![]() |
Salah satu adegan berkesan dalam Mencari Hilal ketika Heli menawarkan air kemasan untuk berbuka ayahnya (sumber foto: dokumentasi pribadi/ www.roelly87.com) |
MENJELANG Hari Raya Idul Fitri ini, banyak film lokal yang menyerbu layar
bioskop di Tanah Air. Utamanya yang bergenre religi dan komedi yang diharapkan
bisa menggaet banyak penonton. Sebagai penikmat film, saya berharap “gempuran”
film lokal ini mampu bersaing dengan keluaran Hollywood. Jangan sampai, ketika kita keluar dari teater, ingatan
tentang film karya anak negeri meluap begitu saja. Klise: Ditonton untuk
bersenang-senang dan terlupakan begitu saja.
Salah satu
film lokal yang mampu membuat saya bergidik adalah Mencari Hilal. Entah kenapa,
beberapa jam setelah keluar dari bioskop, film yang disutradarai Ismail Basbeth
itu masih membekas. Entah momentumnya bertepatan dengan Ramadan, atau memang
filmnya yang memang berkesan hingga membuat saya tergugah.
Padahal,
awalnya saya tidak begitu tertarik ketika melihat trailernya yang “terkesan
biasa saja”. Yaitu, mengenai perjalanan ayah-anak untuk mencari hilal untuk
penentuan Idul Fitri.
Bahkan, yang
membuat saya penasaran bukan karena isi cerita atau pesan dari film tersebut.
Melainkan keberadaan pameran utama yang diperankan Oka Antara sebagai Heli dan
Deddy Sutomo (Mahmud). Korelasi keduanya jelas. Karena, mereka sama-sama
membintangi salah satu film fenomenal sepanjang sejarah perfilman Indonesia,
The Raid 2: Berandal.
Namun, benar
kata pepatah. Tak kenal maka tak sayang. Alias, saya harus menyaksikannya langsung hingga habis baru boleh mereviewnya.
Saya beruntung akhirnya bisa menyaksikan Mencari Hilal. Bahkan, lebih dulu dibanding penonton lainnya karena mendapat undangan eksklusif darigrup Blogger Reporter Indonesia (BRId) untuk menyaksikan premiere Mencari Hilal di XXI Pejaten Village, Minggu (5/7).
Saya beruntung akhirnya bisa menyaksikan Mencari Hilal. Bahkan, lebih dulu dibanding penonton lainnya karena mendapat undangan eksklusif darigrup Blogger Reporter Indonesia (BRId) untuk menyaksikan premiere Mencari Hilal di XXI Pejaten Village, Minggu (5/7).
FILM dibuka dengan kisah Mahmud, pedagang toko kelontong, yang sangat
giat beribadah. Dia tidak pernah lalai menunaikan salat wajib dan sunah. Hanya,
sebagaimana manusia, Mahmud pun tak lepas dari salah. Yaitu, ketika dia
dituding lalai menjaga istrinya yang sakit hingga akhirnya meninggal. Ini mengingatkan saya pada kisah "Robohnya Surau Kami" dari AA Navis.
Hal itu yang
tidak dimaafkan putranya, Heli. Bahkan, saking bencinya, Heli tidak terlalu peduli
dengan kondisi ayahnya itu. Hingga, situasi itu berubah ketika keduanya
berkelana untuk mencari hilal. Meski, niat awal Heli mengikuti sang ayah demi
memuluskan keinginannya membuat paspor yang akan menerbangkannya ke Nikaragua.
Dalam perjalanannya
selama beberapa hari menyusuri satu lokasi ke lokasi lainnya membuat perbedaan
pandangan di antara Mahmud dan Heli kian menipis. Bahkan, Heli sempat menyadari
di balik tujuan mulia sang ayah yang tidak sekadar mencari hilal untuk penentuan
Idul Fitri. Melainkan, menemukan makna hidup sesungguhnya sebelum ajal
menjemput…
MENYAKSIKAN film besutan lima studio berbeda ini sangat menarik. Bukan hanya
penonton sekadar mendapat pencerahan mengenai kehidupan umat beragama. Melainkan
juga adanya guyonan khas Yogyakarta dan sindiran cerdas untuk pemerintah. Khususnya Kementerian Agama
mengenai biaya rapat rapat hilal yang konon mencapai miliaran rupiah.
Kebetulan, saat itu juga hadir Menteri Agama Lukman Hakim. Ketika film berakhir, Lukman memuji Mencari Hilal bukan hanya film yang layak untuk ditonton. Melainkan juga sebagai film yang mampu memberi tuntunan tanpa bermaksud untuk menggurui penontonnya. Saya sepakat!
Pada kesempatan yang sama, Oka yang diserbu beberapa penggemarnya, terutama blogger dan media, menjawab dengan santai pengalamannya selama syuting. Menurutnya, Mencari Hilal jadi film penyegaran setelah sebelumnya dia "berdarah-darah" dalam aksinya di The Raid dan Killers
Kebetulan, saat itu juga hadir Menteri Agama Lukman Hakim. Ketika film berakhir, Lukman memuji Mencari Hilal bukan hanya film yang layak untuk ditonton. Melainkan juga sebagai film yang mampu memberi tuntunan tanpa bermaksud untuk menggurui penontonnya. Saya sepakat!
Pada kesempatan yang sama, Oka yang diserbu beberapa penggemarnya, terutama blogger dan media, menjawab dengan santai pengalamannya selama syuting. Menurutnya, Mencari Hilal jadi film penyegaran setelah sebelumnya dia "berdarah-darah" dalam aksinya di The Raid dan Killers
Pameran: Oka Antara, Deddy Sutomo, Torro Margens, Erythrina Baskoro
Sutradara: Ismail Basbeth
Produser: Hanung Bramantyo, Salman Aristo, Putut Widjanarko, Raam Punjabi
Produser Eksekutif: Haidar Bagir, Denny JA
Produksi: Mizan Productions, Multivions Plus, Dapur Film, Studio Denny JA, Argi Film
Rilis: 15 Juli 2015
Genre: Religi, Drama
Durasi: 94 menit
Rating: SU (Semua Umur)
* * *
![]() |
Menteri Agama Lukman Hakim (@roelly87) |
* * *
![]() |
Sambutan dari pembuat Mencari Hilal (@roelly87) |
* * *
![]() |
Sindiran masyarakat mengenai rapat Kementerian Agama untuk penentuan hilal (@roelly87) |
* * *
![]() |
Rekan blogger Fitri Roesdiana bersama Oka Antara |
* * *
![]() |
Beberapa rekan blogger foto bersama Hanung Bramantyo (@roelly87) |
* * *
![]() |
Deddy Sutomo diserbu penggemarnya (@roelly87) |
* * *