TyyiccClcSK3IvRCDh0sKBc4_Sg roelly87.com

Serial Catatan Harian Ojol

Serial Catatan Harian Ojol
Serial Catatan Harian Ojol

Minggu, 01 Oktober 2023

Tentang Pedagang Asongan di Simpang Jalan

 Tentang Pedagang Asongan di Simpang Jalan


Foto: Instagram.com/roelly87



SEMANGAT, ya Pak!

Anda adalah pahlawan bagi keluarga...


Disclaimer: Foto ini saya ambil diam-diam saat menunggu lampu hijau di persimpangan Jatibaru, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Minggu (1/10). Bagi saya, foto ini merupakan contoh nyata bagaimana seseorang sedang berjuang untuk mencari nafkah demi keluarganya.

Laku ga laku, itu urusan lain. Setidaknya, beliau sudah berusaha. Modal sendiri. Tidak seperti kebanyakan orang yang ingin dapat uang dengan tanpa modal/usaha.

Misalnya, kang parkir liar yang jelas-jelas sudah ada tanda gratis parkir. Atau, pak ogah yang justru bikin macet di tikungan, pertigaan, persimpangan, dll. Juga penjaga komplek/perumahan yang hanya semangat buka portal jika diberi salam tempel.

Ya, maruah laki-laki itu bekerja. Bukan mengandalkan kedua tangan menengadah ke atas.

*     *     *

- Jakarta, 1 Oktober 2023


Jumat, 29 September 2023

Prabowo: Sang Penculik yang Berharap Mandat Langit

Prabowo: Sang Penculik yang Berharap Mandat Langit

Ilustrasi: twitter @roelly87


PEMILIHAN Umum (Pemilu) 2024 tinggal menghitung hari. Tepatnya, diselenggarakan 14 Februari mendatang untuk memilih calon anggota dewan (DPR, DPD, dan DPRD), serta presiden. 

Ini merupakan pemilu kelima yang saya ikuti sejak kali pertama punya KTP. Sekaligus, yang ketiga beruntun untuk mencoblos sosok yang sama dalam pilpres.

Yaitu, Prabowo Subianto. 

Ya, saya sudah memilih beliau pada pilpres 2014 dan 2019 lalu. Keduanya, kalah dari Joko Widodo (Jokowi).

Pada 2009, saya juga mencoblos Prabowo. Namun, saat itu doi sebagai wakil mendampingi Megawati Soekarnoputri. Kalah juga, dari incumbent Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Sementara, pada 2004 yang merupakan pilpres langsung perdana di Tanah Air, calon presiden (capres) pilihan saya juga kalah. Kadang, jadi bingung. 

Setiap sosok yang saya coblos, kok selalu keok. Rekornya dari 2004 hingga 2019, skor 0-4!

Namun, ya ga apa-apa. Ini negara demokrasi. Setiap warganya bebas menentukan hak dalam pilihan. 

Termasuk bagi saya, kalah atau menang itu biasa. Namanya juga hidup, ga semua yang kita inginkan bisa terwujud. 

Misalnya, dalam sepak bola. Saya merupakan penggemar Juventus sejak 1994. 

Hampir 30 tahun ini, saya menyaksikan "Si Nyonya Besar" enam kali melangkah ke final Liga Champions. Hasilnya, sekali juara dan berujung lima runner-up beruntun.

Itu terjadi pada 1996/97, 1997/98, 2002/03, 2014/15, dan 2016/17. Bahkan yang terakhir, saya menyaksikan langsung Juve dikecundangi Real Madrid 1-4!

Tepatnya, di Stadion Millennium, Cardiff  Wales, 3 Juni 2017. Suka dan duka pun berkecamuk saat jadi bagian dari 65 ribu penonton.

Sudah jauh-jauh terbang ke Negeri Paman Charles, eh Juve malah keok. Julukan Badut Eropa pun kian melekat di skuat asuhan Massimiliano Allegri tersebut.

Namun, mau gimana lagi. Sebagai Juventini Garis Lembut, saya tetap mengidolakan tim asal Kota Turin tersebut.

Saya tetap menantikan Juve bisa mengangkat trofi Si Kuping Lebar itu suatu saat nanti. Meski, jalannya masih sangat jauh. 

Sebab, sejak kekalahan pada 2017 silam, belum sekalipun Juve kembali melangkah ke final. Bahkan, meski diperkuat berbagai pemain bintang di setiap lini, termasuk Cristiano Ronaldo pada 2018-2021.

Ya, saya selalu percaya, selama gunung masih menghijau, jangan takut kehabisan kayu bakar. Alias, selama bernafas, masih ada kesempatan menyaksikan Juve juara Liga Champions!

*     *     *

LALU, apa hubungannya antara Juve dengan Prabowo dalam postingan blog ini? Ya, ga ada.

Hanya, sebatas korelasi dua pihak yang saya dukung selalu kalah. Ha... Ha... Ha...

Btw, saya mengidolai Prabowo sejak 2008. Ketika itu, doi rajin muncul di media, khususnya tv usai mendirikan Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) yang jadi kendaraan politiknya.

Namun, saya juga tidak pernah cinta mati terhadap apa dan siapa pun. Saya selalu legawa jika ternyata jagoan saya kalah. 

Contoh, Juve ketika dicukur Barcelona 1-3 pada final Liga Champions 2014/15 dan Madrid dua musim berikutnya. Saat itu, saya mengakui -meski kecewa- kedua lawan Juve memang bermain lebih baik.

Barca dan Madrid pantas juara. Sementara, Juve seperti antiklimaks dalam dua final tersebut.

Begitu juga dengan pilpres. Kendati pilihan saya keok dalam dua edisi beruntun, tapi saya tetap rasional.

Ga sekalipun saya ikut menjelek-jelekkan Jokowi. Prabowo kalah pada 2014 dan 2019 ya sudah, memang garis takdirnya seperti itu.

Sementara, untuk kritik sudah pasti. Yang membangun alias konstruktif, baik lewat blog ini atau media sosial.

Itu mengapa, saya juga kerap diajak dalam beberapa acara yang berkaitan dengan pemerintahan Jokowi. Beberapa di antaranya bisa dilihat dalam artikel "Catatan Dua Tahun Kepemimpinan Jokowi-JK" dan "Antara Presiden Jokowi, Asian Games 2018, Blogger, dan Tantangan Menghadapi Revolusi Industri 4.0".

Saya juga turut diundang Sekretariat Kabinet untuk menyaksikan langsung kehidupan di perbatasan pada 2018 lalu. Saat itu, kementerian yang dipimpin Pramono Anung ini mengajak blogger untuk menengok lebih jelas kehidupan masyarakat di Entikong, Kalimantan Barat, yang berbatasan langsung dengan Malaysia (Selengkapnya di Halaman http://www.roelly87.com/p/selamat-datang-di-halaman-khusus.html).

Jadi, saya berusaha untuk fair. Ada garis batas dalam mencintai sesuatu.

Tidak serta-merta, mengidolai Prabowo, harus menyerang lawan politiknya. Atau, mencaci Madrid dan Barca serta duo Milan yang jadi rival abadi Juve di Serie A.

No! Itu bukan gaya saya. 

Hidup saya terlalu indah untuk dikotori hal-hal negatif tersebut. Menyukai sesuatu boleh, tapi goblok jangan.

Ya, kita tidak boleh terlalu fanatik. Itu mengapa, saya mengaku sebagai fan Juve garis lembut. 

*     *     *

KENAPA harus Prabowo? 

Saya mengidolai Prabowo karena karismatik, berwibawa, dan elegan. Ini subyektif. 

Soal rasa. Ga bisa dijelaskan dengan logika. 

Termasuk, masa lalunya yang berlumuran darah terkait penculikan jelang reformasi. Itu fakta.

Banyak saksi dan media yang memuat insiden tersebut. Bahkan, Prabowo juga mengakui yang melakukannya.

Meski, korban penculikan sudah dipulangkan dan ada yang jadi anak buahnya di Gerindra. Tidak mengubah statusnya sebagai penculik. 

Bagi saya, sekali penculik tetap penculik. Titik!

Pada saat yang sama, saya juga percaya setiap orang bisa berubah. Itulah fase kehidupan.

Toh, di kolong langit ini, manusia mana yang tidak pernah melakukan kesalahan dan dosa? Saya juga sering.

Itu mengapa saya sangat mengapresiasi jika ada orang yang mengaku sebagai mantan bajingan. Alias, dulunya dosa, sekarang berusaha untuk memperbaiki kesalahan.

Terkait penculikan, saya juga harus fair. Status Prabowo saat itu sebagai orang lapangan. 

Alias, kemungkinan hanya mendapat perintah dari atasannya. Siapa? 

Entahlah. 

Yang menarik, stigma penculik ini selalu panas menjelang pilpres. Itu berlaku sejak 2014 silam.

Grand design, kah? Khususnya, ada tangan-tangan tak kasat mata yang enggan doi berkuasa?

...

Padahal, Prabowo pernah jadi wakil Mega di pilpres 2009. Namun, saat itu seperti adem ayem.

Mungkin, ketika itu internet belum begitu masif di masyarakat Indonesia. Jadi, tidak ada yang memelintirnya.

Termasuk saya yang baru ngeblog pada 2009. Untuk media sosial, dimulai Facebook tahun yang sama diikuti Twitter (2010), dan Instagram (2012).

Bahkan, Prabowo juga dilantik Jokowi sebagai Menteri Pertahanan pada Kabinet Indonesia Maju 2019-2024. Tentu, presiden tidak sembarangan dalam mengangkat setiap orang yang akan membantunya dalam menjalankan roda pemerintahan.

Jadi, noktah merah Prabowo memang nyata. Kesempatannya untuk mendapat Mandat Langit, itu cerita lain.

*     *     *

PILPRES 2024 milih yang tua? Pasalnya, dua capres lain berusia jauh lebih muda.

Maklum, 17 Oktober mendatang, Prabowo genap 72 tahun. Sementara, Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo saat ini sama-sama 54 tahun.

Selisih antara Prabowo dan kedua capres lainnya sekitar 18 tahun. Namun, ya dalam beberapa hal, usia hanya sebatas hitung-hitungan angka di atas kertas.

Apalagi, mengingat statusnya yang merupakan mantan prajurit dengan bintang tiga tersemat di pundak. Prabowo terlihat gagah. Auranya terpancar baik saat diam atau bicara.

Bahkan, saat orasi, Prabowo mengingatkan saya pada Bung Besar: Soekarno.

Meski, saya mencatat, Prabowo terlihat lemah dalam menyampaikan pandangannya kepada khalayak umum. Itu terjadi sejak debat capres 2014, 2019, dan yang teranyar saat dialog Mata Najwa di Universitas Gadjah Mada (19/9).

Jujur, ini nilai minus dari Prabowo. Meski, doi sangat hebat saat orasi. 

Entah mengapa, saya melihat Prabowo kerap kesulitan dalam memberi penjelasan dalam acara debat. Kendati, apa yang disampaikan sangat logis dan subtansinya sesuai.

Mungkin, ini jadi PR bagi Prabowo dan timnya. Terutama, jelang kontestasi pilpres 2024 yang pendaftaran dibuka 19 Oktober mendatang. 

Jika terus seperti ini, Prabowo bisa dilewati dua kandidat lainnya. Sebab, saya punya catatan terkait para rival berdasarkan beberapa acara pada 2023 ini.

Anies:

+ Bicaranya lancar, mengalir khas akademisi

- Pembawaannya terlalu serius


Ganjar

+ Penampilannya luwes, mudah dicerna khususnya generasi muda

- Penyampainnya agak mutar-mutar


Btw, ngomongin ketiganya ini menarik. Pasalnya, seumur-umur saya belum pernah melihat langsung Prabowo.

Justru, dengan Anies sudah beberapa kali mengingat statusnya sebagai Gubernur DKI Jakarta 2017-2022. Untuk Ganjar baru sekali pada Kompasianival 2014 di Taman Mini Indonesia Indah.

Apa pun itu, ketiga capres ini merupakan putra terbaik bangsa. Meski saya mengidolai Prabowo, tapi tetap respek dengan Anies dan Ganjar.

Tentu, saya berharap Prabowo menang mengingat ini mungkin jadi palagan terakhirnya. Bisa dipahami mengingat pada 2029, usianya sudah 77 tahun.

Namun, andai Prabowo kalah lagi pun tak masalah. Sebab, apa pun hasilnya hidup saya harus tetap berjalan.

Saya berharap pilpres 2024 ini berlangsung damai tidak seperti dua edisi sebelumnya. Yaitu polarisasi dua kubu diiringi pujian kampret, cebong, dan kadrun!

Bahkan, saya menyaksikan dua orang yang dulunya erat jadi berseberangan. Ceuk urang Sunda mah, petonggong-tonggong. 

Alias, saling menghindar dan enggan menuapa saat bertemu sejak pilpres 2014. Padahal, Prabowo saja sudah rekonsiliasi dengan Jokowi usai pesta demokrasi empat tahun lalu dengan bersedia jadi menteri.

Namun, beberapa orang yang saya kenal, justru masih diam-diaman. Aneh, yang di atas sudah baikan, tapi di bawah masih belum sadar.

Epilog, pilpres 2024 ini jadi hattrick saya memberi suara kepada Prabowo. Jika menang, saya berharap berbagai program yang diusungnya sejak lama bisa segera dijalankan.

Andai kalah, saya tetap mengidolai Prabowo. Sama halnya saya menggemari Juve, Jose Mourinho, Hendra Setiawan, Mike Tyson, Nicky Hayden, Jeff Hardy, dan sebagainya!


*     *     *

- Jakarta, 29 September 2023 (Bumi 87)


*     *     *

Artikel Sebelumnya:

- Dhani, Rizieq, dan Ahok Bersatu demi Indonesia (Bumi 378)

(http://www.roelly87.com/2023/08/dhani-rizieq-dan-ahok-bersatu-demi.html)

- Soe Hok Gie: Prabowo Cerdas tapi Naif

(http://www.roelly87.com/2017/01/soe-hok-gie-prabowo-cerdas-tapi-naif.html)


Artikel Selanjutnya:

- Prabowo Presiden 2024, Ganjar Mendagri, Anies Menlu, dan AHY Menhan (Bumi 666)






.

Kamis, 31 Agustus 2023

Dhani, Rizieq, dan Ahok Bersatu demi Indonesia

Dhani, Rizieq, dan Ahok untuk 2024

(ilustrasi foto: @roelly87)


SAAT bangun tidur dini hari WIB ini, Kamis (15/2), sudah ada pengumuman definitif Kabinet 2024-2029 dari presiden kedelapan RI. Berdasarkan info dari portal berita ternama, untuk triumvirat, adalah:

Menteri Pertahanan: Ahmad Dhani

Menteri Luar Negeri: Rizieq Shihab

Menteri Dalam Negeri: Basuki Ahok

Menurut gw, ini menarik, sebab ketiganya pernah saling bermusuhan. Bahkan, uniknya sama-sama merasakan dinginnya jeruji besi. 

Namun, kini situasi telah berbeda. Ketegangan di antara mereka sudah jauh mereda. 

Mencair demi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Ketiganya bahu-membahu berkontribusi untuk Tanah Air.

*     *     *

TIBA-tiba, tangan kanan gw refleks menepuk pipi yang gatal akibat digigit nyamuk. Sementara, tangan kiri asyik scroll hp berisi pengumuman daftar menteri.

Yang menarik, nama Dhani, Rizieq, dan Ahok, tetap terdapat dalam daftar kabinet. Mau bilang ini mimpi, tapi kok pipi sakit.

Karena penasaran akibat tidak menyangka nama ketiganya ada di kabinet yang memegang peranan penting di pemerintahan, gw pun buka kanal berita lain. Hasilnya, sama. 

Dhani, Rizieq, dan Ahok, diberitakan serentak pada berbagai media. Bahkan, banyak beredar foto mereka yang semringah sambil bergandengan tangan usai pelantikan di beranda istana.

Bukan bermaksud membalik luka lama, tapi ketiganya memang pernah berkonflik. Dhani dengan Rizieq pada 2004 silam. Kemudian, bersatu untuk menghadapi Ahok pada 2016. 

Dalam periode itu, mereka sama-sama sempat merasakan dinginnya jeruji besi. Bahkan, para pendukungnya, apalagi yang fanatik buta saling benci.

Namun, demi Indonesia, ketiganya sudah menghapus noktah tersebut. Siap mengemban kewajiban masing-masing dalam lima tahun ke depan.

Tidak ada lagi itu saling sindir. Kampret, cebong, atau bahkan kadrun. 

Yang ada, hanya Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Selamat bertugas!

*     *     *

USAI mandi, gw menikmati secangkir kopi hitam ditemani asap kehidupan. Layar hp berganti ke logo "X" untuk melihat perkembangan terkini. 

Tampak, trending topic dikuasai pengumuman hasil kabinet. Termasuk, nama Dhani, Rizieq, dan Ahok, menghiasi timeline

Riuhnya pengumuman kabinet sukses membenamkan hasil pertandingan leg kedua 16 Besar Liga Champions 2023/24. Sebenarnya gw juga ga terlalu peduli akibat Juventus absen. 

Namun, gw tetap menatap trending topic yang ramai. Mulai dari "Dukung Kinerja Triumvirat", "Valentine 2024 Paling Berkesan", "Pemilu 2024", hingga "Jose Mourinho".

Yupz, nama terakhir merupakan satu-satunya alasan gw masih aktif menyimak perkembangan sepak bola Eropa hingga kini. Gw berharap, Mourinho bisa membawa kejayaan AS Roma di Benua Biru yang kini sudah menapak fase gugur Liga Europa 2023/24.

Eittt... Tunggu!

Perasaan ada yang aneh. Gw colek pipi, berasa. 

Cubit tangan, sakit. Ini bukan mimpi kan?

Memang, gw tidur dari sore. Hanya, sekarang sudah mandi yang airnya berasa dingin. 

Maklum, jelang subuh. Pun demikian dengan kopi yang masih ngebul di gelas. 

Namun, gw masih merasa aneh. Terutama, dengan pengumuman kabinet baru yang menyertakan Dhani sebagai Menhan, Rizieq (Menlu), dan Ahok (Mendagri).

Memang sih, di dunia ini, apa pun bisa terjadi. Apalagi, dalam ranah politik.

Hanya, gw masih berasa janggal. Gw coba tarik napas dalam-dalam hingga beberapa kali.

Tiba-tiba pandangan agak kabur. Tentu, ini bukan vertigo...

Langsung gw ambil alat tes diabetes. Hasilnya, normal tanpa hipoglikemia

Alias kadar gula gw ga menurun drastis meski belom makan dari sore. Begitu juga tensi darah, tetap normal.

Bahkan, gw juga cek dompet, isinya masih segitu-gitu aja. Ga kurang. 

Pun demikian dengan saldo atm, ga bertambah. Listrik juga ga bunyi karena belom lama gw isi untuk sebulan.

Maklum, biasanya pandangan gw kerap menerawang kalo dompet tipis, atm kosong, dan listrik bunyi tit... tit... tit... Namun, sekarang normal-normal aja.

Gw coba mengingat apa yang janggal. Tarik napas lagi dalam-dalam.

Mencoba hening seketika. Pandangan gw pun kembali normal.

Yupz, gw baru sadar saat ini berada di semesta alternatif. Tepatnya di Bumi 378.

Sementara, gw tinggal di semesta utama. Bumi 87.

Apakah ini berarti gw lintas semesta? Yang berarti gw mendobrak ruang dan waktu.

Jujur, gw merasa lebih tenang di semesta ini. Gw pun ingat sempat iseng untuk mencoba berkelana ke beberapa universe lainnya.

Ada Bumi 69 yang salah satu calon presiden menyatakan gugatan hingga ricuh. Bumi 313 yang hanya menyisakan satu calon melawan kotak kosong.

Bagaimana dengan semesta gw, di Bumi 87?***

*     *     *


- Jakarta, 31 Agustus 2023



Senin, 03 Juli 2023

Manusia Lebih Anjing daripada Anjing

Manusia Lebih Anjing daripada Anjing


"TENANG aja, anjing-anjing ini ga galak kok."

"Siap."

Gw pun melangkah santai menuju teras salah satu sosok yang kini jadi pembesar negeri usai dipersilakan ajudannya. Kendati, diiringi tatapan beberapa anjing yang memang adaptif terhadap orang asing. 

Di antaranya yang gw tahu German Shepherd alias sering disebut Herder, Rottweiler, dan Doberman. Ga nyangka juga, sosok yang dulunya gw kenal hobi mengoleksi ikan cupang dan jangkrik, kini sudah upgrade.

"Tuh kan, apa kata gw. Anjing-anjing ini ga gigit..."

"Gw ga takut sama mereka. Justru, yang gw khawatirkan itu manusia yang sifatnya lebih anjing daripada anjing."

"Maksud, lo?"

"Kalo anjing, paling ngegigit. Atau mengejar saja. Beda sama manusia yang mukanya ramah tapi bisa menikam dari belakang. Gw sering menghadapi yang seperti itu."

"Huh... Dasar rakyat jelata ga tahu diri. Gw bikin lo..."  

"Gw hitung sampai tiga. Jika, tangan lo masih menyentuh pundak gw, gw pastiin lo bakal kehilangan 10 jari..."

Dia pun langsung melepas cengkramannya di pundak gw. Sikapnya yang oportunis sejak dulu ini memang selalu jadi sasaran empuk.

Dari beranda terdengar sang pembesar itu mendehem. Dengan sopan, meminta gw untuk segera masuk.

"Gw mau segera temuin lo orang punya bos. Sekarang, mending lo mandiin kawanan anjing ini, terus kasih makan, dan ajak jalan-jalan."

"Apa lo bilang?"

"Selain bergerak di bawah radar kekuasaan, emang tugas lo apa?"

"Lo sadar kan, posisi gw sekarang?"

"Ya. Tapi, jabatan ga bisa mengubah sifat seseorang. Bagi gw, anjing jauh lebih mulia daripada orang yang gw kenal sebagai penjilat. Bahkan, dibandingkan hyena sekalipun. Lo tahu kan, hyena itu apa? Yupp, binatang pemakan bangkai dan selalu siap memangsa tuannya jika lengah."

"Lo bilang gw anjing atau hyena?"

"Gw ga sebut nama. Kalo lo merasa, ya silakan."

Gw pun melenggang santai meninggalkannya yang termenung dengan melewati undakan tangga bangunan yang sudah seperti istana. Sang tuan rumah tersenyum simpul menyaksikan reaksi gw terhadap sambutan tangan kanannya itu.

"Lo emang bisa aja, bro. Kasian tuh anak orang dibuka kartunya."

"Tes ombak."

"Ha... Ha... Ha..."

"Hati-hati aja, kalo makanan yang lo sediain udah habis, bisa jadi ke depannya lo yang diterkam."

"Pasti. Sebelom itu, gw buat dia kenyang lebih dulu hingga akhirnya ga bisa gerak."

"Seram... Dasar mafia!"

"Terima kasih, pujiannya bro. Mari kita mulai."

"Siap. Sebagai tamu, gw menunggu instruksi tuan rumah."


*      *      *

- Jakarta, 3 Juli 2023

  


Senin, 08 Mei 2023

Ditolak Ojol: Bertepuk Sebelah Tangan

Ditolak Ojol: Bertepuk Sebelah Tangan

Foto: Gambar hanya pemanis yang aslinya 
sangat pahit (@roelly87)






BANG, kenape kalo gw pesan makanan, mayoritas driver ojol atau kurir paket ga ada yang mau anter?

Lo tinggal di mane?

Ini yang mau kita tuju. Apartemen ***.

Oh...

Oh, kenape bang? Sampe bosen gw kalo mesan makanan banyak dicancel. Kadang sampe 1 jam lebih.

Gini ya, lo tinggal di apartemen yang lobinya di atas mal kan? Jelas, mayoritas ojol atau kurir nolak.

Kan gw udah bayar bang. Non tunai. Kecuali, gw ga bayar.

Bentar. Gw belom selesai ngomong. Jangan motong dulu atuh, neng...

Ha ha ha. Okok, babang ojol.

Ada beberapa lokasi yang orderannya memang jarang mau diambil ojol atau kurir. Ini gw tarik kesimpulan aja ya. Ga semua kayak gitu, tapi mayoritas. Misalnya, apartemen yang lobinya di atas mal, rumah susun, kostan yang liftnya khusus penghuni, pusat perbelanjaan yang parkirnya mahal, atau gedung perkantoran yang manajemennya ga memanusiakan manusia.

Maksudnya, bang?

Dari lima itu, gw jawab yang pertama. Sesuai pertanyaan lo. Sisanya, kapan-kapan.

Silakan. Gw nunggu sampe selesai. Janji ga motong...

Ojol atau kurir paket itu ongkosnya dibayar per kilometer. Berdasarkan jarak, horizontal. Nah, kalo nganter ke tempat lo  yang lobi apartemennya di atas mal, jelas banyak yang nolak. Kenapa? Satu, makan waktu harus naik turun. Apalagi, ada beberapa apartemen yang mengharamkan ojol memakai atribut. Alias, jaket harus dibalik atau ditenteng. Dua, rata-rata ongkir makanan itu hanya Rp8.000-8.800 per empat kilometer pertama. Itu belom bersih. Alias, dipotong parkir di lokasi tujuan atau tempat ambil makanan. Lo kan tau, sekarang kang parkir liar menjamur. Bahkan, makan di warteg juga ada yang dipintain parkir. Nah, penghuni apartemen mayoritas minta makanannya titip di lobi. Sementara, untuk uang parkir, kadang customer ga tahu. Merasa sudah bayar ongkos ojol. Sekarang gini, contoh ongkos kami Rp9.000 dikurang parkir dua kali saat ambil makanan di resto dan apartemen sudah Rp4.000. Itu berarti, kami bersih dapatnya cuma Rp5.000. Padahal, kami harus nunggu makanan jadi di resto itu butuh waktu. Iya, kalo yang masakan cepat saji, bisa segera. Namun, kalo semacam sushi, dimsum, atau masakan ala Korea dan Jepang kan, agak lama. Bisa sampe 1 jam. Lo bayangkan, ongkos bersih yang diterima kami Rp5.000 dengan effort-nya. Belom lagi di jalanan macet saat menuju resto dan ke tempat customer...

Oh... Gitu ya bang. Baru tahu gw.

Yongkru... Eh iya, jujur aja gw pun jarang ambil orderan anter makanan atau paket ke tempat yang ribet. Apalagi, yang ada parkirnya. Bagi gw itu wajar. Sebagai ojol, gw harus itung-itungan untung atau rugi dalam mengambil order. Secara, gw statusnya mitra. Alias, bukan karyawan dan tidak digaji aplikator. Sementara biaya operasional sehari-hari seperti bensin, pulsa, perawatan motor, oli, servis, dan sebagainya, harus dirogoh pake kocek gw sendiri.

Complicated, ya bang.

Ya, intinya kalo pribadi, cocok gw cocol. Kalo ga, ya lewatin. Yang penting, jangan merugikan customer atau menjelekkan aplikator. Secara, gw punya prinsip ga mau meludah di sumur sendiri.

Lihat karcis ini jadi inget, Mau ketawa tapi takut dosa (@roelly87)




Ada solusi bang, biar gw pesan makanan ga ditolak driver terus?

Ada dong. Pertama, lo harus mau berkorban. Contoh, lo tulis di notes aplikasi bahwa lo nunggu di pintu masuk mal atau pinggir jalan. Alias, ojol atau kurir online ga harus naik ke lobi dan keluar parkir. Jadi, lo   coba turun untuk jemput bola. Kedua, ini sekadar saran alias ga harus. Jika lo males ngelakuin yang pertama, lo siapin uang cash buat ganti parkir. Emang sih, lo bisa bayar pakai nontunai. Namun, mayoritas ojol lebih senang diganti uang parkirnya secara cash. Secara, mereka bayar kang parkir depan resto itu juga kan tunai, ga bisa cashless. Ketiga, lo kasih keterangan adanya tip atau tambahan biaya antar ke lobi. Seperti yang gw bilang di awal, ojol itu ongkosnya dibayar per kilometer horizontal. Kalo naik ke atas gedung kan udah beda cerita.

Oh, gitu ya bang. Baik deh, gw ikutin tips dari lo.

Silakan. Intinya, komunikasi aja. Sebaik-baiknya manusia adalah yang memanusiakan orang lain.

Btw, bang, ceritain dong soal pengalaman lo yang dapat orderan ribet.

Ntar kalo ada waktu lagi. Ini udah mau sampe. Depan mal.

Emang motor ga bisa sampe lobi ya bang, di lantai 6?

Yeee, oneng. Ga ada sejarahnya motor bisa masuk sampe lobi apartemen. Kalo lo naiknya taksi baik yang biasa atau online baru bisa. 

Iya ya, gw mager naik lift ke atasnya.

Nah, lo aja yang tinggal di apartemen ini males naik turun, apalagi orang lain?

He he he, sa ae lo bang.***



*      *      *

Ceritera saat perjalanan dari kawasan CBD ke apartemen di barat ibu kota.

- Jakarta, 8 Mei 2023