Saya sedang mengecek kadar gula darah disela-sela diskusi yang diselenggarakan MSD Indonesia (Foto: @Nursaidr) |
RAMADAN 1440 Hijriah tinggal menghitung hari. Segenap umat muslim di seluruh dunia pun siap menyambut bulan penuh berkah yang kemungkinan jatuh pada 6 Mei mendatang.
Nah, untuk menyambut ibadah puasa tersebut, sudah tentu kita harus melakukan persiapan. Termasuk, fisik mengingat dalam sebulan ke depan pola makan dan minum berubah.
Maklum, biasanya kita makan sehari itu dua atau tiga kali. Mulai dari sarapan pagi, makan siang, dan malam .
Nah, saat berpuasa, pola berganti. Sarapan diganti dengan sahur, magrib dengan buka yang ringan-ringan, dan usai tarawih baru santap berat.
Itu bagi kita yang normal. Bagaimana jika mengidap gula darah atau Diabetes Melitus? Sudah tentu harus pandai-pandai mengatur waktu.
Kendati, puasa tidak diwajibkan jika kita sakit. Namun, andaikata masih bisa dilakukan, ya puasa saja. Jika sudah tidak kuat atau harus minum obat, baru dibatalkan.
Diabetes Melitus terdapat dua tipe. Yaitu, tipe 1 dan 2.
Bagi pasien Diabetes Melitus tipe 2 (DMT2), hipoglikemia jadi ancaman saat berpuasa. Sebab, risikonya 7,5 kali lipat sepanjang Ramadan dibanding hari biasa. Itu mengapa, penting bagi pasien DMT2 untuk mengontrol kadar gula darah agar ibadah puasa dapat berjalan baik.
Demikian, kesimpulan yang saya dapat usai menghadiri Diskusi Kontrol Gula Darah, Raih Berkah Ramadan - Waspadai Hipoglikemia Saat Berpuasa di DoubleTree by Hilton Hotel Jakarta, Jumat (26/4). Workshop ini diselenggarakan Merck Sharp & Dohme (MSD) Indonesia.
Yaitu, perusahaan biofarmasi global terkemuka yang telah melakukan penemuan untuk kehidupan (Inventing for Life) dengan menghadirkan obat-obatan dan vaksin untuk berbagai penyakit paling menantang di dunia. MSD beroperasi pada lebih dari 140 negara untuk memberikan solusi kesehatan yang inovatif.
Termasuk, di Indonesia dalam komitmen untuk meningkatkan akses ke layanan kesehatan. Salah satunya, dengan menggelar edukasi terkait kesehatan kepada masyarakat umum.
Dalam sesi diskusi itu, terdapat tiga narasumber. Itu meliputi:
- Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, SpPD-KEMD (Dokter Spesialis Endokrinologi dan Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Bali)
- dr. Suria Nataamadja (Medical Affairs Merck Sharp & Dohme Indonesia)
- Machrosin (Pasien Diabetes)
* * *
"SELAMA Ramadan, terjadi peningkatan insiden hipoglikemia yang signifikan pada pasien DMT2. Hal ini dikarenakan pasien DMT2 mengalami kekurangan zat gula dari makanan yang dicerna dan diserap. Sehingga, kadar gula dalam tubuh menurun secara drastis," kata Ketut dalam diskusi yang saya ikuti bersama puluhan rekan blogger dan media lainnya usai mendapat informasi dari Inke Maris & Associates."Oleh karena itu, sebelum menjalani puasa, penting bagi pasien DMT2 melakukan konsultasi dengan dokter. Supaya, bisa mendapatkan rekomendasi manajemen puasa yang tepat dan meminimalisir risiko hipoglikemia."
Pernyataan pria 64 tahun ini beralasan Mencegah lebih baik daripada mengobati.
Untuk itu, pasien DMT2 wajib menjalankan pola diet seimbang. Juga melakukan aktivitas fisik dan rutin memantau kadar gula darah secara berkala.
Kebetulan, disela-sela diskusi, MSD Indonesia menyediakan tes gula darah. Saya pun mengikutinya dengan hasil 139 mg/dL.
Wow! Berarti, saya melebihi ambang normal sebelum makan yang berkisar 70-130 mg/dL. Ini jadi Pekerjaan Rumah (PR) bagi saya sebelum Ramadan tiba.
Alias, pola makan dan asupan harus dipantau. Maklum, saya termasuk Batman.
Alias, mayoritas beraktivitas pada malam hari. Itu secara langsung berpengaruh pada tubuh.
Kendati, biasanya saya sehari hanya makan berat sekali. Namun, kopi bisa 4-5 gelas! Ya, dengan mengikuti diskusi ini, membuat saya harus lebih rutin mengontrol kesehatan.
Fakta itu diungkapkan Machrosin yang terkena DM sejak usia 25 tahun. Masih muda, bahkan di bawah saya.
Namun, dalam Diabetes, tidak memandang usia. Itu yang saya harus saya pahami lebih jauh.
Terutama, agar bisa menjalankan puasa dengan lancar. Maklum, Ramadan hanya berlangsung setahun sekali. Sayang, kalau harus bolong puasanya jika tidak ada hal yang mendesak.
"Pasien DMT2 sangat antusias menyambut Ramadan. Mereka bertekad untuk menunaikan ibadah puasa. Berdasarkan survei yang diadakan MSD, 73 persen dokter setuju bahwa puasa memengaruhi kendali kadar gula darah pasien," Suria, menjelaskan.
"Itu mengapa, MSD berkomitmen mendukung kelancaran ibadah puasa para pasien DMT2 dengan melakukan serangkaian kegiatan edukasi melalui media dan blogger. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap risiko hipoglikemia. Serta, upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasinya."
Itu berarti, pasien Diabetes Melitus tetap bisa berpuasa selama sebulan penuh. Yang penting, dalam mengendalikan kadar gula darah dan mencegah hipoglekemia, pasien DMT2 dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan yang melepaskan energi secara lambat.
Seperti, biji-bijian, beras merah, produk susu rendah lemak, dan kacang-kacangan saat sahur dan buka puasa.
Selain itu, juga menghindari makanan yang mengandung lemak jenuh tinggi. Meningkatkan asupan cairan selama jam tidak berpuasa dan yang terpenting mengunjungi dokter untuk mendapatkan rekomendasi manajamen diabetes selama Ramadan.
Akhir kata, selamat menunaikan ibadah puasa Ramadan 1440 H bagi rekan-rekan yang menjalankan!***
* * *
* * *
Diskusi Kontrol Gula Darah sebelum Ramadan |
* * *
Artikel Terkait Ramadan- Sahur Perdana di Malioboro
- Pengalaman Ngabuburit di RPTRA Krendang yang Memiliki Berbagai Fasilitas untuk Anak-anak
- Mengunjungi Masjid Hidayatullah yang Bersejarah dan Dikelilingi Gedung Bertingkat
- Tujuh Permainan Tradisional yang Asyik untuk Ngabuburit
- Jika Ini Ramadan Terakhir
* * *
- Jakarta, 29 April 2019
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Maaf ya, saat ini komentarnya dimoderasi. Agar tidak ada spam, iklan obat kuat, virus, dan sebagainya. Silakan komentar yang baik dan pasti saya kunjungi balik.
Satu hal lagi, mohon jangan menaruh link hidup...
Terima kasih :)