Pengalaman Bikin SIM C Hanya Keluar Rp 155 Ribu
Tampilan SIM C yang baru |
SURAT Izin Mengemudi (SIM) merupakan momok menakutkan bagi mayoritas orang. Terutama, karena repot saat membuat, memperpanjang, atau ganti akibat kehilangan. Tak ayal, Satuan Penyelenggara Administrasi (Satpas) SIM, mungkin jadi tempat yang dihindari banyak pihak. Termasuk, saya dulu yang sangat enggan berurusan di area tersebut.
Dipersulit, birokrasi rumit, adanya calo ilegal, makelar resmi, dan sebagainya jadi pengalaman saya, dulu. Dimulai saat bikin SIM C pada 2004, perpanjang 2009, bikin baru 2011 dan perpanjang 2016.
Namun, situasi sedikit berubah tahun ini. Tepatnya, saat memperpanjang SIM C yang mati sejak beberapa waktu lalu. Alhasil, saya harus bikin baru.
Itu jadi salah satu kecerobohan aneh saya yang baru ingat masa berlaku SIM telah lewat beberapa waktu lalu. Maklum, SIM memang jarang terlihat meski setiap hari saya bawa di dompet mengingat profesi sebagai ojek online (ojol). Paling baru dikeluarkan saat ada razia dari kepolisian atau tilang.
Beda dengan Kartu Tanda Penduduk (KTP) yang selalu saya keluarkan saat mengantar makanan ke komplek perumahan atau apartemen untuk ditukar ID Card khusus. Pun demikian dengan Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK) yang rutin diperlihatkan kepada petugas parkir di mal atau pertokoan.
Itu mengapa, saya sempat mumet ketika sadar pada pertengahan bulan lalu. Hanya, apa daya untuk bikin SIM, biaya belum ada. Sebab, meski punya yang, tapi harus dialokasikan pada urusan lain.
Hingga, Senin (12/4), saya yang sudah merasa memiliki dana cukup akhirnya siap bikin SIM di Satpas Daan Mogot, Jakarta Barat. Kendati, sejak beberapa hari sebelumnya sempat dibayangi kekhawatiran. Maklum, perpanjang SIM yang mati sama saja bikin baru. Alias, harus ikut tes rumit pada teori dan praktek.
Bayang-bayang kegagalan seperti 2011 yang harus dua kali ke Satpas pun terus menghantui. Ketika itu, saya merasa sukses melewati tes teori via kertas dan praktek dengan sepeda motor gigi untuk melintasi berbagai rintangan, khususnya yang paling menantang, angka 8 dengan sudut sempit.
Saat itu, saya dinyatakan tidak lulus meski tidak menyenggol patok satu pun ketika praktek langsung. Sumpah, ketika itu saya benar-benar bingung. Sebab, orang sebelah saya yang justru jatuh saat belok kelok 8, alias bukan hanya menyenggol patok, secara misteri dinyatakan lulus. Beruntung, dua pekan berikutnya, saya berhasil.
Ya, bukan rahasia umum lagi, jika bikin SIM, baik C, A, dan sebagainya, lebih mudah lewat biro jasa atau calo. Ketimbang, datang sendiri.
Memang, mereka tetap harus datang ke Satpas untuk foto, tanda tangan elektronik, cap jari, tes teori, dan praktek. Namun, untuk dua terakhir dapat diabaikan. Ibaratnya, hanya formalitas saja.
"Lo kalo pake biro jasa atau calo, isi teori cap, cip, cup, dan hitung kancing yang salah semua juga dibenerin. Begitu juga pas praktek, lo tabrakin patoknya pun ga masalah. Pasti lulus 100 persen!" demikian ujar salah satu rekan memberi nasihat, dua malam sebelum saya perpanjang SIM yang mati.
Ya, itu sudah bukan rahasia umum. Setidaknya, saya alami satu dekade silam yang ditawari "bisa cepat", baik oleh calo di luar Satpas atau oknum yang resmi.
* * *
MATAHARI tampak malu-malu memancarkan sinarnya saat sata hendak berangkat ke Satpas. Ketika melirik handphone, masih tertera pukul 07.01 WIB. Alias, masih satu jam lagi jelang dibukanya jam operasional Satpas. Dari rumah saya di perbatasan, tidak begitu jauh. Hanya, memakan waktu kurang dari 30 menit.
Namun, saya salah perkiraan. Meski tiba sebelum pukul 08.00 WIB, ternyata sudah ramai. Saya baru ingat, ini merupakan Senin yang tentu jadi awal aktivitas masyarakat. Apalagi, besoknya, Selasa (12/1) merupakan hari pertama puasa Ramadan 1441. Wajar, jika banyak yang memilih bikin SIM atau perpanjang pada Senin. Ketimbang, Selasa yang bisa menguras fisik dan stamina.
Usai parkir sepeda motor, saya sempat didatangi beberapa calo yang menawarkan "bantuan". Mulai dari Rp 700 hingg 800 ribu untuk bikin SIM C baru.
"Kalo sendiri pasti ngulang, bang. Banyak ojol yang sampe lima kali ke sini akibat gagal. Mending bayar mahal tapi langsung jadi ketimbang buang waktu yang seharusnya bisa dipakai untuk ngebid," ujar salah satu calo yang tampak simpatik.
Tentu, dengan halus saya menolak tawaran tersebut. Secara, sejak dulu saya bikin apa-apa selalu mengurusnya sendiri. Bukan karena tidak percaya dengan calo, biro jasa, dan sebagainya. Atau, enggan keluar uang lebih.
Melainkan, karena saya punya banyak waktu. Toh, meski gagal saat perpanjang SIM mati yang berujung bikin baru, saya tak masalah. Paling hanya repot balik lagi ke Satpas, dua pekan berikutnya.
Saya memang terbiasa mengurus sendiri saat bikin KTP, SIM, Paspor, dan Visa. Nah, yang terakhir ini paling rumit.
Saya dua kali bikin Visa. Pertama, ketika hendak ke Portugal pada 2014 dengan Schengen yang tergolong mudah. Kedua, saat mengajukan Visa United Kingdom (UK) dalam rangka nonton final Liga Champions di Cardiff, Wales.
Durasinya lebih dari sebulan sejak pertengahan April hingga akhir Mei. Alias, benar-benar injury time akibat Visa disetujui Kedutaan Besar Inggris, beberapa hari jelang keberangkatan.
Padahal, semua syarat ketika itu sudah lengkap. Mulai dari surat rekomendasi kantor tempat saya bekerja dulu, Nissan sebagai sponsor resmi Liga Champions, Federasi Sepak Bola Eropa (UEFA), dan deposit di bank mencapai Rp 50 juta.
Namun, memang mengurus Visa UK tergolong sulit. Tingkat keruwetannya hanya di bawah USA, alias nomor dua, diikuti Australia.
Bahkan, berbeda dibanding SIM yang meski tidak lulus hingga lebih dari 10 kali, peluang jadi sangat besar jika bersabar dan mencoba lagi. Sementara, Visa, andai gagal, uang pendaftaran sekian juta ikut hangus. Sekelas pejabat pemerintah pun bisa saja gagal jika pengajuannya tidak disetujui kedutaan yang bersangkutan.
* * *
SETELAH hampir seharian berada di Satpas, akhirnya SIM C saya pun jadi. Saya pun bersyukur tidak harus mengulang. Sebab, saat tes teori lulus meyakinkan meski sempat kaget karena bukan pakai kertas dan pensil lagi, melainkan komputer yang disertai audio-visual.
Pun demikian dengan praktek. Saya dinyatakan lulus sempurna. Btw, tim penilai praktek ini terdiri dari anggota kepolisian dan independen yang sudah memiliki sertifikasi. Alias, saya memang benar-benar absah memiliki SIM C untuk berkendara dengan sepeda motor.
Terkait praktek, saya sejatinya sudah tidak kaget lagi. Sebab, setiap bikin SIM C, selalu melahapnya dengan baik. Apalagi, saya sudah mengikuti tes serupa yang diadakan aplikator ojol dengan Rifat Drive Labs terkait Safety Riding.
Oh ya, berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk bikin SIM baru? Cukup Rp 155 ribu!
Ya, sangat jauh ketimbang pakai calo yang berkisar Rp 600 hingga 900 ribu. Tuh kan, mending jalan sendiri!
Mungkin, itu terkait reformasi birokrasi di tubuh Kepolisian Republik Indonesia yang menjunjung tinggi 3M: Melindungi, Mengayomi, dan Melayani masyarakat.
Alhasil, di Satpas kini, memang meluluskan pengaju SIM (C) jika sudah benar saat tes teori dan praktek. Andai mengulang, bisa jadi karena gagal saat mengisi teori dan praktek. Toh, bisa melakukannya lagi, dua pekan berikutnya.
Rincian Bikin SIM C Baru:
Cek Kesehatan: Rp 25.000
Asuransi: Rp 30.000
Formulir: Rp 100.000
Itu biaya resmi di Satpas Daan Mogot yang saya alami ya. Belum termasuk, ongkos dari rumah, seperti bensin Rp 20rb, fotokopi (wajib) Rp 2.000, dan parkir Rp 10.000 (4 jam lebih). Oh ya, jangan lupa bawa pensil dan pena untuk mengisi formulir.
Selamat mencoba dan semoga langsung lulus!
* * *
Datang dari pukul 08.20 WIB, antre dulu |
* * *
Bikin SIM C baru Rp 100 ribu |
* * *
Perpanjang bikin SIM C Rp 75 ribu |
* * *
Bukti lulus tes teori dengan audio-visual |
* * *
Hasil uji praktek di lapangan |
* * *
Lulus! |
* * *
Suasana di Satpas SIM C Daan Mogot, Jakarta Barat |
* * *
Artikel Terkait:
- Pengalaman Berurusan dengan Kejaksaan Negeri Jakarta Pusat
- Michelin Ajak Marquez dan Pedrosa untuk Kampanye Kesadaran Berkendara
- Pengalaman Daftar Driver Go-Ride Gojek
Seluruh foto merupakan dokumentasi pribadi (www.roelly87.com)
* * *
- Jakarta, 14 April 2021
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Maaf ya, saat ini komentarnya dimoderasi. Agar tidak ada spam, iklan obat kuat, virus, dan sebagainya. Silakan komentar yang baik dan pasti saya kunjungi balik.
Satu hal lagi, mohon jangan menaruh link hidup...
Terima kasih :)