TyyiccClcSK3IvRCDh0sKBc4_Sg roelly87.com: Pesona Pasir Berbisik di Bromo

Serial Catatan Harian Ojol

Serial Catatan Harian Ojol
Serial Catatan Harian Ojol

Sabtu, 15 April 2017

Pesona Pasir Berbisik di Bromo


Saya bersama anak-anak dari Suku Tengger
(Klik dan geser untuk perbesar seluruh foto dalam artikel ini)

MENGUNJUNGI kawasan Bromo dan sekitarnya yang termasuk dalam lingkup Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, bagi saya tidak hanya sekadar menikmati keindahan alamnya saja. Melainkan juga harus mengenal lebih jauh tentang budaya setempat terkait kearifan adat istiadatnya.

Itu yang saya lakukan saat bertualang di Bromo pada akhir November 2016. Selain mengeksplorasi panorama eksotis yang terdiri dari gunung, lembah, ngarai, hutan, air terjun, lautan pasir, hingga sabana, kebetulan saya juga sempat berbincang dengan penduduk asli setempat (Artikel sebelumnya http://www.roelly87.com/2017/01/ke-bromo-aku-kan-kembali.html).

Ya, di kawasan Bromo terdapat pemukiman dari suku Tengger. Menurut sensus penduduk pada 2010, suku Tengger merupakan sub dari suku Jawa (1). Hingga artikel ini dimuat, tidak diketahui berapa jumlah penduduk asli suku Tengger.

Namun, menurut Antara (2), pada 2010 di desa Argosari ada 3.372 orang atau 870 kepala keluarga (KK). Itu baru satu desa, alias belum diketahui jumlah seluruhnya dari suku Tengger yang mendiami puluhan desa di kawasan Bromo dan sekitarnya.

Bagi saya, berinteraksi dengan suku asli di beberapa daerah di nusantara ini sangat menarik. Kebetulan, setiap mengunjungi berbagai daerah baik itu dalam rangka tugas atau travelling, saya memang kerap mencoba untuk mencari tahu segala sesuatu tentang mereka (Artikel sebelumnya http://www.roelly87.com/2017/01/yuk-tandai-provinsi-di-indonesia.html)

Selain menambah wawasan tentang aneka suku, juga dapat memberi ilham tersendiri. Itu sudah saya lakukan sejak berseragam putih abu-abu di pedalaman Baduy dalam rangka liburan sekolah. Puncaknya, saat menjelajah bumi Borneo pada lebih dari sedekade silam.

Kebetulan, interaksi itu berkaitan dengan pekerjaan saya di kawasan pertambangan. Jadi, nyaris setiap harinya, saya memiliki banyak kesempatan untuk berbincang dengan penduduk setempat yang berasal dari suku Dayak, suku Banjar, dan Melayu.

Begitu juga ketika saya dipindahkan ke bumi Andalas, saya rutin berdialog dengan suku setempat. Untuk yang mayoritas mulai dari suku Minangkabau, suku Melayu, dan suku Batak. Sementara, untuk yang terpencil, ada suku Kubu di lereng Gunung Kerinci.

*          *          *
SEJAUH mata memandang, lautan pasir terhampar luas. Seketika, saya ingat dengan kisah Son Go Kong (3) dari Cina ke India dalam Journey to the West (mandarin = Xi You Ji, hokkian = See Yu Ki).

Yaitu, kisah biksu Tong Sam-Cong bersama ketiga muridnya (Go Kong, Tie Pat Kay, dan Sam Cheng) untuk mengambil kitab suci. Dalam legenda Cina yang sering ditayangkan tv swasta di Tanah Air pada 1990-an itu, keempatnya melewati padang pasir di kawasan Turfan, yang terkenal tandus.

Tentu, ini hanya imajinasi saya saja. Sebab, tidak bisa membandingkan antara lautan pasir di Bromo dengan Turfan yang jadi bagian Gurun Gobi. Sebab, lautan pasir di Bromo luasnya hanya sekitar 52,9 km persegi (4). Bandingkan, dengan Gurun Gobi yang mencapai 1,2 juta km2. Namun, untuk keindahan, lautan pasir di Bromo boleh diadu dan tidak kalah dengan Gurun Gobi.

Bahkan, lautan pasir di Bromo jadi latar film Pasir Berbisik yang dibintangi Dian Sastrowardoyo (5). Yupz, konon berkat film tersebut, hamparan pasir ini jadi salah satu tujuan wisatawan dalam dan luar negeri. Mereka ingin merasakan sensasi "dibisiki" pasir yang terhampar luas.

"Ha ha ha, katanya sih iya. Bisa percaya bisa tidak mas, yang pasti lamat-lamat kalau diperhatikan memang pasir ini seperti bersuara," tutur pengemudi jip menjelaskan asal muasal julukan pasir berbisik tersebut.

Tentu, saya bukan orang yang langsung percaya dengan mitos atau legenda sebelum merasakan langsung. Di sisi lain, saya juga paham dengan pepatah "Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung". Alias, di tempat yang asing, saya wajib menghormati adat istiadat setempat.

Termasuk, mengenai pasir yang -konon- katanya membisiki pengunjung yang datang. Bagi saya, berhembusnya suara pasir, entah benar atau tidak, tetap memikat. Apalagi, cuaca saat itu sangat mendukung, matahari sudah di atas kepala, tapi udaranya tetap sejuk dengan semilir angin.

"Nanti ada film dokumenter lagi tentang lautan pasir ini. Kakak bisa mengunjungi hamparan pasir ini hingga ke utara lewat Gunung Batok. Menuju ke selatan sana, pemandangan berganti lebih hijau," kata salah satu anak dari suku Tengger memberi keterangan kepada saya usai foto bersama.

Dalam kesempatan itu, mereka mengakui rumahnya tidak jauh dari lautan pasir tersebut. Beberapa anak itu menyebut sore hari pemandangannya bahkan lebih indah. Menurut mereka, lautan pasir ini jadi transit utama bagi wisatawan sebelum menikmati sunset atau sunrise di Bromo.

"Kalau kakak mau lihat keramaian, bisa ke sini pas Upacara Yadnya Kasada. Nanti, kami akan kumpul di Puar Luhur Poten di kaki (Gunung) Bromo yang pagi tadi kakak lewati," Mereka, mengungkapkan.

Berdasarkan penelusuran saya di internet, Upacara Yadnya Kasada biasanya dilakukan pada hari ke-14 bulan Kasada (bulan ke-10 penanggalan Jawa). Tahun ini jatuhnya pada 9-10 Juli mendatang (6). Saat itu, mereka melakukan ritual di Pura Luhur Poten yang terletak di kaki Gunung Bromo (Artikel sebelumnya http://www.roelly87.com/2017/02/suatu-ketika-di-puncak-bromo.html).

Selanjutnya, masyarakat suku Tengger naik ke puncak Gunung Bromo untuk melemparkan hewan sesajen ke kawahnya. Itu meliputi buah-buahan, sayur-mayur, hewan ternak, hingga uang yang akan dipersembahkan untuk Sang Hyang Widhi. Tujuan mereka, sebagai bentuk rasa syukur atas kesejahteraan sepanjang tahun.***

*          *          *
Lautan pasir ini jadi latar film Pasir Berbisik yang dibintangi Dian Sastrowardoyo

*          *          *
Mayoritas wisatawan datang dengan menggunakan jip

*          *          *
Kabut yang menutupi Gunung Batok

*          *          *
Gunung Batok yang memesona

*          *          *
Pemandangan yang sungguh memanjakan mata

*          *          *
Jip yang ditumpangi wisatawan berhenti sejenak untuk menikmati lautan pasir

*          *          *
Pasir berbisik...

*          *          *
Awas, jatuh...

*          *          *
Salah satu wisatawan luar negeri yang melakukan selfie (swafoto)

*          *          *
Seketika, saya merasa seperti di negeri khayangan

*          *          *

Referensi:
1. http://demografi.bps.go.id/phpfiletree/bahan/kumpulan_tugas_mobilitas_pak_chotib/
Kelompok_1/Referensi/BPS_kewarganegaraan_sukubangsa_agama_bahasa_2010.pdf
2. http://www.antaranews.com/berita/236287/suku-tengger-yakin-bromo-tidak-akan-marah
3. https://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=6343.0
4. https://m.tempo.co/read/news/2014/03/11/202561415/pasir-bromo-tak-lagi-berbisik
5. http://www.antaranews.com/berita/472536/bromo-masih-jadi-magnet-wisata-alam
6. http://www.cnnindonesia.com/hiburan/20170106025435-241-184458/festival-seni-budaya-indonesia-yang-harus-dikunjungi-di-2017/

*          *          *
Artikel Terkait:
Candi Jago
Air Terjun Coban Pelangi
Ke Bromo, (Aku) kan Kembali
Suatu Ketika di Puncak Bromo
- Bukit Teletubbies: Sepotong Tanah Surga
- Keliling Malang
Wisata Malam
- Kuliner
- Reuni
(Epilog) Di Balik Ngebolang ke Bromo dan Malang

*          *          *
Artikel Ngebolang Sebelumnya:
Pasar Santa
Central Park
Sirkuit RMS Land Rappang
Garuda Indonesia
Candra Naya
7 Taman di Jakarta
Pulau Bidadari
7 Tempat Nongkrong
Museum Nasional
Masjid Hidayatullah
Alun-alun Bandung
Taman Ismail Marzuki
Tugu Kunstkring Paleis
Pasar Ah Poong
Museum Basoeki Abdullah
Taman Ayodia
Curug Nangka
Curug Nangka (2)
Kebun Binatang Ragunan
Taman Nasional Bunaken
Pantai Jimbaran
4B Manado
Danau Linow
7 Tempat Nobar
Museum Kebangkitan Nasional
Ngebolang ke 3 Stasiun
CitraRaya Water World
Pantai Ancol
Patung Soekarno-Hatta
Rafting Sungai Citarik
Sensasi Nusa Dua
Taman Jomblo
Candi Prambanan
Museum Astra
Candi Jago
Kota Malang
Saung Sarongge
Coban Pelangi
Taman Prasasti
Kalijodo
Museum Bahari
- Museum Bahari (2)

Laman Khusus Wisata
- Jelajah Manado
Keliling Yogyakarta
Sensasi Bali
Ngebolang ke Malang
Jelajah Sudut Ibu Kota

*          *          *
- Jakarta, 15 April 2017

18 komentar:

  1. Saya terakhir ke Bromo belum puas, karena mendadak gak sehat karena kecapekan jadi muntah2 dan pusing di sana.
    Pengen ke sana lagi, semoga nanti benar2 fit pas ke sana.

    BalasHapus
    Balasan
    1. sama mbak, saya juga belom puas :)
      suatu saat pengen ngerasain indahnya bromo pas sunset...

      Hapus
  2. keren banget mas foto-fotonya

    BalasHapus
  3. wah... keren,, padang pasir di tanah jawa... karya Allah benar-benar tak tertandingi...

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya mas, Indonesia ini kekayaan alamnya luar biasa :)

      Hapus
  4. Kirain abis dari Bromo mampir ke sebelahnya (Semeru), mas hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. ga sempat pis, tujuannya cuma bromo aja
      belom ada rencana ke semeru, kebetulan saya ga begitu hobi naik gunung sih hi hi hi

      tapi abis lebaran pengen ke borobudur nikmatin sunset nih *ngumpulin dana dulu :)

      Hapus
  5. Wah, saya belum pernah ke Bromo nih :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. ayuk mbak, ngebolang di bromo dan sekitarnya :)
      kalo dari jakarta, ngeteng lebih murah (naik ka, kalo pesawat jelas mahal)

      Hapus
  6. Jadi pengen ke sana nih? Bagus tuh, cara ngambil gambarnya. Boleh di parktekin nih, model gambarnya yuhuu.

    BalasHapus
  7. Wahh dulu waktu kuliah di Malang sering main ke bromo dan sekitarnya, seperti bukit B29. Seru banget emang, apalagi bisa bercengkrama dengan anak suku tengger..

    BalasHapus
  8. dulu pernah diajak sama kaka untuk naik... tapi karena lagi ujian kampus aku gak bisa ikut

    BalasHapus
  9. Keren Bang...tahun depan jadi pengen ke sana nih?

    BalasHapus
  10. Aih.. keren kang.. saya jadi ingat moment perosotan di lereng bromo, cari jalur turun karena efek bludaknya pengunjung :D

    BalasHapus
  11. keren...jadi penasaran pengen menyambangi secara langsung....

    BalasHapus

Maaf ya, saat ini komentarnya dimoderasi. Agar tidak ada spam, iklan obat kuat, virus, dan sebagainya. Silakan komentar yang baik dan pasti saya kunjungi balik.

Satu hal lagi, mohon jangan menaruh link hidup...

Terima kasih :)