PI, PP, dan TA, Ini Daftar Mal yang Kurang Bersahabat dengan Ojol
Ilustrasi saya sedang mengambil order food |
SEBAGAI driver ojek online (ojol) yang bermitra dengan salah satu aplikasi ternama di Tanah Air, tentu saya harus siap mengambil seluruh orderan. Itu meliputi penumpang yang biasa disebut GoRide, makanan (GoFood), kirim barang (GoSend), beli obat (GoMed), hingga belanja (GoShop).
Kelima layanan itu selalu menyertai daftar orderan saya sehari-hari. Kendati, jika diurut berdasarkan rutinitias, paling banyak saya mendapat orderan food, ride, send, shop, dan med.
Terkait plus dan minus dari lima layanan itu, akan saya buat berseri dalam artikel berikutnya. Untuk saat ini, saya akan membahas food atau shop terlebih dulu.
Keduanya bisa dibilang serupa tapi tak sama. Identik menalangi dulu pakai uang pribadi, baik gopay atau tunai.
Bedanya, GoFood, memiliki restoran yang terafiliasi dengan GoJek. Sementara, GoShop, tidak, alias independen.
Nah, dari sekian banyak mal atau pusat perbelanjaan di ibu kota, ada tiga yang paling malas didatangi. Sebagai gambaran, saya beroperasi pada lima kotamadya dengan urutan tersering di Jakarta Barat, Pusat, Selatan, Utara, dan Timur.
Tentu, tulisan ini tidak merangkum semuanya. Namun, saya berusaha objektif, meski harus diakui jika subyektivitas tetap memengaruhi. Setidaknya, ada sedikit. Juga, di-blend dengan curhat rekan-rekan ojol lainnya yang setiap bertemu pasti mengeluhkan hal sama. #SalamSatuAspal, he he he.
Selain itu, tidak semua mal atau pusat perbelanjaan rutin saya datangi. Hanya, untuk saat ini ada tiga yang paling bikin saya ogah, dengan berbagai alasan.
3. Taman Anggrek (TA)
Parkiran untuk sepeda motor di luar. Jadi, agak menyeberang jika ingin masuk. Sepele sih, tapi agak gimana gitu. Apalagi, lokasi parkirnya yang crowded saat masuk atau keluar.
2. Pacific Place (PP)
Salah satu mal mewah di Tanah Air yang tidak ramah dengan pengendara sepeda motor. Apalagi, ojol! Bayangkan, di balik kemegahannya, tidak ada parkir untuk sepeda motor. Jadi, saya harus menumpang ke parkiran resmi Bursa Efek Indonesia (BEI) yang berada di seberangnya. Jaraknya lumayan jauh, sekitar 100 meter.
Jika tidak terpaksa benar, atau sedang berburu poin, sumpah, saya ogah banget ke mal ini. Kendati, orderannya melimpah baik itu food atau shop. Biasanya, saya akali dengan Harga Maksimal Orderan Rp 50.000, yang khusus untuk goride. Jadi, ketika melintasi Sudirman Central Business District (SCBD), saya hanya fokus cari penumpang saja.
1. Plaza Indonesia (PI)
Sadis. Mal legendaris, megah, ternama, mewah, orderan food dan shop melimpah, tapi... Ya, PI sama sekali tidak menyediakan parkiran untuk sepeda motor. Bahkan, tidak ada alternatifnya seperti PP.
Sebab, jika ojol ingin parkir, harus di pinggir kali yang ilegal. Sudah begitu, harganya dipukul rata, Rp 5.000! Hehehe, kaya ini yang jaga parkir. Baik karyawan, pengunjung umum, atau ojol. Jelas, ini sangat memberatkan. Terutama, jika siang, dengan orderan minimal Rp 8.000 yang harus dipotong Rp 5.000, seperti pengalaman saya pada akhir tahun. Sisa, Rp 3.000. Itu pun masih dipotong Rp 2.000 jika kirim ke apartemen yang ojol tetap dikenakan tarif. Bersih? Cuma dapat Rp 1.000!
Sedih sih, tapi mau bagaimana lagi mengingat tidak ada parkiran sepeda motor di PI. Opsi lainnya, di Grand Indonesia (GI) yang resmi per jam Rp 2.000, cuma jauhnya minta amplop. Sebab, parkiran di GI ada di basement bawah. Kecuali, jika memang ada orderan di GI, tersedia parkir khusus ojol, termasuk GoJek yang letaknya tidak jauh dari pintu masuk. Bagi saya, apa yang dilakukan GI ini sangat membantu dibandingkan PI yang parah banget...
Demikian, catatan harian seorang ojol ini terkait tempat parkir. Nantikan, artikel selanjutnya mengenai drama dalam satu aspal.***
- Jakarta, 6 Februari 2020
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Maaf ya, saat ini komentarnya dimoderasi. Agar tidak ada spam, iklan obat kuat, virus, dan sebagainya. Silakan komentar yang baik dan pasti saya kunjungi balik.
Satu hal lagi, mohon jangan menaruh link hidup...
Terima kasih :)