Legenda Malin Kundang di Museum Bahari (Klik untuk perbesar foto) |
INDONESIA dijuluki sebagai negara maritim. Itu terkait posisinya yang strategis diapit dua benua dan dua samudera. Sejak dulu, wilayah nusantara jadi persinggahan banyak bangsa di dunia. Termasuk, jadi alasan Belanda dan beberapa negara lainnya untuk menjajah Indonesia.
Maklum, Tanah Air memiliki banyak kekayaana alam yang melimpah. Mulai dari rempah-rempah, hasil laut, hingga pertambangan. Setelah merdeka, Indonesia memegang peranan penting dalam posisi di dunia.
Itu diungkapkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam sambutannya pada KTT Asia Timur di Nay Pwi Taw, Myanmar, 13 November 2015 (Sumber: http://presidenri.go.id/maritim/indonesia-sebagai-poros-maritim-dunia.html).
Salah satu saksi dari kejayaan maritim Indonesia bisa disimak di Museum Bahari yang terletak di Jalan Pasar Ikan I No 1, Kelurahan Penjaringan, Jakarta Utara. Kebetulan, sejak kecil saya sering mengunjungi museum yang kini memiliki status cagar budaya tersebut.
Teranyar, saya melakukannya pada 12 Februari lalu yang menjelajahi setiap sudut dari bangunan yang dulunya merupakan Komplek Gudang VOC Z/West Zijasch Pakhuis. Banyak manfaat yang bisa kita petik setiap kali mengunjungi lokasi bersejarah.
Itu juga berlaku pada Museum Bahari. Selain parade kapal mulai dari miniatur hingga ukuran sebenarnya yang sangat memesona, terdapat banyak koleksi lainnya yang menarik perhatian saya. Termasuk, berbagai patung yang dibuat semirip mungkin dengan aslinya.
Parade patung yang jadi miniatur sejarah nusantara dan dunia itu terdapat di lantai dua. Saran saya, untuk melihatnya Anda jangan sendirian, lebih baik berkelompok.
* * *
MALIN Kundang merupakan legenda dari Sumatera Barat, tepatnya di pesisir barat. Saya pernah beberapa kali mengunjungi prasasti yang menurut mitos masyarakat Minangkabau adalah batu yang berasal dari manusia akibat kutukan. Di Museum Bahari, terdapat cerita riwayat dari Malin Kundang sejak kecil hingga durhaka kepada Orangtuanya.Legenda maritim di nusantara juga terdapat di pantai selatan Jawa. Yaitu, dengan Nyai Roro Kidol yang di Museum Bahari disandingkan dengan Raden Sutawijaya. Pertemuan antara Ratu Pantai Selatan dengan pendiri Kerajaan Mataram Jawa itu jadi hingga kini jadi perbincangan khalayak.
Terutama bagi yang menyukai mistis dan teori konspirasi (Lukisannya bisa dilihat dari karya Basoeki Abdullah di link ini http://www.roelly87.com/2017/02/tapak-tilas-di-museum-bahari.html).
Selain legenda asli di perairan nusantara, di Museum Maritim juga terdapat diorama kehadiran bangsa asing. Mulai dari pedagang Arab, India, Cina, hingga Eropa. Juga terdapat adegan penyambutan Laksamana Cheng Ho (Zheng He) yang tiba di Tanah Air pada awal abad ke-15 (Sumber: http://www.chengho.org/news/news8.3_bahasa.php) (untuk mural Zheng He di link ini http://www.roelly87.com/2016/06/fasilitas-sinarmas-world-academy-swa-bsd.html).
"Museum ini sangat lengkap. Di negeri ini (Indonesia), sejajar dengan Museum Nasional. Di negara kami (Belanda), ada juga beberapa koleksi dari Indonesia. Terutama di Leiden yang terdapat banyak koleksi Indonesia. (Tapi) di sini banyak yang tak terawat," kata salah satu turis asal Belanda, Robert, saat berbincang dengan saya.
Sosok yang datang ke Indonesia dalam rangka bisnis ini mengaku kehadirannya di Museum Bahari jadi bagian kunjungannya di kawasan Kota Tua. "Daerah ini memiliki romansa bagi kami selain Taman Prasasti dan Ereveld Menteng (Pulo)," Nadine, rekan Robert, menambahkan.
Ya, antusiasme wisatawan luar negeri terhadap berbagai museum di Tanah Air jadi bukti nyata. Bahwa, Indonesia memang memiliki daya tarik yang mampu memikat siapa pun. Termasuk, Robert dan rekan-rekannya yang datang dari negara dengan jarak belasan ribu kilometer untuk melakukan tapak tilas. Jadi, sebagai warga negara Indonesia, sudah selayaknya kita turut melestarikannya.
* * *
Wrekudoro alias Bima Ksatria Penegak Pandawa bersama Dewa Ruci |
* * *
Catatan tentang Ratu Pantai Selatan Nyai Roro Kidul |
* * *
Nyai Roro Kidul bersama Raden Sutawijaya |
* * *
Raden Fatahillah yang gigih mengusir Portugis pada abad pertengahan |
* * *
Kunjungan Laksamana Cheng Ho ke Tanah Air |
* * *
Catatan tentang Laksamana Cheng Ho yang memiliki riwayat panjang dalam sejarah nusantara |
* * *
Beberapa rombongan turis luar negeri dari berbagai negara |
* * *
Penyiar agama islam yang hadir dari Timur Tengah dan Gujarat (India) |
* * *
Pedagang Cina yang berkunjung ke Tanah Air sejak era Dinasti Tang |
* * *
Penduduk pribumi menyambut kehadiran penjelajah Belanda, Cornelis De Houtman |
* * *
Rempah-rempah dari berbagai wilayah di Tanah Air |
* * *
Dua pelajar saling mengabadikan kunjungan ke Museum Bahari |
* * *
Artikel Terkait
- (Kisah Horor) Langkah-langkah Tanpa Wujud di Pojok Museum Bahari
- Tapak Tilas Museum Bahari
- Mengarungi Dunia lewat Museum Bahari
- Jalesveva Jayamahe: Di Lautan Kita (Pernah) Jaya
- Titik Nol di Menara Syahbandar
Cerita Horor Sebelumnya
- Kado Ultah Terakhir dari Alena
- Jembatan Penyeberangan Kalideres
- Pagutan Lembut Sang Gadis, Ternyata... (http://fiksi.kompasiana.com/cermin/2011/12/13/mirror-pagutan-lembut-sang-gadis-ternyata-421445.html)
- Bersekutu dengan Setan (http://fiksi.kompasiana.com/cermin/2011/12/16/mirror-bersekutu-dengan-setan-422453.html)
- Kenangan Main Petak Umpet (http://lifestyle.kompasiana.com/hobi/2013/08/14/kenangan-main-petak-umpet-583688.html)
- Yang Liu (http://fiksi.kompasiana.com/cerpen/2013/09/21/yang-liu-593693.html)
Artikel Cagar Budaya Lainnya
- Museum Prasasti
- Museum Naional
* * *
- Jakarta, 9 April 2017
Aku pernah ke Museum Bahari, dan seperti menembus waktu ke masa itu, terbayang hiruk pikuk perdagangan rempah dll.
BalasHapusMelihat sosok Cut Malahayati, saya kagum banget. Sosok pahlawan perempuan yang kurang terekspos padahal perannya penting dalam mempertahankan kemerdekaan.