Candi Jago |
CANDI Jago terletak sekitar 21 km dari kota Malang berdasarkan aplikasi GPS di smartphone saya. Tepatnya, di sebelah timur yang jika ditempuh dengan kendaraan memakan waktu 30-45 menit. Candi Jago yang dusun Jago, desa Tumpang, kecamatan Tumpang, kabupaten Malang, Jawa Timur, ini sangat unik.
Sebab, lokasinya yang berada di pinggir jalan berada di pemukiman masyarakat. Bahkan, di seberangnya merupakan Taman Kanak-kanak (TK) Aisyiyah Bustanul Athfal Plus. Tak heran jika candi ini ramai didatangi pelajar, mulai dari anak TK, SD, SMP, hingga SMA, di sekitarnya. Itu yang saya catat saat mengunjungi Candi Jago pada Sabtu (26/12).
Candi yang bernama asli Jajaghu ini merupakan destinasi pertama saya ketika ngebolang ke Malang, Bromo, dan sekitarnya pada tiga pekan lalu. Menurut data resmi dari www.perpusnas.go.id, Candi Jago memiliki luas 23x14 meter. Untuk tinggi, tidak ada informasi pasti mengingat candi ini sudah tidak utuh lagi. Namun, diperkirakan mencapai 15-20 meter.
"Saat ini sisa reruntuhan. Kalau tidak salah, atapnya dulu tinggi. Tapi, sebagian arca sudah hilang yang mungkin diambil pada zaman penjajahan," kata Wahyu, salah satu warga setempat yang saya temui. Kebetulan, dia memang sering mengunjungi Candi Jago karena lokasinya tidak jauh dari rumahnya.
"Dulu (candi ini) kumuh banget mas. Untungnya, sekarang pemerintah daerah sudah lebih peduli. Bagaimanapun, candi ini peninggalan luhur dari nenek moyang kita," penggemar Arema Malang ini menambahkan.
Berdasarkan penelusuran saya terhadap relief di berbagai sisi, Candi Jago ini perpaduan Hindu-Buddha. Dibangun pada abad ke-13 sebagai penghormatan kepada Raja Singasari keempat, Sri Jaya Wisnuwardhana. Tepatnya, sekitar 1268 sampai 1280 masehi. Sementara, salah satu arcanya, Mamaki, menurut BritishMusuem.org, dibangun pada 1222-1292.
Beberapa arca Candi Jago ini memang tersebar luas ke berbagai daerah. Selain dimiliki British Museum yang berada di London, Inggris, yang memang mempunyai koleksi lengkap berbagai koleksi sejarah dunia, juga ada di Jakarta. Yaitu, di Museum Nasional melalui Prasasti Manjusri yang kerap saya kunjungi. Terakhir, ketika pegelaran Wayang Listrik pada 24 November lalu.
Sebagai penggemar sejarah, tentu saya tertarik dengan riwayat Candi Jago. Yaitu, candi yang dibangun pada era Kerajaan Singasari dan kerap dikunjungi Raja Hayam Wuruk dari Kerajaan Majapahit. Mengunjungi candi ini bak tapak tilas terhadap dua kerajaan yang pada masanya sangat jaya.
Untum menuju Candi Jago bisa melalui berbagai akses. Salah satunya, dari kota Malang yang bisa dilalui kendaraan umum seperti bus dan angkot. Menurut saya, candi ini tergolong rapih dan bersih. Meski tiket masuknya gratis, nyaris tidak terlihat adanya sampah.
Itu karena kesadaran pengunjung serta kesigapan pengelola candi dalam menjaga kebersihan melalui penyediaan tempat sampah di berbagai titik. Tak heran jika candi ini jadi primadona tidak hanya masyarakat sekitar, melainkan warga Malang, Jawa Timur, hingga Jakarta.
"Bahkan, kalau weekend, candi ini kerap dikunjungi turis mancanegara. Mayoritas mereka yang ingin ke Gunung Bromo dari Malang menyempatkan diri singgah ke sini," tutur salah satu pedagang kepada saya.
Apa yang dikatakannya itu beralasan. Menurut saya, pemerintah setempat memang harus lebih meningkatkan fasilitas di Candi Jago. Terutama tempat parkir yang saat ini masih belum memadai. Begitu juga dengan toilet yang harus lebih banyak lagi dan papan informasi yang memadai. Sebab, sangat disayangkan jika keunikan Candi Jago justru tidak diimbangi dengan berbagai fasilitas standar yang membuatnya jadi kurang dikenal publik.
* * *
Pemandangan kabupaten Malang dari puncak Candi Jago |
* * *
TK di seberang jalan |
* * *
Seorang pengunjung memotret putrinya di puncak Candi Jago |
* * *
Murid-murid SD mengunjungi Candi Jago saat pulang sekolah |
* * *
Dulunya, ini merupakan kolam pemandian |
* * *
Relief tentang pewayangan di Candi Jago |
* * *
Perpaduan Hindu-Buddha pada berbagai relief Candi Jago |
* * *
Candi Jago tampak belakang |
* * *
Arca Dewa Syiwa (? *belum konfirmasi)) di Candi Jago yang kurang informasi |
* * *
Papan informasi seadanya di pintu masuk |
* * *
Candi Jago, salah satu candi yang unik di Indonesia |
* * *
Artikel Sebelumnya:- (Prolog)
- Air Terjun Coban Pelangi
- Bromo...
- Kawah Bromo
- Bukit Teletubbies
- Pasir Berbisik
- Keliling Malang
- Wisata Malam
- Kuliner
- Reuni
- (Epilog) Di Balik Ngebolang ke Bromo dan Malang
Artikel Terkait Sejarah Sebelumnya:
- Yuk, Berkunjung ke Museum Astra
- Museum Nasional dan Saksi Peninggalan Kejayaan Indonesia
- Sisi Lain Basoeki Abdullah dalam Pameran Rayuan 100 Tahun di Museum Nasional
- Deja Vu Tur KRL dari Manggarai ke Manggarai
- Sepenggal Kisah di Museum Abdul Haris Nasution
- Membongkar Rahasia Bea Cukai
- Museum Nasional Belum Selesai Berbenah
- Kasus Pencurian dan Lemahnya Pengawasan Museum di Indonesia
- Karnaval Wayang Dunia 2013 di Museum Nasional
- Kenapa Harus ke Taman Mini?
- Sepenggal Kisah di Museum Abdul Harris Nasution
- Tapak Tilas Hari Kemerdekaan di Museum Prangko
- Perpaduan Budaya Minang-Jawa di Museum Adityawarman
- Warisan Budaya di Museum Wayang 2
- Warisan Budaya di Museum Wayang
* * *
- Jakarta, 12 Desember 2016
Ini candinya menyatu sama daerah perumahan, ya?
BalasHapussebelahan mbak, aksesnya juga gampang, tinggal naik kendaraan umum dari Malang
HapusNgebolang terus ni mas akhir tahun ahaeee
BalasHapusCandi jago kompleknya kecil tapi unik ya buat phepotoan #tetep
Harus mendapat pengelolaan ekstra ni supaya menyedot pengunjung lebih banyak lagi
"Ngebolang terus ni mas akhir tahun ahaeee"
Hapuslha, ini kan coba ngikutin dirimu mbak, hehehe :)
Salah satu candi yang memuat relief Jataka (kisah hewan-hewan).
BalasHapus