TyyiccClcSK3IvRCDh0sKBc4_Sg roelly87.com: Lulusan SMA Dibekali Senjata Itu Bernama Polisi

Serial Catatan Harian Ojol

Serial Catatan Harian Ojol
Serial Catatan Harian Ojol

Senin, 24 Februari 2025

Lulusan SMA Dibekali Senjata Itu Bernama Polisi

Lulusan SMA Dibekali Senjata Itu Bernama Polisi

Beberapa polisi jadi makmum saat salat berjamaah disela-sela tugas pertandingan
final Piala AFF 2016 antara Indonesia vs Thailand di Stadion Pakansari
(Foto: Dokumentasi pribadi/@roelly87)


TOT... 

Tet... tot... 

Ngiung...

Tet... Tot... Tet!

Ngiung... Ngiung...

Tot!

Demikian raungan sirine kendaraan polisi yang melintasi Jalan Prof. DR. Satrio, Jakarta Selatan, beberapa waktu lalu. Ditambah dengan strobo dan rotator nan gemerlip yang membuat silau pengendara lainnya.

Ini merupakan pemandangan yang lumrah bagi masyarakat di Indonesia, khususnya Jakarta. Termasuk, saya yang setiap hari bertemu polisi nan arogan di balik kemudi mobilnya atau sepeda motor pengawalan.

Hal yang sumpah, ga bisa ditoleransi. Serius.

Seperti yang saya tulis pada artikel sebelumnya, Lawan Arogansi di Jalanan: Jangan Pernah Benarkan Hal yang Salah! (https://www.roelly87.com/2023/04/lawan-arogansi-di-jalanan-jangan-pernah.html).

Mereka ini, baik polisi, TNI, menteri, wakil menteri, anggota DPR, MPR, DPD, pejabat BUMN, dan sebagainya, seperti merasa jadi orang penting.

Yaitu, enggan mengalah dengan masyarakat di jalanan. Inginnya didahukan. 

Seolah kalo mereka telat pulang ke rumah, negara ini bubar. Sampah!

Padahal, berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 43 Tahun 1993  Pasal 65 ayat 1 (Sumber: https://polri.go.id/pengawalan-jalan), kendaraan pribadi pejabat, polisi, TNI, DPR, menteri, dan lainnya itu ga termasuk.

Cukup presiden dan wakil presiden saja. 

Hanya, fakta di lapangan ya TST. Alias, tahu sama tahu. Atau, TTPPTT (tahu tapi pura-pura tidak tahu).

Ironisnya, polisi yang jadi penegak hukum malah bangga sebagai yang utama dalam melanggar hukum. Hipokrit.


*        *        *


"MAMPUS kalian. Semoga pada ketabrak. Aamiin!"

"Sok-sokan dikawal maksa minta lewat. Kita aja rakyat harus antre. Ini mereka malah nyontohin ngelanggar lalu lintas."

"Emang apa yang diharapkan dari polisi. Cuma lulusan SMA yang dibekali senjata. Petentengan kayak jagoan."

"Dih... Gerombolan halodek. Najis!"

Begitu bunyi sumpah serapah nan merdu yang terdengar dari samping hingga belakang motor saya. Tepatnya, saat kami menunggu lampu merah untuk memberikan kesempatan kepada pejalan kaki yang melintas di Satrio.

Saat itu, ada beberapa mobil polisi yang menyalakan klakson minta kami untuk maju. Sungguh manusia ga tahu diri sih.

Pantas disumpahin masyarakat. Secara, udah tahu lampu merah dan ada pejalan kaki yang sedang menyebrang, eh ini malah maksa ingin lewat.

Ya Tuhan... 

Sungguh, saya ga rela bayar pajak mahal untuk menggaji mereka. Sumpah!

Untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045 ini, salah satunya dengan reformasi kepolisian. Saran saya, untuk Presiden Prabowo Subianto -kalo mampu- dan pemimpin yang akan datang, agar memecat mayoritas pejabat tinggi polisi.

Minimal memutus dua generasi. Agar, ke depannya, citra kepolisian membaik.

Jika seperti ini terus, ya susah. Instansi yang identik dengan seragam cokelat ini jadi momok bagi masyarakat.

Serius.

Saya sering mengalaminya di jalan akibat dipaksa minggir demi mereka atau pejabat yang dikawal lewat. Padahal, saya bayar pajak, lho.

Mereka? Belum tentu!

Di media sosial (medsos), khususnya X -hingga kini saya lebih enak nyebutnya Twitter-, bahkan polisi tanpa malu iring-iringan lewat "jalur langit". Yaitu, jalur khusus Bus Transjakarta rute Tendean-Ciledug.

Padahal, sesuai namanya, jalur itu khusus Bus Transjakarta. Okelah, kendaraan lain boleh lewat. 

Namun, lingkupnya terbatas. Yaitu, hanya untuk pemadam kebakaran, ambulans, atau kendaraan pemberi pertolongan darurat.

Namun, ini bisa-bisanya mobil polisi enak melintasi jalur tersebut. Ga malu ya, kerap jadi trending topic di Twitter?

Kalo saya punya keluarga seperti itu, udah saya ceramahi. Digaji pakai pajak dari rakyat tapi kelakuannya justru merugikan.

Eh, baru ingat. Ternyata, akses masuk Bus Transjakarta rute Tendean-Ciledug ada Markas Besar Kepolisian (Mabes Polri) di Jalan Trunojoyo.

Pantes, kendaraan mereka sering ikutan bareng Bus Transjakarta. Ya, lumayan ketimbang bermacet ria di Jalan Ciledug Raya yang selalu ada proyek abadi, baik galian kabel, saluran, perbaikan jalan, atau pekerjaan lainnya.

Hidup Polisi.

Bayar Bayar Bayar!


*        *        *


SAYA nulis artikel ini bukan berarti benci terhadap polisi. No!

Saya merupakan pribadi yang objektif. Baik saya bilang baik. Buruk, jelas saya bilang buruk.

Itu yang saya lakukan dalam setiap tulisan, entah terkait klub favorit, Juventus, atau tentang Prabowo. (Artikel selanjutnya: Saya Ga Menyesal Pilih Prabowo, Memang Kemampuannya Segitu).

Artikel ini saya buat aebagai bentuk kritik yang membangun. Serius.

Saya udah mengkritisi polisi sejak lama lewat tulisan di blog. Bahkan, menyampaikan unek-unek disertai solusi yang membangun depan petingginya langsung!

Bisa dilihat pada Fanpage Divisi Humas Polri, berjudul Polisi Siap Dikoreksi (https://www.facebook.com/share/p/19zcBV4a9V). 

Itu terjadi saat mereka mengajak masyarakat, termasuk bloger untuk diskusi terkait citra negatif kepolisian pada 21 Mei 2013. Alias, sudah 12 tahun silam.

Kebetulan, sebagai bloger, saya kerap ikut diskusi atau acara berbagai instansi. Baik kepolisian, BNN, TNI, kementerian, BUMN, dan sebagainya.

Jadi, ketika saya berani kritik yang solutif secara langsung di hadapan Perwira Tinggi Kepolisian, termasuk yang bintang satu dan dua saat itu, mustahil saya ga mampu melakukan hal yang sama lewat tulisan.

Bagi saya, kalo ada pihak atau individu yang jelek ya dikritik dengan memberikan solusi. Kalo bagus, tentu diapresiasi. 

Sesimpel itu.

Secara, saya sering nulis kritik terkait kepolisian. Daftarnya bisa dilihat di bawah ini.

Untuk apresiasi? Banyak juga. 

Saya bukan tipe orang yang subjektif. Sebagai penggemar olahraga, saya berusaha untuk menjunjung sportivitas.

Termasuk, terkait kepolisian yang saya apresiasi untuk sikap responsif. Itu terjadi pada malam Natal saat ikut anggota Polsek Setiabudi, Jakarta Selatan, melakukan olah tkp penjambretan hp yang dialami penumpang saya (Sumber: https://www.instagram.com/p/DD919SmS50p/?igsh=bW14cjNjM29va3Js).

Atau, 29 Oktober lalu, ketika saya mengantar masyarakat yang dijambret ke Polsek Pademangan, Jakarta Utara (Sumber:  https://www.instagram.com/p/DBrkA1YTlnC/?igsh=MXQxOXZ5eTlhYXN4Nw==).

Juga, 22 November 2022, ketika menemukan wanita yang seperti linglung atau kehilangan sesuatu. Anggota Polsek Tamansari, Jakarta Barat, memberinya ongkos untuk pegangan sehari-hari sebelum saya antar ke dinas sosial (Sumber: https://www.instagram.com/p/ClPBugeysyd/?igsh=MTA4cXVxZTlhYnVsMA==).


*        *        *


SAYA tergelitik ketika mendengar umpatan pengendara lain terkait, "Emang apa yang diharapakan dari polisi. Cuma lulusan SMA yang dibekali senjata."

Cuma lulusan SMA?

Cuma?

Lulusan?

SMA?

Cuma lulusan SMA?

Sama dong.

Saya yang berprofesi sebagai ojek online (ojol) pun hanya lulusan SMA. Bahkan, banyak pekerjaan lain yang juga berasal dari jebolan sekolah tingkat menengah ke atas dan sederajat.

Emang, apa salahnya lulusan SMA?

Toh, Prabowo saja pendidikan formalnya hanya sampai SMA (Sumber: https://www.kompas.com/edu/read/2024/10/20/173731171/resmi-dilantik-jadi-presiden-ini-latar-belakang-pendidikan-prabowo-subianto). Lalu, orang nomor satu di Indonesia ini lanjut masuk Akademi Militer (Akmil) untuk jadi tentara. 

Prabowo merangkak dari bawah. Sisanya, sejarah yang melukiskan.

Pun demikian dengan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia (Kapolri) Listyo Sigit Prabowo yang hanya tamatan SMA (Sumber: https://beritadiy.pikiran-rakyat.com/nasional/pr-705357772/biodata-dan-profil-lengkap-kapolri-jenderal-listyo-sigit-prabowo-pendidikan-keluarga-hingga-karier?page=all). Setelah lulus masuk Akademi Kepolisian (Akpol), itu cerita lain.

Ya, jebolan SMA ga berarti rendahan. Itu tergantung bagaimana kita menyikapinya.

Pun dengan umpatan kepada rombongan polisi yang saya dengar itu. Mayoritas, masuk polisi ya dari SMA. 

Mereka merintis dari bawah untuk menapak karier. Ada yang lanjut menempuh pendidikan lagi seperti di Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian (STIK) dan lainnya.

Atau, cukup dengan ijazah SMA.

Ya, sah saja. Bebas.

Toh, hidup adalah pilihan.

Hanya, mendengar umpatan "Lulusan SMA dibekali senjata", saya jadi familiar dengan berbagai olok-olok di internet.

Serius.

Anda bisa searching di Google atau X. Masukkan kata kunci "Lulusan SMA dibekali senjata", nanti akan menemukan banyak hasil yang... Aduhai!

Gitulah!

Ini fakta ya. Saya ga mengada-ada atau malah menjurus fitnah.

Setiap artikel yang saya tulis di blog ini sejak kali perdana jadi bloger pada 2009 silam, tentu sudah melalui verifikasi. Saya selalu mencantumkan sumber yang kredibel.

Apalagi, kalo kita berselancar di medsos, khususnya X/Twitter, terkait polisi mayoritas negatif. Banyak warganet yang menumpahkan kekesalan kepada instansi yang memiliki motto, "Rastra Sewakottama atau Polri adalah Abdi Utama dari pada Nusa dan Bangsa" ini.

Entah malas lapor kehilangan motor, mobil, atau barang berharga lain akibat dimintain uang bensin. Lalu, warga asing diperas saat menonton konser.

Anggota polisi membunuh remaja di Sumatera Barat dan Jawa Tengah. Membiarkan oknum TNI membawa kabur mobil rental hingga menewaskan pemiliknya 

Dan, sebagainya.

Banyak banget. 

Saya sampai lelah menemukan berbagak sumber di berita dan medsos. Ini fakta.

Secara, mereka yang mengalami langsung. Bahkan, ada ujar-ujar, "Lapor polisi hilang kambing, bisa jual sapi."

Duh, miris banget saya.

-Kalo ada yang tersinggung, ya silakan. Namun, harus data dilawan data ya. Bukan malah melakukan ancaman-

Jangan sampe saya punya masalah dengan kepolisian. Sumpah, ribet banget dah.

Sejauh ini sih, ga. Tepatnya belum.

Eh, udah deh. Itu terjadi enam tahun silam (Selengkapnya: Pengalaman Berurusan dengan Kejaksaan Negeri Jakarta Pusat/https://www.roelly87.com/2016/12/pengalaman-berurusan-dengan-kejaksaan.html). Ketika itu, polisi yang menilang saya salah mengenakan pasal.

Namun, ya udah. Secara, saat itu saya memang melanggar, kendati harusnya dikenakan pasal 293 malah pasal 291. 

Jadi, tanpa banyak cincong, saya pun oke gas. 

Oke gas... Padahal gas langka gara-gara pejabat ga kompeten!

Hidup #IndonesiaCemas2045!

Ha.. Ha.. Ha...


*        *        *


LULUSAN SMA dibekali senjata melawan mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan tinggi untuk mengubah masa depan negeri ini agar lebih baik.

Demikian narasi yang ramai di medsos dalam sepekan terakhir. Ditambah dengan tagar yang sukses memantik semangat mahasiswa dan masyarakat di penjuru Tanah Air.

#IndonesiaGelap.

#KaburSajaDulu.

#KamiBersamaSukatani.

Tagar terakhir terkait intimidasi polisi kepada band Sukatani yang lagunya berjudul "Bayar Bayar Bayar" sangat viral. Hasilnya, dua anggotanya meminta maaf yang disampaikan lewat video.

Medsos pun pecah. Segenap lapisan masyarakat turut mem-bully polisi.

Saya pun ikut mengutuk intimidasi itu!

Banyak yang menilai, tindakan represif aparat benar-benar mengekang kebebasan berpendapat. Apalagi, sebelumnya sudah ada pelukis yang gagal menggelar pameran akibat dinilai sangat sensitif.

Aneh sih.

Menurut saya, aparat kepolisian ini seperti ga belajar dari kesalahan masa lalu. Harusnya musisi, seniman, dan lainnya itu jangan dibatasin.

Itu kan hasil karya. Lagu dan lukisan merupakan perpanjangan ide sang pembuat berdasarkan keseharian masyarakat.

Misalnya, banyak berita mengenai masyararakat yang harus jual sawah untuk masuk polisi. Bahkan, level menengah polisi pun ditipu sesama polisi saat mau naik jabatan. (Sumber: https://medan.kompas.com/read/2025/02/23/042300478/polisi-diduga-tipu-polisi-rp-850-juta-di-sumut-modus-janjikan-lulus-sekolah?page=all)

Faktanya, justru mereka dibungkam. Sebaliknya, pengusaha yang merugikan masyarakat malah dibela.

#IndonesiaTerbalik.

#Hipokrit.

Nah, biasanya setelah badai, bakal ada pelangi. Eh, salah.

Yang benar, setelah badai, nongol pahlawan kesiangan. Misal, terjadi saat Prabowo tampil meluruskan kenaikan PPN 12% dan langkanya gas.

Pada kasus Sukatani, muncul Kapolri yang menjelma bak superhero. Ya, Listyo menawarkan anggota band punk itu untuk jadi duta Polri. (Sumber: https://www.tempo.co/hukum/kapolri-listyo-sigit-tawarkan-band-sukatani-jadi-duta-polri-1211020)

Tujuannya sih, menurut saya sangat mulia. Yaitu, Listyo ingin Sukatani jadi duta atau juri untuk Polri demi koreksi dan perbaikan terhadap institusi.

Hmm...

Saya kok mencium bau amis, ya?

Bagi saya, pernyataan itu merupakan puncak komedi. Hello!

Harusnya, kalo ditawarkan jadi duta itu, sebelum adanya intimidasi. Jika sudah kejadian, ya buat apa?

-Penyesalan itu selalu belakangan. Kalo duluan namanya pendaftaran. Btw, masuk polisi emang daftarnya bayar?-

Serius. Berdasarkan pengalaman banyak warganet, usai diintimidasi itu pasti masih membekas.

Tidak hanya luka fisik saja. Melainkan, mental pun bisa terganggu.

Saya ga membayangkan ketika dua personel Sukatani ditanya-tanya anggota Polda Jawa Tengah. Pasti, mereka tersiksa sekali.

Dan, dengan entengnya sekelas Kapolri langsung menawarkan Sukatani jadi duta. Ini seperti ingin menghapus kemarau setahun dengan hujan semalam.

Tolong ya, pak Kapolri yang terhormat. Anda harus terjun langsung untuk melihat dan mendengar keluhan masyarakat terkait buruknya kinerja kepolisian.

Anda dan para petinggi Polri tidak bisa hanya duduk nyaman di puncak menara gading bertakhtakan permata di Trunojoyo. Sebab, para anggota di bawah kalian, termasuk yang level bawah seperti Polsek itu sangat buas dan brutal.

Kalau berkenan, saya siap mengantar Anda untuk melihat langsung di jalanan. Betapa banyak pungli dan pemerasan yang dilakukan polisi kepada masyarakat dari pemilik usaha hingga pengguna jalan.

Hanya, tawaran saya ini ga gratis. Serius.

Ogah banget saya harus memberi tumpangan cuma-cuma. Secara, Anda digaji tinggi dari pajak masyarakat, termasuk saya.

Apalagi, saya juga kalo mau ke Mabes Polri, kena parkir. Ada kang parkir berompi biru entah liar tapi dipelihara kalian, sudah menunggu setiap mobil atau motor yang masuk.

Bahkan, di Polda Metro Jaya aja, parkir motor ga sampe lima menit dikenakan Rp 4.000! (Sumber: https://www.instagram.com/p/CySufvYSaeD/?igsh=OGdkdndhcnFudGJs). 

Itu motor ya. Kalo mobil tentu jauh lebih mahal.

Slogan 3M (melindungi, mengayomi, dan melayani masyarakat) cuma sebatas template. Gimana warganya mau lapor, baru mau masuk gedungnya aja udah mikir akibat tarif parkirnya mahal.

#BayarBayarBayar


*        *        *


- Jakarta, 24 Februari 2025


*        *        *


Artikel Terkait Polisi: 


- Polri Ultah ke-78, Maaf Mahkota Kalian Masih Transit di DC Cirebon (https://www.roelly87.com/2024/06/polri-ultah-ke-78-maaf-mahkota-kalian.html)


- PSK dan Gigolo Lebih Mulia daripada Kang Parkir Liar (https://www.roelly87.com/2024/08/psk-dan-gigolo-lebih-mulia-daripada.html)


- Wabah Pak Ogah Merajalela, Polisi Bisa Apa? (https://www.roelly87.com/2024/04/wabah-pak-ogah-merajalela-polisi-bisa.html)


- Anak Perwira Dijambret di Samping Polda Metro Jaya (https://www.roelly87.com/2024/03/anak-perwira-dijambret-di-samping-polda.html)


- ?


- Bersama Polri Sebarkan Berita Baik demi Suksesnya Asian Games 2018 (https://www.roelly87.com/2018/06/bersama-polri-sebarkan-berita-baik-demi.html)


- Pengalaman Berurusan dengan Kejaksaan Negeri Jakarta Pusat (https://www.roelly87.com/2016/12/pengalaman-berurusan-dengan-kejaksaan.html)


- Sinergi BNPT dan Blogger untuk Cegah Terorisme Melalui Tulisan (https://www.roelly87.com/2016/07/duta-damai-dunia-maya-bnpt-2016.html)


- Buwas yang Kian Buas: BNN Gagalkan Transaksi Sabu 39,6 Kg (https://www.roelly87.com/2016/04/buwas-yang-kian-buas-bnn-gagalkan.html)


- (Esai Foto) Jakarta Metropolitan Police Expo 2016: Demi 3M untuk Masyarakat (https://www.roelly87.com/2016/04/jakarta-metropolitan-police-expo-2016.html)


- Sisi Lain Krishna Murti: Catatan Polisi di Mata Blogger (https://www.roelly87.com/2016/03/sisi-lain-krishna-murti-catatan-polisi.html)


- Sisi Lain Budi Waseso (Buwas): Pasukan Khusus, Ceplas-ceplos, dan Kritik Feodalisme di Kalangan Pejabat (https://www.roelly87.com/2015/10/sisi-lain-budi-waseso-buwas-pasukan.html)


- (Esai Foto) Membongkar "Rahasia" Bea Cukai (https://www.roelly87.com/2015/11/membongkar-rahasia-bea-cukai.html)


- HUT Polantas ke-60: Dengarlah Aspirasi Masyarakat untuk Bersama Mengurai Kemacetan (https://www.roelly87.com/2015/09/hut-polantas-ke-60-dengarlah-aspirasi.html)


- Komitmen Slank Rela Tidak Dibayar untuk Konser Anti Narkoba (https://www.roelly87.com/2015/06/komitmen-slank-rela-tidak-dibayar-untuk.html)


- Sinergi BNN dan Blogger untuk Mengatasi Darurat Narkoba (https://www.roelly87.com/2015/05/sinergi-bnn-dan-blogger-untuk-mengatasi.html)


- Profil Anang Iskandar: Calon Kapolri yang Merupakan Blogger Aktif (https://www.roelly87.com/2015/02/profil-anang-iskandar-calon-kapolri.html)


- Presiden dan Kepala BNN Kompak: Bandar Narkoba harus Dihukum Mati! (https://www.roelly87.com/2015/02/presiden-dan-kepala-bnn-kompak-bandar.html)


- Ketika Polwan Meliuk-liuk di Atas Moge (https://www.roelly87.com/2013/12/ketika-polwan-meliuk-liuk-di-atas-moge.html)


- Nangkring Bareng KemenPU dan Sorotan "Proyek Abadi" Pantura (https://www.kompasiana.com/roelly87/54f76c86a33311a8368b47fc/nangkring-bareng-kemenpu-dan-sorotan-proyek-abadi-pantura)


- Kenapa Harus Blogger yang Kampanye? (https://www.kompasiana.com/roelly87/54f8185ca333113b618b4942/kenapa-harus-blogger-yang-kampanye)


- Pengalaman Sehari di Mabes Polri (https://www.kompasiana.com/roelly87/552bbed46ea834027a8b45e1/pengalaman-sehari-di-mabes-polri)


- Benarkah Polisi Segan dengan Dosen, Tentara dan Wartawan? (https://www.kompasiana.com/roelly87/550e82d7a33311a92dba815d/benarkah-polisi-segan-dengan-dosen-tentara-dan-wartawan)


- Ketika Polisi Juga Manusia Biasa Seperti Kita (https://www.kompasiana.com/roelly87/550e06a4813311be2cbc6153/ketika-polisi-juga-manusia-biasa-seperti-kita)


- Kucing-kucingan Antara Pengendara dan Penjaga Jalur Busway (https://www.kompasiana.com/roelly87/550d79d08133116d2cb1e337/kucing-kucingan-antara-pengendara-dan-penjaga-jalur-busway)


- Polisi Menggugat (https://www.kompasiana.com/roelly87/550bb640a33311d81a2e39ce/polisi-menggugat)


- Tidak Semua Polisi Berperilaku Kurang Baik (https://www.kompasiana.com/roelly87/550b8fb4a333119c1e2e3db8/tidak-semua-polisi-berperilaku-kurang-baik)


- Masyarakat Tidak Boleh Melewati Jalur Busway, Kalau Aparat? (https://www.kompasiana.com/roelly87/masyarakat-tidak-boleh-melewati-jalur-busway-kalau-aparat_550ac82ea333119b1e2e3a7d)




- P


-



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Maaf ya, saat ini komentarnya dimoderasi. Agar tidak ada spam, iklan obat kuat, virus, dan sebagainya. Silakan komentar yang baik dan pasti saya kunjungi balik.

Satu hal lagi, mohon jangan menaruh link hidup...

Terima kasih :)