Foto bersama dengan rekan blogger saat bukber Astra (Klik untuk memperbesar foto dan geser untuk melihat gambar lainnya)
RAMADAN jadi ajang untuk lebih mendekatkan dengan sesama. Itu yang saya alami setiap tahunnya. Termasuk, ketika mengikuti buka bersama (bukber) dengan PT Astra International Tbk yang dihadiri segenap direksi dan eksekutif grupnya.
Tepatnya, di Scenic Resto, Sudirman Center, Jakarta Selatan, Selasa (6/6). Ini untuk kali perdana saya mengikuti bukber dengan Astra. Namun, untuk kegiatan offline maupun online, tentu sudah sering.
Teranyar, ketika salah satu grup usaha terbesar di Tanah Air ini meluncurkan Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards 2017 di Restoran Seribu Rasa, Jakarta Pusat, 20 Maret lalu.
Bahkan, saya mendapat kehormatan ketika masuk dalam daftar pemenang Anugerah Pewarta Astra (APA) 2016. Yupz, saya memang jadi saksi perjalanan dari setengah usia Astra yang pada 20 Februari lalu genap 60 tahun. Maklum, mereka memiliki tujuh pilar bisnis yang meliputi berbagai bidang usaha.
Itu meliputi:
- Otomotif
- Jasa keuangan
- Alat berat & pertambangan
- Agribisnis
- Infrastruktur, logistik & lainnya
- Teknologi Informasi
- Properti
Selain berbisnis, Astra juga berkontribusi kepada masyarakat Indonesia melalui sembilan yayasan yang kerap saya ulas di postingan sebelumnya:
- Yayasan Amaliah Astra
- Yayasan Insan Mulia Pama
- Yayasan Dharma Bhakti Astra
- Yayasan Toyota dan Astra
- Yayasan Karya Bhakti United Tractors
- Yayasan Astra Agro Lestari
- Yayasan Pendidikan Astra Michael D. Ruslim
- Yayasan Astra Honda Motor
- Yayasan Astra Bina Ilmu
"Kami berterima kasih untuk kehadiran dari rekan-rekan wartawan dan blogger dalam buka puasa bersama ini. Kami berharap hubungan baik kita selama ini selalu terjaga," kata Head of Public Relations Astra Yulian Warman.
Blogger? Yupz, blogger! Astra menganggap blogger setara dengan media. Itu mengapa, selain mengundang berbagai rekan jurnalis untuk memberi sambutan, juga ada dari perwakilan blogger. Yaitu, Hazmi Fitriyasa yang merupakan founder dari komunitas Blogger Reporter Indonesia (BRId).
Ya, sebagai blogger, merupakan suatu kehormatan jika intensitas kami diakui Astra. Terlebih, untuk saya pribadi yang sejak Agustus 2016 kerap menghadiri berbagai acara Astra. Termasuk, pada akhir tahun lalu ketika ikut menanam pohon di Cianjur, Jawa Barat.
Bahkan, saya mendapat undangan eksklusif saat Astra merayakan HUT ke-60 di Jakarta Convention Center (JCC) pada 24 Februari lalu. Saat itu, saya dan beberapa rekan blogger bersanding dengan puluhan pesohor lainnya untuk larut dalam Konser Inspirasi 60 Tahun Astra.
Yupz, seperti yang dikatakan Yulian. Semoga dengan bukber ini kian merekatkan silaturahim di antara blogger, jurnalis, dan Astra.
* * *
Usai bedug magrib berkumandang...
* * *
Head of Public Relaticons Astra Yulian Warman
* * *
Hazmi Fitriyasa founder dari Blogger Reporter Indonesia
Foto bersama perwakilan Astra, juri, dan penerima Indonesia Satu Awards
(Klik untuk perbesar foto)
SEBULAN lalu, PT Astra International Tbk (Astra) genap 60 tahun. Tepatnya, sejak didirikan William Soerjadjaja pada 20 Februari 1957. Berkat kerja keras dan kerja cerdas dari pria yang akrab disapa Om William bersama segenap pegawai, Astra kini menjelma sebagai salah satu grup usaha terbesar di Tanah Air.
Yang menarik, mereka tidak hanya sekadar memiliki tujuh divisi bisnis saja yang tersebar di seluruh nusantara. Melainkan juga turut memberi kontribusi nyata kepada bangsa dan negara. Termasuk dengan terjun langsung ke mayarakat melalui Corporate Social Responsibility (CSR). Hingga kini, Astra memiliki sembilan yayasan yang sesuai dengan filosofi Catur Dharma saat didirikan Om William.
Selain CSR dan yayasan, Astra juga konsisten untuk mengangkat generasi bangsa. Salah satunya, dengan menyelenggarakan Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards. Penghargaan ini sudah dilakukan Astra sejak 2010 silam.
Kebetulan, pada edisi terakhir, saya menyaksiakn dari anak-anak muda yang kreatif serta mampu menggerakkan masyarakat daerah tempat tinggalnya dengan tujuan positif. Salah satunya, Ridwan Nojeng yang menerima apresiasi SATU Indonesia Awards 2016.
Kini, Astra kembali menyelenggarakan acara tersebut yang berlangsung sejak Senin (20/3) hingga 10 Agustus 2017. Dalam kick-off Satu Indonesia Awards 2017 di Restoran Seribu Rasa, Jakarta Pusat, kemarin, itu juga terdapat diskusi hangat antara manajemen Astra, penerima SATU Indonesia Awards sebelumnya, juri, media, dan blogger.
"SATU Indonesia Awards ini merupakan edisi kedelapan sejak 2010. Kami berharap, dengan apresiasi ini kian memacu pemuda-pemudi di seluruh nusantara untuk menggerakkan tempat tinggalnya. Banyak pemenang SATU Indonesia Awards yang kini jadi pelita bagi daerahnya. Itu yang kami harapkan sejak membuatnya tujuh tahun silam karena sejalan dengan filosofi om William," tutur Head of Public Relations Astra, Yulian Warman dalam sambutannya.
Menurut Deputy Head of Public Relations Astra, Boy Kelana Soebroto, SATU Indonesia Awards ini diselenggarakan dalam rangka memperingati Hari Sumpah Pemuda yang diperingati setiap 28 Oktober. "Ada lima kategori yang akan dipersembahkan untuk memacu putra-putri terbaik bangsa. Yaitu, pendidikan, lingkungan, kewirausahaan, kesehatan, dan teknologi. Serta kelompok yang mewakili lima kategori tersebut," Boy, menambahkan.
Kebetulan, dalam bincang hangat yang dimoderasi Regina Panontongan (Public Relations Division, Corporate Communications Astra) ini turut menampilkan empat narasumber. Yaitu, Fasli Jalal dan Riza Deliansyah (Head of Environment & Social Responsibility Astra) yang mewakili dewan juri. Juga penerima SATU Indonesia Awards, Risna Hasanudin (2015) dan Ichsan Rusydi (2016).
"Untuk individu atau kelompok yang belum juara, jangan berkecil hati. Sebab, kami -juri SATU Indonesia Awards- tetap memantau mereka. Bisa jadi tahun ini mereka tidak menang, tapi pada tahun-tahun berikutnya setelah konsisten dapat apresiasi dari Astra," tutur Jalal.
Sosok yang menjabat sebagai wakil Menteri Pendidikan Nasional 2010-2012 ini memberi contoh Risna dan Ichsan yang memiliki dedikasi penuh. Baik itu sebelum mengikuti SATU Indonesia Awards, saat pemilihan, dan kini setelah menerimanya.
"Walaupun pemenangnya lima, kami juga mengambil 20 besar, atau ada yang 50 besar dari finalis untuk jadi pendamping program Astra. Salah satunya, Saharudin yang mendapat beasiswa fakultas kedokteran di Makassar meski tidak menang. Kami dari tim CSR Astra memantau finalis yang tidak menang jika programnya sesuai, tetap akan dibantu," kata Riza, optimistis.
Sejak edisi perdana, SATU Indonesia Awards ini diikuti nyaris 10 ribu pendaftar, Pada 2010 diikuti 120 peserta, 2011 (492), 2012 (1.088), 2013 (1.606), 2014 (1.833), 2015 (2.071), dan tahun lalu (2.342).
Untuk 2017 ini yang bertepatan dengan HUT ke-60 Astra, penerima SATU Indonesia Awards di kategori masing-masing akan mendapat Rp 60 juta. Jumlah tersebut diberikan untuk pengembangan masyarakat di tingkat nasional. Selain itu, mereka juag akan mendapat pembinaan kegiatan dari Astra.
Di bawah ini merupakan syarat-syarat untuk menerima apresiasi SATU Indonesia Awards. Untuk informasi lengkap, Anda sebagai blogger atau memiliki rekan yang peduli pada masyarakat setempat bisa mendaftarnya di www.satu-indonesia.com.
1. Usia maksimal 35 tahun 2. Individu atau kelompok dengan jumlah anggota minimal tiga orang 3. Memiliki kegiatan yang orisinal. Penggiat/kegiatannya telah berlangsung minimal setahun 4. Belum pernah menerima penghargaan tingkat nasional/internasional 5. Bukan karyawan Grup Astra dan Tempo Media Group (Tempo merupakan media-partner SATU Indonesia Awards) 6. Anda bisa mendaftarkan diri sendiri/kelompok/orang lain asal memenuhi persyaratan dan ketentuan dari SATU Indonesia Awards 2017
Sekadar informasi, kegiatan yang dapat didaftarkan dalam program ini daapt membantu atau mengusahakan orang lain agar bisa mandiri. Serta, kegiatan itu bisa memberikan solusi, cara, atau alat. Salah satunya, Ridwan Nojeng yang menyulap kediamannya yang dulu tandus jadi Desa Wisata Lembah Hijau Rumbia untuk memberi kontribusi kepada masyarakat setempat.
Alias, bukan sekadar memberikan sumbangan atau donasi yang berdampak sementara. Bisa juga dapat berupa pelatihan keterampilan sekelompok orang, komunitas, atau masyarakat yang kurang beruntung. Sehingga, mereka punya keahlian dan dapat bertahan hidup.
Beberapa kegiatan yang membawa perubahan itu akan dinilai dewan juri berdasarkan parameter berikut: 1. Motif: Ide awal, jenis kegiatan, tujuan/motivai/sasaran, bidang prestasi, usaha untuk mewujudkan dan pihak-pihak yang bekerja ama dengan lembaga pendanaan 2. Hasil: Kegiatan dan hasil yang telah diciptakan 3. Jangkauan: Jumlah dan dampak pada orang atau sistem yang telah dibangun melalui program-program yang telah dilakukan. 4. Kesinambungan. Menilai komitmen untuk melanjutkan kegiatan.
Hingga kini, sudah ada 39 orang yang menerima apresiasi SATU Indonesia Awards. Mereka telah berkarya dalam berbagai kategori. Termasuk, Risna dan Ichsan yang dalam bincang interaktif itu membeberkan konsisten kegiatannya selama ini hingga mendapat apresiasi dari Astra.
"Saya berterima kasih dengan adanya SATU Indonesia Awards bisa membantu saya untuk terjun di dunia pendidikan di Papua. Berkat Astra, kini di Kampung Kobrey banyak anak kecil yang bisa membaca, menulis, dan berhitung," Risna, mengungkapkan.
Wanita kelahiran Banda Neira, Maluku, 1 Februari 1988 ini sejak September 2014 mendirikan rumah belajar (Rumah Cerdas Perempuan Arfak Papua Barat) di Kampung Kobrey. Inisiatif untuk terjun langsung karena Risna ingin agar anak-anak dan perempuan Arfak tidak jadi generasi yang tertinggal.
Usaha tanpa pamrih yang dilakukan lulusan FKIP (Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan) dari Universitas Pattimura Maluku ini diakui Jalal sebagai wanita tangguh yang menginspirasi, "Risna merupakan contoh volunteer yang sangat sabar. Meski awalnya sempat mengalami intimidasi, kini keberadaan Risna sangat diapresiasi masyarakat di Kampung Kobrey."
Di sisi lain, pengembangan teknologi budidaya tiram dengan menggunakan ban bekas membuat Ichsan dan 10 mahasiswanya berhasil membuat nyaman para petani. Berkat temuan kelompok bernama Yayasan Pendidikan Kemaritiman Indonesia ini, sangat membantu masyarakat Kampung Tibang, Banda Aceh.
Itu karena tidak lagi harus berendam di bawah terik matahari atau menginjak tajamnya koloni tiram. Petani pun bisa menghasilkan jumlah dan ukuran tiram yang lebih besar hingga membuat olahan tiram dengan nilai ekonomi yang maksimal. Hasilnya, kini beredar olahan tiram dengan berbagai jenis, seperti kerupuk dan makanan ringan lainnya.
"Komoditi tiram merupakan sektor perikanan yang termajinalkan. Awalnya kami kurang mendapat perhatian dari pemerintah, dengan hasil riset sekarang pemerintah mulai memberi perhatian lebih kepada masyarakat. Tapi yang lebih menguatkan hati adalah, SATU Indonesia Awards ini membuat kami jadi lebih semangat dan sadar bahwa kami tidak sendiri dalam memberdayakan masyarakat.” tutur Ichsan yang sedang bersiap ke Jepang untuk riset budidaya tiram.
Nah, Risna, Ichsan, dan Ridwan, sudah membuktikan konsistensi dalam kegiatannya yang bermanfaat bagi masyarakat setempat. Ya, proses tidak akan pernah mengkhianati hasil. Kini, Anda atau rekan bisa mengikuti jejak mereka dalam SATU Indonesia Awards 2017.
* * *
Head of Public Relations Astra Yulian Warman
* * *
Deputy Head of Public Relations Astra Boy Kelana Soebroto
* * *
Head of Environment & Social Responsibility Astra Riza Deliansyah (kiri)
* * *
Wakil Menteri Pendidikan Nasional RI 2010-2012 Fasli Jalal (tengah)
* * *
Ichsan Rusydi penerima SATU Indonesia Awards 2016 kategori kelompok (kedua dari kiri)
* * *
Salah satu hasil olahan Ichsan dan mahasiswanya, kerupuk tiram
* * *
Risna Hasanudin penerima SATU Indonesia Awards 2015 (kedua dari kanan)
* * *
Salah satu kegiatan Risna dengan masyarakat Arfak, Papua
* * *
Satu Indonesia Awards 2017 dimulai sejak 20 Maret hingga 10 Agustus mendatang
* * *
Antusiasme netizen terhadap kick-off SATU Indonesia Awards yang ramai
di twitter hingga masuk trending topic nasional
Ridwan Nojeng peraih penghargaan SATU Indonesia Awards 2016
SETITIK air yang menetes di batu karang mungkin tidak berarti. Namun, jika tetesan air itu berlangsung secara terus menerus bisa menghancurkan karang. Demikian adagium lawas yang tepat untuk Ridwan Nojeng.
Pria 32 tahun ini merupakan penerima apresiasi Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards 2016. Yaitu, penghargaan dari PT Astra International kepada anak bangsa yang berlangsung sejak 2010.
Kebetulan, saya mendapat kehormatan untuk bisa menghadiri pengumuman ketujuh pemenang. Tepatnya, di Kantor Pusat Astra di Sunter, Jakarta Utara, Kamis (27/10). Saat itu ada lima kategori individu dan satu kelompok.
Ridwan mendapat penghargaan dalam bidang lingkungan sebagai "Pahlawan Lembah Hijau Rumbia". Untuk bidang pendidikan diraih Zainul Arifin, kesehatan (Yoga Andika), teknologi (Dewis Akbar), dan kewirausahaan dengan dua pemenang (Muhammad Aripin dan Akhmad Sobirin). Sementara, untuk kelompok diraih Yayasan Pendidikan Kemaritiman Indonesia sebagai Pelopor Rumoh Tiram Kampung Tibang.
"Mereka dengan segenap tenaga dan pikiran telah bekerja nyata untuk kemajuan wilayahnya. Melihat inovasi, semangat, serta manfaat yang telah dilakukan para pemuda ini, Astra, senantiasa mendukung kegiatan mereka agar semakin banyak mutiara-mutiara yang menginspirasi masyarakat untuk terus berkarya membangun bangsa," kata Presiden Direktur Astra Prijono Sugiarto.
Selain mendapat plakat dan sertifikat, masing-masing pemenang juga menerima Rp 55 juta sebagai apresiasi dari Astra. Mereka berasal dari wilayah barat hingga timur Indonesia dengan pencarian sejak Maret 2016. Tahun ini terdapat 2.341 pendaftar yang lebih banyak dibanding 2015 (2.071 pendaftar).
"Kita punya orang-orang muda luar biasa yang selama ini tidak terangkat ke permukaan. Mereka bisa jadi contoh bagi pemuda-pemudi lain untuk kemajuan Indonesia," tutur Onno W. Purbo, salah satu juri yang merupakan pakar Teknologi Informasi.
* * *
LANGKAHNYA tegap dengan pembawaan yang sederhana. Mengenakan kemeja berwarna putih dengan celana jeans biru. Sejak namanya diumumkan sebagai salah satu penerima SATU Indonesia Awards 2016, Ridwan tak hentinya menyunggingkan senyum. Ketika turun dari panggung sambil membawa piala, dengan ramah dia menerima saya yang ingin memotretnya.
"Saya bangga mendapat penghargaan dari Astra," tutur Ridwan menjawab berbagai pertanyaan saya. "Tidak hanya untuk saya pribadi, tapi juga kepada masyarakat Jeneponto secara keseluruhan. Saya tidak akan ada di panggung (menerima penghargaan SATU Indonesia Awards) tanpa peran dari mereka selama ini."
Apa yang dikatakan pria kelahiran Battamua ini beralasan. Sebab, prestasi itu berkat dukungan dari masyarakat Tompobulu yang merupakan desa di wilayah pegunungan kecamatan Rumbia, kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan. Di tanah kelahirannya itu, Ridwan berhasil mengubah wilayah yang awalnya gersang jadi Desa Wisata Lembah Hijau Rumbia sejak diresmikan pada 2011.
Tentu, untuk menjadikan wilayah yang awalnya tandus hingga kini subur itu tidak semudah membalikkan telapak tangan. Itu diakui Ridwan kepada saya melalui sambungan telepon, pagi tadi (10/12). Menurutnya, butuh kerja keras yang memakan waktu, tenaga, pikiran, hingga materi. Maklum, Ridwan memulainya secara seorang diri.
Tepatnya, sejak 2010, dia merintis produksi pupuk organik dari kotoran sapi di desa Tompobulu. Melalui pupuk organik hasil produksinya itu, Ridwan melakukan penghijauan yang dimulai dari pekarangan rumahnya. Lalu, berkembang dengan memotivasi warga untuk ikut serta mengembangkan daerah mereka.
Seperti kata pepatah, hasil tidak pernah mengkhianati proses. Saat ini, Ridwan dan warga desa sudah memetik kerja kerasnya. Lantaran kampungnya banyak didatangi turis lokal dan mancanegara. Termasuk, pupuk organiknya dengan merek Lembah Hijau Rumbia sudah banyak dipesan pelanggan.
"Awalnya, saya dianggap kurang waras sama masyarakat," kata Ridwan tersenyum mengenang awal-awal kegiatannya. "Mereka tidak mau pupuk organik yang saya buat karena berasal dari kotoran ternak. Mayoritas mengatakan itu hanya kotoran ternak dan bukan pupuk. Tapi, diam-diam saya taruh pupuk organik pada tanaman masyarakat. Sepekan kemudian, saya tunjukkan perbedaan antara tanaman yang diberi pupuk dengan warna hijau mengkilat dan tidak diberi pupuk yang berwarna kuning. Sejak saat itu, masyarakat baru percaya."
* * *
SELALU ada pelangi setelah badai. Demikian, yang dialami Ridwan untuk meyakinkan masyarakat sekitarnya. Berbagai penolakan hingga dianggap gila tidak membuatnya putus asa. Sebaliknya, Ridwan kian tertantang untuk bisa memberi kontribusi yang terbaik di wilayahnya.
Bahkan, dia rela mengeluarkan uang hingga Rp 20 juta untuk menyiapkan bibitnya. Enam tahun silam, jumlah tersebut sangat besar. Tapi, bagaimanapun, Ridwan enggan menyerah. Dia percaya, desanya yang gersang bisa jadi subur jika seluruh masyarakat kompak. Itu semua diawali dengan menyuburkan pekarangan masing-masing.
"Saya mengadakan pertemuan dan diskusi dengan masyarakat. Kepada mereka, saya katakan bahwa tanah di wilayah kita perlu peremajaan. Caranya, antara lain dengan penanaman pohon dan pengolahan tanah secara organik. Bisa dipahami mengingat daerah saya dikenal tandus dan tercatat sebagai kabupaten termiskin di Sulawesi Selatan. Untuk itu, saya ingin mengubahya dengan menghijaukan dan mengembangkan potensi yang ada," Ridwan, mengungkapkan.
Terbukti, setelah berhasil meyakinkan masyarakat mengenai program pupuk organik, Ridwan langsung berinisiatif bersama masyarakat setempat. Mereka menyulap lahan produksi pupuknya jadi tempat wisata. Kebetulan, saya pribadi memang sempat melewati daerah tersebut pada 2015 lalu ketika melaksanakan tugas kantor. Menurut saya, daerah tersebut memang memiliki pemandangan indah serta udara yang sejuk.
Berkat keuletan Ridwan dan masyarakat sekitar, tempat wisata lembah hijau rumbia berdiri. Bahkan, saat ini sudah ada kolam renang, cottage, kafe, aula, dan sarana pendukung lain. Tak heran jika laman resmi kabupaten Jeneponto menjadikan Lembah Hijau Rumbia sebagai salah satu destinasi wisata andalan (Sumber: jenepontokab.go.id).
Yang menarik, Ridwan juga membeberkan hadiah yang diterima dari Astra. Ternyata, tidak sepeser pun masuk ke dalam kantong pribadinya. Padahal, nominalnya lumayan besar mencapai Rp 55 juta. Termasuk, ketika saya bergurau jumlah tersebut bisa untuk kembali jalan-jalan ke Jakarta lagi.
"Tidak lah. Buat apa? Saya sudah puas dua hari diajak keliling Jakarta sama Astra setelah menerima pernghargaan. Ha ha ha," ujar Ridwan yang ketika saya telepon sedang berada di ladangnya. "Rp 20 juta saya bagi kepada teman-teman dan masyarakat yang selama ini membantu kami. Sisanya, saya pakai untuk membangun lokasi. Kan saya tidak mau Jeneponto mendapat julukan kabupaten termiskin di Sulawesi Selatan."
Ridwan mengakui kian termotivasi setelah mendapat penghargaan dari Astra. Dia ingin membuktikan bahwa dirinya benar-benar pantas menerima julukan sebagai mutiara penerang bangsa. Untuk itu, Ridwan enggan berhenti sampai di sini. Dia memiliki banyak proyek ke depan yang sedang digarap bersama masyarakat setempat.
Maklum, berkat tangan dinginnya, warga desa dan sekitarnya mau berbenah memperbaiki wilayahnya. Termasuk, mengembangkan berbagai usaha di sektor makanan, kerajinan, dan lain-lain di sekitar tempat wisata. Bahkan, Ridwan juga memperkerjakan anak-anak yang putus sekolah. Secara tidak langsung, berkat pupuk organik yang berkembang jadi taman hijau rumbia berhasil menggerakkan perekomian masyarakat sekitar.
"Saya berterima kasih kepada Astra. Berkat penghargaan itu, desa kami jadi sering diliput media secara positif. Rencananya, saya akan mengadakan event budaya yang melibatkan 25 negara di Jeneponto pada Agustus 2017. Makanya, mulai sekarang, saya dan teman-teman sudah berbenah betul untuk membangun lapangan untuk kegiatan teater," Ridwan, mengungkapkan.***
* * *
Ridwan seusai menerima penghargaan dari Presiden Astra Prijono Sugiarto
Museum Astra yang berada di lantai dasar Kantor Pusat PT Astra International Tbk
SEBAGAI blogger yang menyukai sejarah, hari ini saya benar-benar mendapat wawasan anyar. Sebab, untuk kali pertama saya bisa mengunjungi Museum Astra. Tepatnya, seusai menyaksikan program Astra untuk Indonesia Cerdas yang merupakan apresiasi untuk para guru dan sekolah dalam rangka Hari Guru Nasional 2016, Rabu (30/11).
Saya baru tahu, ternyata Museum Astra masih satu lokasi dengan Kantor Pusat PT Astra International Tbk, Sunter, Jakarta Utara, yang terletak di lantai dasar. Sebelumnya, ketika menghadiri Satu Indonesia Awards 2016 (27/11) saya sempat melewatinya. Namun, karena saat itu hari kerja, jadi seusai mengikuti acara, saya langsung menuju kantor.
Sementara, hari ini kebetulan saya libur. Jadi, ketika sedang memotret para guru yang baru saja menerima penghargaan dari Astra, tanpa sengaja saya memasuki ruangan yang ternyata merupakan museum. Bahkan, tidak hanya museum saja, melainkan juga ada perpustakaan dan penjualan merchandise yang dibuat pengrajin binaan Astra.
Sekilas, dari luar, terlihat Museum Astra, tidak terlalu luas. Bahkan, cenderung sempit. Namun, jika masuk ke dalamnya, pengunjung akan disuguhkan berbagai informasi menarik melalui kios-kios interaktif, ruang audio-visual, koleksi produk Astra, diorama, dan sebagainya.
Yang membuat saya kagum, ada dua koleksi legendaris dari produk Astra. Yaitu, Honda S90Z yang merupakan sepeda motor produksi pertama dari Astra pada 1971! Alias, usianya kini sudah 45 tahun. Pantas, Honda disebut sebagai sepeda motor sejuta umat, sebab diproduksi lebih awal dibanding merek lainnya.
Di tempat terpisah, berdiri gagah Toyota Kijang Pick Up generasi pertama. Untuk mobil niaga ini kebetulan saya tidak asing lagi. Sebab, saya sudah pernah melihatnya pada Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2015. Bahkan, saat itu, saya sempat membedah luar-dalam dari Pick Up legendaris tersebut.
Ketika melangkah keluar, terdapat booth informasi sekaligus penjualan suvenir resmi Astra. Mulai dari bantal, tumbler, wayang, tas, batik, t-shirt, hingga boneka dan kerajinan tangan lainnya. Di sekelilingnya, ada berbagai miniatur produk legendaris Astra. Seperti mobil Isuzu, BMW, Daihatsu, dan Peugeot.
Oh ya, yang terakhir ini saya baru tahu, ternyata kendaraan premium asal Prancis itu masuk Grup Astra. Begitu pun dengan buldoser merek Komatsu juga masuk lini produk Astra melalui United Tractors. Juga dengan mesin foto copy merek Xerox yang di bawah Astra Graphia.
Dengan berkunjung ke Museum Astra, saya jadi tahu, ternyata perusahaan yang pada 20 Februari mendatang genap 60 tahun in memiliki tujuh sektor usaha, yaitu:
- Otomotif
- Jasa keuangan
- Alat berat & pertambangan
- Agribisnis
- Infrastruktur, logistik & lainnya
- Teknologi Informasi
- Properti
Maklum, sebagai masyarakat awam, yang saya tahu dari Astra ya otomotif saja, seperti Toyota, Daihatsu, dan Honda (sepeda motor). Setelah mengunjungi Museum Astra, ternyata banyak lini usaha lainnya dari perusahaan yang didirikan William Soerjadjaja itu. Termasuk, turut membangun jalan bebas hambatan (Tol).
Setelah puas mengabadikan berbagai koleksi Astra, saya pun memasuki ruangan sebelah museum yang merupakan perpustakaan. Sama seperti museum, ruang perpustakaan ini tidak terlalu luas. Namun, memiliki koleksi buku dan majalah yang lumayan lengkap.
Sambil selonjoran karena dari pagi berdiri untuk memotret berbagai momen menarik, saya pun membaca berbagai koleksi buku yang ada di perpustakaan. Beberapa di antaranya, seperti biografi Soe Hok Gie, Mahatma Gandhi, hingga Donald Trump, yang kini terpilih sebagai presiden Amerika Serikat.
Oh ya, sekadar informasi, menurut salah satu karyawan Astra yang sedang bertugas, perpustakaan ini buka pada Senin-Jumat mulai pukul 08.00 WIB hingga 16.30 WIB. Sementara, museumnya pada Senin-Jumat pada 09.00 WIB hingga 16.30 WIB.
Yang menariknya, seluruh koleksi di perpustakaan, baik itu buku, majalah, koran, hingga memoar, bisa dibaca gratis di tempat! Alias, pengunjung tidak perlu membuat kartu anggota. Jadi, tinggal memilih buku yang yang cocok, lalu mencari kursi yang empuk. Setelah itu, kita akan larut dengan barbagai bacaan edukatif dan inspiratif di Perpustakaan Astra.
Head of Environtment & Social Responsibility PT Astra International Tbk Riza Deliansyah, saat memberi sambutan
DALAM rangka Hari Guru Nasional yang setiap tahunnya diperingati pada 25 November, PT Astra International Tbk memberikan penghargaan pendidikan dalam empat kategori. Yaitu, Inovasi Karya Guru, Inovasi SMK Bisa, Rumah Pintar Astra, dan Senyum Sehabat PAUD Astra. Acara tersebut berlangsung di Kantor Pusat Astra International, Sunter, Jakarta, pagi tadi (30/11).
Bagi saya, ini kali kedua mengunjungi kantor pusat dari salah satu kelompok usaha terbesar di Tanah Air ini. Sebelumnya, terjadi bulan lalu ketika Astra mengumumkan tujuh penerima SATU Awards 2016 (27/11). Namun, untuk acara yang berkaitan dengan Grup Astra, saya lumayan sering. Termasuk, saat mengikuti Gathering Semangat Astra Terpadu Untuk Indonesia: Berbagi Inspirasi 60 Tahun di Gedung SMESCO (1/8).
Untuk hari ini, kegiatannya jadi bagian dari program Astra untuk Indonesia Cerdas, yang sejalan dengan butir Catur Dharma Astra yang pertama. Yaitu, "Menjadi Milik yang Bermanfaat bagi Bangsa dan Negara".
Sebagai apresiasi, Astra pun menggelontorkan dana sebesar Rp 240 juta untuk empat kategori tersebut. Tujuannya, Astra mengharapkan keberlanjutan program ini supaya guru dan sekolah memberikan yang terbaik demi melahirkan generasi cerdas penerus bangsa.
"Bapak dan ibu guru harus bisa jadi inspirasi tak hanya bagi murid-muridnya saja. Tapi juga rekan-rekan sesama guru. Kami berharap, bapak dan ibu guru tetap melanjutkan untuk menghasilkan generasi yang cerdas dan juga berkarakter baik," kata Elvira, yang merupakan perwakilan dari Direktorat Pembinaan Guru Pendidikan Dasar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).
Ajang peringatan Hari Guru ini digelar sejak 27 November lalu dengan puncaknya hari ini (30/11). Rangkaian acara terdiri dari pameran inovasi guru dan sekolah, apresiasi Astra untuk Indonesia Cerdas, dan talk show inspirasional bersama tokoh penggerak dan pendidikan serta 400 guru di seluruh Tanah Air.
"Setiap anak punya potensi untuk sukses, apa pun bidangnya. Guru sebagai profesi yang sangat mulia memiliki peran penting bagi anak-anak. Yang dilibatkan Astra ini merupakan guru-guru hebat, semua jagoan dan inspiratif karena bekerja dengan hati," tutur Fasli Jalal, salah satu narasumber talkshow yang merupakan Guru Besar Pasca Sarjana Universitas Negeri Jakarta.
Dalam kesempatan itu, Astra turut menyumbangkan bantuan berupa donasi kelengkapan mengajar senilai Rp 60 juta untuk mewujudkan mimpi enam guru terpilih. Donasi ini merupakan hasil dari unggahan tentang guru yang telah jadi inspirasi di media sosial pada periode Maret-Mei 2016.
"Penghargaan ini layak diterima para guru atas peran besar dan perjuangan mereka yang telah mempersiapkan anak-anak bangsa untuk jadi calon pemimpin Indonesia. Harapannya, para pendidik ini tetap semangat untuk melahirkan generasi penerus Indonesia yang cerdas," ujar Head of Environtment & Social Responsibility PT Astra International Tbk Riza Deliansyah, saat memberi sambutan.
Dengan mengusung tema "Guruku Inspirasiku", tahun ini merupakan edisi kedua Astra merayakan peringatan Hari Guru bersama para guru binaan Grup Astra di seluruh Indonesia. Tema ini melanjutkan program tahun lalu, yaitu "Terima Kasih Guru". Acara ini diadakan untuk mengapresiasi para guru di nusantara. Khususnya, guru binaan Astra, atas dedikasi dan prestasi mereka dalam mendidik dan berinovasi.
Yang menarik, selain mengapresiasi guru dan sekolah, Astra juga memiliki program untuk para siswa-siswis di daerah prasejahtera denganmemberikan perlengkapan sekolah. Sejak digagas pada 2015, gerakan nasional GenerAKSICERDASIndonesia telah mengumpulkan 15.039 unggahan tentang guru melalui media sosial.
Setiap unggahan para guru itu dikonversi Astra dengan masing-masing sepasang sepatu dan tas. Itu berarti, terkumpul 15.039 sepatu dan tas. Dari jumlah tersebut, Astra telah mendonasikan sebanyak 7.958 pasang sepatu dan tas di berbagai sekolah di daerah prasejahtera. Yaitu, Morotai, Mentawai, Kepulauan Aru, dan Tolitoli pada 2015.
Sementara, sisanya yang berjumlah 7.081 pasang sepatu dan tas dijadwalkan mulai diserahkan kepada murid sejak September hingga Desember mendatang. Daerah yang dituju meliputi Nias, Sumba Barat, Biak, Numfor, dan Buru Selatan.
Selain sumbangsih tersebut, dalam bidang pendidikan, Astra juga telah membina 20 Rumah Pintar, 15.353 sekolah, dan menyerahkan 207.201 paket beasiswa. Maklum, Astra memiliki sembilan yayasan dengan enam di antaranya bergerak di bidang pendidikan, yaitu:
- Yayasan Toyota dan Astra - Yayasan Karya Bhakti United Tractors - Yayasan Astra Agro Lestari - Yayasan Pendidikan Astra Michael D. Ruslim - Yayasan Astra Honda Motor - Yayasan Astra Bina Ilmu
Total, keenam yayasan itu telah membina 35.499 guru melalui berbagai pelatihan. Selain enam yayasan itu, Astra juga memiliki tiga yayasan lagi seperti Yayasan Amaliah Astra, Yayasan Insan Mulia Pama, dan Yayasan Dharma Bhakti Astra yang saya kunjungi booth-nya pada Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2016.
Kesembilan yayasan itu merupakan komitmen Astra sejak didirikan pada 1957 untuk senantiasa mendedikasikan karyanya demi kemajuan bangsa Indonesia. Itu sejalan dengan filosofi perusahaan yang tertera dalam Catur Dharma.
Apalagi, 20 Februari mendatang, Astra genap merayakan HUT ke-60. Dalam rangka menuju perayaan enam dekade itu, Astra mengusung tema "Inspirasi 60 Tahun Astra" yang digambarkan melalui produk dan layanan karya anak bangsa, sumber daya manusia yang unggul, serta kontribusi sosial yang berkelanjutan bagi bangsa dan negara.
* * *
Catur Dharma Astra
* * *
Perwakilan Direktorat Pembinaan Guru Pendidikan Dasar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Elvira
* * *
Ratusan guru yang hadir di Kantor Pusat Astra
* * *
Head of Public Relations PT Astra International Tbk Yulian Warman (batik biru) menyerahkan bantuan donasi "Guruku Inspirasiku"
* * *
Penampilan Shanna Shannon yang merupakan Duta Lagu Pendidikan Indonesia
* * *
Para guru, murid, dan perwakilan sekolah yang menerima apresiasi dari Astra
* * *
Riza Deliansyah memberikan penghargaan kepada guru yang berinovasi
* * *
Najib Shulhan yang merupakan Guru Berprestasi 2015 membeberkan tipsnya kepada rekan-rekan sesama guru
* * *
Najib Shulhan berdiskusi dengan Guru Besar Pasca Sarjana Universitas Negeri Jakarta Fasli Jalal (tengah) moderator Isabella Fawzi (kanan)
* * *
Penampilan dari anak-anak SD Leuwiliang binaan Yayasan Michael D. Ruslim
* * *
Banner Guruku Inspirasiku yang merupakan bagian dari program Astra untuk Indonesia Cerdas
* * *
Persebaran CSR Pendidikan Astra di seluruh Indonesia
* * *
Ini finalis apresiasi Astra untuk Indonesia Cerdas 2016
* * *
Total, GenerAKSICERDASIndonesia mengumpulkan 15.039 unggahan yang dikonversi jadi 15.093 pasang sepatu dan tas
* * *
Para guru dan seluruh Tanah Air foto bersama dengan latar Kantor Pusat Astra
* * *
Peringati Hari Guru, Astra Apresiasi Inovasi Guru dan Sekolah
* * *
Sebagian guru meninggalkan kantor pusat Astra untuk kembali ke kediamannya masing-masing