Indonesia Jadi Tuan Rumah Piala Dunia 2026, Gantikan AS yang Disanksi FIFA
![]() |
Ilustrasi drone saat hitung mundur Asian Games 2018 (Foto: @roelly87) |
STANDING Ovation membahana di Jakarta International Stadium (JIS), Sabtu (11/7) barusan. Tepatnya, saat tim nasional (timnas) Indonesia menghadapi Argentina, skor 0-1, pada perempat final Piala Dunia 2026.
Gol semata wayang Paulo Dybala pada injury time mengandaskan asa Indonesia menuju semifinal turnamen paling populer di kolong langit ini. Meski kalah, skuat asuhan Patrick Kluivert itu tidak perlu berkecil hati.
Sebab, lawannya merupakan juara bertahan Piala Dunia. Sementara, bagi Indonesia, ini merupakan partisipasi pertama sejak merdeka.
Merah-Putih kecolongan pada menit ke-90. Padahal, sepanjang laga, Indonesia mampu meladeni peringkat satu FIFA itu.
Apa daya, faktor pengalaman jadi penentu. Wajar, Argentina diperkuat pemain ternama yang mayoritas tampil saat juara di Qatar pada Piala Dunia 2022.
Kendati gagal ke semifinal, aplaus dari penonton terus menggema. Mereka sadar, Indonesia kalah dengan kepala tegak.
Lawannya pun, juara dunia tiga kali. Next, kita coba empat tahun lagi dengan skuat yang sudah matang, baik lokal maupun naturalisasi.
Indonesia... Bisa!
* * *
INDONESIA bisa dikatakan sukses sebagai tuan rumah. Setidaknya hingga perempat final ini. Baik di lapangan atau ketika menjamu 47 negara dan ratusan ribu suporter tamu.
Meski, penunjukkan sebagai host sangat mendadak. Alias, kurang dari sebulan jelang pembukaan Piala Dunia 2026 yang dimulai 11 Juni lalu.
Tepatnya, saat ditunjuk FIFA pada awal Mei 2026. Ketika itu, induk organisasi sepak bola dunia ini mencoret Amerika Serikat (AS) sebagai tuan rumah bersama Meksiko dan Kanada.
Alasannya, AS melarang suporter Iran untuk datang. Padahal, saat drawing pada Desember lalu, FIFA sudah sepakat dengan pemerintah Negeri Paman Sam itu untuk memperbolehkan warga Iran yang datang menonton.
Namun, eskalasi politik di Timur Tengah yang memanas akibat provokasi Israel terhadap Iran sejak awal tahun ini membuat semuanya berubah. Puncaknya, akhir April lalu, Presiden AS Donald Trump mengultimatum FIFA.
AS tidak sudi memberi visa masyarakat Iran yang ingin menonton. Kebetulan, Iran masuk grup yang tampil di salah satu stadion yang digelar di AS.
Presiden FIFA Gianni Infantino pun bereaksi keras. Sebab, penolakan Trump itu sama saja dengan mengkhianati sepak bola yang mengusung fair play.
Efek dominonya tidak main-main. FIFA khawatir hal ini akan terulang lagi pada event lainnya.
Ada opsi, Iran dipindah ke grup yang tampil di Meksiko atau Kanada. Namun, penerintah Iran menolak keras.
Bahkan, siap memboikot hingga mengajukan kasusnya ke Pengadilan Arbitrasi Olahraga.
Upaya Iran didukung mayoritas negara kuat Eropa dan Asia. Mereka ingin FIFA adil.
Alhasil, Infantino pun balik mengancam Trump:
Terima warga Iran yang datang untuk menonton timnasnya atau Piala Dunia 2026 batal digelar di AS.
Nah, di sini polemiknya.
Trump yang megalomania jelas enggan ditekan. Bahkan, melalui X/twitter resminya, dia resmi mencabut status AS sebagai tuan rumah Piala Dunia 2026.
"Kami tidak pernah tunduk pada tekanan asing. AS adalah negara besar!"
Terdengar familiar?
Yoi...
Bahkan, terdengar rumor Infantino bakal di-Sepp Blatter-kan. Kabar angin...
FIFA pun resmi mencabut AS sebagai tuan rumah. Bahkan, memberi sanksi larangan 10 tahun untuk partisipasi Paman Sam dalam peta sepak bola dunia.
Baik level klub, negara, atau wanita, termasuk keikutsertaan di Olimpiade.
Reaksi Trump?
Oke gas. Oke gas...
Menurutnya, rakyat AS lebih kenal dengan basket, bisbol, American Football, Nascar, hoki es, hingga gulat.
"Football? Apa itu!" cuit Trump di X. "Kami tahunya American Football."
"Persetan dengan soccer. Kami bangsa besar ga terpengaruh dengan asing. Selama saya jadi presiden, akan terus menggaungkan 'Make America Great Again'. Camkan itu wahai antek asing!"
Nah, bagaimana dengan kans Meksiko dan Kanada sebagai tuan rumah untuk duet menggantikan AS?
Ternyata, mereka keberatan jika edisi ke-23 turnamen terelite di kolong langit ini hanya digelar di dua negara. Bisa dipahami mengingat infrastruktur Meksiko dan Kanada memang tertinggal jauh dari AS yang pernah jadi tuan rumah Piala Dunia 1994.
Kendati, Meksiko justru sudah dua kali jadi host pada 1970 dan 1986. Namun, mereka keberatan untuk menggelar edisi sekarang karena faktor ekonomi.
Ya, jadi tuan rumah Piala Dunia bukan sekadar gengsi semata. Alias, ada sisi bisnis yang perlu dipertimbangkan.
FIFA pun melempar tawaran ke berbagai negara di Eropa, Asia, dan Afrika sebagai tuan rumah tunggal.
Senyap.
Setidaknya hingga beberapa hari tidak ada yang mengajukan.
Mayoritas negara Eropa berhitung untung dan rugi. Sebab, perhelatan kurang dari sebulan.
Mereka harus mencari sponsor swasta agar tidak membebani keuangan negara.
Apalagi, mengingat Piala Dunia 2030 berlangsung di Portugal, Spanyol, dan Maroko (Afrika).
Arab Saudi yang sejak Desember 2024 terpilih jadi tuan rumah Piala Dunia 2034 turut mengajukan. Namun, FIFA menolaknya karena akan ada satu negara yang jadi tuan rumah dalam delapan tahun terakhir.
Pun dengan Qatar yang uangnya tak berseri siap menggantikan AS. Namun, FIFA menolak dengan alasan sudah menggelar Piala Dunia 2022.
Ketika masih buntu, Jepang dan Korea Selatan (Korsel) berebut jadi tuan rumah seperti yang dilakukan pada Piala Dunia 2002. FIFA pun membuka diri pada dua raksasa Asia Timur tersebut.
Bahkan, Jepang dan Korsel siap jadi tuan rumah tunggal! Ini yang disambut FIFA dengan tangan terbuka.
Namun, mayoritas negara kuat Eropa dan Amerika Selatan, justru menolaknya. Alasan formal karena beda jam tayang antara waktu mereka dengan di Asia Timur.
Padahal, aslinya mereka enggan kedua negara itu bak Harimau diberi sayap. Ya, baik Jepang dan Korsel merupakan ancaman bagi negara tradisional Piala Dunia seperti Brasil, Jerman, Italia, Argentina, Prancis, hingga Spanyol.
Keduanya memiliki tim terbaik saat ini yang bisa mengimbangi negara kuat Eropa dan Amerika Selatan.
Jika salah satu Jepang atau Korsel jadi tuan rumah, banyak yang khawatir akan merusak hegemoni Eropa dan Amerika Selatan. Yaitu, salah satu dari Jepang atau Korsel juara!
Itu yang ditakutkan negara Eropa dan Amerika Selatan. Pengalaman pada Piala Dunia 2002 saat Korsel ke semifinal dengan mempermalukan Italia di 16 besar dan Spanyol (perempat final) masih membekas.
Siapa yang menjamin jika Korsel atau Jepang jadi tuan rumah, pencapaian pada 24 tahun silam terulang lagi?
Negara-negara Eropa dan Amerika Selatan pun ga sanggup melihatnya andai ada wakil Asia yang juara.
Deadlock.
FIFA kepusingan.
Infantino kalang kabut karena sudah dikejar sponsor terkait jadi atau tidaknya Piala Dunia 2026 berlangsung tepat waktu.
* * *
ADAGIUM mengatakan, "Dalam krisis, ada peluang". Demikian terjadi dengan Indonesia.
Karena mentok akibat dikejar deadline penyelenggaraan, Infantino pun iseng menelepon Presiden Indonesia Prabowo Subianto. Niatnya, basa-basi khas Italia.
Dari lolosnya Indonesia ke Piala Dunia 2026 lewat kualifikasi ronde 4 zona Asia. Hingga terkait pengembangan sepak bola usia dini.
Ketika pembicaraan kian intens, tiba-tiba Infantino melemparkan pertanyaan, apakah Indonesia sanggup jadi tuan rumah Piala Dunia 2026? Ga pake hitungan detik, dengan antusias Prabowo pun menjawab:
"Sanggup!"
Infantino pun melengak. Pria asal Swiss ini pun mengulangi pertanyaannya untuk memastikan kesediaan Indonesia.
Terutama dari segi keamanan. Maklum, yang datang itu 47 negara dengan satu tim sekitar 40 orang. Baik pemain, pelatih, staf, dan lainnya.
Juga ratusan ribu warga negara dari lima benua yang tampil di Piala Dunia yang akan membanjiri Indonesia.
Ini tidak mudah terkait akomodasi, hotel, transportasi, sarana dan prasarana, hingga stadion.
Prabowo dengan tegas, mengatakan, "Indonesia siap jadi tuan rumah Piala Dunia 2026. Kami akan menyambut dengan hangat seluruh peserta dan suporter yang datang. Keselamatan, keamanan, dan kenyamanan tamu akan saya garansi."
Infantino pun lega mendengarnya. Memang sosok yang 23 Maret lalu genap 56 tahun ini memiliki kedekatan dengan Indonesia.
Bahkan, pada 2023 lalu FIFA resmi membuka kantornya -hub Asia Tenggara- di kawasan Sudirman.
Hubungannya dengan Prabowo, Presiden Indonesia ke-7 Joko Widodo, hingga Ketua PSSI sebelumnya, Mochamad "Iwan Bule" Iriawan, pun sangat bagus.
Di sisi lain, bagi Prabowo, ditunjuknya Indonesia sebagai tuan rumah jadi legacy besae. Sekaligus, modal untuk kampanye Pilpres 2029.
Ya, namanya juga politikus. Apa pun itu peluangnya, wajib diambil.
Masalah datang kemudian, ntar aja dipikirin.
Yang penting, Indonesia sukses menyelenggarakan Piala Dunia 2026. Urusan lain, carut marut ekonomi, ga dibahas.
Intinya, Indonesia sukses gantikan AS sebagai tuan rumah.
Yes, Make Indonesia Great Again!
Again!
Again!
Again.
Agak... Lain sih!
* * *
PRABOWO jadi presiden ketiga sejak era pemilihan langsung yang menyelenggarakan event akbar. Dimulai dari Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dengan Piala Asia 2007.
Saat itu, Indonesia jadi tuan rumah bersama tiga negara Asia Tenggara, yaitu Malaysia, Thailand, dan Vietnam. Finalnya, di Stadion Utama Gelora Bung Karno yang juga venue pamungkas Piala Dunia 2026 pada Minggu (19/7).
11 tahun berselang, Indonesia dipercaya sebagai tuan rumah Asian Games 2018 di bawah kepemimpinan Jokowi. Yang menarik, saat itu, Indonesia pun jadi host karena menggantikan Vietnam yang dilanda krisis finansial.
Antara era Jokowi dan Prabowo, identik. Indonesia sama-sama jadi tuan rumah pengganti.
Hebatnya, kedua event berlangsung sukses. Setidaknya, hingga perempat final pada Piala Dunia 2026 ini.
Sejak pembukaan pada 11 Juni lalu, tiada noktah yang berarti. Alias, ada kesalahan tapi kecil.
Misalnya, warga nonton di GBK tapi parkir liar sepanjang depan Kemenpora dan TVRI. Motornya hilang.
Tukang parkir liarnya yang mau terima duit tapi ga mau tanggung jawab cuma bilang, "Maaf, saya orang miskin. Hidup susah. Ini aja bela-belain jaga parkir."
Padahal, setiap motor dikenakan tarif Rp 20 ribu. Bahkan, mobil hingga Rp 100 ribu.
Duitnya? Katanya harus setoran ke oknum anggota.
Sisanya? Biasa. Kalo ga dipake nyabu, ngewe jablai, mabok, atau nyelot zeus.
Apa yang mau diharapkan dari orang-orang pemalas ini?
* * *
HINGGA babak delapan besar, persaingan antarnegara menuju juara kian sengit. Selain Argentina, ada Brasil dan Jerman yang sudah memastikan tempat di semifinal.
Satu slot lagi diperebutkan antara Italia kontra Portugal yang berlangsung malam nanti di Stadion Gelora Bandung Lautan Api.
Ya, salah satu masalah Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia 2026 terkait stadion. Maklum, jarang ada stadion di Indonesia yang berkapasitas besar sesuai FIFA’s Stadium Guidelines.
Yaitu, minimal punya 40 ribu kursi. Untuk perempat final dan semifinal hingga 60 ribh kursi. Sementara, pembukaan dan final wajib 80 ribu kursi.
Nah, berhubung Indonesia ditunjuk sebagai host pengganti, jadi FIFA coba "tutup mata" terkait mayoritas stadion di Tanah Air yang kapasitasnya kurang. Alias, hanya ada GBK, JIS, atau GBLA.
"Woles bro. Kalian bersedia jadi tuan rumah pun, kami sudah bersyukur banget," kata Infantino, semringah saat diwawancarai media.
Ya, simbiosis mutualis. FIFA membolehkan beberapa stadion berukuran kecil untuk menggelar pertandingan.
Sebab, waktunya sejak ditunjuk hingga Piala Dunia 2026 berlangsung, kurang dari sebulan. Tentu, pemerintah tidak bisa menyulap secara tiba-tiba.
Itu yang dimaklumi Infantino, FIFA, 47 negara peserta, puluhan ribu suporter, hingga media.
Surat kabar olahraga ternama Italia, Barzini and Tattaglia Sport, menuliskan pujian secara besar-besaran. Mengakui Prabowo sebagai pemimpin yang peduli olahraga.
"Presiden Subianto berhasil menyulap Piala Dunia 2026 hingga terselenggara dengan baik. Awal kejayaan Indonesia!"
Wow... Menyulap?
Frasa berhasil menyulap kok, terdengar familiar. Btw, sebagai penggemar Prabowo, saya tahu 08 itu bukan pesulap.
Penculik iya. Itu fakta dan Prabowo mengakuinya saat menyulap aktivis jelang reformasi.
Selengkapnya:
- Prabowo: Sang Penculik yang Berharap Mandat Langit (https://www.roelly87.com/2023/09/prabowo-sang-penculik-yang-berharap.html)
- Prabowo Gemoy, tapi Tangannya Berlumuran Darah (https://www.roelly87.com/2023/12/prabowo-gemoy-tapi-tangannya-berlumuran.html)
- Saya Ga Menyesal Pilih Prabowo, Memang Kemampuannya B Aja (https://www.roelly87.com/2025/04/saya-ga-menyesal-pilih-prabowo-memang.html)
Koran Meksiko, El SeƱor de Los Cielos turut mengapresiasi. Menurutnya, Indonesia tidak hanya menyelamatkan wajah FIFA saja, melainkan Meksiko dan Kanada yang memang tidak sanggup jadi host Piala Dunia 2026 usai AS batal.
"Terima kasih Indonesia. Kami, rakyat Meksiko sangat mendukung kinerja kalian."
Beberapa media lain, hingga perempat final ini menuliskan:
El Padrino (portal asal Medellin, Kolombia): Andai kami mampu melakukannya seperti Indonesia (jadi tuan rumah Piala Dunia) pada 1980-an dan 1990-an saat ditopang perdagangan haram, mungkin saat ini sudah jadi negara makmur. Kolombia harus belajar dari Indonesia.
Megumi Shimbun (koran Jepang): Ini bukan Piala Dunia terbaik. Namun, Indonesia bisa dikatakan sukses sebagai penyelenggara.
Suez Streets (majalah Mesir): Indonesia menawarkan keunikan untuk menyambut seluruh tamu. Keindahan alam, budaya, keramahan, hingga keamanan yang sangat terjamin.
Ya, mayoritas mengapresiasi kinerja pemerintah. Baik pusat maupun daerah. Mereka di bawah satu komando, yaitu Prabowo.
Itu mengapa, nyaris tidak ada berita yang mengancam keamanan sepanjang Piala Dunia 2026 berlangsung. Sebab, semuanya sudah dilokalisir aparat berwenang.
Misal, menugaskan kepolisian untuk mengamankan stadion 24 jam. Mereka berpakaian biasa. Tidak mencolok perhatian.
Polisi termasuk intel juga memerintahkan preman setempat dan ormas untuk memberi rasa aman dan nyaman bagi tim yang bertanding serta suporter.
Tentu, ada sih, yang membangkang dengan main dua kaki. Ikut mengamankan iya, tapi memeras suporter negara lain juga iya.
Akibatnya, Prabowo langsung menginstruksikan aparat untuk menghilangkan preman serta ormas itu dan pentolannya serta ribuan anggota.
Maksud menghilangkan ya, benar-benar hilang dari muka bumi. Begitulah cara kerja Prabowo sebagai pesulap yang senyap.
Mungkin, preman dan ormas itu ga paham bahwa Prabowo punya tiga wajah. Wajah pertama, ramah terhadap tamu, termasuk negara luar.
Kedua, simpatik terhadap bawahan atau kenalan yang setia. Contohnya, di kabinet aja yang ya...
Wajah ketiga: Telengas terhadap pihak yang mengkhianatinya. Baginya, titah yang sudah dikeluarkan ga bisa ditawar apalagi dibantah. Selesai sudah nasib preman dan ormas tolol itu.
Bagi masyarakat, itu bagus. Secara memastikan suasana tetap kondusif sepanjang Piala Dunia 2026 berlangsung. Sekaligus, memanjakan tamu yang hadir.
Ya, itu inisiatif Prabowo. Kapan harus berlaku ramah kepada tamu dan kapan harus brutal dengan menghilangkan nyawa orang tanpa berkedip.
Pengalamannya sebagai orang nomor satu di Kopassus dan Kostrad serta memimpin Tim Mawar jadi barometer.
Bagaimana dengan anak buahnya, yaitu menteri di Kabinet Indonesia Merah Putih. Sumpah, ga berguna.
Anak buahnya, termasuk menteri, wakil, DPR, DPD, DPRD, dan di partai, merupakan penjilat. Tipe ABS: Asal Bowo Senang.
Bahkan, beberapa orang terdekatnya yang jadi pejabat tinggi bikin malu. Yaitu, maksa nerobos kamar ganti pemain saat jeda pertandingan untuk foto bersama hingga mengajak anaknya.
Asu!
Jancok!
Yaitulah kalo pemimpin dikelilingi Hyena. Hewan pemakan bangkai.
Prabowo sudah berusaha yang terbaik, eh para pembantunya berkelakuan minus hingga mencoreng reputasi Indonesia. Mungkin, dajjal aja sungkem sama penjilat di sekitar Ring 1 Prabowo.
Terkait keamanan nonteknis, misal kelompok separatis, Prabowo pun sudah melakukan mitigasi.
Pertama, menugaskan pejabat tinggi di kabinet bersama jenderal bintang tiga untuk dialog di Papua. Tujuannya, demi meredam gejolak mengingat ada 12 pertandingan di fase grup yang diselenggarakan di Bumi Cendrawasih tersebut.
Hasilnya?
Sangat manjur.
Entah "gimana caranya", tapi berbagai pertandingan itu berlangsung dengan lancar. Tanpa ada gangguan sedikit pun.
* * *
SEPERTI agenda awal Piala Dunia 2026 diselenggarakan di 16 stadion. Sebelum batal, AS menyediakan porsi terbanyak dengan 11 stadion diikuti Meksiko (tiga) dan Kanada (dua).
Indonesia pun menyiapkan 16 stadion di enam kawasan berbeda sejak fase grup hingga final. Dalam arti, semua pulau besar harus kebagian. Maksud Prabowo baik, agar tidak Jawa-sentris.
Yaitu, Jawa dengan lima stadion, Sumatera (tiga), Kalimantan (dua), Sulawesi (tiga), Papua (dua), dan Bali-Nusa Tenggara (satu).
"Stadion di Indonesia kecil-kecil. Mayoritas hanya menampung 30 ribuan kursi di bawah standar FIFA Namun, pemerintah mereka pintar memaksimalkannya. Terbukti, stadion selalu full. Penonton senang dengan apresiasi masyarakat."
Demikian ulasan dari media asal Argentina, Tango Futbol.
Bagaimana dengan reaksi pemain?
Mayoritas positif.
Mereka merasakan suasana berbeda saat tampil di Indonesia. Terutama, pemain asal Eropa yang awalnya sempat khawatir dengan iklim tropis.
Namun, ketika sudah menginjak rumput stadion, dukungan suporter tuan rumah jadi motivasi bagi mereka.
"Panas dan lembab. Namun, di lapangan tidak terasa. Usai pertandingan saya suka jalan-jalan. Sambutan masyarakat sangat luar biasa. Melebihi di Eropa," ujar bomber Jerman yang tampil bagus bersama klubnya di Bundesliga musim lalu.
"Ini saya dikasih seblak. Rasanya? Wow... 'enak bingit'. Nanti saya mau borong buat keluarga."
Begitu juga dengan peraih capocannoniere Serie A 2025/26. Bintang asal Italia yang diminati banyak klub raksasa Eropa itu terkesan setelah merasakan tampil di Papua.
"Saya ingin ke Raja Ampat. Itu surga kecil yang tersisa di muka bumi ini. Serius. Saya sudah minta ke manajer saya untuk memasukkan klausul liburan pramusim di Raja Ampat jika ada klub Eropa yang menginginkan saya pindah."
Ya, Raja Ampat memang jadi primadona. Padahal, tahun lalu sempat terancam punah akibat penambangan tak terkendali di kepulauan eksotis itu.
Namun, Indonesia tidak hanya Raja Ampat saja. Banyak kawasan wisata lain yang diminati para pemain di Piala Dunia 2026. Misalnya, Danau Toba, Kawah Ijen, Bromo, Nusa Penida, Bunaken, hingga Baduy yang masih asri.
Ga heran, banyak tim yang sudah tersingkir di fase grup, tidak langsung kembali ke negaranya. Mereka menikmati keindahan alam, budaya, dan keramahan dari masyarakat Indonesia.
Itu jadi nilai lebih penunjukkan Indonesia sebagai tuan rumah.
Infantino girang.
Prabowo kembali joget gemoy.
Ya, semua senang dan semua menang.
Di dalam negeri pun demikian. Prabowo melibatkan banyak elemen masyarakat, termasuk politikus.
Baik itu dari simpatisan 01, 02, dan 03. Mereka bahu-membahu mensukseskan Piala Dunia 2026.
Sejak pembukaan, Prabowo selalu mengundang presiden sebelumnya, seperti Jokowi, SBY, dan Megawati Soekarnoputri untuk sama-sama duduk di tribune VVIP.
Serta keluarga presiden yang sudah meninggal turut hadir. Dari keluarga besar Soekarno, Soeharto, Habibie, dan Gusdur.
Beberapa mantan pelatih timnas pun turut diundang. Termasuk, dari luar yaitu, Luis Milla dan Shin Tae-yong.
"Alhamdulillah, hingga perempat final ini, penyelenggaraan Piala Dunia 2026 berjalan lancar. Itu membuktikan, Indonesia sebagai negara besar yang sanggup menggelar event akbar. Kita pun optimistis, next bakal jadi host Olimpiade," kata Prabowo, tersenyum saat doorstop dengan media.
Ya, di tengah absurdnya rezim Prabowo dengan para pembantu yang konyol dan ga bisa kerja, ternyata ada juga yang bisa dibanggakan. Setidaknya, dalam sebulan terakhir ini.
Terkait adanya inflasi dan resesi yang mengancam usai Piala Dunia 2026, itu soal lain. Pemerintah mana pernah mikir jauh.
Yang pasti, sebagai masyarakat, kita senang bisa jadi tuan rumah Piala Dunia 2026.
Kapan lagi bisa melihat langsung dari dekat kehadiran Cristiano Ronaldo, Lionel Messi, Dybala, Vinicius Junior, Harry Kane, Kylian Mbappe, dan sebagainya.
Apalagi, ini disebut jadi edisi pamungkas Ronaldo dan Messi di Piala Dunia.
Bisa dipahami mengingat mereka telah cukup berumur, alias jauh melewati masa keemasan. Ronaldo sudah 41 tahun dan Messi pada 24 Juni lalu genap 39 tahun.
Beruntungnya, jadi warga Indonesia bisa menikmati The Last Dance ala Ronaldo dan Messi di Piala Dunia 2026.
* * *
"BRO, bangun. Mau ke GBK ga?" ujar salah satu ojol menepuk pundak saya yang sedang tertidur di motor.
Saya pun kaget. Perasaan tadi lagi streaming Indonesia versus Jepang pada matchday terakhir Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia Ronde Ketiga Grup C.
Namun, jelang turun minum saya ketiduran akibat Indonesia tertinggal 0-2. Apalagi, tidak ada shot on goal yang dilakukan ke gawang Jepang.
Beruntung, rekan ojol itu membangunkan. Sekaligus, mengingatkan saya untuk tidak naruh hp sembarangan.
Secara, saya memang lagi istirahat di kolong fly over Fatmawati-Simatupang yang ramai. Saya cek dompet dan hp, alhamdulillah aman.
"GBK ngapain pak," jawab saya sambil membasuh wajah dengan air mineral agar segar.
"Bubaran timnas bentar lagi. Ini udah menit ke-81, timnas ketinggalan enam gol," jawab rekan ojol itu sambil memakai helm.
Saya yang baru terbangun usai mimpi indah Indonesia jadi tuan rumah Piala Dunia 2026 pun kaget. Sembari mencubit pipi, apakah mimpi tadi nyata atau cuma khayalan.
"Pak, mainnya di Osaka, Jepang. Bukan di GBK."
"Lho, bukannya sama kayak lawan Tiongkok, Kamis lalu di GBK?"
"Kagak pak. Gantian. Kan sistemnya kandang-tandang. Kita udah pernah menjamu Jepang di GBK pada 15 November lalu. Kalah 0-4."
"Oh gitu ya? Kirain main di GBK lagi."
"Ya ampun, saya yang ketiduran, eh malah si bapak yang halu."
"Iya ya. Ga jadi deh. Makasih bro udah diingetin. Soalnya, kalo main di GBK lumayan. Pas lawan Tiongkok, saya dapat orderan ojol kakap ke Sukabumi."
"Ebuset, itu mah bukan kakap lagi, tapi paus, jaraknya 100 km lebih. Ga sekalian pulang kampung pak? He he he."
"Iya deh bro. Yaudah saya ga jadi ke GBK. Makasih infonya bro," ucap rekan ojol itu tersipu.
"Siap pak. Makasih juga udah dibangunin. Saya ketiduran tadi. Enak anginnya sepoi-sepoi," kata saya, menjura.
Ya, ternyata tadi hanya mimpi. Kirain nyata.
Secara, ini aja baru tahun 2025. Alias, masih setahun lagi menuju Piala Dunia 2026.
Namun, banyak kesuksesan berasal dari mimpi. Siapa tahu, Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia jadi kenyataan dalam beberapa tahun mendatang.
Yang terdekat, semoga Indonesia bisa lolos dari ronde 4 kualifikasi zona Asia untuk tampil di Piala Dunia 2026.
Aamiin...
* * *
- Jakarta, 16 Juni 2025
* * *
Artikel Terkait Timnas dan Multi Event yang Diselenggarakan di Indonesia
- (SEA GAMES 2011) Antusias Masyarakat Menyaksikan Timnas Indonesia Mengalahkan Malaysia (https://www.kompasiana.com/roelly87/55098b928133117375b1e230/antusias-masyarakat-menyaksikan-timnas-indonesia-mengalahkan-malaysia)
- Bangga Jadi Orang Indonesia (https://www.kompasiana.com/roelly87/552df94a6ea834190a8b45f2/bangga-jadi-orang-indonesia)
-
- Mereka yang Turut Mensukseskan Pertandingan di SEA Games 2011 (https://www.kompasiana.com/roelly87/55099d1ea33311653d2e3a23/mereka-yang-turut-mensukseskan-pertandingan-di-sea-games-2011)
- Dampak Sosial dari Pagelaran SEA Games 2011 (https://www.kompasiana.com/roelly87/5509e595a33311356c2e3960/dampak-sosial-dari-pagelaran-sea-games-2011)
- (Esai Foto) Sisi Lain Kemenangan Indonesia atas Thailand di Stadion Pakansari (https://www.roelly87.com/2016/12/sisi-lain-kemenangan-indonesia-atas.html)
- GBK Bersolek Sambut Asian Games 2018 (https://www.roelly87.com/2017/03/gbk-bersolek-sambut-asian-games-2018.html)
- Asian Para Games 2018 Bukan sekadar Menang atau Kalah, tapi... (https://www.roelly87.com/2018/10/asian-para-games-2018-bukan-sekadar.html)
- (Galeri Foto) Meriahnya Count Down Asian Games 2018 di Monas (https://www.roelly87.com/2017/08/count-down-asian-games-2018.html)
- Antara Presiden Jokowi, Asian Games 2018, Blogger, dan Tantangan Menghadapi Revolusi Industri 4.0 (https://www.roelly87.com/2018/05/antara-presiden-jokowi-asian-games-2018.html)
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Maaf ya, saat ini komentarnya dimoderasi. Agar tidak ada spam, iklan obat kuat, virus, dan sebagainya. Silakan komentar yang baik dan pasti saya kunjungi balik.
Satu hal lagi, mohon jangan menaruh link hidup...
Terima kasih :)