Mata masih lima watt tipis-tipis.

Apalagi, lokasinya cukup jauh dari tempat saya di barat. Hampir 30 km menuju YDBA.

Tapi, ya sudah kadung janji. Tancap gas.

Telat? Pasti...

Yang penting udah usaha.

Sampai di lokasi, sudah ramai. Ada perwakilan yayasan yang berdiri sejak 1980 ini, Agustin tengah berbagi info kepada rekan-rekan blogger yang sedang tour di Galeri YDBA.

Btw, saya pikir doi cw. Secara namanya Agustin. 

Eh, ga tahunya cw. Yasudah, maap.

Dalam kesempatan itu, Agustin turut menjabarkan pencapaian YDBA dalam menggandeng berbagai pihak, mulai dari masyarakat terpencil hingga pelaku Usaha, Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).

Mulai dari bengkel, pertanian, perkebunan, makanan ringan, kopi, madu, tas, kain batik, hingga kerajinan tangan seperti miniatur alat berat. Saya pun berkeliling Galeri YDBA yang turut memasarkan hasil produk UMKM binaan mereka.

Sumpah, inspiratif banget. 

Ini bukan kali pertama saya menyaksikan berbagai produk UMKM binaan YDBA. Sebelummya, mereka kerap mempromosikan di berbagai event, termasuk pada Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) yang berlangsung tiap tahun.

Hanya, event itu tentatif. Tidak setiap hari.

Sementara, di Galeri YDBA, berlangsung tiap hari yang terbuka untuk umum.

Btw, sekadar saran untuk YDBA. Kalo bisa, Galeri YDBA "dipindahkan" ke pusat kota, misalnya di Menara Astra. 

Bagusnya di lantai dasar yang aksesnya mudah karena dekat dengan transportasi umum (cukup lompat dari Halte Transjakarta dan Stasiun MRT karena lokasinya persis depan gedung). 

Secara kalo di lantai atas sama aja, susah. Pengunjung harus berbagi tempat dengan karyawan kantor yang bekerja. Apalagi, aksesnya pasti ribet karena harus tukar identitas/KTP.

Atau juga di kawasan yang mudah dijangkau pelajar, mahasiswa, dan masyarakat luas.

Kenapa?

Sebab, di Sunter itu identik dengan kawasan industri yang kalo macet ampun dah. Banyak truk besar atau kendaraan berat yang lewat. 

Juga cukup jauh dari transportasi publik seperti Transjakarta, Angkot, Commuter Line, MRT, dan LRT.

Alhasil, kurang mendapat antusias dari masyarakat. Jujur aja, saya pun kalo ke sana lewat transportasi umum, agak berat. 

Apalagi, saya ojol, yang kemana-mana antar penumpang. Jadi, ya kalo ke Galeri YDBA lagi, tentu naik sepeda motor.

Bagi saya, Galeri YDBA ini bak mutiara yang terpendam. Berkilau dari kejauhan, tapi sulit dijangkau.

Oh ya, ini sekadar saran dari saya sebagai bloger.


*        *        *


"KAMI sangat inklusif kepada semua pihak. Baik masyarakat umum atau pelaku UMKM, ayo, kita sama-sama untuk maju. Kami selalu mendorong mereka untuk berhasil," kata Ketua Pengurus YDBA Rahmat Samulo dalam diskusi dengan bloger.

Menurutnya, dalam 34 tahun sejak didirikan, YDBA sudah banyak mengembangkan komunitas UMKM untuk mandiri hingga naik kelas. Alhasil, mereka dapat bersaing di pasar nasional atau global.

Hingga kini, YDBA turut membantu 1.328 UMKM di Tanah Air. Terbagi dalam lima sektor meliputi manufaktur, bengkel, pertanian, kuliner, dan kerajinan.

Bagi saya pribadi, ini luar biasa manfaatnya. Bayangkan, data itu hanya dari YDBA saja. Seribu lebih UMKM itu memperkerjakan berapa karyawan yang mencari nafkah untuk keluarganya.

Sementara, Astra memiliki delapan yayasan lainnya yang juga banyak membantu pelaku UMKM lainnya di penjuru nusantara hingga menggerakkan perekonomian masyarakat. 

Salut sih. Pantas Astra jadi salah satu grup usaha terbesar di Tanah Air. Secara, mereka sukses memanusiakan manusia.

Fakta tersebut diungkapkan Agus Mulyana pemilik CV. Anugrah Jaya Mandiri. Menurutnya, usaha yang dirintis sejak 2010 itu kian berkembang berkat dibina YDBA.

Mulai dari pelatihan dasar, pengenalan produk, hingga pemasaran. Sekarang, usahanya yang bergerak dibidang Supplier dan Manufaktur Wire Part Automotive Component, Proses Stamping untuk Electronik dan Electric Component ini sudah berkembang luas dengan memiliki puluhan karyawan.

"Saya bikin usaha dari nol. Awalnya dengan modal kurang sejuta dan tiga karyawan. Sangat susah untuk menembus pasar. Ya, namanya juga UMKM baru," Agus, menjelaskan.

"Enam bulan pertama, saya mau mengibarkan bendera putih. Beruntung, sejak kenal YDBA, saya benar-benar dibina hingga jadi," tuturnya, semringah. "Bahkan, sekarang gampang memasarkannya. Kenapa? Secara, saya sudah dikenal sebagai pemasok untuk Astra. Nama besar Astra jadi jaminan untuk mendapatkan customer."

Yupz, adagium mengatakan, proses ga pernah mengkhianati hasil, memang benar. Agus, mengakui banyak pihak yang berperan besar terhadap kemajuan usahanya.

Selain YDBA, juga karyawannya yang loyal. Jika dihitung satu karyawan memiliki istri atau suami dengan dua anak, berarti usaha tersebut turut membantu perekonomian masyarakat.

Itu baru satu pelaku UMKM saja. Masih ada ribuan Agus-Agus lainnya yang saat ini dibina YDBA.***


*        *        *

Perwakilan YDBA Agustin menjelaskan
kepada bloger saat tour di Galeri YDBA
(Foto: Dokumentasi pribadi/@roelly87)


*        *        *

Ketua Pengurus YDBA Rahmat Samulo
berbagi tips dan informasi terkait UMKM
(Foto: Dokumentasi pribadi/@roelly87)


*        *        *

Paparan jumlah UMKM aktif yang
dibina YDBA
(Foto: Dokumentasi pribadi/@roelly87)


*        *        *

Berbagai jeroan mobil yang komponennya
banyak dikirim dari mitra UMKM YDBA
(Foto: Dokumentasi pribadi/@roelly87)


*        *        *

Ekosistem Astra dengan menyediakan pembayaran dompet digital Astrapay 
(Foto: Dokumentasi pribadi/@roelly87)


*        *        *

Salah satu produk UMKM binaan YDBA
(Foto: Dokumentasi pribadi/@roelly87)


*        *        *

Miniatur alat berat euy, keren!

(Foto: Dokumentasi pribadi/@roelly87)


*        *        *

Boneka yang lucu, harganya variatif
(Foto: Dokumentasi pribadi/@roelly87)


*        *        *



*        *        *



*        *        *

(Foto: Dokumentasi pribadi/@roelly87)


*        *        *


- Tangerang, 15 September 2024


*        *        *



Artikel Terkait


========== YDBA: ==========


- YDBA Selenggarakan Konvensi QCC UKM Edisi Ketiga (https://www.roelly87.com/2018/09/konvensi-qcc-ukm-mitra-ydba-2018.html)

- YDBA Siap Libatkan UKM untuk Sukseskan Asian Games 2018 (https://www.roelly87.com/2017/12/ydba-ukm-asian-games-2018.html)

- Berangkatkan 22 UMKM ke Jepang, YDBA Lanjutkan Beri Kail Bukan Ikan (https://www.roelly87.com/2017/09/berangkatkan-22-umkm-ke-jepang-ydba.html)

- Konvensi QCC 2017 Dorong Mitra YDBA untuk Mandiri dan Lebih Kompetitif (https://www.roelly87.com/2017/08/ydba-konvensi-qcc-2017-yuk-ngimprove.html)

- Rayakan HUT ke-37, YDBA Luncurkan HebatnyaUKM.org (https://www.roelly87.com/2017/07/ydba-luncurkan-hebatnyaukmorg.html)

- 7 Alasan Harus Memiliki Daihatsu Sigra (https://www.roelly87.com/2016/08/7-alasan-harus-memiliki-daihatsu-sigra.html)


========== ASTRA: ==========

- Bukber Blogger Perdana sejak Pandemi (https://www.roelly87.com/2023/04/bukber-blogger-perdana-sejak-pandemi.html)

- Ada AstraPay di Balik Solusi Pembayaran Digital yang Terpercaya (https://www.roelly87.com/2021/09/ada-astrapay-di-balik-solusi-pembayaran.html)

- Pengalaman Perdana Ikut Bukber Astra (https://www.roelly87.com/2017/06/pengalaman-perdana-ikut-bukber-astra.html)

- Astra Berusia 60 Tahun, Selanjutnya? (https://www.roelly87.com/2016/08/astra-berusia-60-tahun-selanjutnya.html)

- Peringati HUT ke-60, Astra Kembali Selenggarakan SATU Indonesia Awards 2017 (https://www.roelly87.com/2017/03/satu-indonesia-awards-2017.html)

- Yuk, Berkunjung ke Museum Astra (https://www.roelly87.com/2016/11/yuk-berkunjung-ke-museum-astra.html)

- Astra Umumkan Tujuh Penerima SATU Indonesia Awards 2016 (https://www.roelly87.com/2016/10/satu-indonesia-awards-2016.html)

- Apresiasi Astra untuk Guru dan Sekolah di Tanah Air pada Hari Guru Nasional (https://www.roelly87.com/2016/11/apresiasi-astra-untuk-guru-dan-sekolah.html)

- Memetik Inspirasi Bersama Astra (https://www.roelly87.com/2016/12/memetik-inspirasi-bersama-astra.html)

- Sensasi Menanam Gaharu Bersama Astra di Bukit Kasur Cianjur (https://www.roelly87.com/2016/12/sensasi-menanam-gaharu-bersama-astra-di.html)

- (Esai Foto) Petualangan Akhir Tahun Bersama Astra (https://www.roelly87.com/2016/12/petualangan-akhir-tahun-bersama-astra.html)

- Ini Alasan Astra Sediakan 4 Mobil untuk Hadiah Lomba Foto Astra dan Anugerah Pewarta Astra 2017 (https://www.roelly87.com/2017/08/Lomba-Foto-Astra-dan-Anugerah-Pewarta-Astra-2017.html)

- Di Balik Julukan Pahlawan Lembah Hijau Rumbia (https://www.roelly87.com/2016/12/di-balik-julukan-pahlawan-lembah-hijau.html)

- Astra Sponsori Asian Games 2018 (https://www.roelly87.com/2017/12/astra-sponsori-asian-games-2018.html)

- Yuk, Proteksi Diri dan Keluarga Bersama happyOne.id (https://www.roelly87.com/2018/10/yuk-proteksi-diri-dan-keluarga-bersama.html)


========== OTOMOTIF: ==========

- Kenapa Harus Rutin Ganti Oli? (https://www.roelly87.com/2024/04/kenapa-harus-rutin-ganti-oli.html)

- Menikmati Sensasi Perjalanan Bersama "Si Biru" Grand New Avanza (https://www.roelly87.com/2015/11/menikmati-sensasi-perjalanan-bersama-si.html)

- Magnet Grand New Veloz dan Grand New Avanza di GIIAS 2015 (http://www.roelly87.com/2015/08/magnet-grand-new-veloz-dan-avanza-di.html)

- Belajar Disiplin (Lagi) Berkat Mengunjungi Pabrik Toyota TMMIN (http://www.kompasiana.com/roelly87/belajar-disiplin-lagi-berkat-mengunjungi-pabrik-toyota-tmmin_5587d7351393730519daf31b)

- Sisi Lain Toyota (TMMIN): Tidak hanya Memproduksi Mobil (http://www.kompasiana.com/roelly87/sisi-lain-toyota-tmmin-tidak-hanya-memproduksi-mobil_5578f28edf22bd0c1c302200)

- Keceriaan di Booth Daihatsu GIIAS 2016 (https://www.roelly87.com/2016/08/keceriaan-di-booth-daihatsu-giias-2016.html)

- Kopdar Kokgituya.com yang Menambah Pengetahuan Blogger (https://www.roelly87.com/2015/08/kopdar-kokgituyacom-yang-menambah.html)

- Mengintip Produksi Innova dan Fortuner di TMMIN Karawang Plant 1 (https://www.roelly87.com/2017/10/mengintip-produksi-innova-dan-fortuner.html)


Kamis, 12 September 2024

Alasan Mudahnya Transaksi lewat Dompet Digital, tapi Tetap Hati-hati

Alasan MudahnyaTransaksi lewat Dompet Digital, tapi Tetap Hati-hati

Ilustrasi saya bayar parkir
di mal dengan dompet digital
yang kian memudahkan
(Foto: @roelly87)



KURANG dari empat bulan lagi, sudah masuk 2025. Ga terasa ya, tahun ini lewat begitu cepat.

Tiba-tiba udah memasuki pengujung. Padahal, belum lama siap-siap bakar ikan dan Ubi Cilembu untuk merayakan Tahun Baru 2024.

Eh, sekitar 110 hari lagi, udah kembali untuk persiapan pesta pergantian tahun. Apalagi, Januari merupakan periode spesial bagi saya yang lahir pada bulan tersebut.

Dulu, ya zaman baheula. Usai merayakan ulang tahun (ultah), saya biasanya bongkar kado dan angpao.

Bergegas ke pasar malam untuk beli mainan. Baik mobil-mobilan, action figure, robot, kostum ala superhero, replika jersey klub sepak bola, sepatu yang diinjak bisa menyala, dan sebagainya.

Dengan pede-nya menggenggam uang di saku. Kanan dan kiri penuh. Baik kertas maupun logam.

Btw, pada awal 1990-an, bawa uang Rp1.000 sudah sangat besar bagi anak seukuran saya.

Dengan semringah, saya mendatangi setiap stand mainan di pasar malam. Tentu, bayarnya secara cash. Ribet sih, tapi tetep senang bisa bawa uang banyak.

Dihitung satu persatu disertai tawar-menawar dengan abang penjualnya. Ya, namanya juga bocil. Tawar-menawar adalah jalan ninjaku!

Itu, dulu lebih dari 30 tahun silam. Bayar apa-apa serba tunai.

Sekarang? Serba mudah.

Tunai bisa, cashless pun jadi. Entah pakai kartu debit, kartu kredit, uang elektronik prabayar, hingga dompet digital yang sudah diinstal di telepon seluler (ponsel).

Bahkan, saya mayoritas melakukan transaksi sehari-hari menggunakan dompet digital (e-wallet). Maklum, aksesnya mudah, hanya lewat ponsel saja.

Alias, ga perlu bawa banyak uang tunai seperti saat masih bocil. Cukup HP aja.

Baik itu untuk beli kebutuhan sehari-hari, tagihan rutin bulanan, transfer, belanja online, hingga parkir.

Kebetulan, profesi saya sebagai ojek online (ojol) yang kerap mengambil makanan di mal atau mengantar paket ke gedung. Alhasil, dompet digital memudahkan saya untuk bayar parkir.

Pada saat yang sama, bak dua sisi mata uang, di balik kemudahan dompet digital, tentu ada risikonya. Ya, kita wajib mewaspadai kehadiran "tamu tak diundang" dalam transaksi lewat dompet digital.

Serius?

Yongkru!

Itu meliputi penipuan online dan jebakan judi online (judol). Kita, yaitu saya, Anda, dan kalian pembaca blog ini ga boleh tertipu janji manis berupa "uang cepat" atau "untung cepat" yang sering ditawarkan situs judol.

Sebagai manusia biasa, tentu kita akan penasaran untuk coba-coba. Ya, setelah dijajal, awalnya hepi karena bisa menang.

Namun, itu sebenarnya hanya trik atau permainan psikologis agar kita terus bermain. Alhasil, kita bakal kehilangan banyak uang.

Sungguh, bahaya.

Lebih baik, ga pernah mencobanya.

Serius!

Sebab, jika sudah kalah, mayoritas orang tentu terpacu untuk "balik modal". Alias, menggantikan kerugian hingga terus masang taruhan besar lewat uangnya yang ditransfer dari dompet digital.

Akhirnya, akan membuat kita rugi, baik secara finansial maupun mental.

Btw, saya nulis ini berdasarkan pengalaman sehari-hari. Baik sebagai ojol maupun bloger yang kerap saya posting terkait judol berkedok games sejak 2009 silam.

Jangan, ya Dik. Ya!

Selain jebakan judol, ada berbagai bentuk penipuan lainnya yang memanfaatkan celah dalam transaksi nontunai seperti dompet digital ini.

Termasuk, pencurian identitas untuk membuka akun baru atau melakukan transaksi ilegal. Berbagai data pribadi, seperti KTP bisa disalahgunakan penipu yang berakibat buruk bagi kita.

Ini yang pada pertengahan tulisan saya singgung sebagai bak dua sisi mata uang. Sebab, memperlihatkan betapa rentannya kita di dunia digital yang serba terkoneksi.

Saya juga mencatat, di media kerap diberitakan penipuan layanan pelanggan palsu yang kian marak. Itu karena penipu sering menyamar sebagai pihak bank bank atau e-wallet dengan menghubungi lewat WA, email, atau akun sosmed.

Mereka benar-benar seperti Serigala berbulu Domba. Pura-pura membantu untuk menyelesaikan masalah, tapi aslinya demi mendapat informasi atau detail akun kita.

Tuh, kan... Ini bahaya banget!

Sebab, usai dapat akses, saldo di akun kita bakal ludes tak tersisa.

Itu mengapa, selain merasakan kemudahan dalam bertransaksi secara cashless lewat dompet digital, kita juga wajib ekstra waspada.

Dalam beberapa tahun terakhir, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan berbagai bank serta platform e-wallet seperti BCA, Mandiri, DANA, dan OVO sudah sering mengingatkan kita tentang bahaya penipuan online ini.

Termasuk menerapkan berbagai langkah keamanan seperti verifikasi dua langkah (2FA) dan notifikasi transaksi real-time. Hanya, pada akhirnya, keamanan finansial kita ada di tangan kita sendiri.

Beberapa hal sederhana yang bisa kita lakukan untuk menjaga keamanan digital

antara lain adalah selalu waspada terhadap tawaran yang terlalu bagus untuk jadi kenyataan, menjaga kerahasiaan data pribadi, dan mengaktifkan verifikasi dua langkah (2FA) pada akun kita.

Jangan lupa untuk rutin memeriksa transaksi, hati-hati terhadap layanan pelanggan palsu, dan selalu pastikan informasi yang kita terima berasal dari sumber resmi.

Ingat, keamanan digital adalah tanggung jawab bersama. Meski platform

keuangan terus meningkatkan sistem keamanan mereka, tanpa partisipasi aktif

dari kita sebagai pengguna, semua upaya itu tidak akan maksimal.

Mari kita bersama-sama lebih waspada dan bijak dalam menggunakan teknologi

keuangan digital agar kita bisa menciptakan lingkungan yang lebih aman dan terlindungi dari berbagai ancaman penipuan online.

Btw, disela-sela nulis artikel ini ada penjual mie dokdok lewat. Saya pun bergegas menghampirinya.

Mie dokdok satu porsi disertai dadar telur dan tulang ayam. Cengeknya dipotong suwir kecil-kecil. Ini menu favorit saya saat  ngojol yang wajib sering makan agar tidak masuk angin.

Bayarnya?

Di depan gerobak, ada stiker berisi barcode yang menerima pembayaran dari semua dompet digital. Saya pun tinggal scan, notifikasi masuk, tunggu penjualnya memasak, dan makan deh.

Yup, simpel kan...

Perkembangan teknologi memang memudahkan kita. Namun, pada saat yang sama, kita juga harus waspada terhadap berbagai ancamannya.

"Bang, telornya jangan lupa di dadar ya. Tulangnya cemplungin sekalian," kata saya sambil menggeser kursi plastik.

"Siap, suhu. Aman," penjual menimpali dengan semringah. Menurutnya, sekarang ga perlu repot bawa banyak uang tunai dari rumah untuk kembalian, sebab mayoritas pembeli bayarnya secara cashless.***

Senin, 09 September 2024

Harta, Takhta, dan Wanita dalam Budaya Batak


Harta, Takhta, dan Wanita 

dalam Budaya Batak


Foto: Dokumentasi pribadi/@roelly87


HARTA, takhta, dan wanita. Demikian tema yang dipasang akun instagram @weddingbatakexhibition terkait talkshow dalam rangkaian Wedding Batak Exhibition (WBE) 2024. 

Pameran ini diselenggarakan dua hari, Sabtu dan Minggu (8-9 September). Kebetulan, saya turut menghadiri acaranya pada hari pertama. 

Untuk jelasnya, bisa disimak pada artikel yang saya tulis kemarin, https://www.roelly87.com/2024/09/lebih-dekat-dengan-wedding-batak.html.

Nah, terkait tema talkshow yang mebghadirkan narasumber Ina Rachman dipandu Project Director WBE 2024 Martha Simanjuntak ini sangat menarik.

Btw, saya cowo. Bukan dari suku Batak. Melainkan, blendingan Sunda, Jawa, dan keturunan China.

Namun, sangat tertarik dengan WBE 2024 hingga turut hadir pagi-pagi. 

Sebagai makhluk nokturnal, ini momen langka. Sebab, biasanya kalo pagi, saya masih berlayar di pulau kapuk alias tidur. 

Sementara, aktif mencari nafkah sebagai ojek online (ojol) biasanya sore hingga subuh. 

Ya, saya mirip Batman lah yang beroperasi malam hari di Kota Gotham. Ha... Ha... Ha...!

Terkait pameran, bisa Anda dan kalian pembaca blog ini simak pada artikel sebelumnya. Untuk postingan ini, mengenai tema talkshow, Harta, Tahta, Wanita: Patriarki dalam Budaya Batak, dan Peran Hukum dalam Mengadaptasi Budaya Batak.

Patriarki?

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) menjelaskan, Patriarki adalah perilaku mengutamakan laki-laki daripada perempuan dalam masyarakat atau kelompok sosial tertentu.

Yupz, ini lumrah dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan, di dunia, mayoritas mengusung Patrilinieal yang dalam KBBI artinya, mengenai hubungan keturunan melalui garis kerabat pria saja, bapak: sistem kekerabatan pada masyarakat Batak bersifat -- murni.

Btw, sekadar info, di kolong langit ini, mayoritas negara menganut paham Patrilineal, termasuk di Indonesia dengan di antaranya, Batak, Jawa, Sunda, Bali, dan mayoritas suku lainnya.

Untuk matrilineal (garis keturunan ibu) di Tanah Air, diwakili suku Minangkabau dan Semando. 

Eh, kenapa jadi bahas patrilineal? 

Woles, bro and sist. Ini ada kaitannya dengan tema talkshow, ya. Sabar ya dik, ya :)

Apalagi, terkait peranan wanita, saya sudah sering menulisnya. Baik di blog pribadi ini atau Kompasiana.


*       *       *

Foto: Dokumentasi pribadi/@roelly87



DALAM pembagian warisan pada budaya Batak -dan mayoritas patrilineal lainnya-, anak perempuan tidak dapat. Alias, hanya anak laki-laki yang menerimanya, baik tanah atau rumah.

Sementara, anak perempuan biasanya sekadar mendapat perhiasan atau barang berharga lainnya. 

Kadang jadi bingung sih. Berasa ga adil. 

Harusnya, kan sama-sama anak, baik laki-laki maupun perempuan, tetap dapat. Terkait pembagiannya lebih besar pria, itu cerita lain.

Namun, bagaimanapun, adat-istiadat dan budaya Batak yang sudah mengakar ratusan tahun itu wajib kita hormati. 

Apalagi, banyak juga keluarga yang memberikan porsi sama. Baik anak laki-laki dan perempuan, tidak dibedakan.

Kendati, tergantung keputusan keluarga tersebut seperti yang diungkapkan Martha. Menurutnya, orang tua punya kriteria masing-masing dalam menentukan pilihan. 

Apa pun keputusannya, sebagai anak yang berbakti tentu akan mengikuti. Ya, saya sangat setuju pada poin ini.

Ina juga menambahkan disela-sela diskusi dengan blogger mengenai Hukum Positif Indonesia yang terdiri dari hukum tertulis (Undang-undang) dan hukum tidak tertulis (hukum adat).

Selain warisan yang diterima wanita, dalan talkshow ini, Ina pun membahas terkait karier. Menurut pendiri Maestro Law Office ini, perkembangan zaman sudah membuka pintu bagi anak perempuan Batak untuk bekerja. 

Baik saat masih gadis atau sudah menikah. Pun demikian dengan pendidikan tinggi. 

Saat ini banyak wanita Batak yang memiliki karier cerah di posisi strategis baik pemerintahan maupun swasta. (https://www.kompasiana.com/roelly87/550eae6ba33311b12dba834d/saatnya-perempuan-tidak-hanya-di-sumur-dapur-dan-kasur?page=all#section1)

Alhasil, patriarki dalam suku Batak tidak membatasi kaum wanita. Melainkan, dalam konteks sebagai kepala keluarga. 

Misalnya, saat menggelar pernikahan atau keagamaan, tentu pria yang memimpin. Itu hal lumrah. Tidak hanya pada Batak saja, melainkan budaya lainnya.

Dalam konteks agama, misalnya islam, pria merupakan imam alias pemimpin. Namun, kita juga harus ingat, surga berada di bawah telapak kaki ibu. Jadi, kita wajib menghormati wanita.

Yupz, masih banyak ilmu bermanfaat yang diambil saat menghadiri Wedding Batak Exhibition 2024, kemarin. Selain talkshow dengan Ina Rachman, juga banyak lagi yang menarik dalam rangkaian acara dua hari ini. 

Termasuk, konsultasi menikah adat Batak untuk calon pengantin. Juga mengenai pelaksanaan pesta adat Batak yang tidak ribet.

Yuppiii, ga sabar untuk menyambut Wedding Batak Exhibition 2025!


*       *       *


- Jakarta, 9 September 2024


*       *       *


Artikel Terkait Wanita Hebat:


- https://www.kompasiana.com/roelly87/550eae6ba33311b12dba834d/saatnya-perempuan-tidak-hanya-di-sumur-dapur-dan-kasur


- https://www.roelly87.com/2017/12/ketika-pria-bicara-kesetaraan-gender.html


- https://www.roelly87.com/2015/11/ngobrol-bareng-christie-damayanti.html


- https://www.kompasiana.com/roelly87/552c7f746ea834fa458b4681/beda-nasib-kartini-kartono?page=all#section1


Sabtu, 07 September 2024

Lebih Dekat dengan Wedding Batak Exhibition 2024

Lebih Dekat dengan Wedding Batak Exhibition 2024

Foto: Dokumentasi pribadi/@roelly87




BATAK merupakan suku terbesar ketiga di Indonesia berdasarkan populasi setelah Jawa dan Sunda. Mencapai 14 juta jiwa yang tersebar di penjuru Tanah Air. 

Tidak hanya di Sumatera Utara (Sumut) saja yang jadi asalnya. Melainkan, di berbagai pulau besar lainnya di Indonesia. Juga di beberapa negara lai seperti Malaysia, Singapura, Belanda, Belgia, Amerika Serikat (AS), dan sebagainya.

Kalau bicara terkait Batak, ingatan saya tertuju pada dunia olahraga. Beberapa, yang sering saya saksikan adalah:

1. Anthony Sinisuka Ginting (bulu tangkis/tunggal putra)

2. Jimmy Napitupulu (sepak bola/wasit FIFA)

3. Radja Nainggolan (sepak bola/warga negara Belgia)

Banyak tokoh ternama di Tanah Air yang berasal dari suku Batak. Misalnya, di dunia hiburan dengan Ruhut Sitompul. Saya yang besar pada dekade 1990-an tentu ga asing dengan pria yang memerankan Poltak, si Raja Minyak dari Medan. 

Saya juga beberapa kali menyaksikan film bertema atau latar tokoh dari Batak. Salah satunya, Jenderal Djamin Ginting yang rilis 2014 silam (https://www.kompasiana.com/roelly87/54f41787745513a32b6c85df/3-nafas-likas-dan-sosok-di-balik-kehebatan-jenderal-djamin-ginting).

Itu mengapa, saya sangat antusias saat menghadiri Wedding Batak Exhibition (WBE) 2024 di SMESCO Convention Hall, Jakarta Selatan, pagi tadi, Sabtu (7/9).

Emang ada apa aja dari pameran yang diselenggarakan dua hari, 7-8 September ini? Banyak banget!

WBE 2024 ini merupakan pameran perdana di Indonesia dengan tujuan merayakan dan mempromosikan budaya batak. Event yang diselenggarakan Helaparumaen dan Chathaulos ini mengundang masyarakat luas di seluruh penjuru Tanah Air, untuk menyaksikan dan merasakan langsung pesona tradisi Batak dalam berbagai bentuk.

Wow...

Menarik, euy!

Bagi saya, ini kali perdana menghadiri event spesifik terkait Batak. Kebetulan, sejak dulu, saya memang kerap mengunjungi berbagai pameran.

Mulai dari wayang, cosplay, buku jadul, keris, batik, lukisan, silat, filateli, alutsista TNI-Polri, dan sebagainya. Namun, sejak pandemi, WBE 2024 yang pertama saya datangi.

Ya, penasaran aja setelah melihat infonya di media sosial (medsos). Kebetulan, Sabtu merupakan hari nyantai saya yang berprofesi sebagai ojek online (ojol). Alhasil, saya bisa bebas seharian ikut acara.

Yuppiii!


*       *       *

Foto: Dokumentasi pribadi/@roelly87


USAI berkeliling SMESCO, saya menyimpulkan, WBE 2024 bukan sekadar pameran saja. Saya seperti melihat sisi lain dari suku Batak yang sebelumnya hanya terlihat dari kejauhan.

Bukan soal jarak yang cukup jauh dari Jakarta ke Sumut berkisar 1.000 km lebih. Melainkan karena saya seperti benar-benar langsung melihat aktivitas dan interaksi masyarakat Batak.

Fakta tersebut diakui Project Director WBE 2024 Martha Simanjuntak. 

"Ini adalah platform yang dirancang untuk mempertemukan para vendor pernikahan Batak dan nasional dengan calon mempelai. Sekaligus memberikan ruang bagi talenta muda untuk menampilkan keterampilan dan kreativitas mereka dalam fashion, musik, dan tarian tradisional Batak," ujarnya disela-sela diskusi saat pembukaan WBE 2024. 

"Kami ingin mengangkat UKM ekonomi kreatif yang bergerak di berbagai sektor pendukung serta melestarikan dan memperkenalkan budaya Batak kepada masyarakat luas."

Ya, WBE 2024 ini turut  mengusung misi budaya yang lebih besar. Pameran ini diharapkan menjadi gerakan budaya untuk mempertahankan identitas bangsa melalui budaya Batak. 

Dengan menampilkan lima budaya Batak utama —Batak Toba, Batak Karo, Batak Pakpak, Batak Simalungun, dan Batak Mandailing— acara ini bertujuan untuk memperkenalkan kekayaan tradisi pernikahan Batak yang unik dan beragam.

Itu mengapa, "Batak untuk Indonesia" menjadi tagline yang menggema dalam acara ini. Menegaskan bahwa budaya Batak dengan segala tradisi, adat, dan nilai-nilainya berkontribusi signifikan dalam memperkaya keragaman budaya Indonesia. 

Melalui pameran ini, diharapkan masyarakat luas dapat melihat bahwa budaya Batak tidak hanya relevan bagi masyarakat Batak sendiri, tetapi juga mampu memberikan inspirasi dan nilai-nilai yang dapat diapresiasi oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia.

"Ini kesempatan emas bagi kami untuk menyatukan budaya Batak dalam konteks kebangsaan yang lebih luas," Martha, menambahkan. "Kami ingin menunjukkan bahwa setiap budaya daerah memiliki peran penting dalam membangun identitas nasional yang beragam dan inklusif."

Saya setuju. Setiap budaya dari berbagai suku di Indonesia memiliki kekayaan dan keanekaragaman masing-masing. 

Saya yang sejak kecil akrab dengan budaya Sunda, Betawi, dan Jawa pun selalu ingin mempelajari adat istiadat suku lain, termasuk Batak.

Dalam kesempatan tersebut, Program Director WBE 2024 Hongkia Doni Silalahi  menyampaikan bahwa acara ini akan menghadirkan beragam kegiatan menarik. Termasuk pameran budaya, fashion show, talk show, konser musik, dan kompetisi make-up artist (MUA). 

Semua ini dirancang untuk menyoroti talenta-talenta muda dan memberikan panggung bagi mereka untuk bersinar, sekaligus mengajak masyarakat untuk lebih mengenal dan menghargai budaya Batak secara mendalam.

Yuppiii... Menarik, euy!

Saya sudah menyaksikannya pada hari pertama, kemarin. Nah, Anda dan kalian semua pembaca blog ini berkesempatan menghadiri Wedding Batak Exhibition 2024 pada hari kedua, besok, Minggu (8/9).

Untuk info lebih lengkap, bisa menyimaknya di laman ini:

- instagram.com/weddingbatakexhibition

- instagram.com/iwitacreative

- https://chathaulos.id/wbe2024


Foto: Dokumentasi pribadi/@roelly87


*       *       *

- Jakarta, 7 September 2024


*       *       *


Artikel Terkait Pameran:


- https://www.roelly87.com/2015/10/yuk-kunjungi-pameran-filateli-christie.html

- https://www.roelly87.com/2017/10/christie-damayanti-pameran-filateli-13.html

- https://www.roelly87.com/2016/04/bulan-dirgantara-indonesia-2016.html

- https://www.roelly87.com/2016/04/jakarta-metropolitan-police-expo-2016.html

- https://www.roelly87.com/2016/04/semarak-wayang-pesona-indonesia-2016.html

- https://www.roelly87.com/2015/10/yuk-hadiri-pameran-seni-lukis-jakarta.html

- https://www.roelly87.com/2015/10/sisi-lain-basoeki-abdullah-dalam.html 

- https://www.roelly87.com/2015/11/yuk-kunjungi-jakarta-biennale-2015.html

- https://www.roelly87.com/2015/09/lebih-dekat-dengan-jerman-di-pameran.html

- https://www.roelly87.com/2015/09/yuk-kunjungi-jerman-fest-2015-di.html

- https://www.roelly87.com/2015/08/yuk-hadiri-pameran-seni-patung-pencak.html

- https://www.kompasiana.com/roelly87/550de23ea33311a12dba7da3/hellofest-8-ketika-iron-man-membuka-topeng-aslinya

- https://www.kompasiana.com/roelly87/55171d1d8133118c669de194/yuk-berkunjung-ke-pameran-filateli-di-museum-prangko

- https://www.kompasiana.com/roelly87/552b1b4ef17e61cd6fd623e4/yuk-meriahkan-karnaval-wayang-dunia-2013

- https://www.kompasiana.com/roelly87/55281d19f17e619c1a8b45a3/catatan-dari-wayang-world-puppet-carnival-2013

- https://www.kompasiana.com/roelly87/54f76de4a33311f8368b4774/pelukis-yayak-yatmaka-kembali-gelar-pameran-tunggal-di-tim

- https://www.kompasiana.com/roelly87/5649fb527197734916db12b0/yuk-kunjungi-jakarta-biennale-2015


-