Trofi Liga Champions |
TANPA terasa, hari ini memasuki pengujung April. Yupz, besok, kalender sudah berganti jadi Mei. Itu berarti, 2017 ini sudah lewat sepertiganya. Ya, tidak terasa, waktu berjalan dengan cepat. Padahal, perasaan baru kemarin hingar bingar tahun baru menyemarakkan sepanjang malam. Eh, tiga pekan lagi malah sudah puasa.
Oke, saya sudahi mukadimahnya. Menjelang 2/3 tahun, saya memiliki banyak keinginan yang biasa ditulis di aplikasi note pada smartphone sebagai pengingat. Salah satuya dan yang terdekat, untuk menyaksikan final Liga Champions 2016/17 di Millennium Stadium, kota Cardiff, Wales, pada 3 Juni mendatang.
Kebetulan, saat ini tim favorit saya, Juventus sudah mencapai semifinal di turnamen antarklub terelite di Eropa. Rabu (3/5) pasukan Massimiliano Allegri akan melakoni leg pertama babak dua besar di markas AS Monaco.
Sepekan kemudian, giliran I Bianconeri yang menjamu wakil Prancis itu di Turin. Sebagai Juventini -julukan untuk fan Juventus- sejak 1994, tentu saya berharap Paulo Dybala dan kawan-kawan bisa juara Liga Champions musim ini.
Maklum, sudah 21 tahun saya dan jutaan Juventini di seluruh dunia menanti. Tepatnya, ketika Juventus juara Liga Champions pada 1995/96 usai menundukkan Ajax Amsterdam di Stadion Olimpico, Roma.
Setelah itu, saya harus puas menyaksikan Juventus jadi runner-up di empat kesempatan berbeda. Itu terjadi ketika dikalahkan Borussia Dortmund di final Liga Champions 1996/97, Real Madrid (1997/98), AC Milan (2002/03), dan Barcelona (2014/15).
Untuk bisa mengakhiri penantian panjang lebih dari dua dekade silam, Juventus wajib mengalahkan Monaco. Jika lolos ke final, si Nyonya Besar akan bertemu pemenang antara Real Madrid kontra Atletico Madrid di Millennium.
Syukur-syukur, saya bisa berada di stadion berkapasitas 74 ribu kursi tersebut. Yupz, di dunia ini tidak ada yang mustahil. Selama kita masih bernafas, tentu masih ada peluang untuk mewujudkan keinginan tersebut. Termasuk, untuk menyaksikan final Liga Champions 2016/17 di Cardiff.
Untuk Juventus, saya pernah menyaksikan pertandingannya saat tur ke Indonesia pada 2014 silam. Bahkan, saat itu saya berkesempatan untuk mewawancarai tiga pemainnya secara eksklusif. Itu jadi salah satu momentum terbaik dalam lebih dari seperempat abad hidup saya.
Kebanggaan itu bakal bertambah jika pada 3 Juni mendatang akhirnya saya berada di antara puluhan ribu penonton yang menyaksikan final Liga Champions. Tentu, saya berharap Juventus yang lolos ke babak pamungkas. Lawannya? Baik itu Madrid atau Atletico tidak masalah.***
* * *
- #Prolog One Day One Post (ODOP): Tantangan Sekaligus Motivasi
- #1 Si Doel Anak Sekolahan, Sinetron 1990-an yang Menginspirasi
- #2 Isra Mikraj sebagai Penanda Ramadan Akan Tiba
- #3 Ini Rahasia untuk Ngeblog Lebih Semangat
- #4 Gaji Pertama dan Pesan Orangtua
- #5 Table Soccer Pacu Kreativitas Masa Kecil
- #6 Sebulan Jelang Ramadan Tiba
- #7 Ke Singapura, Aku Kan Kembali
* * *
Artikel ini diikutsertakan dalam kegiatan One Day One Post (ODOP) bersama Komunitas ISB- Jakarta, 30 April 2017
mantap cerita plus berharap
BalasHapussaya sh agak kurang suka bola, tapi kalu ditanya andalan club bola saya siapa? biasanya saya jawab juventus hehee
dan gak jarang juga saya nonton pertandingannya live di tv ..
mudah-mudahan liga campion tahun ini juventus jadi juara
dan abang bisa nonton langsung di stadion ya amin..
wah saya juga nonton tuh tapi saya pendukung real madrid.
BalasHapuskayaknya tahun ini juve madrid akan ketemu lagi di final
aminnn