TyyiccClcSK3IvRCDh0sKBc4_Sg roelly87.com: Simulasi Jualan Kolak untuk Sambut Ramadan

Serial Catatan Harian Ojol

Serial Catatan Harian Ojol
Serial Catatan Harian Ojol

Selasa, 06 Februari 2024

Simulasi Jualan Kolak untuk Sambut Ramadan

Simulasi Jualan Kolak untuk Sambut Ramadan


Ilustrasi kolak pisang favorit saya 
(foto: @roelly87)


 

"PAK air mineral yang ukuran besar satu ya. Sama *** sebungkus."

"Adanya merek X aja, mas. Yang biasa Z, ga ada."

"Apa aja pak, yang penting ukuran besar. Kalo yang 600ml ga cukup. He he he."

"Semuanya jadi Rp XXX ya mas."

"Iya, pak."

" Ini kembaliannya, mas."

"Terima kasih, pak."

Demikian percakapan saya dengan pedagang warung sembako di pinggir jalan perbatasan ibu kota. Tepatnya untuk membeli air minum dan sebungkus XXX.

Sambil membasahi tenggorokan yang memang kering, saya pun menoleh ke samping warung. Terdapat meja panjang berisi gorengan dan kolak dengan dibungkus cup plastik.

Kolak?

Wow...

Jadi inget puasa. Namun, sekarang kan masih cukup jauh menuju Ramadan?

Tepatnya, awal Februari. Untuk konversi ke penanggalan Hijriah, saya lihat di aplikasi baru dua pertiga Rajab 1445 H.

Sementara, Ramadan kemungkinan jatuh 11-12 Maret mendatang. Alias, masih sebulan lebih lagi.

"Pak, itu jualan kolak ya?" tanya saya kepada empunya warung sembako.

"Iya, mas. Uduk, gorengan, sama kolak. Tiap sore bukanya."

"Kolaknya lumayan banyak ya pak."

"Iya, ada beberapa menu. Mau beli mas?"

"Iya, pak. Mau jajal. Udah lama ga makan kolak."

"Bentar ya, saya panggil saudara saya yang jualan. Masih di dalam goreng bala-bala."

"Siap, pak."

Yuhuu...

Kolak, euy. Makanan yang kerap saya santap usai buka puasa atau menjelang sahur.

Namun, untuk hari-hari biasa, bisa dibilang jarang. Terakhir makan Kolak Ubi saat Ibu saya buat, awal Desember lalu. 

Selain itu, hanya Ramadan saja. Kebetulan, saya emang doyan kolak.

Yaitu, Kolak Singkong, Ubi, Tape, Pisang, Biji Salak, dan sebagainya. Cemilan ini sangat enak disantap saat masih hangat.

Ketika Ramadan, biasanya kolak masuk urutan kedua yang saya sentuh. Pertama, jelas air untuk membatalkan puasa.

Baik itu air putih, teh manis, atau es ketimun suri. Lalu, kolak deh.

Setelah maghrib diisi dengan gorengan. Untuk makanan berat, bisa disantap usai tarawih.

Gunanya, agar tidak kekenyangan. Sebab kalo makan nasi pas buka puasa, biasanya bikin ngantuk saat tarawih.

He he he.


*       *       *


"MAU kolak apa mas?"

"Tape bu, satu."

"Gorengannya, mau mas?"

"Ga bu. Makasih, baru siap makan. Mau yang manis-manis. Kebetulan abis dari warung sebelah lihat kolak, jadi sekalian beli."

"Iya, tadi saya di dalam. Tanggung, masih goreng bala-bala. Kalo ditinggal takut gosong."

"Ibu jualan kolak ini memang tiap hari biasa? Maksudnya, di luar Ramadan?"

"Ga mas. Ini baru tiga hari. Kebetulan ada pesanan Majelis Taklim di komplek sebelah, sekalian aja buat dagang. Kan bentar lagi Isra Miraj. Biasanya, penutupan pengajian menjelang puasa. Jadi, itung-itung simulasi jualan kolak untuk sambut Ramadan.

"Ha... Ha... Ha... Pantas. Soalnya, masih sebulanan lagi bu. Tapi, kolaknya banyak macam juga ya. Ada Kolak pisang, ubi, tape, dan singkong. Kurang satu, andalan saya. Kolak Biji Salak."

"Kalo menu, tergantung orderan. Kebetulan, pengajian di komplek seberang pesan kolaknya empat menu. Kalo Minggu depan, baru banyak. Ada bubur jali juga. Ntar kalo mau, saya sisain ya mas."

"Siap bu. Terima kasih ya."

"Sama-sama, mas."

Di jalan, saya baru sadar. 2024 ini sudah lewat 31 hari lebih. 

Untuk penanggalan Hijriah, sekarang menjelang bulan kedelapan, yaitu Syakban. Jadi ingat, dulu...

Ketika masih bocah, sering puasa pada awal Rajab dan Syakban. Tepatnya, untuk melunasi absen Ramadan tahun sebelumnya.

Sekarang, boro-boro. Puasa Ramadan tembus 10 hari aja udah keren banget!

Ga kuat, euy!

Entah faktor U atau M. Alias, umur dan malas. He he he.

Tapi, emang iya. Sejak menginjak dewasa, puasa saya jadi sering bolong.

Bahkan, tahun kemarin lebih parah. Puasanya, ga sampe hitungan lantai mal.

Alias, cuma pada hari pertama, pertengahan, dan terakhir jelang takbiran. Sisanya, kalo kuat aja.

Maklum, kerja sebagai ojek online (ojol) di jalanan, panasnya minta ampun. Belum lagi kalo antar atau jemput ke lantai atas pasar.

Misalnya, Pasar Pagi, Tanah Abang, Senen, Asemreges, atau Kramat Jati. Lumayan keringetan juga.

Ditambah, jika harus angkat barang yang lumayan besar ke motor. Bahkan, beberapa kali manggul satu dus berisi pakaian yang lumayan berat dan besar.

Di emperan pasar, kalo liat es tebu itu berasa kena angin surga. Sumpah, menggoda sekali!

Jujur, saya ga tergiur dengan aneka masakan, termasuk gorengan. Namun, jika melihat Es Tebu atau Tuak Aren di Kolong Semanggi, duh... Sulit!


*       *       *


KEMBALI ke kolak. Menjelang puasa memang identik dengan makanan, cemilan, atau minuman yang manis.

Saya lihat di berbagai minimarket sudah berjejer sirup dengan aneka rasa. Ini, jelas.

Tanda-tanda puasa sudah dekat.  

Kalo dulu, sebelum ada larangan, sinyal mendekati Ramadan dengan ramainya bunyi petasan. Bahkan, saat bocah, saya pernah jualan.

Dagang keliling sering. Pempek, agar-agar, choipan, piscok, hingga koran sore seperti Suara Pembaruan, Harian Terbit, Berita Buana, Tabloid Bola, Go, dan sebagainya.

Waktunya, sepulang sekolah saat berseragam putih merah dan biru. Kalo abu-abu, udah beda zaman.

He... He... He...

Untuk petasan, biasa beli langsung grosiran di Pasar Pagi atau Pasar Tanah Abang. Tak jarang, harus naik kereta ke Parung Panjang, Bogor, yang terkenal dengan gudangnya.

Pertengahan dekade 1990-an hingga awal milenium, memang larangan petasan tidak terlalu ketat. Alhasil, semacam Petasan Korek, Jangwe, Mercon, Batu, Kembang Api, dan sebagainya, sangat laris.

Mungkin, itu yang membedakan suasana dulu dengan sekarang sambil sedikit komparasi dan nostalgila. Setelah imsak, kami larut bermain di lapangan sekalian menunggu pagi.

Entah main bola, kelereng, layangan, petasan, dan sebagainya. Menjelang buka, giliran main dampu, congklak, monopoli, ludo, ular tangga, dan lain-lain.

Momen seperti itu yang tidak saya lihat pada anak-anak sejak dekade 2010-an. Itu terkait perkembangan teknologi yang membuat bocil larut dengan ponselnya masing-masing.

Hanya, ya beda era. Tentu, situasi juga tidak sama.

Namun, untuk menu berbuka puasa, sudah pasti kolak masuk daftar wajib. Bersama kurma dan gorengan.


*       *       *


- Jakarta, 6 Februari 2024


*       *       *


Artikel Kuliner Sebelumnya:

- Dapat Orderan Raja Terakhir: Mie Gacoan! (https://www.roelly87.com/2024/01/dapat-orderan-raja-terakhir-mie-gacoan.html)

- Stik Kentang Terlezat di Jakarta (https://www.roelly87.com/2024/01/stik-kentang-terlezat-di-jakarta.html)

- Menikmati Sensasi Sop Durian buatan Annisa (http://www.roelly87.com/2016/01/menikmati-sop-durian-buatan-annisa.html)

- Bernostalgia dengan Legitnya Ketan Durian Khas Sumatera Barat (https://www.kompasiana.com/roelly87/54f4acd7745513792b6c8cf9/bernostalgia-dengan-legitnya-ketan-durian-khas-sumatera-barat?page=all#section2)

- Menikmati Nasi Kucing di Sudut Utara Ibukota (https://www.kompasiana.com/roelly87/551075e9a333111c37ba86eb/menikmati-nasi-kucing-di-sudut-utara-ibukota)

- Menikmati Jajanan di Bursa Kue Subuh, Pasar Senen (https://www.kompasiana.com/roelly87/552b035bf17e614660d623b6/menikmati-jajanan-di-bursa-kue-subuh-pasar-senen)

- Sensasi Berburu BTS Meal (http://www.roelly87.com/2021/06/sensasi-berburu-bts-meal.html)

- Chitato Rasa Mi Goreng dan Sensasi yang Bikin Ketagihan (http://www.roelly87.com/2016/03/chitato-rasa-mi-goreng-dan-sensasi-yang.html)


...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Maaf ya, saat ini komentarnya dimoderasi. Agar tidak ada spam, iklan obat kuat, virus, dan sebagainya. Silakan komentar yang baik dan pasti saya kunjungi balik.

Satu hal lagi, mohon jangan menaruh link hidup...

Terima kasih :)