TyyiccClcSK3IvRCDh0sKBc4_Sg roelly87.com: Bank Central Asia

Serial Catatan Harian Ojol

Serial Catatan Harian Ojol
Serial Catatan Harian Ojol
Tampilkan postingan dengan label Bank Central Asia. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Bank Central Asia. Tampilkan semua postingan

Selasa, 23 November 2021

23 Tahun sebagai Nasabah BCA

23 Tahun sebagai Nasabah BCA23 Tahun sebagai Nasabah BCA

Halaman depan Tahapan BCA saya
(Foto: Koleksi pribadi/@roelly87)


SEBERAPA gereget koleksi jadul Anda? 

Kalo saya sih, tergolong dikit. Mayoritas terkait kertas.

Misalnya, komik, majalah, koran, tabloid, buku, dan sebagainya. Berbagai koleksi tersebut sudah saya miliki sejak 1993. Tepatnya, ketika saya mulai hobi baca saat Sekolah Dasar.

Juga, ada beragam koleksi mainan. Itu meliputi wayang golek, wayang kulit, Lu Bu dengan Kelinci Merah, Spider-Man, Wolverine, Batman, Superman, Doraemon, Trunks, Power Rangers, dan banyak lagi. Baik beli sendiri atau dapat dari paket makanan cepat saji.

Selain itu, koleksi jadul saya yang sempat bikin kaget adalah buku rekening. Tepatnya, Tahapan Bank Central Asia (BCA) yang tertera pada halaman awal bertanggal 1 April 1998.

Alias, sudah lebih dari 23 tahun silam! Bisa dibilang, sudah hampir satu generasi...

*       *       *

DUA puluh lima tahun adalah satu generasi. Demikian, kutipan dari cerita silat (Cersil) Legenda Pendekar Pemanah Rajawali karangan Chin Yong alias Jin Yong.

Versi Inggrisnya disebut The Legend of the Condor Heroes. Hanya, di Tanah Air lebih populer dengan bahasa Hokkian, yaitu Sia Tiauw Eng Hiong.

Dalam kisah tersebut, terkait Adu Pedang di Gunung Hoa (Hoasan Lun Kiam) edisi perdana yang dimenangkan Ong Tiong Yang. Sosok berjulukan Dewa Pusat itu jadi yang terbaik sekaligus memiliki kitab silat Kiu Im Cin Keng usai unggul mutlak atas empat pendekar tangguh.

Yaitu, Oey Yok Su si Sesat Timur, Auw Yang Hong (Racun Barat), Toan Hongya (Kaisar Selatan), dan Ang Cit Kong (Pengemis Utara). Selain kelimanya, ada dua tokoh tangguh yang sayangnya absen, Ciu Pek Thong (Bocah Tua Nakal) dan Kiu Cian Jin (Ketua Tapak Besi).

25 tahun berselang, di puncak gunung Hoa, bertambah lagi pendekar tangguh dari generasi muda yang ikut serta. Yaitu, Kwee Ceng yang merupakan murid Ang Cit Kong dan Kang Lam Cit Koay serta calon menantu Oey Yok Su.

Di edisi kedua itu, terdapat perubahan peserta. Ong Tiong Yang sudah lama mangkat. Ciu Pek Thong dan Kiu Cian Jin kembali absen meski sudah berada di puncak bersama Toan Hongya.

Alhasil, peserta orisinal hanya Oey Yok Su, Auwyang Hong, dan Ang Cit Kong, diikuti Kwee Ceng. Pemenang edisi kedua, bagi Anda pencinta cersil tentu sudah tahu.

Ya, 25 tahun bukan rentang waktu yang lama. Hanya, juga tidak bisa dikatakan sebentar.

Saat Hoasan Lun Kiam edisi perdana, bahkan Kwee Ceng belum lahir. Namun, kehadirannya 25 tahun berselang menandakan regenerasi pendekar di dunia kangouw berjalan dengan baik.

Apalagi, pada akhir kisahnya, Jin Yong melukiskan dengan epic. Kwee Ceng gugur sebagai patriot dari Dinasti Song usai mati-matian mempertahankan Kota Siangnyang dari gempuran pasukan Mongol.

*       *       *

Yeeeei, setoran awal saya hanya Rp20.000!


MEMASUKI bulan dengan "akhiran ber", artinya sudah berada pada musim penghujan. Sebagai ojek online (ojol), periode ini jadi dilematis.

Sisi positifnya, orderan melimpah. Bahkan, terdapat lonjakan tarif hingga empat kali lipat dari harga normal.

Momen ini yang sangat ditunggu bagi mayoritas ojol di penjuru nusantara. Termasuk, saya yang terbiasa menari di bawah badai.

Wajar, jika hujan bagi saya hanya tetesan air yang turun dari langit. Bermodalkan mantel yang melindungi tubuh dari kepala hingga kaki, saya pun seperti sudah terbiasa.

Hanya, bagaimanapun, daya tahan manusia ada batasnya. Meski cuma setetes, tapi rinai tetaplah air yang jika kena tubuh sangat riskan mendatangkan penyakit.

Itu yang saya alami beberapa waktu lalu ketika akhirnya harus istirahat ngojol akibat kehujanan. Efek kedinginan, menggigil, hingga masuk angin, bikin kepala jadi berat.

Alhasil, istirahat jadi obat yang paling mujarab. Minimal, sehari-dua hari berada di rumah untuk memulihkan kondisi tubuh.

Meski, agak berat juga bagi saya yang terbiasa gerak. Sebab, tanpa aktivitas bikin tangan, kaki, hingga bagian tubuh lainnya jadi kaku.

Maklum, dari dulu, saya paling ga bisa berdiam diri. Namun, faktor kondisi tubuh yang belum pulih membuat saya tidak punya pilihan.

Sebab, sangat berbahaya jika memaksakan ngojek dengan kepala yang masih berat. Maklum, di jalanan, kita tidak tahu apa yang akan terjadi.

Alhasil, sambil istirahat, saya pun menyibukkan diri dengan beragam aktivitas di rumah. Mulai dari streaming berbagai film, buka medsos, hingga berselancar ria di internet.

Saking bosannya jari-jari ini scroll layar hape, saya pun iseng membongkar tumpukan dus berisi koleksi buku dan sebagainya. Itu merupakan harta karun bagi saya yang tersisa untuk diselamatkan usai sebagian besar terendam banjir 2012-2014 lalu.

Ketika asyik membaca berbagai buku jadul, pandangan saya tertuju pada selembar tipis berwarna biru. Yaitu, buku rekening Tahapan BCA.

Dari sampulnya saja, terlihat kusam. Bekas noda akibat terendam banjir dan beberapa halaman ada yang sobek tipis-tipis.

Namun, itu tidak menghalangi ketertarikan saya untuk membedahnya lebih lanjut. Saya pun terbelalak saat melihat tahun pembuatannya. Ya, ternyata saya bikin rekening bank untuk kali pertama dalam hidup ini pada 1 April 1998.

Saya masih ingat jelas. Ketika itu, saya masih berseragam putih-merah.

Bikin rekening ditemani ibu. Tak heran, selain nama saya sebagai pemilik, tertera nama pengampu yang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) artinya pembimbing atau orang tua, yaitu ibu saya.

Saat mengecek lebih lanjut, setoran awal saya Rp 20.000. Yupz, nominal tersebut jika dibandingkan saat ini memang bisa dibilang kecil.

Namun, jelas tidak bisa dikomparasi dengan sekarang. Salah satunya, terkait inflasi.

Misalnya, ketika SD, uang saku saya hanya Rp 500. Naik jadi Rp 1.000-2000 saat SMP hingga Rp 10.000 jelang lulus SMA.

Lima hari berselang, tepatnya 6 April 1998, saya kembali menabung Rp 5.000. Alhasil, saldo saya jadi Rp 25.000. Cukup besar bagi pelajar yang masih mengenakan celana pendek warna merah dan pulang sekolah asyik mengejar layangan atau bermain kelereng.

Sayangnya, untuk kartu ATM BCA perdana itu, hingga kini saya masih belum menemukan. Ada tiga kemungkinan, sudah dibalikkan ke kantor cabang, hilang tertelan banjir, atau lupa.

Kendati demikian, saya cukup senang karena menemukan berbagai koleksi kartu dari BCA. Mulai dari debit, kredit, Xpresi, hingga Flazz.

Untuk yang terakhir, bahkan ada edisi khusus. Yaitu, kolaborasi BCA dengan Kompasiana dan saat jadi sponsor utama Indonesia Open.

Kebetulan, saya memang tidak asing dengan BCA. Pasalnya, saya kerap mengikuti berbagai acara yang diselenggarakan bank terkemuka di Tanah Air ini. Baik sebagai blogger atau saat masih bekerja.

Bahkan, punya pengalaman berkesan ketika mengunjungi BCA Learning Institute (BLI) pada 2018 lalu bersama rekan-rekan blogger dan Inke Maris & Associates. FYI, bank yang didirikan pada 21 Februari 1957 ini memang rutin menyelenggarakan atau mendukung berbagai event di Tanah Air.

BCA juga yang jadi sandaran saya saat bikin visa ke Inggris pada 2017 lalu. Maklum, salah satu syarat untuk pergi ke Negeri Penemu Sepak Bola itu harus punya referensi bank disertai dengan jumlah saldo tertentu yang terendap di rekening.

Alhamdulillah, pengalaman saya sebagai nasabah BCA sejak 1998 membuat segalanya berjalan mulus. Pengajuan visa pun berhasil.

Apalagi, kartu Debit dan Kredit BCA yang saya punya pun ternyata bisa digunakan di Inggris. Ini sangat berguna saat saya berkeliling dari London hingga Glasgow  Termasuk, untuk beli oleh-oleh tentunya.

*       *       *

Sebagian koleksi kartu BCA saya dari Debit, Kredit, hingga Flazz


SAKIT itu memang tidak enak. Namun, untuk setiap hal di kolong langit ini, tentu ada dua sisi.

Positifnya, saya bisa istirahat lebih panjang. Bisa dipahami mengingat selama ini waktu saya lebih banyak dihabiskan di jalanan ketimbang di rumah.

Selain itu, saya juga bisa bernostalgia dengan berbagai koleksi jadul. Salah satunya, buku rekening BCA yang sudah berumur 23 tahun. Alias, nyaris satu generasi atau seperempat abad!

Nah, bagaimana dengan koleksi jadul yang Anda miliki?

*       *       *

- Jakarta, 23 November 2021


Senin, 23 Juli 2018

Miss Grand Indonesia 2018 dalam Catatan Blogger


Nadia Purwoko dinobatkan jadi Miss Grand Indonesia 2018
(Klik untuk perbesar gambar atau geser untuk melihat foto lainnya)

MISS Grand Indonesia 2018 sudah memilih pemenangnya. Yaitu, Nadia Purwoko asal Bengkulu yang menyisihkan 29 finalis. Kemenangan gadis 24 tahun ini disambut meriah ribuan penonton yang memadati Plenary Hall Jakarta Convention Center, Sabtu (24/7).

Menyaksikan Nadia sebagai pemenang Miss Grand Indonesia 2018 yang didukung penuh PT Bank Central Asia (BCA) dan Kementerian Pariwisata (Kemenpar) ini sangat menarik.

Sebab, Malam Final Miss Grand Indonesia 2018 ini tidak hanya sekadar kontes kecantikan saja. Melainkan, sebagai ajang yang bertujuan mengangkat semangat generasi muda untuk lebih modern, kreatif, dan berjiwa sosial.

Miss Grand Indonesia 2018 ini merupakan yang perdana diselenggarakan di Tanah Air. Sebelumnya, 30 finalis bersama Direktur Nasional Miss Grand Indonesia Dikna Faradiba turut berkunjung ke BCA Learning Institute (BLI), Bogor, pada 16 Juli lalu.

Dalam kesempatan itu, saya jadi tahu jika mereka ternyata sangat melek teknologi. Apalagi, kehadiran di Galeri BCA dan myBCA jadi bekal bagi finalis Miss Grand Indonesia 2018 untuk mengenal lebih jauh dunia perbankan.

*          *          *

MALAM Final Miss Grand Indonesia 2018 merupakan kali pertama bagi saya untuk menyaksikan kontes kecantikan. Ini jadi pengalaman baru untuk saya. Sebab, sebelumnya saya hanya mengetahuinya di media seperti televisi, cetak, online, dan radio.

Awalnya, saya sempat penasaran dengan acara ini. Hingga, rasa keingintahuan itu terjawab ketika meliput kunjungan 30 finalis Miss Grand Indonesia 2018 ke BCA Learning Institute pekan lalu. Bahkan, saat itu saya mendapat informasi tambahan dari Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja dan Dikna.

Keduanya termasuk juri pada Malam Final Miss Grand Indonesia 2018 bersama Menteri Pariwisata Arief Yahya, Jacky Mussry (Markplus), Sophia Latjuba, Ferry Salim, Dian Muljadi, dan Ivan Gunawan.

"Kami komitmen untuk mendukung kampanye pemerintah. Misalnya, pada pariwisata dan Asian Games 2018," kata Dikna usai jumpa pers seperti saya kutip dari TopSkor.id (https://www.topskor.id/detail/78174/Miss-Grand-Indonesia-2018-Turut-Gelorakan-Asian-Games-2018).

"Misalnya ketika kami ke Danau Toba, Sumatera Utara, pada 11-13 Juli lalu. Kami bersama Kemenpar menggelorakan Asian Games 2018. Ini berkolerasi dengan pariwisata. Sebab, Danau Toba kan salah satu dari destinasi wisata unggulan Indonesia," wanita yang menjabat sebagai Ketua Yayasan Dharma Gantari ini menambahkan.

Pernyataan Dikna ini menarik. Sebab jadi penegasan Miss Grand Indonesia concern kepada banyak hal. Itu meliputi kemajuan kaum hawa, sosial, olahraga, pariwisata, dan sebagainya. Berbagai aspek ini yang jadi perbedaan Miss Grand Indonesia dengan kontes kecantikan lainnya.

Apalagi, untuk kali pertama dalam sejarah, Kemenpar mendukung penuh Miss Grand Indonesia 2018. Fakta itu diungkapkan Arief usai memberi mahkota kepada Nadia. Menurut pria 57 tahun ini, Miss Grand Indonesia berafiliasi dengan Miss Grand International yang merupakan kontes kecantikan terbesar selain Miss Universe.

"Selamat kepada para pemenang Impact-nya sangat besar. Kami berharap Miss Grand Indonesia bisa bersama-sama untuk memajukan pariwisata Tanah Air. Saya percaya,  kemajuan pariwisata Indonesia salah satunya dari peran endorser. Nah, Kemenpar bersama Miss Grand Indonesia memiliki misi yang sama untuk mempromosikan Pesona Indonesia dan Wonderful Indonesia ke kancah internasional," kata Arief, semringah.

*          *          *

YUPZ, Miss Grand Indonesia 2018 mengemban misi membawa nama bangsa Indonesia ke ajang internasional. Sekaligus mempromosikan kebudayaan, keindahan, dan wisata Indonesia. Miss Grand Indonesia 2018 juga akan mengkampanyekan Stop the War and Violence bagi masyarakat Indonesia dan dunia.

Ini yang akan dibawakan Nadia saat mewakili Indonesia pada Miss Grand International 2018 di Myanmar pada Oktober mendatang. Berbagai misi itu yang membuat BCA antusias untuk mendukung penuh Miss Grand Indonesia 2018.

Itu diungkapkan Executive Vice President Corporate Social Responsibility (CSRBCA Inge Setiawati dalam jumpa pers. Miss Grand Indonesia 2018 ini untuk kali pertama BCA menjadi sponsor kontes kecantikan.

"BCA melihat Miss Grand Indonesia 2018 ini merupakan kegiatan yang sangat positif. Ini akan membuat generasi muda khususnya wanita untuk berani berkompetisi pada level nasional hingga internasional," Inge menjelaskan latar belakang BCA mendukung Miss Grand Indonesia 2018.

Menurutnya, apa yang dilakukan ke-30 finalis ini bukan hal mudah. Pasalnya, mereka berasal dari seluruh provinsi di Tanah Air. Namun, mereka berani untuk tampil pada Miss Grand Indonesia 2018. Inger mengakui, keanekaragaman finalis ini sangat positif.

Apalagi, BCA sangat mendorong perkembangan dan memperhatikan Sumber Daya Manusia (SDM). Mendukung Miss Grand Indonesia 2018 jadi kesempatan yang baik bagi BCA untuk berkontribusi untuk negeri.

"Misalnya, untuk pariwisata Miss Grand Indonesia akan mengkampanyekan pariwisata Indonesia kepada dunia internasional. Ini yang harus kita dukung bersama. Sebab, Indonesia memiliki banyak destinasi yang memesona dibanding negara lainnya. Karena itu, BCA sangat mendorong perkembangan wisata Indonesia untuk lebih dikenal luas pada kancah internasional," Inge, menambahkan.

Ya, dukungan penuh dari BCA, Kemenpar, dan berbagai pihak lainnya terhadap Miss Grand Indonesia 2018 sangat penting. Itu berkolerasi dengan kemajuan pariwisata Tanah Air. Kebetulan, saya pribadi hobi bertualang.

Dalam beberapa kesempatan, saya kerap menemui beberapa destinasi wisata yang sangat bagus tapi kurang dikenal di masyarakat luas. Ini jadi momentum bagi Miss Grand Indonesia untuk lebih mempopulerkan kawasan wisata di Tanah Air lainnya.

Ya, selamat untuk pemenang Miss Grand Indonesia 2018. Jangan lupa, perjuangan kalian belum selesai. Justru, baru dimulai sejak 21 Juli lalu. Salah satunya, bersama-sama memajukan pariwisata Indonesia untuk lebih dikenal luas. Tidak hanya pada dunia internasional saja, melainkan juga masyarakat di nusantara.***


Daftar Peraih Penghargaan Miss Grand Indonesia 2018 :

Miss Grand Indonesia 2018: Nadia Purwoko (Bengkulu)
1st Runner-up: Vivi Wijaya (Sumatera Utara)
2nd Runner-up: Stephanie Cecillia (DKI Jakarta)

Top 5
Nada Ferlysia (Sumatera Barat)
Sabrina Malik (Sulawesi Utara)

Top 10
Vegiananda (Kalimantan Barat)
Ayu Sada Devi (Bali)
Mentari Novel (Jawa Barat)
Amel Barack (Kalimantan Timur)
Rizky Maylina (Jawa Timur)

Spesial Awards
Best National Costume: Ayu Sada Devi (Bali)
Miss Congeniality: Maya Dian (NTB)
Best Evening Gown: Vivi Wijaya (Sumatera Utara)
Favorite: Putri Azizah (Sumatera Selatan)
Miss Perbankan: Sevin Dwi Putri (Lampung)

*          *          *
Yeeeee jadi saksi Miss Grand Indonesia 2018 bersama Frieda Oktavia,
Moh Suharsono, Timotyh Wirjo Pawiro, Imawan Anshari, dan Kania Safitri

*          *          *
Dukungan penuh BCA terhadap Miss Grand Indonesia 2018 dengan salah satunya
menyediakan booth BCA terkait perbankan dan ATM di Plenary Hall JCC

*          *          *
Sesi tanya jawab finalis Miss Grand Indonesia 2018 dengan juri

*          *          *
Nadia Purwoko yang tampil memesona sukses menjawab pertanyaan juri
dengan elegan

*          *          *
Direktur Nasional Miss Grand Indonesia 2018 menyematkan mahkta kepada
Nadia Purwoko

*          *          *
Menteri Pariwisata Arief Yahya foto bersama dengan Nadia Purwoko
usai inagurasi Miss Grand Indonesia 2018

*          *          *
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja memberikan ucapan selamat
kepada finalis lainnya Miss Grand Indonesia 2018

*          *          *
Nadia Purwoko melambaikan tangan kepada seluruh yang hadir di JCC

*          *          *
Executive Vice President BCA Inge Setiawati menjelaskan latar belakang
BCA mendukung penuh Miss Grand Indonesia 2018

*          *          *
Selamat untuk Nadia Purwoko yang jadi Miss Grand Indonesia 2018.
Namun, jangan lupa, perjuangan kalian justru baru dimulai!

*          *          *
Terima kasih BCA yang telah memberikan pengalaman berharga untuk
menyaksikan Malam Final Miss Grand Indonesia 2018
(Foto diabadikan @onosembunglango)

*          *          **          *          *
*          *          **          *          *
*          *          **          *          *


*          *          *

*          *          *
Jakarta, 23 Juli 2018

Sabtu, 21 Juli 2018

Lebih Dekat dengan BCA Lewat Galeri BCA


BCA Learning Center memiliki desain eksterior dan interior yang memesona
(Klik untuk perbesar gambar dan geser untuk melihat foto lainnya)



PEMBALAP yang hebat tidak berlatih di trek lurus. Melainkan pada jalanan berliku dan tentu saja curam. Valentino Rossi contohnya. Atau, pembalap favorit saya, almarhum Nicky Hayden.

Pun demikian di dunia tepok bulu. Pebulu tangkis juara, harus rela berjibaku mengejar bola. Kebetulan, dua pekan lalu saya jadi saksi penampilan heroik Kevin Sanjaya Sukamuljo yang menjuarai Blibli Indonesia Open 2018.

Demikian dua analogi terkait dunia olahraga. Bahwa untuk sukses, bakat saja tidak cukup. Alias harus diasah lebih lanjut.

Sama juga dengan kehidupan sehari-hari. Misalnya, ini hanya contoh. Pria yang ingin mendekati pujaan hatinya harus berani jatuh-bangun. Ditolak itu biasa. Selama wasit belum meniup peluit panjang eh selama janur kuning belum melengkung, wajib dikejar. Ibarat kata, nyemplung ke laut, lompat ke api pun pasti dijabani.

Nah, itu ditilik dari kaca mata individu. Bagaimana dengan perusahaan?

*          *          *

PAGI itu, dewi rembulan tampak malu-malu. Di ufuk timur, sang surya bersiap aplusan untuk menunaikan tugasnya. Sambil membelah jalanan dari barat ibu kota, saya menuju kawasan Tebet. Tampak, beberapa rekan blogger sudah menanti pada Senin (16/7).

Usai sarapan semangkok bubur ayam yang memberi kekuatan setelah dini hari WIB menyaksikan final Piala Dunia 2018, kami berangkat ke arah selatan. Tepatnya menuju BCA Learning Institute (BLI) yang terletak di Jalan Pakuan, Bogor, Jawa Barat.

Tujuan kami ke gedung yang diresmikan pada 23 Januari 2017 ini untuk meliput kunjungan 30 finalis Miss Grand Indonesia (MGI) 2018. Ya, PT Bank Central Asia Tbk (BCA) merupakan pendukung utama dari kontes kecantikan bertema Beauty in Diversity. ---> Untuk artikel sebelumnya: BCA Beri Bekal Dunia Perbankan kepada 30 Finalis Miss Grand Indonesia 2018.

Dalam kesempatan itu, saya dan rekan-rekan blogger serta media diajak perwakilan BCA untuk keliling Galeri BCA dan myBCA.Yes! Ini jadi pengalaman berharga bagi saya. Terutama berkesempatan menelusuri Galeri BCA yang seperti mini museum dari bank swasta terbesar di Tanah Air ini.


Bisa dipahami mengingat di Galeri BCA terdapat pernak-pernik peninggalan bersejarah. Sejak kali pertama berdiri pada 21 Februari 1957 hingga saat ini. Dalam periode itu, BCA bertransformasi jadi salah satu perusahaan terbesar di Indonesia.

Perusahaan yang dipimpin Jahja Setiaatmadja sebagai Presiden Direktur ini tidak hanya bergerak di bidang perbankan saja. Melainkan beraneka ragam produk. Mulai dari simpanan, kartu kredit, asuransi, L/C, Ekspor dan impor, valuta asing, reksa dana, obligasi, syariah, dan banyak lagi.

*          *          *
JANGAN pernah berlayar jika takut ombak. Demikian pepatah yang kerap saya dengar dan selalu terpatri hingga kini. Bahwa, untuk sukses, deru ombak justru jadi motivasi. Sama seperti yang dialami Rossi atau Kevin. Mereka tidak akan sukses seperti sekarang jika tanpa mengalami jatuh-bangun.

Setali tiga uang dengan BCA. Saya melihatnya sebagai bank swasta terbesar di Tanah Air. Sekaligus, salah satu grup usaha ternama di Indonesia. Namun, saya baru tahu, ternyata BCA pernah mendapat hantaman badai. Bukan hanya sekali, bahkan berkali-kali dengan puncaknya saat Indonesia mengalami krisis moneter akhir dekade 1990-an.

Namun, justru itu yang membuat BCA kian kokoh. Toh, semakin tinggi pohon, angin yang bertiup kian kencang. Fakta itu yang saya ketahui saat berkeliling Galeri BCA.

"Dengan upaya rehabilitasi tersebut BCA berangsur pulih. Pada saat ditetapkan masuk dalam pengawasan BPPN, dana pihak ketiga yang ada pada BCA sedang terkuras menjadi Rp 34,05 triliun jauh lebih kecil dari posisi sebelumnya Rp 56,8 triliun pada 14 Mei 1998.

Tidak lama kemudian, BCA berhasil kembali menghimpun dana masyarakat Sejak 30 Juni 1998 jumlah dana pihak ketiga BCA terus bertambah dari hari ke hari hingga mencapai Rp 75,3 triliun pada 17 Mei 1999."

Demikian informasi yang saya dapat saat mengunjungi Galeri BCA pada suatu ruangan sejarah bertema BCA Hari Ini. Saya bersama rekan blogger, media, dan 30 finalis Miss Grand Indonesia 2018 mendapat tambahan penjelasan dari guide tour. Kalau tidak salah, ada empat guide tour yang mendampingi kami untuk memberi penjelasan di berbagai tempat di Galeri BCA.

Sebagai orang awam, keberadaan mereka sangat membantu saya. Sebab, guide tour ini memberi kami penjelasan yang rinci. Termasuk ketika menerangkan bahwa lokasi kantor BCA kali pertama dibuka di Jakarta pada 1957 berada di kawasan Asemka.

Yupz, saya baru tahu. Kirain saya, BCA sejak kali pertama berdiri berlokasi di Jalan Mohammad Thamrin No 1, Jakarta Pusat, yang kini menjulang kokoh jadi Menara BCA.

Nah, banyak sejarah menarik dari bank swasta terbesar di Tanah Air ini di Galeri BCA. Kalian bisa mengunjunginya secara gratis pada Senin hingga Jumat. Sebelumnya, calon pengunjung wajib daftar terlebih dulu.

Menurut saya, Galeri BCA ini sangat unik. Masyarakat tidak hanya bisa mengetahui sejarah dari BCA dalam perjalanan 61 tahun saja. Namun, turut menikmati keindahan desain dari eksterior dan interior gedungnya yang memesona.

Nah, saya sudah berkeliling Galeri BCA yang memberi pengalaman berharga yang bisa dijadikan bahan cerita untuk anak dan cucu, kelak. Bagaimana dengan Anda?


Informasi Galeri BCA


Alamat: Jalan Pakuan No 3, Sumur Batu, Babakan Madang, Bogor,  Jawa Barat
Tiket masuk: Gratis, konfirmasi kehadiran terlebih dulu
Waktu buka: Senin-Jumat, jam 09.00 - 16.00 WIB
Website: https://www.bca.co.id/id/Tentang-BCA/Korporasi/Cari-Tahu-Tentang-BCA
Halaman Facebook: http://www.facebook.com/BankBCA
Twitter: https://twitter.com/BankBCA
Instagram: https://www.instagram.com/goodlifeBCA/
Kaskus: http://www.kaskus.co.id/profile/1929409


*          *          *
Logo BCA yang ikonik

*          *          *
Dua finalis Miss Grand Indonesia 2018 foto dengan latar lambang BCA

*          *          *

Salah satu properti di Gelari BCA berupa mobil legendaris era 1970-an

*          *          *
Saya bersama rekan blogger mengunjungi diorama brankas BCA

*          *          *
Sebelum ada komputer, dulu penghitungan masih manual menggunakan sempoa

*          *          *
Baru tahu ternyata BCA awalnya di Jakarta berlokasi di kawasan Asemka

*          *          *
Guide tour menjelaskan profil jajaran manajemen BCA kepada 30 finalis
Miss Grand Indonesia

*          *          *
Guide Tour menerangkan pergerakan dana pihak ketiga BCA saat krisis moneter

*          *          *
Antusiasme 30 finalis Miss Grand Indonesia 2018 menyimak pergerakan
BCA dalam Angka 

*          *          *
Selesai berkeliling Galeri BCA main perosotan di
lantai dua (Foto:

*          *          *
BCA mendapat penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI)

*          *          *
Penghargaan dari media ternama dunia pada 2016 untuk BCA
yang masuk top 50 perusahaan

*          *          *
Saya bersama maskot Indonesia Open yaitu Bio

*          *          *

Artikel BCA Group Sebelumnya
Sejuta Xpresi dengan BCA dan Liga Mahasiswa
Lima Alasan Belanja di Blibli.com
Absen di Indonesia Open 2018, BCA Tetap Dukung Penuh Kegiatan Olahraga di Tanah Air


Artikel Terkait Museum
- Museum Geologi Bandung
- Museum Bahari Jakarta: Langkah Tanpa Wujud
- Museum Bahari Jakarta: Tapak Tilas
- Museum Bahari Jakarta: Intip Sejarah
- Museum Nasional 100: Tahun Basoeki Abdullah
Museum Prasasti: Genap 40 Tahun
Museum Nasional: Saksi Peninggalan
- Taman Mini Indonesia Indah: Kenapa Harus?
Pekong Tri Dharma dan Masjid Al Ikhlas
- Jembatan Ampera yang Memesona

*          *          *
- Jakarta, 21 Juli 2018

Selasa, 17 Juli 2018

BCA Beri Bekal Dunia Perbankan kepada 30 Finalis Miss Grand Indonesia 2018


Foto bersama Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja dan perwakilan BCA
dengan 30 Miss Grand Indonesia 2018 di BCA Learning Institute
(Klik untuk perbesar gambar dan geser untuk melihat foto lainnya)



SENANTIASA di Sisi Anda. Demikian slogan dari PT Bank Central Asia Tbk (BCA) yang selalu terpatri di masyarakat Indonesia. Mulai dari ujung Sumatera hingga pedalaman Papua. BCA selalu melayani masyarakat lewat berbagai produknya.

Selain dari sisi finansial, BCA juga memiliki komitmen tanpa batas terhadap masyarakat. Itu melalui Program Bakti BCA yang dilakukan secara berkesinambungan lewat tiga pilar utama. Yaitu, Solusi Cerdas BCA pada bidang pendidikan, Solusi Sinergi BCA pada bidang budaya, kesehatan, olahraga, dan empati, dan Solusi Bisnis Unggul BCA.

Dari berbagai program yang diusung bank swasta terbesar di Tanah Air ini, beberapa di antaranya tidak asing bagi saya. Baik sebagai bagian dari 17,5 juta nasabah BCA di Indonesia, blogger, dan jurnalis olahraga.

Misalnya, konsistensi BCA terhadap budaya nusantara seperti batik, wayang, dan kain tenun. Juga terkait olahraga dengan BCA kerap mendukung berbagai event. Termasuk, Indonesia Open dan Liga Mahasiswa.

Teranyar, BCA turut mendukung penuh penyelenggaraan Miss Grand Indonesia 2018. Ini sebagai bagian dari komitmen bank yang pada 21 Februari lalu genap 61 tahun ini terhadap generasi muda di Tanah Air

*          *          *

"TERIMA kasih kepada 30 finalis Miss Grand Indonesia yang sudah berkunjung. Bahkan, meski masih pagi, tapi semangatnya luar biasa," kata Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja dalam sambutannya di BCA Learning Institute (BLI), Sentul, Bogor, Jawa Barat, kemarin.

Ya, Senin (16/7) sangat istimewa bagi saya. Dini hari WIB, saya larut merayakan keberhasilan Prancis menjadi juara Piala Dunia 2018. Beberapa jam berselang, jadi saksi kunjungan 30 finalis Miss Grand Indonesia ke BLI.

Alhasil, meski mata masih lima watt, tapi tetap antusias menyimak aksi mereka. Bisa dipahami mengingat keberadaan 30 finalis Miss Grand Indonesia di BLI ini sudah lewat saringan ketat. Mereka tidak hanya memiliki paras yang indah saja. Melainkan, kecerdasan di atas rata-rata.

Fakta itu yang saya dapat ketika menyaksikan diskusi mereka yang didampingi National Director Miss Grand Indonesia 2018 Dikna Faradiba dengan Jahja dan Direktur BCA Santoso. Calon Miss Grand Indonesia ini mampu berpikir kritis. Terutama terhadap perkembangan teknologi yang berkaitan dengan BCA.

Ya, jangan pernah menunggu hujan reda, kelamaan. Ketimbang menanti yang belum pasti, kenapa tidak sekalian menari di bawah badai?

Demikian kesimpulan yang saya dapat ketika mendengar dialog antara salah satu finalis Miss Grand Indonesia 2018 bersama Jahja dan Santoso. Kedua petinggi BCA menegaskan perkembangan teknologi tidak bisa dilawan. Sebaliknya, mereka memilih beradaptasi.

Misalnya terkait uang elektronik yang perkembangannya kian masif. Inovasi itu dikeluarkan beberapa perusahaan berbasis aplikasi. Alih-alih menyatakan perang, BCA justru merangkul mereka. Tepatnya dengan berkolaborasi seperti dengan perusahaan A, B, atau C.

Fakta itu yang ditegaskan Jahja dalam dialog dengan finalis Miss Grand Indonesia 2018. Menurutnya, BCA tidak pernah merasa perusahaan berbasis aplikasi atau start-up sebagai ancaman. Namun, justru BCA menjadikannya mitra. Terutama dalam bersama-sama menggeliatkan ekonomi Indonesia.

"Harapan kami, dengan kunjungan ini, generasi muda dapat mengetahui teknologi terkini di dunia perbankan yang digunakan untuk menambah kenyamanan nasabah dalam bertransaksi. Utamanya, mereka dapat menyampaikan atau sharing kembali pengalaman dari teknologi yang dicoba langsung di myBCA," Jahja, menambahkan.


*          *          *

MISS Grand Indonesia 2018 merupakan ajang kontes kecantikan yang bertujuan untuk mengubah paradigma kontes kecantikan yang ada selama ini. Yaitu, dengan semangat generasi muda untuk lebih modern, kreatif, dan berjiwa sosial.

Mengangkat tema Beauty in Diversity, Miss Grand Indonesia 2018 kali pertama diselenggarakan di Tanah Air. Kontes ini melibatkan wanita-wanita muda berkualitas terbaik dari berbagai provinsi di Indonesia.

Nah, ke-30 finalis Miss Grand Indonesia ini mendapat bekal mendalam terkait dunia perbankan saat melakukan kunjungan ke BLI. Bisa dipahami mengingat pada gedung yang diresmikan sejak 23 Januari 2017 ini, di dalamnya terdapat Galeri BCA dan myBCA.

Di Galeri BCA, mereka diajak untuk mengenal sejarah BCA dari awal berdiri pada 1957 hingga sekarang. Menurut saya,  Galeri BCA seperti mini museum. Sebab, banyak koleksi bersejarah dari bank yang di Bursa Efek Indonesia (BEI) memiliki kode BBCA. ---> Untuk artikel selanjutnya: Lebih Dekat dengan BCA Lewat Galeri BCA

Setelah puas berkeliling Galeri BCA, ke-30 finalis Miss Grand Indonesia diajak langsung untuk merasakan teknologi terkini di myBCA. Dilengkapi dengan teknologi terkini serta berlokasi di mal, myBCA dapat melayani berbagai kebutuhan perbankan individu.

Mulai dari transaksi ATM, informasi produk dan layanan, pembukaan rekening. Tahapan Xpresi, pembelian dan top up kartu Flazz, pengajuan kartu kredit, KPR, KKB, KSM, hingga layanan customer care dari Halo BCA.

"Tentu, kami senang sekali atas kunjungan yang dilaksanakan hari ini. Ke-30 finalis Miss Grand Indonesia 2018 bisa melihat sejarah BCA dari awal hingga sekarang disertai pengembangan teknologi perbankan yang kami kembangkan," ujar Jahja, semringah yang tak hentinya menerima permintaan selfie (swafoto) dari finalis Miss Grand Indonesia 2018.

Pernyataan dari alumni Universitas Indonesia (UI) ini tidak hanya menarik perhatian 30 finalis Miss Grand Indonesia 2018 saja. Melainkan, rekan media serta kami, blogger yang turut hadir. Ya, keberadaan saya bersama rekan blogger di BCA Institute Learning ini ingin mengetahui lebih dalam terkait pengembangan teknologi perbankan.

Kebetulan, saya memang menyukai sejarah dan hal berbau museum. Apalagi, saya sudah jadi nasabah BCA sejak masih kanak-kanak hingga rekan seangkatan sudah memiliki anak lagi. Jadi, ketika ada kesempatan untuk mengunjungi BLI bersama rekan blogger untuk jadi saksi agen perubahan dari finalis Miss Grand Indonesia ini, tentu sangat antusias.***


*          *          *
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja berbagi inspirasi di hadapan puluhan
finalis Miss Grand Indonesia 2018

*          *          *
Salah satu finalis Miss Grand Indonesia 2018 bertanya dengan perwakilan BCA
terkait perbankan nasional di masa depan

*          *          *
30 finalis Miss Grand Indonesia 2018 memperlihatkan kartu Flazz BCA yang
kini jadi pengganti uang fisik karena bisa digunakan sebagai alat pembayaran
seperti ke supermarket, restoran, SPBU, transportasi, hingga Tol

*          *          *
Direktur Nasional Miss Grand Indonesia Dikna Faradiba menerima penghargaan
dari BCA

*          *          *
Foto bersama yang dilakukan Jahja lewat smartphone-nya

*          *          *
Dua finalis Miss Grand Indonesia 2018 tidak mau kalah untuk melayangkan
foto bareng

*          *          *
Direktur BCA Santoso saat mendampingi 30 finalis Miss Grand Indonesi 2018
berkelilin di BCA Learning Institute

*          *          *
Salah satu finalis Miss Grand Indonesia 2018 melakukan selfie di BCA
Learning Institiute yang diresmikan 23 Januari 2017

*          *          *
Yessss suatu kehormatan bagi kami bisa ikut berdiskusi dan foto bersama
dengan Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja

*          *          *

- Jakarta, 17 Juli 2018

Rabu, 11 Juli 2018

Di Balik Misi Mulia BCA Produksi Seragam dengan Motif Tenun Ikat





ADAGIUM lawas mengatakan, ada harga tentu ada rupa. Alias, kita membayar mahal apa yang memang pantas didapatkan.

Syahdan, pada pertengahan phalguna lalu, saya sempat kaget ketika menyaksikan salah satu rekan peliput yang membeli kain seharga smartphone high-end. Secara kasat mata, kain tersebut tidak beda jauh dengan yang dijual di pasaran.

Namun, ketika diraba lebih lanjut, ternyata ada guratan yang khas. Pun dengan motif yang memesona dan coraknya yang sangat kaya.

Ketika itu iseng saya tanya, "Ka, ngapain lo beli kain yang harganya lebih dari enam digit?"

Sosok yang kini lebih sering di balik meja ketimbang lapangan menjawab, "Gw udah punya batik, songket, ulos, dan sebagainya ketika ngebolang. Mumpung ke daerah sini, ya udah sekalian beli. Ini (kain) bukan sembarangan. Handmade, ga pakai mesin."

Sebagai pria, tentu saya kurang paham busana apalagi kain. Toh, beli pakaian setahun sekali. Itu pun jelang lebaran. Ha ha ha.

Namun, melihat antusiasme rekan tersebut yang rela merogoh kocek dalam demi selembar kain, saya pun mahfum. "Namanya juga hobi," penilaian saya saat itu.

Bisa dipahami mengingat saya juga tidak ragu mengeluarkan dana setiap bulannya untuk membeli buku. Baik itu biografi atau roman sejarah. Bahkan, hingga nominal yang wah sekali pun.

*         *        *
SIANG itu, langit-langit ibu kota tampak cerah. Dari kawasan Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Senayan, saya menuju Menara BCA yang berlokasi di Jalan Mohammad Husni Thamrin, Jakarta Pusat.

Usai menukar identitas, saya menuju Kafe BCA yang terletak di lantai 20 dari salah satu gedung pencakar langit tertinggi di Tanah Air. Saat itu, sudah berkumpul rekan blogger yang akan menghadiri acara yang diselenggarakan Bank Central Asia (BCA).

Yuppiii, BCA lagi! Ya, kebetulan, sebagai blogger saya sering mengikuti acara yang diselenggarakan bank swasta terbesar di Tanah Air ini. Mulai dari olahraga seperti bulu tangkis hingga wayang.

Nah, kebetulan pada Senin (9/7) ini berkaitan dengan budaya. Tepatnya, bertema "Tenun Ikat, Indonesian Legacy into the Spotlight".

Usai mencicipi beberapa cemilan, pandangan saya tertuju pada sudut utara gedung. Tampak seorang wanita paruh baya asyik menenun. Di sebelahnya, terdapat beberapa bahan seperti benang, jarum, dan kain.

Eitsss, saya jadi ingat uang Rp 5.000 dengan gambar Pengrajin Tenun Pandai Sikek. Saya pun membuka dompet untuk menyamakan perkakas tenun tersebut.

Sayangnya, di dompet saya adanya Rp 5.000 dengan latar Gunung Bromo. Sambil mencari informasi di internet, ternyata Rp 5.000 dengan gambar penenun keluaran 2001 sudah ditarik peredarannya. Saat ini, yang beredar uang keluaran 2016.

*         *        *

"UNTUK membuat satu kain tenun ikat, makan waktu sekitar satu bulan," sang ibu tersebut menjawab pertanyaan saya.

Duh, lama juga. Pantas harganya mahal. Apalagi, dibuatnya secara manual. Saya kagum dengan keuletan pengrajin tenun ikat. Tak heran jika BCA rela menunggu lama untuk dijadikan busana seluruh karyawannya.

Yupz, dalam kesempatan itu, BCA bekerja sama dengan Ikat Indonesia untuk memproduksi seragam dengan motif tenun ikat. Hasilnya... Wow! Luar biasa keren. Sebagai orang awam, saya sangat tertarik.

Sekaligus menarik. Sebab, BCA membuktikan kepeduliannya terhadap warisan budaya bangsa. Maklum, tenun ikat merupakan karya kreatif yang dihasilkan masyarakat lewat warisan turun-temurun BCA ikut melestarikannya sebagai busana harian.

"Melalui inisiatif produksi seragam BCA bermotif tenun ikat ini, kami ingin mendorong terciptanya kebutuhan yang sifatnya massal. Sehingga, masyarakat penenun memiliki kesempatan mengembangkan dan menerima manfaat tersebut," kata Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja dalam diskusi dengan blogger dan media.

Dalam kesempatan itu, turut hadir Direktur BCA Lianawaty Suwono dan Vera Eve Lim, Fashion Designer dan Founder IKAT Indonesia Didiet Maulana, dan Pengamat Ekonomi Industri Kreatif Agustinus Prasetyantoko.

Kehadiran mereka sebagai nara sumber sukses menambah pengetahuan saya tentang tenun ikat. Bisa dipahami mengingat tenun ikat salah satu kekayaan industri kreatif Indonesia yang kini mulai dikembangkan secara massal. Penyebarannya meliputi Toraja, Sintang, Jepara, Bali, Lombok, Sumbawa, Sumba, Flores, dan sebagainya.

Jahja menilai, karya kreatif itu harus diapresiasi dan dilestarikan melalui berbagai inisiatif sesuai dengan konteks saat ini. Misalanya, menggunakan motif tenun tersebut untuk fashion masa kini seperti yang sudah diterapkan BCA.

*         *        *

"KAMI bangga bisa berkolaborasi dengan BCA untuk melestarikan tenun ikat. Karya kreatif ini menjalani proses yang cukup panjang. Dari upaya mengawinkan kultur BCA dan filosofi kain tenun yang hidup dan diwariskan turun temurun oleh masyarakat pengrajin tenun ikat," Didiet, menambahkan.

Pernyataan tersebut beralasan. Pasalnya, proses kreatif designer berdiskusi dengan pengrajin hingga final design memakan waktu enam bulan. Itu belum termasuk pengerjaan produksi tenun itu sendiri yang berlangsung setengah tahun.

Dari proses pengerjaan seragam ini, BCA dan IKAT Indonesia memberdayakan lebih dari 25.000 pengrajin di Desa Troso, Jepara. Total panjang kain tenun yang dibuat mencapai 45 ribu meter.

Alias kalau dihamparkan seperti dari Menara BCA ke Kebun Raya Bogor, Jawa Barat! Seragam baru korporasi dari bank yang memiliki slogan Senantiasa di Sisi Anda ini akan digunakan sekitar 27 ribu karyawan di Tanah Air.

"Model baru seragam BCA bermotif tenun ikat ini akan digunakan seluruh karyawan demi memperkuat identitas nasional BCA pada lebih dari 12.000 kantor cabang di Indonesia. Sekaligus, memberikan dukungan langsung terhadap perekonomina lokal dengan membantu masyarakat yang memiliki keahlian dan keterampilan seperti pengrajin tenun ikat," ujar Vera, optimistis.

Ya, perusahaan yang memiliki busana dengan motif batik sudah banyak. BCA sukses mengambil langkah berbeda. Bank yang pada 21 Februari lalu genap 61 tahun ini jadi pionir dalam penerapan tenun ikat pada motif seragam korporasi .

Saya berharap, apa yang dilakukan BCA bisa diikuti perusahaan lainnya. Sebab, inisiatif menggunakan motif tenun ikat bisa mendongkrak perekonomian masyarakat di Tanah Air... Aamiin!***


*         *        *

*         *        *

*         *        *

*         *        *

*         *        *

*         *        *

*         *        *

*         *        *

*         *        *


*         *        *
Jakarta, 11 Juli 2018